DISUSUN OLEH:
NIM : P1337424516015
Kelas : Annona
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai
berakhirnya masa remaja. Hal ini yang embedakan anak dengan orang dewasa. Anak menunjukkan
ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat
dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of
opportunity untuk menciptakan anak sehat dan cerdas. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan
balita sangat berguna untuk mengetahui apakah balita tumbuh dan berkembang secara normal atau
tidak. Penilaian tumbuh kembang balita yang mudah untuk diamati adalah pola tumbuh kembang
fisik, salah satunya dengan mengukur berat badan balita.
Masa balita juga merupakan masa yang rentan terhadap beberapa penyakit. Pemerintah mulai
meluncurkan program untuk menambah kekebalan balita di Indonesia, seperti imunisasi dasar wajib
dan imunisasi lanjutan. Hal ini tentu saja untuk mencegah balita Indonesia mengalami kesakitan dan
memiliki tujuan untuk menciptakan generasi emas yang sehat sebagai penerus bangsa.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Membantu petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan pada balita.
2. Memberikan dukungan kepada bidan agar lebih berpikir kritis, sistematis, dan analitik dalam
memberikan asuhan pada balita.
3. Meningkatkan kemampuan bidan dalam melakukan pelayanan khususnya dalam ranah mengenai
asuhan pada BBL.
4. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan balita sehat dengan dokumentasi SOAP.
C. MANFAAT PENULISAN
1. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
dari institusi yang berkaitan dengan manajemen kebidanan khususnya dengan dokumentasi
SOAP.
2. Memberikan motivasi kepada petugas kesehatan terutama bidan untuk meningkatkan pelayanan
yang berkualitas, aman, nyaman, yang memperhatikan aspek keprofesionalan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
(Arfiana,dkk, 2012:37)
c. Lingkar Kepala
Yang diukur ialah LK terbesar, caranya dengan meletakkan pita melingkar kepala melalui
glabela pada dahi, bagian atas alis mata dan bagian belakang kepala anak yang paling menonjol
yaitu protoberansia oksipitalis
1 tahun 47 cm
2 tahun 49 cm
(Arfiana,dkk, 2012:38)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan seorang anak dalam pola
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Arfiana,dkk, 2012:32)
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Melaluin instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
2. Faktor lingkungan.
a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan
(faktor prenatal).
b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir.
Faktor lingkungan Pra Natal
a. Gizi ibu wakttu hamil f. Infeksi
b. Mekanis g. Stress
c. Toksin h. Imunitas
d. Endokrin i. Anoksia embrio
e. Radiasi
3) Polio
Indikasi pemberian vaksin polio untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomelitis.
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Polio tidak memberikan efek yang
berbahaya jika diberikan pada anak yang sakit, tetapi jika ragu berikan dosis ulangan
ketika anak sembuh.
4) DPT-HB-HiB
Indikasi, merupakan vaksin pengganti DPT-HB untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi
haemophilus influenza tipe B.
5) Campak
Indikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Efek samping,
beberapa bayi dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Kontraindikasi jika terdapat alergi terhadap telur
sebaiknya jangan diberi imunisasi campak.
(Arfiana, dkk, 2016 : 67-69)
d. KIPI
I. PENGKAJIAN
Tanggal
Jam
Tempat
II. Biodata
a. Bayi Balita
1) Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, harus jelas dan lengkap yang nama depan, nama
tengah (bila ada) nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya (Matondang, Corry S, dkk.
2003:5)
2) Tanggal jam lahir
Dikaji untuk mengetahui tanggal lahir sehingga bisa diketahui usia balita dan untuk
menghindari kemungkinan kekeliruan dengan balita lain.
3) Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan ataupun dilihat
dari Kartu Menuju Sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya. Apabila tanggal lahir
tidak diketahui dengan pasti, maka ia dapat diperkirakan dengan menhubungkannya
dengan suatu peristiwa yang umum diketahui misalnya hari raya (idul Fitri, natal, hari
proklamasi, dsb). Kecuali untuk kepentingan identitas , umur perlu diketahui mengingat
periode anak (periode neonatus, periode bayi, pra sekolah, balita, sekolaj, akil baligh)
mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga
diperlukan untuk menginterpretasi data klins anak tersebut sesuai dengan usianya. .
(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 5)
4) Jenis kelamin
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk penilaia data
pemeriksaan klinis. . (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 5)
b. Orangtua
1) Nama orang tua
Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan
orang lain mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila ada titel yang bersangkutan
harus disertakan. (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 5)
2) Umur, pendidikan, pekerjaan
Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang pendidikan dan pekerjaan orangtua
baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta
dapat ditentukan pola pendekatan anamnesis. Tingkat pendidikan orangtua juga berperan
dalam pendekatan selanjutnya, misalnya dalam pemeriksaan penunjang dan penentuan
tata laksana pasien selanjutnya. (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 6)
3) Agama dan suku bangsa
Data tentang agama dan suku bangsa juga memantapkan identitas; disamping itu perilaku
seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan agama dan suku
bangsa, kebiasaan, kepercayaan, dan tradisi dapat menunjang namun tidak jarang
menghambat perilaku hidup sehat. (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 6)
4) Alamat
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap. Kejelasan alamat
keluarga ini sangat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi. (Matondang, Corry
S, dkk. 2003 : 6)
III. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan kunjungan.
2. Keluhan Utama
Anamnesis tentang penyakit pasien diawali dengan keluhan utama, yaitu keluhan atau gejala
yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Perlu diperhatikan bahwa keluhan utama tidak
selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan oleh orang tua pasien; hal ini terutama
pada orangtua dengan pendidikan rendah yang kurang dapat mengemukakan esensi
masalahnya. (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 6-7)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Balita
Riwayat yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin ada
hubungannya dengan penyakit sekarang atau setidaknya memberikan informasi untuk
membantu pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakitnya sekarang. (Matondang,
Corry S, dkk. 2003 : 12)
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran
keadaan kesehatan keluarga pasien. Terdapatnya perkawinan keluarga dekat antara
ayah-ibu terdapatnya penyakit tertentu (stigmata alergi, penyakit kardovaskuler,
diabetes mellitus, atau penyakit keganasan lain) perlu ditanyakan , sebab mungkin
berhubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapi sekarang (Matondang, Corry S,
dkk. 2003 : 15-16)
4. Riwayat Perkawinan
Bayi lahir dalam status perkawinan (sah/tidak sah). Orangtua menikah berapa kali, lama
perkawinan, usia ibu dan ayah saat menikah. Ditanyakan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh status perkawian terhadap masalah kesehatan bayi.
5. Riwayat Kehamilan, Sekarang, Persalinan, dan Nifas yang Lalu.
Hal yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu saat hamil, ada atau tidaknya
penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut, berapa kali ibu
melakukan kunjungan ANC dan kepada siapa kunjungan ANC dilakukan. (Matondang, Corry
S, dkk. 2003 : 12-13)
6. Riwayat Imunisasi.
Status imunisasi pasien harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio,
Campak, Hepatitis B, bila mungkin ditambahkan tanggal dan tempat imunisasi diberikan.
(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 14)
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Kebutuhan kalori adalah 102 kkalkghari, kebutuhan protein adalah 1,2 gkg/hari. Susu
harus dibatasi tidak lebih dari sekitar 1 liter setiap hari untuk membantu menjamin asupan
makanan yang kaya zat besi. (Muscari, 2005:44)
b. Pola eliminasi
BAB: Karakteristik feses berubah sesuai dengan jenis makanan yangdalam diet. Makanan
yang berwama (seperti ditambahkan gelatin, gula bit, minuman berwama, buah arbei) dan
mewarnai feses. dan BAK. (Muscari, 2005:45)
BAK: Pengeluaran urine rata-rata selama masa anak adalah 500 sampai 1000 mL/hari
(Muscari, mary, 2005:45)
c. Pola istirahat
Total kebutuhan tidur menurun selama tahun kedua sampai rata-rata 12 jam perhari,
kebanyakan todler tidur siang satu kali sehari sampai akhir tahun kedua dan ketiga,
masalah tidur umum terjadi dan dapat disebabkan rasa takut berpisah, ritual waktu tidur
dan objek transisi yang melambangkan rasa aman seperti selimut atau seperangkat
mainan, akan sangat membantu (Muscari, 2005 44-45)
d. Pola personal hygiene
Untuk menjaga anak tetap bersih, hangat, dan kering. Perhatikan juga teknik
membersihkan organ pembuangan jangan membersihkan dari arah belakang ke depan
namun dari depan ke belakang. Ini dimaksudkan agar kotoran dari anus tidak terbawa ke
vagina (Marmi 2014:82-83).
Orang tua harus membersihkan gigi todler dengan sikat gigi lembut dan air dan kemudian
sela-sela gigi dengan benang halus. Pasta gigi mungkin tidak digunakan karena todler
tidak akan menyukai busanya. Pasta gigi berfluorida berbahaya jika tertelan. (Muscari
2005:45).
8. Data pengetahuan
Kaji persiapan, tingkat pengetahuan dan harapan klien untuk membantu menentukan
kebutuhan akan informasi atau belajar. (Donges, 2001 :268)
b.Pengukuran Antropometri
Normalnya, lingkar kepala lebih besar daripada lingkar buncit, dan tonus fleksi.
1. Pengukuran harus dilakukan dengan cara
2. Anak ditimbang dengan pandangan lurus
3. Panjang bayi baru lahir paling akurat dikaji jika diletakkan, tembok dan berdiri disitu
dengan pandangan lurus.
4. Setelah bayi baru lahir dipindahkan, bidan kemudian dapat mengukur panjang bayi
dalam satuan sentimeter. Panjang badan bayi baru lahir cukup bulan 50 cm. Secara
kasar pada umur 1 tahun panjang bayi mencapai 1,5 kali panjang waktu lahir dan pada
umur 4 tahun 2x panjang waktu lahir. (Matondang, 2003:178)
5. Lingkar kepala bayi baru lahir diukur dari oksiput dan mengelilingi kepala tepat di
atas alis mata. Pada waktu lahir lingkaran kepala adalah 35 cm. pada umur 6 bulan 43.5
cm. Pada umur 1 tahun lingkaran kepala sudah bertambah 12 cm dari waktu lahir dan
pada umur 6 tahun bertambah lagi 6 cm. setelah itu hanya terjadi penambahan lingkaran
kepala sedikit saja, pada waktu dewasa lingkaran kepala adalah 55 cm. (Matondang,
2003:180)
6. Lingkar dada diukur di bawah ketiak dan melewati garis putting. Dalam keadaan
normal, lingkaran dada bayi baru lahir adalah 2 cm lebih kecil daripada lingkaran
kepala. Kemudian lingkaran dada menjadi lebih besar daripada kepala karena dada
tumbuh lebih cepat daripada kepala. (Matondang, 2003: 181)
7. Berat bayi harus dikaji di atas timbangan dengan pandangan lurus. Sampai umur 1
tahun bayi ditimbang setiap bulan, kemudian tiap 3 bulan sampai umur 3 tahun dan
dilanjutkan dengan 2 kali setahun sampai umur 5 tahun. Diatas umur 5 tahun,
penimbangan dilakukan setiap tahun, kecuali bila diduga terdapat kelainan atau
penyimpangan berat badan. Dalam keadaan normal, berat badan bayi umur 4 bulan,
sudah mencapai 2x berat badan lahir, dan pada umur 1 tahun sudah 3x berat badan lahir.
Matondang, 2003 :177)
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa lingkar kepala. Pemeriksaan yang lain
adalah ubun-ubun atau fontanel ubun-ubun besar, normalnya bertekstur rata atau
sedikit cekung, namun apabila ubun-ubun besar menonjol dapat menunjukan adanya
peningkatan intrakranial, sedangkan apabila cekung kemungkinan terjadi dehidrasi
dan malnutrisi. (Alimul Aziz, 2008:79)
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan distribusi, dan
karakteristik lainnya dari rambut. Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra
dan kuat. Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat menunjukkan
adanya kekurangan gizi. (Aziz Alimul, 2008 :79)
2. Muka
Pemeriksaan muka pada anak dilakukan untuk menilai kesimetrisan wajah.
Asimetris pada wajah disebabkan oleh adanya paralisis pasialis. Selain melihat
kesimetrisan wajah, pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai adanya
pembengkakan daerah wajah (Aziz Alimul, 2008 :79)
Selain itu keasimetrisan wajah juga dapat disebbabkan posisi bayi intrauterine.
Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindom piere robin.
Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir sepert laserasi, paresi N fasalis.
(Marmi, 2014: 56)
3. Mata
Pemeriksaan mata bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya pada
usia neonatus. Pada usia 1 bulan, bayi sudah mampu melihat adanya benda-benda
dan pada usia 2 bulan mampu melihat jari, untuk memperjelas pemeriksaan dapat
digunakan oftal muskop. Pemeriksaan palbera dilihat apakah simetris atau tidak,
pemeriksaan sklera untuk menilai warna sklera normal berwarna putih. Dan
pemeriksaan lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih tidaknya lensa. (Aziz
Alimul, 2008 :80)
4. Hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung juga
untuk menentukan ada tidaknya epitaksis.(Aziz Alimul 2008 81)
5. Mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknya trismus yang
merupakan kesulitan membuka mulut, holitosis merupakan bau mulut tidak sedap
serta labioskisis keadaan bibir tidak simetris. Pemeriksaan gusi untuk melihat adanya
odema atau tanda-tanda terjadi peradangan. Pemeriksaan lidah untuk menilai apakah
ada kelainan kongenital atau tidak. Pemeriksaan gigi untuk mengetahui gigi susu
sudah tumbuh atau belum. Dan pemeriksaan tenggorokan untuk mengetahui adanya
hiperemia, oedema, serta adanya abses baik retrofaringeal maupun peritonsial.(Aziz
Alimul 2008 81)
6. Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, tengah, dan
dalam. Telinga bagian luar dengan menentukan bentuk, besar serta posisinya,
Pemeriksaan membran timpani untuk menentukan cekungan dan mengkilap dan
adanya perfolasi atau tidak. Pemeriksaan mastoid melihat adanya pembengkakan
daerah mastoid dan pemeriksaan pendengaran apakah mengalami gangguan atau
tidak. (Aziz Alimul, 2008 80-81)
7. Leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena jugularis ada
tidaknya distensi pada vena jugularis. Ada tidaknya massa dalam leher, dan
pembesaran kelenjar tiroid. (Aziz Alimul, 2008: 82)
8. Dada
Cara dalam melakukan pemeriksaan dada dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Dalam melakukan pemeriksaan hal yang perlu diperhatikan adalah
bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada, adanya deformitas atau tidak,
adanya penonjolan serta adanya pembengkakan atau kelainan yang lain. (Aziz
Alimul. 2008: 82-83)
9. Abdomen.
Inspeksi
Untuk menilai ukuran dan bentuk perut membuncit, simetris atau tidak. Apabila
membuncit asimetris, kemungkinan dijumpai poliomyelitis, pembesaran organ
intraabdominal.
Auskultasi
Dilakukan menggunakan stetoskop, dapat diketahui adanya suara peristaltik usus.
Normalnya terdengar setiap 10.30 detik.
Perkusi
Dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju kebagian bawah abdomen.
Normalnya (bunyi timpani adalah bila terdengar pada seluruh lapangan abdomen).
Palpasi
Dapat dilakukan dengan cara satu tangan (monomanual) atau dua tangan (bimanual).
Yang dinilai adalah apakah ada pembesaran pada organ hati, limfa, dan ginjal. (Aziz
Alimul, 2008: 88)
10. Genetalia
Pada laki-laki: apakah glands penis baik bentuknya, bagaimana testis apakah sudah
turun, bagaimana BAK lancar atau tidak, penyumbatan atau tidak, skrotum simetris
atau tidak. Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1.3 crm. (Marmi,
2014:59).
Pada perempuan ada sekret atau tidak, labia minora dan klitoris menonjol atau tidak,
masa daerah inguinal ada atau tidak.
11. Tulang belakang Punggung
Pemeriksaan yang dilakukan dengan inspeksi, yang dinilai adalah adanya kelainan
tulang belakang seperti lordosis, kifosis, dan skoliosis Aziz Alimul, 2008: 89
12. Anus
Keadaan lubang anus, adakah haemoroid, prolaps, dan sebagainya. (Matondang,
2003:112-114)
13. Ekstermitas
Pemerikisaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas
abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau
keluar garis tangan). Selanjutnya menilai kondisi jari, yaitu jumlahnya erlebih atau
saling melekat. (Aziz Alimul, 2008:67)
14. Kulit
Pemeriksaan kulit untuk menilai, warna, adanya sianosis, ikterus, ekseme, pucat,
purpura, eritema, makula, papula, vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembapan
kulit, tekstur kulit, dan oedema. (Aziz Alimul, 2008:76)
15. Reflek: tidak ada karena sudah melebihi usia 2 bulan
V. ASSESMENT
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik.
a. Diagnosis Kebidanan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan yang ditegakkan berdasarkan pemeriksaan secara subjektif dan objektif dan
pemeriksaan lain yang menyertai.
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. Serta berdasarkan keluhan yang
menyertai setelah diperiksa.
c. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini benar-benar
terjadi.
d. Kebutuhan Tindakan Segera
Hal ini dilakukan bidan setelah bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien.
VI. PELAKSANAAN
Pada langkah ini, dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien. Walau
bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
rencana asuhannya (misal memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Kolaborasi memang dimungkinkan antara bidan dan dokter jika terjadi penyulit atau
masalah, namun bidan tetap mengambil tanggung jawab dalam pemberian asuhan serta
meningkatkan mutu terhadap asuhan yang diberikan.
Mengetahui,
PENUTUP
A. SIMPULAN
Simpulan dari asuhan kebidanan pada An. “D” usia 24 bulan dengan pemeriksaan fisik,
yaitupada tahap pengkajian didapatkan data subyektif yang berasal dari keterangan ibu dari An. D
dan data obyektif yang didapatkan dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data-data yang didapatkan pada saat pengkajian yaitu
An. D usia 24 bulan dengan imunisasi campak booster. Masalah potensial yang mungkin terjadi
dalam pemberian imunisasi tidak ada, sehingga kebutuhan segera tidak ada karena anak dalam
keadaan sehat. Implementasi telah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan anak tersebut. Pada
evaluasi yang didapatkan hasil yang baik atau dapat disimpulkan bahwa balita dalam keadaan
sehat.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maa penulis menyampaikan beberapa saran yang bermanfaat:
1. Bagi Ibu dan Keluarga:
a. Perlu meningkatkan pemahaman tentang jadwal pemberian imunisasi sesuai usia.
b. Dapat mengetahui tentang pentingnya pemberian imunisasi.
2. Bagi Bidan:
a. Diharapkan bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan terhadap penularan influenza.
b. Meningkatkan asuhan kebidanan pada bayi.
3. Untuk Institusi
a. Bagi Mahasiswa:
Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur,
karena teori dan prosedur yang mendasari setiap praktik sehingga menghindari kesalahn.
b. Pendidikan:
Diharapkan dapat menambah referensi dan memberi masukan secara konseptual.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Matondang, Corry S., dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta: Sagung Seto
Marmi, Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Arfiana, Arum Lusiana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Transmedika