Anda di halaman 1dari 44

Pediatri & Geriatri

Gangguan Tumbuh Kembang Bayi

Tutor : dr. Kartono Ichwani, Sp.BK


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kelompok 3
Irsyifa Azmi
(2014730062)
Lucky Sendikamas
(2014730050)
Verga Baiqillah Torada
(2014730096)
Rizti Rachmawati
(2014730083)
Faradila Ramadhani
(2014730028)
Angia Puspita Dewi
(2014730009)
Hardianti Hardmi Putri
(2014730038)
Nur Indah Sari
(2014730077)

Skenario 1
Gangguan Tumbuh Kembang Bayi
Seorang anak laki-laki umur 10 bulan Berat badan 7 kg,
Panjang badan 65 cm, Lingkaran kepala 52 cm dibawa ke
Poliklinik karena belum bisa tengkurap dan menegakkan
kepalanya. Pasien anak ke 8 dari 8 bersaudara, ayahnya
berusia 45 tahun dan ibu pasien berusia 40 tahun. Riwayat
kelahiran : Ditolong oleh dokter secara vakum, dengan berat
lahir 2500 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm.
Karena saat lahir pasien tidak langsung menangis, biru dan
sesak maka pasien dirujuk kerumah sakit, dalam perjalanan
kerumah sakit pasien kejang-kejang kemudian dirawat di
neonatal intensive care unit dengan alat bantu napas. Pasien
tidak mendapat ASI sejak lahir dan diberikan susu formula
hingga saat ini, namun minum susu tidak bisa menghabiskan
dengan cepat, belum bisa makan padat. Pasien sudah
imunisasi hepatitis 3 kali, DPT 2 kali, polio 2 kali, BCG 1 kali.
Catatan di KMS menunjukkan saat usia 2 bulan berat badan
3,5 kg, tinggi badan 52 cm, lingkar kepala 43 cm, kemudian
saat berusia 4 bulan berat badannya 4 kg, tinggi badan 58

Kata Sulit
-

Mind Map
Gangguan
tumbuh
kembang

Faktor

Gangguan
pertumbuhan

Kebutuha dasar

Gangguan
perkembangan
Penilaian

Lingkar Kepala diatas normal = 52 cm


(makrosefal)
Tidak mendapat ASI
Imunisasi tidak lengkap
Pertumbuhan Berat Badan <-3SD kurva WHO
Keterlambatan perkembangan motorik kasar
dan halus
Riwayat lahir tidak langsung menangis
Riwayat kejang, biru dan sesak
Riwayat lahir vakum
Ibu melahirkan usia 40 tahun

Analisis masalah
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan
bayi pada skenario?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak dan bagaimana mekanisme
makrosefali?
3. Apa dampak kejang pada tumbuh kembang
anak, apa yang menyebabkan bayi kejang dan
tidak menangis saat dilahirkan, dan jelaskan
riwayat kelahiran dengan tumbuh kembang?
4. Bagaimana status imunisasi anak tersebut?
5. Jelaskan tahap-tahap normal perkembangan
anak?
6. Bagaimana cara memenuhi gizi pasien tersebut?
7. Bagaimana penatalaksanaan kasus pada
skenario?

1. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
pada Skenario

Berat Badan berdasarkan


kurva WHO

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

Panjang Badan Berdasarkan


Kurva WHO

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

Lingkar Kepala Berdasarkan


Kurva Nellhaus

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

Kurva Nellhaus

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

Motori
k
halus

Kogniti
f

Motori
k
Kasar

Perkemban
gan
Bahas
a

Person
al
Sosial

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. (Hal.17


60 & 131 139)

2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang
anak
Faktor genetik

Melalui instruksi genetik yang


terkandung di dalam sel telur yang
telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Yang termasuk
faktor genetik antara lain adalah
bebagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis
kelamin, suku atau bangsa

Faktor lingkungan

Faktor lingkungan prenatal


1. Gizi
2. Mekanis
3. Toksin kimia
4. Endokrin
5. Radiasi
6. Anoksia Embrio
Faktor lingkungan postnatal
1. Lingkungan biologis
2. Faktor fisik
3. Faktor psikososial
4. Faktor keluarga&adat istiadat

Mekanisme makrosefal
Makrosefali menunjukkan lingkar kepala yang > 2
standar deviasi dari distribusi normal. Sekitar 2%
dari populasi makrosefali, sering berkaitan dengan
keturunan. Bayi yang oksipitofrontal meningkat
terlalu cepat (melintasi garis pada grafik
pertumbuhan standar), menuntut pemeriksaan lebih
lanjut terlepas faktor lainnya. Sehingga dapat
terlihat bila berkaitan dengan kelainan
perkembangan saraf.

Meningkatnya
risiko kelainan
Ibu 40
kromosom
tahun,
Arteri uterine
multigravid
degenerasi
a
kulit kepala dan memar
Kualitas Laserasi
ovum
menurun
SubgalealAsfiksia
hematoms
Berkurangnya
pada
Gangguan
Cephalohematomas
elastisitas otot
janin
tumbuh

Intracranial hemorrhage
kembang
Neonatal jaundice
Risiko
hemorrhage
Partus Subconjunctival
cedera
Clavicular
fracture Hubungan
lama
kepala janin
Distosia bahu
Cedera saraf kranial VI dan riwayat
VII
partus
Erb palsy
Janin
Ekstraksi
Perdarahan
retina
kekurangan
dengan
vakum
oksigen
Fetal death

tumbuh
kembang

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. hlm. 562

Pengaruh ASI terhadap tumbuh


kembang
Bayi yang
tidak
mendapat
ASI
Kurangnya kecerdasan

Lebih sering sakit

Pertumbuhan
otak
terhambat
Pertumbuhan
fisik
terhambat

Behrman, Richard E et al. 2012. Nelson Textbook of Pediatrics, 15th Ed. terjemahan A. Samik

4. IMUNISASI
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun
Umur Pemberian Vaksin
Bulan

Jenis
Vaksin Lah
ir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
Hepatitis
B
1 2 3
Polio
0 1 2 3
4
BCG
1 Kali

DTP
Hib
PCV
Rotavirus
Influenza
Campak
MMR
Tifoid
Hepatitis
A
Varisela
HPV

1
1
1
1

2
2
2
2

3
3
3
3

Tahun

3 5 6 7 8 10 12 18

7(T
6 (Td) d)


5
4

4


Ulang 1 kali tiap tahun
2 3
1
2


Ulangan tiap 3 tahun
2 kali, interval 6-12 bulan
1 kali

3 kali

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak (IDAI), Tahun 2014

5. Tumbuh Kembang Normal pada


bayi
Berat Badan

Tinggi Badan

Kepala

GIGI
5-9 bulan : Gigi pertama
1 tahun : 6-8 gigi susu
2 tahun : 14-16 gigi
susu
2,5 tahun : 20 gigi susu

Jaringan Lemak

Erupsi gigi tetap =


Molar pertama : 6-7
tahun
Insisior : 7-9 tahun
Premolar : 9-11 tahun
Kaninnus : 10-12 tahun
Molar kedua : 12-16
tahun
Molar ketiga : 17-25
tahun

Organ-organ tubuh
Pola Umum
(General
Pattern)

Pertumbuhan tulang panjang, otot skelet, sistem


pncernaan, pernapasan, peredaran darah, dan
volume darah.

Pola Neural
(Brain&head
Pattern)

Pertumbuhan otak bersama-sama dengan


tengkorak yang melindunginya, mata, dan
telinga berlangsung lebih dini

Pola Limfoid
(Lymphoid
Pattern)

Pertumbuhan mencapai maksimum sebelum


masa adolesen, kemudian menurun hingga
uuran dewasa

Pola Genital
(Reproductive
Patern

Pertumbuhannya lambat pada praremaja,


kemudian disusul pacu tumbuh yang pesat pada
masa adolesen

Perkemban
gan
penglihatan

Perkemban
gan
pendengara
n

Pada bayi baru lahir, penglihatan masih kabur


tetapi retina perifer telah matur dan sudah
bereaksi terhadap cahaya dan objek yg bergerak
Pada umur 10-12 minggu, perhatian dan
retensinya masih rendah, sehingga dapat menatap
lama pada wajah, lebih sering pada wajah yang
tersenyum
Pada umur 4 bulan, tjd maturasi makula fovea,
mielinisasi serabut saraf optikus dan korteks
visual, bayi sangat tertarik pada ekspresi wajah
orang dewasa
Pada umur 18 bulan, anak sudah dapat melakukan
koordinasi mata-motorik sehingga dapat meraih
dan memegang benda sekitarnya
Mengenai kapan anak dapat melihat seperti orang
dewasa terdapat berbagai pendapat. Brown (1961)
mengatakan 5 tahun, Catford (1973) 3 tahun,
Sheridan (1974) 2 tahun, dan Bee (1981) 11-12
tahun
Bayi
sudah dapat mendengar sebelum bayi lahir,
dengan bertambahnya usia bayi mulai dapat
mengetahui lokasi sumber suara dan terkejut
(tangisan) dengan suara keras, dan tenang dengan
mendengar suara nyayian nina bobo atau detak
jantung pengasuhnya.
Pada usia 3 minggu, bayi sudah dapat
membedakan suara ibu, ayah, atau orang lain.
Pada umur 6 bulan, vokalisasi mulai meningkat dan
bertambah bila bayi digendong, diajak bicara, atau
bermain.

Perkembangan
Kognitif

Perkembangan
Adaptif

Perkembangan
Persepsi

Perkembangan cara anak untuk cari alasan,


berbahasa, memecahkan masalah, dan
menambah pengetahuan. Dibagi menjadi 4
tahap :
Tahap sensorimotorik (0-24 bulan); tahap
praoperasional (2-7 tahun); tahap operasional
konkret (7-11 tahun); tahap operasional formal
(11 tahun keatas).
Inteligensi nonverbal yang dapat diukur,
contohnya konsep angka, matematika, dan
pengetahuan
Adaptif sosial, kemampuan untuk mandiri,
menyesuaikan diri, tanggung jawab

Perkembangan
Personal Sosial

Anak menggunakan inderanya untuk


mengeksplorasi lingkungan dengan tujuan untuk
belajar dunia sekelilingnya
Sensory-perceptual development adalah
informasi yang dikumpulkan lewat indera nya,
pemikiran terbentuknya suatu benda atau yang
terkait. Bila terus terulang akan terbentuk
rangkaian persepsi dan akan membentuk suatu
konsep
Perkembangan pada anak dipengaruhi oleh
temperamen anak dan kelekatan. Temperamen
adalah kualitas dan derajat atau reaksi emosi
yang dipengaruhi oleh passivity, irritability, dan
activity.
Kelekatan fokus pada orang dewasa yg dekat
atau pengasuhnya, hubungan ini dapat

Perkembangan gerakan motorik


kasar
Usia 0-6 bulan
Berbalik dari telungkupke telentang
Mengangkat kepala setinggi 90 derajat
Mempertahankan kepala tegak dan stabil
6-12 bulan
Belajar bediri dengan berpegangan dikursi
Merangkak meraih mainan
Belajar berjalan dengan dituntun
Usia 12-24 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan beberapa detik
Membungkuk untuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
Berjalan mundur
Usia 24-48 bulan
Jalan menaiki tangga sendiri
Menendang bola dan melompat
Mengayuh sepeda roda tiga
48-72 bulan
Melompat satu kaki
Menari
Berjalan lurus

Perkembangan motorik
halus
Usia 0-6 bulan
Menahan barang yang dipegangnya
Meraih benda yang da dalam jangkauannya
Memegang tangannya sendiri
Usia 6-12 bulan
Memindahkan benda ke tangan lainnya
Memungut benda kecil dengan meraup
Memasukan benda ke mulut
Usia 12-24 bulan
Menumpuk 2-4 buah kubus
Bertepuk tangan, melambai-lambai
Memungut benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk
Usia 24-48 bulan
Mencoret-coret pensil pada kertas
Menumpuk 8 buah kubus
Usia 48-72 bulan
Menggambar tanda silang dan lingkaran
Menggambar 3 bagian tubuh
Menangkap bola dengan kedua tangan

Perkembangan Bahasa

Reflective vocalization
2-3 minggu pertama tangisan dan vokalisasi bersifat reflektif
Akhir minggu kedua-ketiga, bayi sudah dapat memberi reaksi berbeda
terhadap stimuli yang diterima
2-4 bulan, bayi sudah bisa cooing
Babbling
4-9 bulan, bayi membuat bunyi yang berulang-ulang dalam nada dan
kekerasannya berbeda
6 bulan bayi sudah memberi reaksi kalau dipanggil namanya atau menoleh ke
sumber suara
Lalling
Dimulai sekitar 6 bulan, pengulangan suara atau kombinasi suara yang sering
didengar dan sudah dimengerti anak
Echolalia
9-10 bulan, anak meniru suara yang dibuat oleh orang lain dan suara yang
sering didengar, anak akan memilih suara yang mudah ditiru dan sulit ditiru
True speech
12-13 bulan, rata-rata anak sudah mulai bisa berbicara, anak dengan sengaja
menggunakan pola bunyi konvensional akibat suaru respons
Keadaan ini menunjukan anak telah merespon baik secara mental maupun

6. Penanganan gizi buruk


Nutrisi gizi buruk diawali dengan pemberian
makanan secara teratur, bertahap, porsi kecil, sering
dan mudah diserap. Frekuensi pemberian dapat dimulai
setiap 2 jam kemudian ditingkatkan 3 jam atau 4 jam.
Penting diperhatikan aneka ragam makanan, pemberian
ASI, makanan, mengandung minyak, santan, Lemak dan
buah-buahan
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan
secara bertahap dengan tujuan memberikan makanan
awal supaya anak dalam Kondisi stabil. Formula
hendaknya hipoosmolar Rendah laktosa, porsi kecil dan
sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal dan protein
0,9 gram. Diberikan makanan formula 75 (F 75).

Tabel 1. Kebutuhan zat gizi fase stabilisasi


Zat Gizi
Stabilisasi (hari ke 1-7)
Energi
80-100 kkal/kgBB/hari
Protein
1-1,5 gram/kgBB/hari
Cairan cairan 130ml/kgBB/hari
Fe
Sulfas ferosus 200mg + 0,25 mg asam folat, 150 ml sirup besi
Vitamin A
- Bayi < 6 bulan kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Balita 12-60 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna
merah)

Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B
kompleks
- Asam folat

Mineral lain
Pemberiannya dicampur dengan
- Zinc
F75, F100 dan F135
- Kalium
- Natrium
- Magnesium

b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak (cath-up). Diberikan F100,
setiap 100 ml F100 Mengandung 100 kal dan protein
2,9 gram.
c. Fase Rehabilitasi
Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi
berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB 7 kg
diberi makanan balita. Diberikan makanan formula
135 (F 135) dengan nilai gizi setiap 100 ml F135
mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram8

Tabel 2. Kebutuhan zat gizi fase Transisi


Zat Gizi

Transisi (hari ke 8-14)

Energi

100-150 kkal/kgBB/hari

Protein

2-3 gram/kgBB/hari

Cairan

150ml/kgBB/hari

Fe

Sulfas ferosus 200mg + 0,25 mg

Vitamin A

- Bayi < 6 bulan kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)


- Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Balita 12-60 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah)

Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B
kompleks
- Asam folat

Diberikan sebagai multivitamin


Diawali 5 mg, selanjutnya 1 mg/hari

Mineral lain
- Zinc
- Kalium
- Natrium
- Magnesium

Pemberiannya dicampur dengan


F75, F100 dan F135

Tabel 3. Kebutuhan zat gizi fase Rehabilitasi


Zat Gizi

Rehabilitasi (minggu ke 2-6)

Energi

150-200 kkal/kgBB/hari

Protein

3-4 gram/kgBB/hari

Cairan cairan

150 200 ml/kgBB/hari

Fe

Berikan awal selama 4 minggu.

Vitamin A

- Bayi < 6 bulan kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)


- Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Balita 12-60 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah)

Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B
kompleks
- Asam folat

Diberikan sebagai multivitamin

Mineral lain
- Zinc
- Kalium
- Natrium
- Magnesium

Pemberiannya dicampur dengan F75, F100 dan F135

d. Fase tindak lanjut


Mineral Mix dapat diberikan sebagai nutrisi gizi
buruk yang terbuat dari bahan yang terdiri dari KCl,
tripotasium citrat, MgCl2.6H2O, Zn asetat 2H2O dan
CuSO4.5H2O, bahan ini dijadikan larutan.

7. Riwayat Kelahiran

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


Tidak bisa makan padat

Catatan KMS
Usia 2 bulan
Ditolong oleh dokter Keluhan
secara pada pasien:
BB= 3,5 kg. N= 4,0-4,7 kg
vakum
Umur 10 bulan TB/PB= 52 cm. N= 51,5-58,0 cm
BB= 7 kg. N =7,6-9,0
Saat
lahir
tidak
langsung
LK= kg
43 cm. N= 36,0-41,5 cm

TB= 65 cm. N= 67,0-74,5


menangis, biru dan sesak
cm
Usia 4 bulan
Pasien
dirujuk
ke RS,
LK= 52 cm. N= 42-48 cm
BB= 4 kg. N= 5,0-6,0 kg
diperjalanan mengalami kejang
Belum bisa tengurap
dan
TB=
58
cm. N= 56,5-62,5 cm
menegakkan kepalanya
BB= 2500 gram(2,5 kg). N= 2,7-3,0
LK= 46 cm. N= 38,0-44,0 cm
kg

PB= 48 cm. N= 45,5-50,5 cm


LK= 33 cm. N= 32-35 cm
Tidak mendapat ASI sejak lahir

Usia 8 bulan
BB= 6 kg. N= 6,8-8,2 kg
TB= 62 cm. N= 62-69 cm
LK= 51 cm. N= 41-47 cm

Kosim, M. Sholeh. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia

Manajemen Awal Kejang

Pengawasan jalan napas bersih dan terbuka,


pemberian
oksigen.
Bila
kejang tidak
berhenti dalam waktu 30 menit,
ulang fenobarbital
10 mg/kg
beratcairan
badandengan
secara
beri
Pasang
jalur infus IV
dan beri
IVdosis
atau rumatan.
IM. Dapat diulangi sekali lagi 30 menit
Dosis 45maksimal
kemudian
Bila kadar bila
glukosaperlu.
darah kurang
mg/dL,
40mg/kgbb/hari.
tangani hipoglikemiknya sebelum melanjutkan
manajemen kejang.
Bila bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang
dalam beberapa jam terakhir, beri injeksi
fenobarbital 20 mg/kg berat badan secara IV,
Bila
kejangpelan-pelan
masih berlanjut
atau
berulang,
diberikan
dalam waktu
5 menit.
fenitoin
20 mg/kg
Bila beri
jalurinjeksi
IV belum
terpasang,
beri injeksi
fenobarbital 20 mg/kg dosis tunggal secara IM,
atau dosis ditingkatkan 10-15% dibanding dosis
IV.

Tangisan Bayi

Tangisan bayi dapat memberikan


keterangan tentang keadaan bayi.
Tangisan melengking ditemukan
pada
bayi
dengan
kelainan
neurologis, sedangkan tangisan yang
lemah atau merintih terdapat pada
bayi dengan kesulitan pernapasan.

Kosim, M. Sholeh. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia

Gangguan Napas
Amati pernapasan bayi setiap 2 jam
selama 6 jam berikutnya.
Berikan ASI bila bayi mampu
mengisap.
Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila
ada perbaikan gangguan napas.

Tatalaksana Makrosefali
Terapi ini dapat memicu perubahan
metabolik
dan
dengan
demikian
penggunaannya hanya sebagai usaha
sementara saja. Obat-obatan dapat
mempengaruhi
Non Bedah dinamika dari cairan
serebrospinal
dengan
beberapa
Terapi
obat-obatan pada hidrosefalus
mekanisme.

digunakan untuk menunda intervensi


bedah. Terapi obat-obatan tidaklah
efektif untuk pengobatan jangka
panjang dari hidrosefalus kronis.

Lumbal Pungsi

Bedah

Shunt

Kosim, M. Sholeh. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia

8. Pemeriksaan Penunjang Pada


Kasus Hidrosefalus
Pemeriksaan

Dapat diketahui

1. Rontgen kepala

1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile:


ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tandatanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus
klionidalis posterior.
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult :
karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran
kenaikan tekanan intrakranial.

2. Transimulasi

Syarat : fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini


dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang
dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan
rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari
tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3 . Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada


bayi dapat dicurigai, jika
penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih
garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1
cm) dalam kurun waktu 2-4
minggu.

4 . Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan


kontras berupa O2 murni atau
kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui
fontanela anterior langsung
masuk ke dalam ventrikel.

5 . Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela


anterior yang masih terbuka.
Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel
yang melebar.

6 . CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT


Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis

KESIMPULAN
Dari diskusi kelompok kami, kami
menyimpulkan bahwa anak tersebut
makrosefal dikarenakan ukuran kepala yang di
atas normal dan gagal tumbuh dikarenakan
memotong dua kurva SD. Untuk menentukan
diagnosisnya diperlukan pemeriksaan lainnya.

Referensi
Buku tumbuh kembang anak
http://fk.unsoed.ac.id /

Kosim, M. Sholeh. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak (IDAI), Tahun 2014
Behrman, Richard E et al. 2012. Nelson Textbook of
Pediatrics, 15th Ed. terjemahan A. Samik Wahab.
Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. hlm. 562
William Obstetrics, Twenty-third Edition. 2010. hlm. 524
Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.
Jakarta : EGC. (Hal.17 60 & 131 139)

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai