Disusun oleh :
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai
salah satu bentuk tugas dari mata kuliah Pengkajian Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut.
1. Ibu Kili Astarani., S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan
Anak Sehat dan Sakit Akut
2. Beberapa pihak yang telah mendukung keberlangsungan pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
penyusun miliki. Oleh karena itu penulis berharap dari pembaca, adanya kritik dan saran
yang sekira dapat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini. Semoga tersusunnya makalah ini dapat berguna sebagaimana mestinya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Definisi Tumbuh Kembang pada Anak............................................................................6
2.2 Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak.................................................7
2.3 Kebutuhan Dasar Anak.....................................................................................................7
2.4 Jenis Tumbuh Kembang.................................................................................................11
2.5 Pola dan Prinsip Tumbuh Kembang pada Anak.............................................................18
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang pada Anak..........................................19
BAB III
KESIMPULAN........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN
Pertumbuhan adalah proses menambahnya tinggi, volume, atau massa tubuh makhluk
hidup yang biasanya bersifat kuantitatif (dapat dihitung dengan angka). Pertumbuhan ini
kebanyakan dapat dilihat dari fisik makhluk hidup itu sendiri. Proses pertumbuhan dapat
terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel karena pembelahan sel. Umumnya.
pertumbuhan akan terbatas pada usia, artinya pada usia tertentu makhluk hidup akan terhenti
pertumbuhannya. Contoh pertumbuhan adalah bertambahnya tinggi badan seseorang
Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan yang bersifat kualitatif (tidak dapat
digambarkan dengan angka, lebih dilihat dari segi fungsionalnya) untuk menjadi makhluk
yang sempurna seutuhnya. Perkembangan, tidak terbatas pada usia, artinya makhluk hidup
akan terus berkembang seiring pertambahan usianya. Contoh perkembangan adalah proses
seorang manusia dari lahir hingga mampu berbicara, berdiri, dan berjalan.
b. Rasa aman
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan rasa
aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari – harinya.
c. Harga diri
Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya apabila anak diacuhkan,
maka hal ini dapat menyebabkan frustasi.
d. Dukungan/ dorongan
Dalam melakukan aktivitas, anak perlu dukungan dari lingkungannya. Apabila
orang tua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat
menyebabkan anak ragu – ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu
orang tua perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau
masalah yang dihadapi.
e. Mandiri
Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih
untuk tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk
mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan
anak.
f. Rasa memiliki
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang – barangnya
yang dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggungjawab
untuk memilihara dan merawat barangnya.
c. Pakaian Anak
Pakaian Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai.
Karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang
mudah menyerap keringat.
d. Tempat Tinggal
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak, maka hal tersebut akan
membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat
tinggal yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar, tetapi bagaimana
upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasi, serta terjaga
kebersihan dan kerapiannya,tanpa mempedulikan berapapun ukurannya.
e. Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani (olah raga dan rekreasi) Aktivitas olah raga dan rekreasi
digunakan untuk melatih otot - otot tubuh dan membuang sisa metabolisme,
selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak, dan aspek perkembangan
lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi anak balita merupakan aktivitas
bermain yang menyenangkan.
1) Pertumbuhan
a. pertumbuhan fisik (Berat Badan, Tingi Badan, Lingkar Kepala, dan
Lingkar dada)
b. pertumbuhan fisiologis (tanda-tanda vital)
2) Perkembangan
a. Motorik
Motorik Kasar
Keterampilan motorik kasar atau gross motor skills adalah
keterampilan fisik yang membutuhkan gerakan seluruh tubuh dan
melibatkan otot besar untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Contoh
aktivitas yang menggunakan keterampilan motorik kasar adalah berdiri
dan berjalan, berlari dan melompat, serta duduk dengan postur yang
baik dan tegak.
Motorik Halus
Keterampilan motorik halus sangat penting bagi anak dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, membuka kotak makan, atau
menulis. Keterampilan ini melibatkan koordinasi antara jari-jari,
tangan, dan mata. Keterampilan motorik halus penting dalam aktivitas
sekolah dan kehidupan sehari-hari.
b. Kognitif
Aspek kognitif mencakup perkembangan intelektual dan kreativitas.
Melalui aspek ini, anak belajar memproses pikiran, memperhatikan,
mengembangkan ingatan, memahami lingkungannya, dan
mengekspresikan kreativitas. Jean Piaget, seorang psikolog anak,
menguraikan empat tahapan perkembangan kognitif: Tahap Sensorimotor
(Kelahiran hingga Usia 2), Tahap Pra Operasional (Usia 2 hingga 7),
Tahap Operasional Konkret (Usia 7 hingga 11), dan Tahap Operasional
Formal (Usia 12 ke atas).
c. Sosial – Emosional
Aspek sosial-emosional meliputi pemahaman dan pengendalian emosi
anak, serta kemampuan mereka dalam berkooperasi, berempati, dan
menggunakan penalaran moral. Anak juga belajar membentuk hubungan
dengan orang lain, seperti belajar berbagi, bergantian, dan menerima
perbedaan. Mereka juga belajar tentang diri mereka sendiri dan bagaimana
berhubungan dengan kelompok lain.
d. Moral
Perkembangan moral pada anak dipengaruhi oleh keyakinan inti
(pandangan anak tentang dunia di sekitarnya), temperamen, dan
pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Pada usia 2 tahun, anak mulai
merasakan emosi secara moral dan memahami perbedaan antara benar dan
salah. Namun, mereka cenderung lebih peduli atau takut pada hukuman
daripada perasaan orang lain.
Di fase ini, ibu sebaiknya mulai mengajarkan anak tentang moralitas dan
memuji perilaku positif, sekaligus memberikan konsekuensi atas perilaku
buruk. Ibu juga harus memperhatikan apa yang anak mereka lihat dan
dengar, serta membantu anak mengembangkan empati dengan
mengajarkan tentang perasaan dan melibatkan mereka dalam kegiatan
amal.
e. Sensorik
Kemampuan sensorik adalah keterampilan yang dimiliki seorang anak
untuk menggunakan indra di tubuhnya. Perlu diketahui bahwa indra pada
tubuh sudah terbentuk sejak janin masih di dalam rahim, yang meliputi
indra penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, hingga sentuhan.
Dengan adanya kemampuan sensorik, anak bisa mengenali dan
menjelajahi lingkungan sekitar selama masa tumbuh kembangnya. Oleh
karena itu, kemampuan sensorik adalah salah satu aspek perkembangan
yang penting untuk dimiliki dengan baik oleh setiap anak. Penting
dipahami bahwa kemampuan sensorik anak akan berkembang
seiring dengan usianya.
Berikut perkembangan keterampilan sensorik berdasarkan masing-masing
indra pada tubuh :
1. Penglihatan (vision)
Mata berfungsi sebagai indra penglihatan pada tubuh. Melalui
indra penglihatan, anak bisa memiliki kemampuan sensorik berikut
ini:
a. Memahami apa yang dilihat.
b. Mengetahui benda dan lingkuangn di sekelilingnya.
c. Melihat arah bergerak.
d. Menerima informasi melalui mata sebagai sinyal dan mengirim
sinyal tersebut ke bagian tubuh lain.
e. Membuat kata baru dengan membuat sebutan untuk setiap
benda yang dilihat
2. Pendengaran (Hearing)
Suara dibawa oleh gelombang udara yang kemudian ditangkap oleh
penerima sinyal (reseptor) di telinga.
Indra pendengaran membantu anak memiliki kemampuan sensorik
berikut ini:
a. Mengenali dan memahami suara yang didengar.
b. Mendeteksi arah datangnya suara.
c. Mendeteksi seberapa jauh jarak sumber suara.
d. Mengartikan suara yang didengar. Misalnya, suara bahaya saat
ada mobil yang melaju kencang ke arah Anda yang sedang
menyeberang jalan.
e. Kemampuan pendengaran sudah mulai berkembang sejak usia
kehamilan 28 minggu. Oleh karena itu, bayi baru lahir
umumnya sudah bisa mengenali suara ibunya dan mendengar
suara bernada tinggi dengan baik.
3. Penciuman
Bau-bauan yang ada di sekitar anak masuk ke dalam hidung dan
diterima oleh jutaan sel rambut yang ada di hidung.
Dengan indra penciuman, anak bisa memiliki kemampuan sensorik
berikut ini :
a. Mencium aroma yang wangi atau bau.
b. Membedakan setiap bau.
c. Mengetahui adanya bahaya. Indra penciuman mulai tercipta
saat memasuki usia 14 minggu kehamilan. Bahkan, bayi
terlebih dahulu mengenali ibunya dari bau sebelum ia bisa
melihat secara langsung.
Menariknya, hanya indra penciuman yang terhubung dengan
bagian ingatan dan emosi di otak. Inilah kenapa terkadang anak
bisa teringat sesuatu saat mencium bau tertentu.
4. Perasa (taste)
Indra perasa meliputi bintik (taste buds) yang ada pada lidah.
Bintik ini berfungsi mengenali rasa apa saja yang masuk ke dalam
mulut dan bersentuhan langsung dengan lidah.
Melalui indra perasa, anak bisa memiliki kemampuan berikut ini:
a. Mengetahui makanan yang bisa dan tidak bisa dimakan.
b. Mengetahui dan membedakan setiap jenis rasa, yang meliputi
rasa manis, asam, asin, dan pahit.
c. Bayi baru lahir sudah memiliki bintik perasa untuk masing-
masing dari keempat jenis rasa. Meski begitu, butuh waktu
beberap tahun bagi bintik perasa untuk bisa berkembang
sempurna. Indra perasa berkaitan erat dengan indra penciuman
dan sama-sama mulai berkembang di dalam rahim sejak usia
kehamilan 28 minggu.
5. Peraba (touch)
Kulit berperan sebagai indra peraba. Reseptor pada kulit mengirim
sinyal pada otak tentang sensasi, suhu, tekanan, dan pergerakan
yang dirasakan oleh otot dan tendon.
Indra peraba memiliki fungsi berikut ini :
a. Merasakan sensasi sakit dan nikmat.
b. Merasakan tekanan pada tubuh.
c. Mendeteksi dan memahami lingkungan sekitar.
d. Mengetahui suhu udara.
e. Merasakan benda lain. Indra peraba merupakan kemampuan
sensori yang paling pertama berkembang pada anak. Dengan
kemampuan ini, janin di dalam rahim mampu merasakan suhu
dan sensasi yang terjadi di dalam rahim.
6. Keseimbangan
Sistem vestibular di telinga bagian dalam berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan tubuh. Dengan indra keseimbangan, anak
bisa memiliki kemampuan sensorik sebagai berikut:
a. Menjaga keseimbangan tubuh.
b. Menjaga postur kepala dan tubuh.
c. Menentukan arah dan kecepatan bergerak.
d. Mengetahui ke mana tubuh bergerak.
e. Sistem vertibular bekerja sama dengan reseptor di telinga
bagian dalam untuk mengetahui posisi tubuh anak.
Menurut Mott (1990), ada beberapa prinsip tumbuh-kembang yang berguna sebagai
landasan dalam menafsirkan perubahan yang terjadi sejak lahir hingga lanjut usia (lansia).
Prinsip tumbuh-kembang yang perlu dipahami agar dapat menjalankan perannya dengan baik
terutama bagi anak dan remaja yang menjadi fokus dalam buku ini adalah sebagai berikut.
Pertama, Tumbuh-kembang terjadi secara teratur dan berurutan. Proses maturasi dapat
diramalkan dan mengikuti urutan perubahan yang universal. Pertumbuhan yang sangat pesat
terjadi selama satu tahun pertama, kemudian menjadi lebih lambat selama pertengahan dan
akhir masa kanak-kanak, gigi menjadi ompong pada pertengahan masa kanak-kanak, dan
karakteristik seks sekunder berkembang lebih pesat pada awal masa remaja. Walaupun
mulainya lama dan pengaruh setiap fase berbeda bagi setiap anak, tetapi urutan
perkembangan pada dasarnya sama pada semua anak.
Tumbuh kembang anak pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor
internal maupun faktor eksternal yang terdiri dari:
1. Genetik
Faktor genetika adalah salah satu faktor yang tidak bisa kita ubah. Anak-anak
mewarisi sejumlah besar informasi genetik dari orang tua mereka, yang membentuk
dasar perkembangan fisik, kognitif, dan emosional mereka. Gen-gen tersebut
memainkan peran penting dalam menentukan ciri-ciri fisik seperti warna mata, bentuk
tubuh, dan tinggi badan. Selain itu, aspek-aspek kognitif seperti kecerdasan juga dapat
dipengaruhi oleh faktor genetika.
2. Nutrisi
Asupan nutrisi yang tepat merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Nutrisi yang cukup dan seimbang diperlukan untuk mendukung
perkembangan fisik, perkembangan otak, dan kekebalan tubuh.
3. Lingkungan
Lingkungan tempat anak tinggal, belajar, dan bermain juga memengaruhi tumbuh
kembangnya. Faktor lingkungan meliputi iklim, kualitas udara, stimulasi kognitif,
teman, dan kondisi di sekitar rumah. Tanpa kita sadari, dari faktor tersebut seperti
polusi dan cuaca dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak.
Sebuah penelitian pada tahun 2022 melaporkan bahwa polutan udara memengaruhi
perkembangan saraf anak, sehingga menyebabkan kinerja akademis yang buruk.
Hubungan teman sebaya juga membentuk perkembangan kognitif. Anak-anak yang
mengalami intimidasi memiliki kinerja yang lebih buruk dalam tes kognitif, memiliki
lebih banyak masalah perilaku, dan mendapat nilai lebih rendah dibandingkan anak-
anak yang tidak mengalami intimidasi.
Sesuatu yang perlu diingat yaitu lingkungan yang dibentuk selama masa pertumbuhan
si kecil, dapat menjadi faktor yang secara tidak sadar memengaruhi mereka sepanjang
hidup. Jadi yang terbaik adalah selalu mengevaluasi lingkungan yang diciptakan, baik
itu dalam konteks lokasi geografis maupun dalam aspek pengasuhan sosial dan
budaya yang diberikan kepada anak-anak.
4. Jenis Kelamin
Perbedaan biologis antara jenis kelamin dapat memiliki dampak pada perkembangan
anak. Faktor-faktor biologis ini mencakup perbedaan dalam struktur tubuh, hormon,
dan perkembangan organ reproduksi. Apalagi pada masa pubertas, pertumbuhan anak
perempuan dan laki-laki akan berbeda dalam hal perkembangan fisik dan mentalnya.
Baik disadari maupun tidak, temperamen, perilaku mereka,minat maupun
kecenderungan terhadap aktivitas tertentu semuanya akan berbeda.
Namun, penting untuk diingat bahwa sifat ini juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, sosial, dan budaya dalam cara masyarakat memperlakukan anak
berdasarkan jenis kelamin. Stereotip jenis kelamin dapat mempengaruhi harapan dan
norma-norma sosial yang diterapkan pada anak-anak. Oleh karena itu, mendukung
kebebasan dan pilihan yang seimbang untuk anak-anak, tanpa memandang jenis
kelamin adalah penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan anak.
5. Pola Asuh
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua atau pengasuh memiliki dampak signifikan
pada perkembangan anak. Pola asuh yang penuh kasih, konsisten, dan mendukung
membentuk dasar untuk perkembangan kesejahteraan emosional dan sosial anak.
Anak-anak membutuhkan batasan yang jelas dan konsisten untuk membantu mereka
memahami norma-norma sosial dan mengembangkan tanggung jawab.
Interaksi positif antara orang tua dan anak, termasuk bermain bersama, berbicara, dan
mendengarkan, adalah kunci dalam pembentukan ikatan yang kuat antara anak dan
orang tua. Anak-anak yang merasakan kasih sayang dan dukungan dari orang tua
mereka cenderung memiliki kesejahteraan emosional yang lebih baik.
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan sumber daya yang terbatas mungkin
menghadapi hambatan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan yang dapat
memengaruhi perkembangan fisik dan kognitif mereka. Oleh karena itu, penting
untuk adanya upaya kolektif dari masyarakat dan pemerintah untuk mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi, sehingga semua anak memiliki kesempatan yang
setara untuk tumbuh dan berkembang.
BAB III
KESIMPULAN
Pertumbuhan adalah proses menambahnya tinggi, volume, atau massa tubuh makhluk
hidup yang biasanya bersifat kuantitatif (dapat dihitung dengan angka). Pertumbuhan ini
kebanyakan dapat dilihat dari fisik makhluk hidup itu sendiri. Proses pertumbuhan dapat
terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel karena pembelahan sel. Umumnya.
pertumbuhan akan terbatas pada usia, artinya pada usia tertentu makhluk hidup akan terhenti
pertumbuhannya. Contoh pertumbuhan adalah bertambahnya tinggi badan seseorang,
bertambahnya berat badan seseorang.
https://hellosehat.com/parenting/bayi/bayi-1-tahun-pertama/kemampuan-sensorik-bayi/
https://pediasure.co.id/article/aspek-perkembangan-anak-usia-dini
https://www.scribd.com/doc/511864192
Nurul Aini, 2021, Pola Asah Asih Asuh Anak Usia Dini, Sidoarjo Jawa Timur