Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

Dosen Pengampu : Kili Astarani., S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

1. Andreas Setia N. (01.2.22.00843)


2. Anggiani Rambu K. M. (01.2.22.00844)
3. Ani Natalia (01.2.22.00845)
4. Anugrah Desi Sari H. (01.2.22.00846)
5. Chindy Apriliana (01.2.22.00848)
6. Yoghi Christian Nugroho (01.2.22.00884)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai
salah satu bentuk tugas dari mata kuliah Pengkajian Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Kili Astarani., S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan
Anak Sehat dan Sakit Akut
2. Beberapa pihak yang telah mendukung keberlangsungan pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
penyusun miliki. Oleh karena itu penulis berharap dari pembaca, adanya kritik dan saran
yang sekira dapat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini. Semoga tersusunnya makalah ini dapat berguna sebagaimana mestinya.

Kediri, 05 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Definisi Tumbuh Kembang pada Anak............................................................................6
2.2 Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak.................................................7
2.3 Kebutuhan Dasar Anak.....................................................................................................7
2.4 Jenis Tumbuh Kembang.................................................................................................11
2.5 Pola dan Prinsip Tumbuh Kembang pada Anak.............................................................18
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang pada Anak..........................................19
BAB III
KESIMPULAN........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan umumnya berkaitan dengan terjadinya proses peralihan atau


transformasi dari dimensi, ukuran, maupun jumlah pada tingkat organ dan sel individu,
yang diukur dengan berat (gram, pound, kiligram) tinggi (cm, meter) usia, tulang,
keseimbangan metabolisme penyimpanan jumlah kalsium dan nitrogen dalam tubuh.
Perkembangan adalah peningkatan kapasitas struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, yang akan memberikan hasil dari adanya proses pematangan organ dan fungsi
tubuh itu sendiri. Ini juga mengacu pada sistem pembelahan sel tubuh, jaringan, organ,
dan sistem organ tubuh. Sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat menjalankan
fungsinya sebagaimana mestinya. Termasuk perkembangan emosional, intelektual dan
perilaku yang dihasilkan dari interaksi dengan lingkungan.
Perkembangan adalah adaptasi kualitatif terhadap lingkungan, yang dapat dilakukan
dengan cara membantu kemampuan anak untuk mengontrol beberapa keterampilan
kecilnya misalnya anak usia prasekolah yang terlibat langsung dalam percakapan telepon
dengan orang tuanya. Menurut santrock perkembangan adalah pola perubahan yang
dimulai sejak pembuahan dan terus berlanjut disepanjang rentan kehidupan individu.
Sebagian besar perkembangan melibatkan pertumbuhan, namun juga melibatkan
penurunan / penuaan.
Menurut Hurlock mengemukakan bahwa perkembangan merupakan serangkaian
perubahan progesif yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman/ belajar.
Perubahan yang dialami oleh individu disepanjang hidupnya ini mencakup dua proses
yaitu evolusi (pertumbuhan, dominan pada bayi dan masa kanak - kanak), involusi
(kemunduruan, dominan pada dewasa akhir).

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian tumbuh kembang pada anak!


2. Jelaskan perbedaan dari pertumbuhan dan perkembangan pada anak!
3. Jelaskan apa saja yang menjadi kebutuhan dasar anak!
4. Jelaskan jenis tumbuh kembang yang terjadi pada anak!
5. Jelaskan bagaimana pola dan prinsip tumbuh kembang pada anak!
6. Jelaskan dan sebutkan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak!
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari tumbuh kembang pada anak


2. Mengetahui perbedaan dari pertumbuhan dan perkembangan pada anak
3. Mengetahui kebutuhan dasar pada anak
4. Mengetahui jenis tumbuh kembang pada anak
5. Mengetahui pola dan prinsip tumbuh kembang pada anak
6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tumbuh Kembang pada Anak

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi,


biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/ dewasa. Banyak orang
menggunakan istilah “tumbuh” dan “kembang” secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-
tukar.Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.Sementara itu,
pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan per definisi yaitu, pertumbuhan adalah
perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat
sel, maupun individu.Sedangkan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif
dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan, struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai dari hasil dan
proses pematangan/maturitas (Soetjiningsih, 2013).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan, struktur dan fungsi tubuh yang


lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Perkembangan juga menyangkut adanya proses diferensiasi sel tubuh, jaringan,
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya (Andriana,2017). Perkembangan anak terdiri atas motorik kasar,
motorik halus, sosialisasi, kognitif dan bahasa. Anak-anak dilahirkan dengan mekanisme
kemampuan untuk mengembangkan bicara dan keterampilan bahasa. Perkembangan bahasa
adalah kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara sopan (Soetjiningsih, 2013).

Menurut UNICEF hampir 200 juta anak di negara-negara miskin memiliki


pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat karena gizi kurang. Selain itu laporan dari
WHO kematian pada anak dibawah umur lima tahun tercatat sebanyak 49%, akibat gizi buruk
yang terjadi di negara berkembang. Kasus kekurangan gizi sebanyak 50 % di Asia, di Afrika
sebanyak 30 %, dan 20% terjadi pada anak-anak di Amerika Latin (WHO, 2010).
2.2 Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak

Pertumbuhan adalah proses menambahnya tinggi, volume, atau massa tubuh makhluk
hidup yang biasanya bersifat kuantitatif (dapat dihitung dengan angka). Pertumbuhan ini
kebanyakan dapat dilihat dari fisik makhluk hidup itu sendiri. Proses pertumbuhan dapat
terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel karena pembelahan sel. Umumnya.
pertumbuhan akan terbatas pada usia, artinya pada usia tertentu makhluk hidup akan terhenti
pertumbuhannya. Contoh pertumbuhan adalah bertambahnya tinggi badan seseorang

Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan yang bersifat kualitatif (tidak dapat
digambarkan dengan angka, lebih dilihat dari segi fungsionalnya) untuk menjadi makhluk
yang sempurna seutuhnya. Perkembangan, tidak terbatas pada usia, artinya makhluk hidup
akan terus berkembang seiring pertambahan usianya. Contoh perkembangan adalah proses
seorang manusia dari lahir hingga mampu berbicara, berdiri, dan berjalan.

2.3 Kebutuhan Dasar Anak

1) ASAH (Kebutuhan Stimulasi)


Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa
latihan atau bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa
prenatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya
Asah sangat berguna bagi anak, ketika anak berada dilingkungan luar, anak
bisa membantu dan melakukan hal – hal yang positif. Proses pembelajaran,
pendidikan, dan pelatihan yang diberikan sedini mungkin dan sesuai, terutama pada
usia 4-5 tahun (golden age). Dengan begitu kepribadian yang mantap akan
terwujud sesusai keinginan, memiliki etika yang baik, cerdas, mandiri, terampil, dan
mampu berproduktivitas dengan baik. Diberitahu tentang proses pembelajaran yang
akan di alami oleh anak di masa depan juga termasuk asah agar anak tidak terkejut
bila kelak akan masuk atau terjun di pendidikan yang dia inginkan, dan juga di beri
pelatihan untuk sekedar bisa membaca, menulis, menghitung agar anak juga tidak
ketinggalan bila ada temannya yang sudah melebihi dia dalam belajarnya.
Contoh :

a. Mengenalkan berbagai warna pada anak


b. Mengajak anak untuk bermain Bersama
c. Mengajarkan anak untuk membaca

2) ASIH (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)


Asih adalah kebutuhan emosi dan kasih sayang yang dapat dilakukan sejak
seorang masih dalam kandungan yang namanya kontak batin antara anak dan orang
tua. Anak yang masih dalam kandungan itu harus di ajak berbicara atau bisa juga
diberi stimulus gerakan mengelus. Lalu saat anak tersebut sudah lahir maka orang tua
pun wajib memberikan pelukan hangat pertama untuk sang anak agar anak dapat
merasakan kasih sayang orang tuanya. Dengan begitu anak akan lengket dengan ibu
terutama agar sang anak selalu mengingat ibunya saat dia dewasa.
Kebutuhan rasa aman, kasih sayang, diperhatikan, dihargai, mendapat
pengalaman baru, diberi pujian, dan diberi rasa tanggung jawab dan mandiri yakni
memenuhi kebutuhan rasa aman dari kejahatan yang mengancam kehidupan anak,
di penuhi nya kasih sayang membuat anak menjadi lebih baik dan mampu mandiri
dan menjadi pribadi yang lemah lembut, diperhatikan selalu maka anak itu pun belajar
bahwa sebuah perhatian kecil itu sangatlah berharga, anak yang selalu dihargai
kehadiranya maka anak tersebut mampu membuat orang juga nyaman disekitarnya
karena mereka mendapatkan hal tersebut dari lingkungan terdekatnya, anak juga
mendapat pengalaman baru yang bisa di rasakan oleh anak agar anak lebih mengenal
dunia yang akan dia hadapi dengan baik dan dia pasti tau cara mengatasinya bila dia
mendapat suatu masalah, anak yang selalu diberi pujian akan selalu berusaha keras
untuk menunjukkan hasil terbaik nya dan membuat orang sekitarnya bahagia
melihatnya dengan begitu anak bisa faham tentang arti pujian, anak yang juga sudah
dididik menjadi mandiri dan bertanggung jawab maka anak itu akan mudah dalam
menyelesaikan setiap ada masalah dan menjadi anak yang membuat bangga orang
tuanya. Kebutuhan asih meliputi :
a. Kasih sayang orang tua
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh
kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah
memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang hangat
dengan anak, sehingga anak merasa aman dan senang.

b. Rasa aman
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan rasa
aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari – harinya.

c. Harga diri
Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya apabila anak diacuhkan,
maka hal ini dapat menyebabkan frustasi.

d. Dukungan/ dorongan
Dalam melakukan aktivitas, anak perlu dukungan dari lingkungannya. Apabila
orang tua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat
menyebabkan anak ragu – ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu
orang tua perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau
masalah yang dihadapi.

e. Mandiri
Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih
untuk tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk
mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan
anak.

f. Rasa memiliki
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang – barangnya
yang dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggungjawab
untuk memilihara dan merawat barangnya.

3) ASUH (Kebutuhan Fisik - Biomedis)


kebutuhan yang menyangkut pada fisik seorang dan kesehatan alami dari tubuh
seorang tersebut. Kebutuhan anak yang terkait dengan gizi, imunisasi, sandang,
pangan, papan (Tempat tinggal) kebutuhan satu ini terkait dengan tentang gizi dari
makanan dan minuman yang dia serap karena bila makanan dan minuman yang
masuk di dalam tubuh adalah makanan dan minuman yang baik maka suatu saat anak
itu akan tumbuh menjadi anak baik. Dan juga anak juga harus sering di beri imunisasi
agar daya tahan tubuh anak selalu sehat dan anak mampu mengejar dunia nya dan
mampu bermain dengan teman temannya dengan riang dan ceria, dan anak pun harus
di beri tempat tinggal yang layak
yang tidak harus mewah namun cukup untuk menjadi tempat berteduh dari panasnya
matahari dan dinginya malam hari dan juga bila terjadi hujan agar anak juga merasa
aman dan nyaman. Termasuk kebutuhan asuh adalah :
a. Zat Gizi
Zat gizi yang mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam
kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu
hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu
pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan,
sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping
ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan
yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada
masa bayi dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.

b. Perawatan Kesehatan Dasar


Perawatan kesehatan dasar Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang
optimal, diperlukan beberapa upaya, misalnya imunisasi, kontrol ke Puskesmas
atau Posyandu secara berkala, diperiksakan segera bila sakit. Dengan upaya
tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila ada
kelainan maka anak segera mendapatkan penanganan yang benar.

c. Pakaian Anak
Pakaian Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai.
Karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang
mudah menyerap keringat.

d. Tempat Tinggal
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak, maka hal tersebut akan
membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat
tinggal yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar, tetapi bagaimana
upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasi, serta terjaga
kebersihan dan kerapiannya,tanpa mempedulikan berapapun ukurannya.

e. Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani (olah raga dan rekreasi) Aktivitas olah raga dan rekreasi
digunakan untuk melatih otot - otot tubuh dan membuang sisa metabolisme,
selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak, dan aspek perkembangan
lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi anak balita merupakan aktivitas
bermain yang menyenangkan.

2.4 Jenis Tumbuh Kembang

1) Pertumbuhan
a. pertumbuhan fisik (Berat Badan, Tingi Badan, Lingkar Kepala, dan
Lingkar dada)
b. pertumbuhan fisiologis (tanda-tanda vital)
2) Perkembangan
a. Motorik
 Motorik Kasar
Keterampilan motorik kasar atau gross motor skills adalah
keterampilan fisik yang membutuhkan gerakan seluruh tubuh dan
melibatkan otot besar untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Contoh
aktivitas yang menggunakan keterampilan motorik kasar adalah berdiri
dan berjalan, berlari dan melompat, serta duduk dengan postur yang
baik dan tegak.

Keterampilan ini juga mencakup keterampilan koordinasi mata-tangan


seperti keterampilan bola (melempar, menangkap, menendang),
mengendarai sepeda atau skuter, dan berenang. Keterampilan motorik
kasar penting untuk memungkinkan anak melakukan fungsi sehari-hari,
seperti berjalan dan berlari, keterampilan bermain di taman (seperti
memanjat), dan keterampilan olahraga (seperti menangkap, melempar,
dan memukul bola dengan tongkat). Tanpa keterampilan motorik kasar
yang baik, anak juga akan kesulitan dalam tugas sehari-hari seperti
makan, merapikan mainan, serta menggunakan toilet.

 Motorik Halus
Keterampilan motorik halus sangat penting bagi anak dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, membuka kotak makan, atau
menulis. Keterampilan ini melibatkan koordinasi antara jari-jari,
tangan, dan mata. Keterampilan motorik halus penting dalam aktivitas
sekolah dan kehidupan sehari-hari.

Keterampilan motorik halus berkembang seiring waktu dan usia anak,


dan jika orang tua merasa anak mereka tertinggal atau tidak mencapai
tonggak perkembangan tertentu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
untuk mendapatkan saran dan bantuan untuk membantu meningkatkan
keterampilan motorik halus anak.

b. Kognitif
Aspek kognitif mencakup perkembangan intelektual dan kreativitas.
Melalui aspek ini, anak belajar memproses pikiran, memperhatikan,
mengembangkan ingatan, memahami lingkungannya, dan
mengekspresikan kreativitas. Jean Piaget, seorang psikolog anak,
menguraikan empat tahapan perkembangan kognitif: Tahap Sensorimotor
(Kelahiran hingga Usia 2), Tahap Pra Operasional (Usia 2 hingga 7),
Tahap Operasional Konkret (Usia 7 hingga 11), dan Tahap Operasional
Formal (Usia 12 ke atas).

Orang tua dapat membantu perkembangan kognitif anak dengan


memberikan kesempatan bermain dengan balok, teka-teki, serta
menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman bertanya tentang
dunia sekitarnya dan memiliki banyak kesempatan untuk bermain bebas.

Orang tua juga dapat mengembangkan minat belajar anak dengan


membantu mereka mengeksplorasi topik yang mereka minati, mendorong
keterampilan berpikir dan penalaran dengan mengajukan pertanyaan
terbuka, dan mengajarkan mereka untuk menjadi konsumen media yang
kritis dan mengetahui di mana mencari jawaban atas hal-hal yang
tidak mereka ketahui.

c. Sosial – Emosional
Aspek sosial-emosional meliputi pemahaman dan pengendalian emosi
anak, serta kemampuan mereka dalam berkooperasi, berempati, dan
menggunakan penalaran moral. Anak juga belajar membentuk hubungan
dengan orang lain, seperti belajar berbagi, bergantian, dan menerima
perbedaan. Mereka juga belajar tentang diri mereka sendiri dan bagaimana
berhubungan dengan kelompok lain.

Di usia praremaja (9-12 tahun), anak mengalami perkembangan signifikan


dalam aspek sosial-emosional karena teman sebayanya mulai mendapat
tempat di kehidupan anak dan di usia tersebut, anak mulai belajar
membangun pertemanan jangka panjang.

Ibu dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan sosial dan


emosional melalui interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, ibu juga dapat membantu anak
mengenali minat dan kelebihan mereka, mengontrol emosi, serta memberi
informasi tentang persahabatan yang sehat dan cara mengatasi tekanan
teman sebaya atau peer pressure.

d. Moral
Perkembangan moral pada anak dipengaruhi oleh keyakinan inti
(pandangan anak tentang dunia di sekitarnya), temperamen, dan
pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Pada usia 2 tahun, anak mulai
merasakan emosi secara moral dan memahami perbedaan antara benar dan
salah. Namun, mereka cenderung lebih peduli atau takut pada hukuman
daripada perasaan orang lain.

Di fase ini, ibu sebaiknya mulai mengajarkan anak tentang moralitas dan
memuji perilaku positif, sekaligus memberikan konsekuensi atas perilaku
buruk. Ibu juga harus memperhatikan apa yang anak mereka lihat dan
dengar, serta membantu anak mengembangkan empati dengan
mengajarkan tentang perasaan dan melibatkan mereka dalam kegiatan
amal.

e. Sensorik
Kemampuan sensorik adalah keterampilan yang dimiliki seorang anak
untuk menggunakan indra di tubuhnya. Perlu diketahui bahwa indra pada
tubuh sudah terbentuk sejak janin masih di dalam rahim, yang meliputi
indra penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, hingga sentuhan.
Dengan adanya kemampuan sensorik, anak bisa mengenali dan
menjelajahi lingkungan sekitar selama masa tumbuh kembangnya. Oleh
karena itu, kemampuan sensorik adalah salah satu aspek perkembangan
yang penting untuk dimiliki dengan baik oleh setiap anak. Penting
dipahami bahwa kemampuan sensorik anak akan berkembang
seiring dengan usianya.
Berikut perkembangan keterampilan sensorik berdasarkan masing-masing
indra pada tubuh :
1. Penglihatan (vision)
Mata berfungsi sebagai indra penglihatan pada tubuh. Melalui
indra penglihatan, anak bisa memiliki kemampuan sensorik berikut
ini:
a. Memahami apa yang dilihat.
b. Mengetahui benda dan lingkuangn di sekelilingnya.
c. Melihat arah bergerak.
d. Menerima informasi melalui mata sebagai sinyal dan mengirim
sinyal tersebut ke bagian tubuh lain.
e. Membuat kata baru dengan membuat sebutan untuk setiap
benda yang dilihat

Penglihatan adalah kemampuan sensorik yang paling sedikit


mengalami perkembangan saat bayi dilahirkan. Bayi tidak
memiliki kemampuan untuk melihat secara fokus atau lebih jauh
dari 30 cm. Oleh sebab itu, stimulasi sangat dibutuhkan untuk
membantu perkembangan kemampuan penglihatan
setelah anak lahir.

2. Pendengaran (Hearing)
Suara dibawa oleh gelombang udara yang kemudian ditangkap oleh
penerima sinyal (reseptor) di telinga.
Indra pendengaran membantu anak memiliki kemampuan sensorik
berikut ini:
a. Mengenali dan memahami suara yang didengar.
b. Mendeteksi arah datangnya suara.
c. Mendeteksi seberapa jauh jarak sumber suara.
d. Mengartikan suara yang didengar. Misalnya, suara bahaya saat
ada mobil yang melaju kencang ke arah Anda yang sedang
menyeberang jalan.
e. Kemampuan pendengaran sudah mulai berkembang sejak usia
kehamilan 28 minggu. Oleh karena itu, bayi baru lahir
umumnya sudah bisa mengenali suara ibunya dan mendengar
suara bernada tinggi dengan baik.

3. Penciuman
Bau-bauan yang ada di sekitar anak masuk ke dalam hidung dan
diterima oleh jutaan sel rambut yang ada di hidung.
Dengan indra penciuman, anak bisa memiliki kemampuan sensorik
berikut ini :
a. Mencium aroma yang wangi atau bau.
b. Membedakan setiap bau.
c. Mengetahui adanya bahaya. Indra penciuman mulai tercipta
saat memasuki usia 14 minggu kehamilan. Bahkan, bayi
terlebih dahulu mengenali ibunya dari bau sebelum ia bisa
melihat secara langsung.
Menariknya, hanya indra penciuman yang terhubung dengan
bagian ingatan dan emosi di otak. Inilah kenapa terkadang anak
bisa teringat sesuatu saat mencium bau tertentu.

Meski sudah berkembang dengan baik sejak kelahiran bayi, indra


penciuman tetap harus dilatih dan diberi stimulasi agar bisa
terus berkembang.

4. Perasa (taste)
Indra perasa meliputi bintik (taste buds) yang ada pada lidah.
Bintik ini berfungsi mengenali rasa apa saja yang masuk ke dalam
mulut dan bersentuhan langsung dengan lidah.
Melalui indra perasa, anak bisa memiliki kemampuan berikut ini:
a. Mengetahui makanan yang bisa dan tidak bisa dimakan.
b. Mengetahui dan membedakan setiap jenis rasa, yang meliputi
rasa manis, asam, asin, dan pahit.
c. Bayi baru lahir sudah memiliki bintik perasa untuk masing-
masing dari keempat jenis rasa. Meski begitu, butuh waktu
beberap tahun bagi bintik perasa untuk bisa berkembang
sempurna. Indra perasa berkaitan erat dengan indra penciuman
dan sama-sama mulai berkembang di dalam rahim sejak usia
kehamilan 28 minggu.

5. Peraba (touch)
Kulit berperan sebagai indra peraba. Reseptor pada kulit mengirim
sinyal pada otak tentang sensasi, suhu, tekanan, dan pergerakan
yang dirasakan oleh otot dan tendon.
Indra peraba memiliki fungsi berikut ini :
a. Merasakan sensasi sakit dan nikmat.
b. Merasakan tekanan pada tubuh.
c. Mendeteksi dan memahami lingkungan sekitar.
d. Mengetahui suhu udara.
e. Merasakan benda lain. Indra peraba merupakan kemampuan
sensori yang paling pertama berkembang pada anak. Dengan
kemampuan ini, janin di dalam rahim mampu merasakan suhu
dan sensasi yang terjadi di dalam rahim.

Perkembangan kemampuan indra peraba juga sudah terjadi secara


sempurna saat bayi lahir. Bayi mempelajari semuanya melalui
sentuhan untuk beberapa tahun awal kelahirannya.

6. Keseimbangan
Sistem vestibular di telinga bagian dalam berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan tubuh. Dengan indra keseimbangan, anak
bisa memiliki kemampuan sensorik sebagai berikut:
a. Menjaga keseimbangan tubuh.
b. Menjaga postur kepala dan tubuh.
c. Menentukan arah dan kecepatan bergerak.
d. Mengetahui ke mana tubuh bergerak.
e. Sistem vertibular bekerja sama dengan reseptor di telinga
bagian dalam untuk mengetahui posisi tubuh anak.

Kemampuan keseimbangan yang berkembang dengan baik bisa


mencegah anak merasa mual atau pusing saat bergerak normal.
Melalui sistem vestibular, anak juga belajar duduk, merangkak,
berdiri, dan berjalan dengan memahami sensai gravitasi. Seiring
dengan pertambahan usia, anak akan melatih keseimbangan dan
belajar gerakan yang lebih rumit, seperti menjaga keseimbangan
saat berjalan di atas papan.

7. Kesadaran Tubuh terkait Otot dan Sendi (body


awareness/proprioception)
Indra kesadaran tubuh atau posisi tubuh terdapat di seluruh otot,
sendi, tendon, dan bagian dalam telinga. Reseptor seluruh bagian
tubuh tersebut akan mengirimkan sinyal ke otak untuk memberi
tahu apakah bagian tubuh tertentu sedang tegang, bersantai,
bergerak, atau diam. Dengan indra kesadaran tubuh, anak juga bisa
mengetahui posisi tubuh dan bagaimana tubuhnya bergerak. Indra
kesadaran tubuh juga berfungsi untuk mengatur emosi dan
menenangkan anak. Misalnya, dengan pelukan erat saat anak sedih.
Kemampuan ini tentunya penting bagi anak untuk bisa mengenali
lingkungan sekitarnya

2.5 Pola dan Prinsip Tumbuh Kembang pada Anak

Menurut Mott (1990), ada beberapa prinsip tumbuh-kembang yang berguna sebagai
landasan dalam menafsirkan perubahan yang terjadi sejak lahir hingga lanjut usia (lansia).
Prinsip tumbuh-kembang yang perlu dipahami agar dapat menjalankan perannya dengan baik
terutama bagi anak dan remaja yang menjadi fokus dalam buku ini adalah sebagai berikut.

Pertama, Tumbuh-kembang terjadi secara teratur dan berurutan. Proses maturasi dapat
diramalkan dan mengikuti urutan perubahan yang universal. Pertumbuhan yang sangat pesat
terjadi selama satu tahun pertama, kemudian menjadi lebih lambat selama pertengahan dan
akhir masa kanak-kanak, gigi menjadi ompong pada pertengahan masa kanak-kanak, dan
karakteristik seks sekunder berkembang lebih pesat pada awal masa remaja. Walaupun
mulainya lama dan pengaruh setiap fase berbeda bagi setiap anak, tetapi urutan
perkembangan pada dasarnya sama pada semua anak.

Kedua, Tumbuh-kembang dipengaruhi oleh lingkungan sosio-ekonomi. Keluarga,


teman sebaya, dan masyarakat menciptakan suasana sosial dan emosional bagi anak. Struktur
keluarga dan masyarakat berbeda pada satu tempat dan tempat lain. Begitu pula adat istiadat,
peraturan, institusi, ekonomi, nilai, harapan, dan sumber. Perilaku yang dipelajari oleh anak
berbeda karena perbedaan norma sosial dari satu tempat ke tempat lain.

Ketiga, Kecepatan tumbuh-kembang spesifik. Walaupun tumbuh- kembang


berlangsung secara berkesinambungan, tetapi tidak terjadi secara bersamaan. Tiap sistem
tubuh mempunyai ketentuan waktu untuk penambahan ukuran, berat, dan fungsi maturitas.
Misalnya, sistem saraf dan kardiovaskular berkembang lebih awal daripada sistem
reproduktif atau kekebalan tubuh. Begitu pula perubahan pada penampilan, perilaku, dan
keterampilan tidak sama pada setiap individu. Oleh karena kecepatan tumbuh-kembang tiap
individu bersifat unik, kita perlu memerhatikan perilakunya secara menyeluruh dan tidak
hanya terpusat pada satu aspek perkembangan atau pada keterampilan spesifik saja.

Keempat, Tumbuh-kembang terjadi dengan arah sefalokaudal dan proksimodistal.


Daerah kepala berkembang lebih dahulu daripada bagian torso, kemudian diikuti
perkembangan pada tungkai dan kaki. Sejak lahir kepala bayi tampak besar, yaitu seperempat
dari panjang tubuh bayi. Gerakan terkendali dimulai dari daerah pusat tubuh hingga gerakan
terkendali yang jauh dari sumbu tubuh. Bayi dapat berguling lebih dahulu daripada
keterampilan memegang sesuatu dengan jarinya.

Kelima, Tumbuh-kembang makin dapat dibedakan. Dalam semua aspek


perkembangan, kemajuan bergerak dan respons yang bersifat umum mengarah pada respons
yang lebih spesifik. Respons dini bayi terhadap stimulus melibatkan kegiatan seluruh tubuh.
Bayi yang baru lahir menangis dengan menggerakkan seluruh bagian tubuhnya. Anak yang
lebih tua menangis hanya dengan mata dan wajahnya.

Keenam, Tumbuh-kembang makin terintegrasi dan berkesinambungan. Perilaku


berkembang dari yang sederhana ke perilaku yang lebih kompleks sesuai dengan
keterampilan baru dan terpadu dengan keterampilan yang dipelajari sebelumnya untuk
mencapai tugas yang lebih sulit. Prinsip ini menekankan pada gambaran perkembangan
menyeluruh sebagai suatu proses yang kompleks, multidimensional, dan berlangsung secara
berkesinambungan.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang pada Anak

Tumbuh kembang anak pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor
internal maupun faktor eksternal yang terdiri dari:

Faktor genetika merupakan dasar dari keunikan setiap individu.

1. Genetik
Faktor genetika adalah salah satu faktor yang tidak bisa kita ubah. Anak-anak
mewarisi sejumlah besar informasi genetik dari orang tua mereka, yang membentuk
dasar perkembangan fisik, kognitif, dan emosional mereka. Gen-gen tersebut
memainkan peran penting dalam menentukan ciri-ciri fisik seperti warna mata, bentuk
tubuh, dan tinggi badan. Selain itu, aspek-aspek kognitif seperti kecerdasan juga dapat
dipengaruhi oleh faktor genetika.
2. Nutrisi
Asupan nutrisi yang tepat merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Nutrisi yang cukup dan seimbang diperlukan untuk mendukung
perkembangan fisik, perkembangan otak, dan kekebalan tubuh.

Namun, kekurangan nutrisi justru dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka


panjang dan dapat menghambat kemampuan anak untuk belajar dan berkembang
secara optimal. Kebutuhan nutrisi anak berubah seiring dengan pertumbuhannya.
Fase-fase perkembangan tertentu memerlukan nutrisi khusus, seperti pada masa bayi
yang membutuhkan asupan gizi tambahan untuk mendukung pertumbuhan cepat
mereka. Kekurangan gizi pada masa ini dapat memiliki dampak jangka panjang pada
perkembangan kognitif dan fisik anak.

3. Lingkungan
Lingkungan tempat anak tinggal, belajar, dan bermain juga memengaruhi tumbuh
kembangnya. Faktor lingkungan meliputi iklim, kualitas udara, stimulasi kognitif,
teman, dan kondisi di sekitar rumah. Tanpa kita sadari, dari faktor tersebut seperti
polusi dan cuaca dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak.
Sebuah penelitian pada tahun 2022 melaporkan bahwa polutan udara memengaruhi
perkembangan saraf anak, sehingga menyebabkan kinerja akademis yang buruk.
Hubungan teman sebaya juga membentuk perkembangan kognitif. Anak-anak yang
mengalami intimidasi memiliki kinerja yang lebih buruk dalam tes kognitif, memiliki
lebih banyak masalah perilaku, dan mendapat nilai lebih rendah dibandingkan anak-
anak yang tidak mengalami intimidasi.

Sesuatu yang perlu diingat yaitu lingkungan yang dibentuk selama masa pertumbuhan
si kecil, dapat menjadi faktor yang secara tidak sadar memengaruhi mereka sepanjang
hidup. Jadi yang terbaik adalah selalu mengevaluasi lingkungan yang diciptakan, baik
itu dalam konteks lokasi geografis maupun dalam aspek pengasuhan sosial dan
budaya yang diberikan kepada anak-anak.

4. Jenis Kelamin
Perbedaan biologis antara jenis kelamin dapat memiliki dampak pada perkembangan
anak. Faktor-faktor biologis ini mencakup perbedaan dalam struktur tubuh, hormon,
dan perkembangan organ reproduksi. Apalagi pada masa pubertas, pertumbuhan anak
perempuan dan laki-laki akan berbeda dalam hal perkembangan fisik dan mentalnya.
Baik disadari maupun tidak, temperamen, perilaku mereka,minat maupun
kecenderungan terhadap aktivitas tertentu semuanya akan berbeda.

Namun, penting untuk diingat bahwa sifat ini juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, sosial, dan budaya dalam cara masyarakat memperlakukan anak
berdasarkan jenis kelamin. Stereotip jenis kelamin dapat mempengaruhi harapan dan
norma-norma sosial yang diterapkan pada anak-anak. Oleh karena itu, mendukung
kebebasan dan pilihan yang seimbang untuk anak-anak, tanpa memandang jenis
kelamin adalah penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan anak.

5. Pola Asuh
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua atau pengasuh memiliki dampak signifikan
pada perkembangan anak. Pola asuh yang penuh kasih, konsisten, dan mendukung
membentuk dasar untuk perkembangan kesejahteraan emosional dan sosial anak.

Anak-anak membutuhkan batasan yang jelas dan konsisten untuk membantu mereka
memahami norma-norma sosial dan mengembangkan tanggung jawab.
Interaksi positif antara orang tua dan anak, termasuk bermain bersama, berbicara, dan
mendengarkan, adalah kunci dalam pembentukan ikatan yang kuat antara anak dan
orang tua. Anak-anak yang merasakan kasih sayang dan dukungan dari orang tua
mereka cenderung memiliki kesejahteraan emosional yang lebih baik.

6. Sosial dan Ekonomi


Kondisi sosial dan ekonomi keluarga memainkan peran penting dalam membentuk
tumbuh kembang anak. Faktor-faktor seperti akses terhadap layanan kesehatan,
pendidikan, kondisi sanitasi, kondisi keluarga yang penuh tekanan, situasi keuangan
yang buruk dan lain-lain mempunyai pengaruh yang serius terhadap tumbuh kembang
anak.

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan sumber daya yang terbatas mungkin
menghadapi hambatan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan yang dapat
memengaruhi perkembangan fisik dan kognitif mereka. Oleh karena itu, penting
untuk adanya upaya kolektif dari masyarakat dan pemerintah untuk mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi, sehingga semua anak memiliki kesempatan yang
setara untuk tumbuh dan berkembang.

BAB III
KESIMPULAN

Pertumbuhan adalah proses menambahnya tinggi, volume, atau massa tubuh makhluk
hidup yang biasanya bersifat kuantitatif (dapat dihitung dengan angka). Pertumbuhan ini
kebanyakan dapat dilihat dari fisik makhluk hidup itu sendiri. Proses pertumbuhan dapat
terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel karena pembelahan sel. Umumnya.
pertumbuhan akan terbatas pada usia, artinya pada usia tertentu makhluk hidup akan terhenti
pertumbuhannya. Contoh pertumbuhan adalah bertambahnya tinggi badan seseorang,
bertambahnya berat badan seseorang.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan, struktur dan fungsi tubuh yang


lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Perkembangan juga menyangkut adanya proses diferensiasi sel tubuh, jaringan,
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya (Andriana,2017). Perkembangan anak terdiri atas motorik kasar,
motorik halus, sosialisasi, kognitif dan bahasa
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/parenting/bayi/bayi-1-tahun-pertama/kemampuan-sensorik-bayi/

https://pediasure.co.id/article/aspek-perkembangan-anak-usia-dini

https://www.scribd.com/doc/511864192

Nurul Aini, 2021, Pola Asah Asih Asuh Anak Usia Dini, Sidoarjo Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai