Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DHF

Disusun oleh :

Agung Fahri Riyanto (1921001)

PRODI DIII KEPERAWATAN SURABAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

Dengan Judul : Asuhan Keperawatan Anak DHF


DiSusun Oleh : Agung Fahri Riyanto
Nim : 1921001
Program Studi : D-III Keperawatan
Institusi : STIKES Hang Tuah Surabaya
Tangggal : 22 November 2021
Jam : 09.15

Surabaya, 22 November 2021


Pembimbing Institusi Di Susun Oleh

Astrida Budiarti, M.Kep., Sp.Kep.Mat Agung Fahri Riyanto

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA 2020/2021
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF

A. KONSEP ANAK
1. Definisi Anak
Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun dalam
masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan
fisik, psikologis, psiko sosial, dan spiritual. (Ikhwani, 2019)
2. Tahap-tahap tumbuh kembang anak
a) Pre natal

a. Geminal : konsepsi – 8 minggu


b. Embrio : 2-8 minggu
c. Fetal : 8 – 40 minggu
b) Bayi

a. Neonatus : lahir – 1 bulan


b. Bayi : 1 bulan -12 bulan
c) Anak-anak awal

a. Toddler : 1 - 3 tahun
b. Pra sekolah : 3 - 6 tahun
d) Anak-anak tengah/sekolah usia 6-12 tahun
e) Anak-anak akhir

a. Pra pubertas : 10 -13 tahun


b. Remaja : 13 – 19 tahun (Ikhwani, 2019)
3. Ciri-ciri tumbuh kembang anak

Menurut Hidayat (2008)di kutip (Ikhwani, 2019) dalam


pertumbuhan dan perkembangan anak, terdapat berbagai ciri khas
yang membedakan komponen satu dengan yang lain.

Proses pertumbuhan anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada dan yang lainnya.
b. Dalam Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang
dapat terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang
muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
c. Pada pertumbuhan dan perkembangan, hilang ciri-ciri lama
yang ada selama pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar
timus, gigi susu atau hilangnya refleks tertentu.

B. KONSEP IMUNISASI
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.(Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), 2014)
2. Jenis-jenis imunisasi
Dikutip dari (Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2014)
a. Vaksin BCG
Vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis
yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan
hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.
Cara pemberian : Disuntikkan secara intrakutan di daerah
lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus). Dengan
menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
b. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
Vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang
dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.
Cara pemberian : Disuntik secara intramuskuler dengan dosis
pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan
pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval
paling cepat 4 minggu (1 bulan).
c. Vaksin hepatitis B
Vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam
sel ragi (Hansenula polymorph) menggunakan teknologi DNA
rekombinan.
Cara pemberian : Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml,
pemberian suntikan secara intramuskuler sebaiknya pada
anterolateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis
d. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)
Vaksin yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe
1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dibiakkan
jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Cara pemberian : Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis
ada 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (disis) pemberian dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu.
e. Vaksin campak
Vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5
ml) mengandung tidak kurang dari 1000 inektive unit virus
strain dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30
mcg residu erithromycin.
Cara pemberian : Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara
subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan.

C. KONSEP EFEK HOSPITALISASI PADA ANAK


a. Anak kecil

a) Kecenderungan untuk berpegangan erat dengan orang tua


b) Menuntut perhatian orang tua
c) Sangat menentang perpisahan
d) Ketakutan baru (misalnya mimpi buruk)
e) Rewel terhadap makanan
f) Menarik diri dan pemalu
b. Anak yang lebih tua
a) Dingin secara emosional, dilanjutkan dengan ketergantungan
pada orangtua yang intens dan menuntut
b) Marah pada orangtua
c) Cemburu dengan orang lain (misalnya sibling).
c. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Pada awalnya orang tua dapat bereaksi dengan tidak percaya,
terutama jika penyakit tersebut muncul secara tiba-tiba dan serius.
Setelah realisasi penyakit, orang tua bereaksi dengan marah atau
merasa bersalah. Orangtua dapat mempertanyakan kelayakan diri
mereka sendiri sebagai pemberi perawatan terhadap anaknya.
Takut, cemas, dan frustasi merupakan perasaan yang banyak
diungkapkan oleh orangtua. Takut dan cemas berkaitan dengan
keseriusan penyakit dan jenis prosedur medis yang dilakukan.
Perasaan frustasi berkaitan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur dan pengobatan. Orangtua akhirnya dapat bereaksi dengan
beberapa tingkat depresi. (Ikhwani, 2019)

D. KONSEP DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Definisi

Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau


pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan
ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang
anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada
pertambahan pertambahan ukuran fisik seseorang seseorang yaitu
menjadi menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti
pertambahan ukuran beratbadan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler  berarti  berarti bertambahnya bertambahnya
ukuran fisik dan struktur struktur tubuh sebagian sebagian atau
keseluruhan keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur /
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi
sel, jaringan tubuh, organ  –  organ dan sistemnya yang terorganisasi.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian.

2. Cara deteksi dini tumbuh kembang anak

a) Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini dapat


meliputi pengukuran berat badan, tingg  pengukuran berat badan,
tinggi badan , lingkar kep i badan , lingkar kepala dan lingkar
lengan atas. ala dan lingkar lengan atas.
b)  Pengukuran berat badan. Pengukuran berat badan ini bagian dari
antropometri yang digunakan untuk menilai hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yg ada pada tubuh.
c) Pengukuran tinggi badan. Pengukuran ini merupakan bagian dari
pengukuran antropometrik yang digunakan untuk menilai status
perbaikan gizi di samping factor genetik

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

a. Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada
posisi telungkup.
b.  Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.
c. Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa
tumpah.
d. Anak pada usia 18-24 bulan mencorat-coret dengan alat tulis.
e. Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa
berpegangan, melepas pakaian sendiri.
f. Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit
1 warna.
g. Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa
bantuan
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
a. Faktor Herediter (Keturunan). Faktor herediter merupakan factor
yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh
kembang anak, factor herditer meliputi factor bawaan, jenis
kelamin, ras, dan suku bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan jenis  perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-
laki kelamin laki-laki setelah lahir setelah lahir akan cenderung
akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta
akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki atau
tertentu. Baik anak laki-laki atau anak perempuan akan mengalami
pertumbuhan kan mengalami pertumbuhan yang lebih cpat ketika
mereka mencapai masa pubertas. Faktor Lingkungan.
b. Faktor lingkungan merupakan factor yang memegang peranan
peranan penting penting dalam menentukan menentukan tercapai
tercapai atau tidaknya tidaknya potensi potensi yang sudah dimiliki.
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu
lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu
lingkungan setelah bayi lahir) Faktor lingkungan secara garis besar
dibagi menjadi :
1) Faktor lingkungan prenatal

a) Gizi pada waktu ibu hamil


b) Zat kimia atau toksin
c) Hormonal

2) Faktor lingkungan postnatal


a) Budaya lingkungan
Dalam hal ini adalah budaya dalam masyrakat yang
mempengaruhi pertumbuhan  pertumbuhan dan perkembangan
perkembangan anak, budaya lingkungan lingkungan dapat
menentukan bagaimana seseorang mempersepsikan pola hidup
sehat
 b) Status sosial ekonomi
Anak dengan keluaraga yang memiliki sosial ekonoi tinggi
umumnya pemenuhan  pemenuhan kebutuhan kebutuhan gizinya
gizinya cukup baik dibandingkan dibandingkan dengan anak
dengan sosial ekonomi rendah
c)  Nutrisi
Nutrisi menjadi  Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tunbuh dan
berkemb kebutuhan untuk tunbuh dan berkembang selama masa
ang selama masa pertumbuhan,  pertumbuhan, dalam nutrisi
nutrisi terdapat terdapat kebutuhan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air
d) Iklim dan cuaca
Pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah
diperoleh namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya,
sebagai contoh pada saat  pada saat musim kemarau kemarau
penyediaan air penyediaan air bersih atau sumber makanan
sumber makanan sangatlah sulit.
e) Posisi anak dalam keluarga
Secara umum anak pertama memiliki kemampuan intelektual
lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi
dengan orang dewasa namun dalam perkembangan motoriknya
kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi yang
biasanya dilakukan udara kandungnya, sedangkan pada anak
kedua atau tengah kecenderungan orang tua yang sudah biasa
dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga kemamapuan
anak untuk berdaptasi lebih cepat dan mudah meski dalam
perkembangan intelektual biasanya kurang dibandingkan dengan
anak pertamanya.
f) Status kesehatan
Apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera maka
percepatan  percepatan untuk tumbuh kembang kembang menjadi
menjadi sangat mudah dan sebaliknya.contoh apabila anak
mempunyai penyakit kronis yang ada pada diri anak maka
pencapaian pencapaian kemampuan kemampuan untuk maksimal
maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak
memiliki masa kritis
3) Factor hormonal
Factor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak
antara hormone somatotropin, tiroid dan glukokortikoid.
Hormone somatotropin (growth hormone) berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi
terjadinya proliferasi sel kartilgo dan system skeletal, hormone
tiroid berperan menstimulasi metabolism tubuh. Hormone
glukokortiroid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel
intertisial dari testis (untuk memproduksi testosteron) dan
ovarium (untuk memproduksi estrogen), selnjutnya hormone
tesebut menstimulasi  perkembangan seks, baik pada anak laki-
laki maupun perempua yang sesuai ua yang sesuai dengan peran
hormonnya.
5. Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak
Ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu dibina atau dipantau :
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot
besar sperti duduk, berdiri, dsb.
b. Gerak halus atau motorik halus adala aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat sperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dsb.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respons terhadap suara, berbicara,  berkomunikasi,
mengikuti perintah berkomunikasi, mengikuti perintah
dsb.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan
sendiri, membereskan mainan selesai bermain),
bermain), berpisah berpisah dengan ibu/pengasuh
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi bersosialisasi dan
berinteraksi berinteraksi dengan lingkungannya, dsb.

E. KONSEP PENYAKIT DHF


1. Definisi DHF
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok (Darmawan, 2019)
2. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae
terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Keempat ditemukan diindonesia dengan den-3 serotype
terbanyak. Infeksi satu serotype terbanyak akan menimbulkan
antibodi terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal didaerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah diindonesia. (Aningsi, 2018)
3. Web Of Caution (WOC)
4. Manifestasi klinis

a) Demam tinggi selama 2-7 hari


b) Perdarahan terutama perdarahan bawah
kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
c) Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri
d) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
e) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f) Sakit kepala
g) Pembengkakan sekitar mata
h) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,
tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari
dua detik, nadi cepat dan lemah). (Aningsi, 2018)
5. Komplikasi
a) Ensepalopati : Demam tinggi, ganguan kesadaran disertai
atau tanpa kejang.
b) Disorientasi : Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan,
terutama yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan
orang.
c) Shock : Keadaan kesehatan yang mengancam jiwa ditandai
dengan ketidakmampuan tubuh untuk menyediakan oksigen
untuk mencukupi kebutuhan jaringan.
d) Effusi pleura : Suatu keadaan terdapatnya cairan dengan
jumlah berlebihan.
e) Asidosis metabolik : Kondisi dimana keseimbangan asam
basa tubuh terganggu karena adanya peningkatan produksi
asam atau berkurangnya produksi bikarbonat.
f) Anoksia jaringan : Suatu keadaan yang ditandai dengan
terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan,
mengakibatkan oksigen berkurang (hipoksia) disertai
dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).
g) Penurunan kesadaran : Keadaan dimana penderita tidak
sadar dalam arti tidak terbangun secara utuh sehingga tidak
mampu memberikan respons yang normal terhadap
stimulus. (Aningsi, 2018)
6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya


infeksi virus dengue adalah :
a. Uji rumple leed/tourniquet positif
b. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat
20% atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau
kurang)
c. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test) dipakai
untuk menentukan adanya infeksi virus dengue.
d. Rontgen thoraks : effusi pleura. (Aningsi, 2018)
7. Penatalaksanaan
a) Tirah baring atau istirahat baring
b) Diet makan lunak
c) Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa :
susu,teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit,
pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF.
d) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl
Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.
e) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,
pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi
ketat tiap jam
f) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari
g) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan
asetaminopen.
8. Asuhan keperawatan anak DHF
a. Pengkajian
a) Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD sering menyerang anak
dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan
orang tua.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk
datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan
anak lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak
yang disertai menggigil. Turunnya panas terjadi
antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan
batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade
III, IV), melena hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada
DBD, anak biasanya mengalami serangan
ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
beberapa faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DBD sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan
dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
c) Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya
dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang
menggenang dan gantungan baju kamar).
d) Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme

Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan


berkurang.

2) Eliminasi alvi (buang air besar)

Anak mengalami diare atau konstipasi.


Sementara pada DBD grade IV bisa terjadi
melena.

3) Eliminasi urin (bang air kecil)

Pada anak DBD akan mengalami urine


output sedikit. Pada DBD grade IV sering
terjadi hematuria.

4) Tidur dan istirahat


Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit
pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore
hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya
sering tidur pada siang hari dan pada sore
hari ,tidak memakai kelambu dan tidak
memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan
diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya
keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup,
mengubur, menguras dan menebar bubuk
abate.
e) Pemeriksaan fisik

1) Tingkat kesadaran

Biasanya ditemukan kesadaran


menurun, terjadi pada grade III dan grade
IV karena nilai hematokrit meningkat
menyebabkan darah mengental dan
oksigen ke otak berkurang.
2) Keadaan umum
Lemah

3) Tanda-tanda vital (TTV)

Tekanan nadi lemah dan kecil


(grade III), nadi tidak teraba (grade IV),
tekanan darah menurun (sistolik menurun
sampai 80 mmHg atau kurang), suhu

o
tinggi (diatas 37,5 C)

4) Kepala

Kepala terasa nyeri, maka tampak


kemerahan karena demam.

5) Mata

Konjungtiva anemis

6) Hidung

Hidung kadang mengalami perdarahan


(epistaksis) pada grade II, III, IV.

7) Telinga

Terjadi perdarahan telinga (pada grade II,


III, IV)

8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut
kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokkan mengalami
hyperemia pharing.

9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar
tiroid tidak mengalami pembesaran

10) Dada/thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang


tampak sesak. Pal : Biasanya fremitus kiri
dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru

A : Adanya bunyi ronchi yang


biasanya terdapat pada grade III,
dan IV.

11) Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan


adanya asites.

Pal : Mengalami nyeri tekan,


pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus

12) Sistem integument


Adanya petekia pada kulit spontan dan
dengan melakukan uji tourniquet. Turgor
kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji
tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak.
Selanjutnya diberikan tekanan antara
sistolik dan diastolic pada alat ukur yang
dipasang pada tangan. Setelah dilakukan
tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volar lengan
bawah (Soedarmo, 2008).

13) Genitalia

Biasanya tidak ada masalah

14) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi


serta tulang. Pada kuku sianosis/tidak.
(Aningsi, 2018)
b. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia b.d Proses penyakit Infeksi (SDKI, hal
284)
2. Resiko perdarahan d.d gangguan koagulasi
trombositopenia (SDKI, Hal 42)
3. Resiko syok (hipovolemik) d.d hipoksia jaringan
(SDKI, Hal 92)
4. Hipovelemia b.d Peningkatan Permeabilitas Kapiler
(SDKI, hal 64)
5. Defisit Nutrisi b.d Psikologis (SDKI, hal 56)

c. Rencana keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Hipertermia Setelah dilakukan Intervensi - Identifikasi penyebab
keperawatan selama 1 x 24 hipertermia (mis.
jam maka status Dehidrasi, terpapar
termoregulasi membaik lingkungan panas,
(SLKI, hal 129) dengan penggunaan inkubator)
kriteria hasil : - Monitor suhu tubuh
- Menggigil menurun - Monitor kadar elektralit
- Kulit merah - Monitor haluran urine
menurun - Longgarkan atau
- Takikardi menurun lepaskan pakaian
- Suhu tubuh - Ganti linen setiap hari
membaik atau lebih sering jika
- Suhu kulit membaik mengalami hiperhidrisis
- Tekanan darah (keringat berlebih)
membaik - Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
(SIKI, hal 181)
2. Resiko perdarahan Setelah dilakukan Intervensi 1. Monitor tanda dan gejala
keperawatan selama 1 x 24 perdarahan
jam maka status cairan 2. Monitor nilai
membaik (SLKI, hal 147) hematrokit/hemoglobin
dengan kriteria hasil : sebelum dan setelah
- Kelembapan kehilangan darah
membran mukosa 3. Monitor koagulasi (mis,
meningkat prothrombin time (PT),
- Hemoglobin partial hromboplastin time
membaik (PTT), fibrinogen,
- Hematrokit degradasi fibrin atau
membaik platelet)
- Tekanan darah 4. Pertahankan bed rest
membaik selama perdarahan
- Suhu tubuh 5. Batasi tindakan invasif, jika
membaik perlu
6. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
7. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
8. Anjurkan menghindari
aspirin atau koagulan
9. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
10. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu
11. Kolaborasi pemberian
produk darah
3. Resiko syok Setelah dilakukan Intervensi 1. Monitor status
(Hipovolemik) keperawatan selama 1 x 24 kardiopulmonal (frekuensi
jam maka tingkat syok dan kekuatan nadi,
membaik (SLKI, hal 148) frekuensi napas, TD, MAP)
dengan kriteria hasil : 2. Monitor status oksigenasi
- Kekuatan nadi (oksimetri nadi, AGD)
meningkat 3. monitor status cairan
- Output urine ( masukan dan haluaran,
meningkat turgor kulit, CRT)
- Akral dingin 4. monitor tingkat kesadaran
menurun dan respon pupil
- Pucat menurun 5. periksa riwayat alergi
- Haus menurun 6. pasang jalur IV, jika perlu
- Tekanan darah 7. jelaskan faktor/penyebab
sistolik membaik resiko syok
- Tekanan darah 8. jelaskan tanda dan gejala
diastolik membaik awal syok
- Tekanan nadi 9. anjurkan melapor jika
membaik menemukan/merasakan
- Frekuensi nadi tanda dan gejala awal syok
membaik 10. kolaborasi pemberian IV,
jika perlu
11. kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika perlu
4. Hipovolemia Setelah dilakukan Intervensi - Periksa tanda dan gejala
keperawatan selama 1 x 24 hipovolemia (mis.
jam maka status cairan Frekuensi nadi
membaik (SLKI, hal 107) meningkat, nadi teraba
dengan kriteria hasl : lemah, tekanan darah
- Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi
meningkat menyempit, turgor kulit
- Tugor kulit meingkat menurun, membrane
- Output urine mukosa kering, volume
mingkat urin menurun,
- Perasaan lemah hematokrit meningkat,
menurun haus, lemah
- Keluhan haus - Monitor intake dan
menurun output cairan
- Frekuensi nadi - Hitung kebutuhan cairan
membaik - Kolaborasi pemberian
- Tekanan darah cairan IV isotonis (mis.
membaik NaCl. RL)
- Teknan nadi - Kolaborasi pemberian
membaik cairan IV hipotonis (mis.
- Membrane mukosa Glukosa 2,5%, NaCl
membaik 0,4%)
- Kadar Hb membaik - Kolaborasi pemberian
- Kadar Ht membaik produk darah (SIKI, hal
- Intake cairan 184)
membaik
- Suhu tubuh
membaik
5. Defisit nutrusi Setelah dilakukan Intervensi 1. Identifikasi nutrisi
keperawatan selama 1 x 24 2. Identifikasi aleri dan
jam maka status cairan intoteransi makanan
membaik (SLKI, hal 121) 3. Identifikasi makanan
dengan kriteria hasil : disukai
- Porsi makanan yang 4. Identifikasi kebutuhan
dihabiskan kalori dan jenis nutrient
meningkat 5. Monitor asupan
- Nyeri abdomen makanan
menurun 6. Lakukan oral hygiene
- Frekuensi makanan sebelum makanan, jika
membaik perlu
- Nafsu makan 7. Kolaborasi dengan
membaik ahligizi untuk
- Bising usus memnentukan jumlah
membaik kalori dan jenis nutrient
- Membrane mukosa yang dibutuhkan, jika
membaik perlu (SIKI, hal 200)
DAFTAR PUSTAKA

Aningsi, P. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Berdarah


Dengue (DBD) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Darmawan, D. (2019). Patofisiologi DHF. Journal of Chemical Information


and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2014). Pedoman Imunisasi di


Indonesia. 1–28.

Ikhwani, M. K. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Diagnosa


Medis DHF ( Dengue Haemorhagic Fever ) Grade 3. Diagnosa Medis, 2.

Anda mungkin juga menyukai