Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN KASUS ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT)

Dosen Pendamping :

Qori’Ila Saidah, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An

Disususn :

Fera Indah Nofitayanti (1820019)

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LEMBARAN PENGESAHAN

Dengan Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keperawatan Anak


Dengan Kasus Ispa (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Disusun Oleh : Fera Indah Nofitayanti
NIM : 1820019
Program Studi : D-III Keperawatan
Institusi : STIKES Hang Tuah Surabaya

Surabaya, 26 April 2021

(Fera Indah Nofitayanti)

Mengetahui,

Pembimbing Puskesmas Dosen Pembimbing Institusi

(Didik Dwi Winarno., S.kep., Ns., M.kkk) (Qori’Ila Saidah, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Anak)

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP TUMBUH KEMBANG PADA ANAK

A. DEFINISI
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
menurut Potter & Perry,2005 adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik.
a. Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa atau bangsa
2. Faktor lingkungan.
a. Faktor pranatal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, anoksia embrio
b. Faktor postnatal
1) Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan thd penyakit, perawatan kesehatan,
penyakit kronis, dan hormon
2) Faktor lingkungan fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah.
3) Lingkungan sosial
Stimulasi, Motivasi belajar, Stress, Kelompok sebaya, Ganjaran atau
hukuman yang wajar, Cinta dan kasih sayang
4) Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan norma-norma

C. TUGAS PERKEMBANGAN ANAK


Tugas perkembangan masa bayi dan anak prasekolah
a. Belajar memakan makanan padat
b. Belajar berjalan
c. Belajar berbicara
d. Belajar menegndalikan pembuangan kotoran tubuh
e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
f. Mencapai kestabilan fisik
g. Belajar mengenal konsep – konsep sederhana tentang kenyataan alam dan
social
h. Belajar membedakan baik buruk , benar- salah , atau mengembangkan kata
hati

D. PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK


1. Ukuran Antropometrik :
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan
tropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:
a) Tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan (TB)
terhadap umur, lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan lingkaran lengan atas
(LLA) terhadap umur.
b) Tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB),
lingkaran lenganatas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK).
2. Berat Badan (BB)
Adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan
diulang. BB merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai pada setiap
pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok umur
karena BB merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan
tumbuh kembang anaksaat pemeriksaan (akut).
Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data tambahan berupa
umur yangtepat,jenis kelamin, dan acuan standar. Data tersebut bersama dengan
pengukuran BBdipetakan pada kurve standar BB/U dan BB/TB atau diukur
persentasenya terhadap standaryang diacu.BB/U dibandingan dengan standar,
dinyatakan dalam persentase
a. >120% disebut gizi lebih
b. 80-120% disebut gizi baik
c. 60-80% tanpa edema = gizikurang
d. Dengan edema = gizi buruk
e. <60% disebut gizi buruk Perubahan BB perlu mendapat perhatian karena
merupakan petunjuk adanya masalahnutrisi akut. Kehilangan BB dapat
dikategorikan menjadi: 1. Ringan = kehilangan 5-15%, 2.Sedang = kehilangan
16-25%, Berat = kehilangan >25%

3. Tinggi Badan (TB)


Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting.
PengukuranTB sederhana dan mudah dilakukan. Apabila dikaitkan dengan hasil
pengukuran BB akanmemberikan informasi penting tentang status nutrisi dan
pertumbuhan fisik anak. TB kemudian dipetakan pada kurve TB ataudihitung
terhadap standar baku dan dinyatakan dalam persen.TB/U dibandingkan dengan
standar baku (%)
a. 90-110% = baik/normal
b. 70-89% = tinggi kurang
c. <70% = tinggi sangat kurang

Rasio BB menurut TB (BB/TB)


Rasio BB/TB jika dikombinasikan dengan BB/U dan TB/U sangat penting dan lebih
akurat dalam penilaian status nutrisi karena memberikan informasi mengenai proporsi
tubuh.Indeks ini digunakan pada anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138 cm
dan pada anaklelaki sampai tinggi badan 145 cm. Setelah itu, hasil perbandingan
BB/TB menjadi tidakbermakna, karena adanya tahap percepatan pertumbuhan
(growth spurt) pada masa pubertas.
Interpretasi BB/TB (dalam %)
a. 120 % : obesitas
b. 110-120 % : overweight
c. 90-110 % : normal
d. 70-90% : gizi kurang
e. <70% : gizi baik

4. Lingkar Kepala (LK)


Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi volume
dalamkepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan.
Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran LK
secara berkala daripada sewaktu-waktu saja. Apabila pertumbuhan otak mengalami
gangguan yang dideteksi dari hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan
mikrosefali) maka hal ini bisa mengarahkan si anak pada kelainanretardasi mental.
Sebaiknya kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal) maka
volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal dengan
hidrosefalus.

5. Lingkar Lengan Atas (LLA)


Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak
di bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh
dibandingkan denganberat badan (BB). LLA lebih sesuai untuk dipakai menilai
keadaan gizi atau tumbuh kembang pada anak kelompok umur prasekolah (1-5 tahun).
Pengukuran LLA ini mudah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh siapa
saja. Alat yang digunakan biasanya adalah pita ukur elastis. Interpretasi hasil dapat
berupa:
a. LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 – 13.5 cm = gizi kurang
(kuning), >13.5cm = gizi baik (hijau).
b. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB: <75% = gizi
buruk,75-80% = gizi kurang, 80-85% = borderline , dan >85% = gizi baik
(normal).
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT ISPA

A. PENGERTIAN ISPA

ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan
(Meadow, Sir Roy. 2002:153).

ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute
Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran  pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ
secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan
ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).

B. ETIOLOGI
Infeksi saluran pernapasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan
heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih
jenis virus, bakteri dan rickettsia serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
Miksovirus (termasuk didalamnya virus influenza, virus para-influensa), Adenovirus,
Koronavirus, Pikonavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain
Streptokokus hemolitikus, stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus influenza, Bordetella
pertusis, Korinebakterium diffteria. Ricketsia penyebab ISPA adalah Koksiela burnetti.
Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoides imitis, Histoplasma kapsulatum, Blastomises
dermatitidis, Aspergilus, Fikomesetes (Ditjen PP dan PL (2004) dan Dinkes DKI (2005)
dalam Mairusnita, 2006)

C. TANDA DAN GEJALA

a) Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:


1.   Batuk
2.   Nafas cepat
3.   Bersin
4.   Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5.   Nyeri kepala
6.   Demam ringan
7.   Tidak enak badan
8.   Hidung tersumbat
9.   Kadang-kadang sakit saat menelan

b) Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002)

D. WOC
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuer, penyimpangan aksis, iskemia dan


kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia misalnya : takikardia, fibrilasi
atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark
miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular. EKG dapat
mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemik (jika
disebabkan oleh disebabkan oleh AMI)
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi atau struktur fungsi struktur katub atau area penurunan penurunan
kontraktilitas ventrikuler.
3. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan  pergerakan
dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau
infufisiensi, juga mengkaji potensi arteri coroner. Zat kontras disuntikkan ke
dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi atau
perubahan kontraktilitas.
5. Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yan rendah sehingg hasil
hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air.
6. Kultur atau biakan kuman : Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme yang menyebabkan faringitis.
7. Biopsi : Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil
jaringan tubuh, dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari
faring, laring, dan rongga hidung. (Nursalam M, 2002)  

b. Pemeriksaan radioogi
1. Foto thorak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau
efusi pleura edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnose CH yang
menegaskan diagnose CHF.
2. Sinar-X
3. CT Scan
4. MRI (Nursalam M, 2002)

F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1. Terapi Non-farmakologis

a) Memperbanyak Minum
b) Kompres Hangat
c) Irigasi Nasal

2. Terapi Farmakologis
a) Terapi Simptomatik
b) Antiviral
c) Terapi Antibiotik

G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASKEP ANAK ISPA SECARA UMUM

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua,
pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, bada lemah,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batik, pilek dan sakit
tenggorokan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
d. Riwayat Sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya.

3. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau
sakit berat.
2. Tanda vital
a) Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala.
b) Wajah :
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
c) Mata :
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sklera
ikterik/tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan.
d) Hidung :
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman.
e) Mulut :
Bentuk mulut, membran-membran mukosa kering/lembab, lidah
kotor/tidak, apakah ada kemerahan/tidak pada lidah, apakah ada gangguan
dalam menelan, apakah ada kesulitan berbicara.
f) Leher :
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi
vena jugularis.
g) Thorax :
Bagaimana bentuk dada simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan fisik
difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan.

3. Inspeksi
a. Membran mukosa-faring tampak kemerahan.
b. Tonsil tampak kemerahan dan edema.
c. Tampak batuk tidak produktif.
d. Tidak ada jaringan parut dan leher.
e. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung.
4. Palpasi
a) Adanya demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
5. Perkusi : Suara paru normal (resonance)
6. Auskultasi : Suara nafas terdengar ronchi pada kedua sisi paru
7. Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulir kering/tidak, apakah
terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
8. Genetalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin, warna
rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakh ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaam labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh
labia mayora.
9. Integumen : Kaji warna kulit, integrasi kulit utuh/tidak, turgor kulit
kering/tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
10.Ekstermitas atas : Apakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot
serta kelainan bentuk.

4. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
muskus (secret)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  ventilasi perfusi
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri

5. Intervensi keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
muskus (secret)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan
jalan nafas dapat teratasi dengan kreteria hasil: hidung bersih, tidak ada secret
klien dapat bernafas dengan lancer, tidak ada pernafasan menggunakan cuping
hidung.
Rencana tindakan:
 Observasi sistem pernafasan dan adanya subatan
 Bersihkan jika ada sumbatan
 Berikan posisi semi fowler
 Anjurkan klien untuk minum yang hangat
 Ajarkan batuk efektif
 Masase punggung dan dada klien
 Kalaborasi pemberian O2
 Kalaborasi pemberian obat
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  ventilasi perfusi
Tujuan : Setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan
pertukaran gas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak
ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
Rencana tindakan : Berikan posisi semi fowler
 Anjurkan klien untuk minum yang hangat
 Ajarkan batuk efektif
 Masase punggung dan dada klien
 Kalaborasi pemberian O2
 Kalaborasi pemberian obat

c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri


Tujuan : Setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah resiko
tinggi infeksi dapat teratasi dengan kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda
infeksi, pemeriksaan leukosit dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
 Observasi adanya tanda-tanda infeksi seperti: tumor, dolor, rubor, color,
dan disfusilaesa.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan Tindakan.
 Menggunakan APD untuk proteksi diri dan klien
 Kolaborasi dalam pemberian obat

5. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan
berkelanjutan pada klien.

6. Proses atau tahapan


a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang memberikan
mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan
yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta
keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.

7. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan
waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.

8. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai
atau tidak.

2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera ( pendokumentasian dan implementasi ).

b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien
pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).
DAFTAR PUSTAKA

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-


2002,Philadelpia,USA
Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa  oleh
Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC
Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification20012002,
Philadelpia,USA
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta:
Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai