Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN DETEKSI TUMBUH KEMBANG NORMAL


PADA AN. UMUR BULAN HARI DI PUSKESMAS UMBULHARJO 1
YOGYAKARTA

Dosen Pembimbing : Sri Lestari, S. SiT., M. MR

Disusun Oleh :
Shella Laras Sati
1710105172

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Jurnal Individu Asuhan Kebidanan Deteksi Tumbuh Kembang Normal pada An.
Umur 26 Bulan Hari di Puskesmas Umbulharjo 1 Yogyakarta. Telah mendapat persetujuan
pada :

Hari/ Tanggal :……..............

Tempat : Puskesmas Umbulharjo 1

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Mahasiswi

(Reny Trisnantini, Amd. Keb) (Shella Laras Sati)

Pembimbing Pendidikan

(Sri Lestari, S. SiT., M. MR)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ilmiah journal individu ini
berjudul “Asuhan Kebidanan Kehamilan Patologi dengan Presentasi Bokong”.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
khususnya kepada CI di Puskesmas Umbulharjo 1 dan Pembimbing Lahan yaitu ibu Sri Lestari,
S. SiT., M. MR sehingga penyusunan laporan ilmiah jurnal individu ini dapat berjalan dengan
lancar.

Penulis menyadari bahwa hasil laporan ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun ke arah penyempurnaan dalam penulisannya dan
berharap laporan ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 25 November 2019

Shella Laras Sati


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumbuh Kembang


a. Definisi Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah
atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif
sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m),
umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsiun dan nitrogen dalam tubuh)
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses difensiasi sel
– sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing – masing dapat memenuhi fungsinya. (Tanuwijaya, 2003).
Tumbuh kembang anak adalah suatu proses yang sifatnya kontinu, yang dimulai sejak
didalam kandungan hingga dewasa. Didalam proses perkembangan anak terdapat masa
– masa kritis, dimana pada masa tersebut diperlukan suatu stimulasi yang berfungsi
agar potensi anak berkembang. Perkembangan anak akan optimal jika terdapat
interaksi sosial yang sesuai dengan kebutuhan anak di berbagai tahap perkembangan
(Adriana, 2013).
b. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar :
1. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh) meliputi :
a) Pangan atau gizi
b) Perawatan kesehatan dasar
c) Tempat tinggal yang layak
d) Sanitasi
e) Sandang
f) Kesegaran jasmani atau rekreasi
2. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih)
Pada tahun – tahun pertamma kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras
antara ibu/ pengganti ibu dengan anak meruakan syarat mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial.
Berperannya dalam kehadiran orangtua terutama ibu sedini dan selanggeng
mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan konntak
fisik (kulit atau mata) dan psikis sedini mungkin. Kasih saying dari orangtua akan
menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
3. Kebutuhan anak akan stimulasi mental (Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi ini mengembangkan perkembangan mental
psikososial seperti kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kerpibadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada
akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Faktor genetik
Faktor genetic akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan
tulang serta saraf sehingga merupakan modan dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang. Faktor genetik ini meliputi :
a) Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
b) Jenis kelamin
c) Suku atau bangsa
2. Faktor lingkungan
a) Faktor prenatal
 Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, anoksia embrio
 Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan kongenital misalnya club foot
 Toksin atau zat kimia, radiasi
 Kelainan endokrin
 Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual
 Kelainan imunologi
 Psikologis ibu
b) Faktor postnatal
 Faktor lingkungan biologis (ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan
terhadap penyakit, perawatan kesehatam, penyakit kronis dan kormon)
 Faktor lingkungan fisik (cuaca, musim, sanitasi dan keadaan rumah)
 Faktor lingkungan sosial (stimulasi, motivasi belajar, stress, kelompok
sebaya, hukuman yang wajar, cinta dan kasih saying
 Faktor lingkungan keluarga dan adat istiadat (pekerjaan, pendidikan ayah
dan ibu, jumlah saudaram stabilitas rumah tangga, kepribadian orangtua,
agama, adat istiadat dan norma – norma)
B. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
a. Tahap – tahap tumbuh kembang anak
Banyak “milestone” perkembangan anak yang penting dalam mengetahui taraf
perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan “milestone” perkembangan
adalah tingkat perkembangan yang harus dicapaui pada umur tertentu).
1. Milestone motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa dan bicara
4. Sosial
5. Emosi
b. Berat badan terhadap tinggi badan
Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan untuk menentukan status gizi anak,
yang dapat dinilai menggunakan table BB/TB sesuai usia dan jenis kelamin anak.
Pengukuran berat badan dapat menggunakan timbangan bayi maupun timbangan injak.
Timbangan bayi digunakan anak berusia 0 - 2 tahun selama anak masih dapat
berbaring atau duduk tenang.
Pengukuran panjang badan dilakukan pada kelompok usia 0 – 24 bulan dalam posisi
berbaring. Sebaiknya dilakukan oleh dua orang, dimana satu orang memegang kepala
bayi pada batas nol. Orang kedua menekan lutut bayi dan batas kaki lalu membaca
angka hasil pengukuran. Bila pada kelompok usia ini pengukuran dilakukan dalam
posisi berdiri, maka harus ditambahkan dengan faktor koreksi 0,70 cm. pengukuran
tinggi badan di atas usia 24 bulan dilakukan dengan posisi berdiri tegak menghadap
kearah petugas. Punggung, pantat, tumit menempel pada dinding atau tiang ukur. Batas
pengukuran hinggal menempel pada ubun – ubun, lalu baca angka hasil pengukuran.
Berat badan dan panjang badan/ tinggi badan hasil pengukuran kemudian dinilai
menggunakan table BB/TB. Lihat kolom tinggi badan anak sesuai kelompok usia dan
jenis kelamin. Kemudian Tarik kesamping untuk melihat kategori berat badan anak.
Nilai apakah berat badan anak termasuk dalam kategori normal, kurus, sangan kurus,
gemuk, atau sangan gemuk.
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menghitung indeks masa tubuh menurut
umur. Berikut ini rumus perhitungan indeks masa tubuh :
Berat Badan (BB)

Tinggi Badan x Tinggi Badan (TB2)

Interpretasi hasil penghitungan :


Normal : -2SD s/d 2SD atau gizi baik
Kurus : -3SD s/d <-2SD atau gizi kurang
Kurus sekali : <-3SD atau gizi buruk
Gemuk : >2Sd s/d 3SD atau gizi lebih
Gemuk sekali : >3SD atau obesitas
c. Lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala anak bertujuan untuk mengetahui lingkar kepada anak
berada dalam batas normal atau tidak. Pengukuran lingkar kepada pada usia 0 – 11
bulan dilakukan setiap tiga bulan. Sedangkan pada anak usia 12 – 72 bulan pengukuran
dilakukan setiap enam bulan.
Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang dilingkarkan pada kepala
anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga dan bagian belakang
kepala yang menonjol kemudian tarik agak kencang.
Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin
anak. Hubungkan garis antara ukuran lingkar kepala yang lalu dan sekarang. Bila
lingkar kepala didalam hijau, maka lingkar kepala anak normal. Bila berada diluar jalur
hijau, maka lingkar kepala tidak normal, baik mikrosefal (dibawah garis hijau) maupun
makrosefal (diatas garis hijau).
C. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
a. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP)
Bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau terdapat penyimpangan.
Pemeriksaan KPSP rutin pada usia 3, 6, ,9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 42, 48, 54, 60, 66
dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang
kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Intrepretasi hasil KPSP :
1. Hitung berapa jumlah jawaban Ya
2. Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangan (S)
3. Jumlah jawabab Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
4. Jumlah jawabab Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
5. Untuk jawabab tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (Gerak kasar, gerak halusm bicara dan Bahasa, sosialisasi dan
kemandirian)
b. Tes Daya Dengar (TDD)
Merupakan tes yang bertujuan untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengan dan bicara
anak. TTD dilakukan setiap 3 bulan (pada usia <12 bulan) dan setiap 6 bulan (pada
usia >12 bulan).
Sebelum melakukan TTD, tanyakan tanggal lahir anak dan hitung umur dalam bulan.
Lemudia pilih daftar pertanyaan TDD sesuai usia. Pada anak diaras 24 bulan,
pertanyaan berupa perintah melalui orangtua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh
anak.
c. Tes Daya Lihat (TDL)
Tes daya lihat bertujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat. Dilakukan
setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah 36 – 72 bulan. Menggunakan kartu E berjarak
3 meter dan setinggi mata anak dengan posisi duduk. Sebelah mata anak ditutup
dengan buku/ kertas, tunjuk huruf E pada poster mulai bari pertama hingga keempat,
atau sampai baris terkecil yang dapat dilihat. Lakukan hal yang sama pada mata
satunya.
D. Deteksi Dini Penyimpangan Mental dan Emosional
a. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
Bertujuan mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak
prasekolah. Pemeriksaan dilakukan rutin setiap 6 bulan, menggunakan Kuesioner
Masalah Mental Emosional. Tanyakan dengan lambar, jelas dan nyaring setiap poin
pada KMME. Kemudian catat dan hitungg jumlah jawaban Ya.
b. Deteksi Dini Autis pada Anak Prasekolah
Bertujuan mendeteksi sejak dini adanya autis pada anak usia 18 – 36 bulan.
Dilakukan bila terdapat indikasi :
- Keterlambatan bicara
- Gangguan komunikasi
- Perilaku berulang – ulang
Pemeriksaan menggunakan CHAT (checklist for autism in toddlers) dengan
mengajukan pertanyaan secara jelas dan nyaring.
c. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada Anak
Prasekolah
Untuk mengetahui adanya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak
usia 36 bulan keatas. Dilakukan atas indikasi anak tidak dapat duduk tenang, selalu
bergerak tanpa tujuan dan tidak kenal lelah, perubahan suasana hari mendadak atau
impulsive. Pemeriksaan dilakukan menggunakan formulir GPPH. Bila total nilai 13
atau lebih kemungkinan anak mengalami GPPH. Lakukan rujukan kerumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai