Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK

HAKEKAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

OLEH :

KELOMPOK 1

1. Bunga Febria Mukhtar (18129054)

2. Elmasi Tri Oktaviani (18129248)

3. Olivia Wandana Putri (18129029)

SEKSI 18 BB 03

DOSEN PEMBIMBING :

Dra. Tin Indrawati, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmad, Taufiq dan Hidayat-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam perkembangan peserta didik mengenai perkembangan Intelektual.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang
mendorong atau memotivasi pembuatan makalah ini supaya lebih baik dan lebih
efisien. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing mata
kuliah dalam menyerahkan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang
kurang sempurna dalam pembahasan ini, oleh karena itu bagi pihak yang membaca
makalah ini bisa memberikan kritik dan saran untuk mengembangkan serta dalam
penyempurnaan makalah ini. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi para pembaca.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Padang, 26 Agustus 2019

Kelompok 1
DAFAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan..............................................2
B. Konsep Anak sebagai Totalitas...................................................................2
C. Prinsip Perkembangan….............................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................…............................................10
B. Saran..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini
tidak bias dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri;
akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam
hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara
moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari
tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas
maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai
kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan pertumbuhan dan dan perkembangan ?

2. Bagaimana konsep anak sebagai totalitas ?

3. Apa saja prinsip perkembangan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembangan.

2. Mengetahui konsep anak sebagai totalitas.

3. Mengetahui prinsip-prinsip perkembangan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan berkesinambungan dan


progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati (Chaplin C.P.,1989:134).
menyatakan bahwa “Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari
perubahan yang teratur dan koheren “.”Progresif “ menandai bahwa perubahannya
terarah, membimbing mereka maju, dan bukan mundur. “Teratur” dan “ koheren”
menunjukan hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dan telah
mendahului atau mengikutinya. (Hurlock E.B. 1978:23)

Ini berarti bahwa perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar


terutama mengenai isinya yaitu tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan
perbuatan belajar. Disamping itu juga bagaimana suatu hal itu dipelajari, apakah
melalui memorisasi (menghafal) atau melalui peniruan dan atau dengan menangkap
hubungan-hubungan, hal-hal ini semua ikut menentukan proses perkembangan.

Dapat pula dapat dikatakan bahwa perkembangan sebagai suatu proses yang
kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang
lebih tinggi terjadi berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan, dan belajar.

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses


pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat
pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam
bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak,
seperti berat, panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup
perubahan yang semakin sempurna pada sistem jaringan saraf dan
perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat
diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.
Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk
menjadi besar. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur berat,
panjang, dan lingkaran seperti lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar
lengan dan lain-lain. Dalam pertumbuhannya, setiap bagian tubuh mempunyai
perbedaan tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat kelamin berlangsung paling
lambat pada masa anak-anak tetapi mengalami percepatan pada masa pubertas.
Sebaliknya, pertumbuhan susunan saraf pusat berlangsung pada akhir masa anak-anak
dan berhenti pada masa pubertas. Perbedaan kecepatan masing-masing bagian tubuh
mengakibatkan adanya perbedaan keseluruhan proporsi tubuh dan juga menimbukan
perbedaan dalam fungsinya.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner pada tahun 1957
(Sumarto, dkk, 1994: 31) yang menjelaskan bahwa "perkembangan sejalan dengan
prinsip orthogenetis, berlangsung dari keadaan global dan kurang berdeferensiasi
sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara
bertahap". Dapat dikata konsep perkembangan itu mengandung unsur keseluruhan
(totalitas) dan berkesinambungan yang berlangsung secara bertahap. Selanjutnya
Libert, Paulus dan Stauss (Singgih, 1990: 31) merumuskan arti perkembangan yaitu:
"perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai
fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan". Selain itu perkembangan proses
perubahan akibat dari pengalaman. Istilah perkembangan dapat mencerminkan
sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak.
Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis.
Perubahan dimaksud dapat dikategorikan menjadi empat yaitu: (1) perubahan dalam
ukuran; (2) perubahan dalam perbandingan; (3) berubah untuk mengganti hal-hal yang
lama; dan (4) berubah untuk memperoleh hal-hal yang baru.
Soesilo Windradini (1995: 2) menyatakan bahwa perkembangan individu tidak
berlangsung secara otomatis, tetapi perkembangan tersebut sangat bergantung pada
beberapa faktor, yaitu: (1) heriditas, (2) lingkungan, (3) kematangan fisik dan psikis,
dan (4) aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, dalam arti anak bisa
mengadakan seleksi, bisa menolak dan menyetujui serta mempunyai emosi.
Perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memperoleh penyesuaian diri
terhadap lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan maka realisasi diri
“aktualisasi diri” sangat penting perannya. Realiasasi diri memainkan peran penting
dalam kesehatan mental, maka seseorang yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik
secara pribadi dan sosial harus mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan minat
dan keinginannya dengan cara memuaskan dirinya. Tetapi pada saat yang sama harus
menyesuaikan dengan standar-standar yang diterima. Kurangnya kesempatan
berdampak pada kekecewaan dan sikap-sikap negatif terhadap orang lain dan bahkan
terhadap kehidupan pada umumnya.
Perubahan-perubahan baik fisiologis maupun psikologis tidak semua orang
menyadarinya, kecuali terjadinya perubahan itu secara mendadak, cepat, dan
mempengaruhi pola kehidupan mereka. Suatu bukti hampir semua orang takjub
terhadap masa pubertas, pertumbuhan melonjak dari akhir masa kanak-kanak ke awal
masa remaja. Sama halnya dengan usia lanjut ketika proses penuaan terus berlangsung
seseorang telah menyadari bahwa kesehatan mulai “berkurang” dan pikiran mulai
“mundur” sehingga perlu ada penyesuaian baru terhadap perubahan dalam pola
kehidupan mereka.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pertumbuhan dan perkembangan diantaranya
adalah:
1. Seifert dan Hoffnung mengartikan perkembangan sebagai “long-term changes in a
person’s growth, feelings, pattents of thinking, sosial relationship and motor skills.”
2. C.P. Chaplin mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan
dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau organisme sebagai suatu keseluruhan.
3. A.E. Sinolungan mengartikan pertumbuhan menunjuk pada kuantitatif, yaitu yang
dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
4. Ahmad Thonthowi mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang
meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan
(multiplication) sel-sel.
5. Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan
proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.
6. F.J. Monks menyatakan perkembangan adalah suatu proses ke arah yang lebih
sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada
perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.
Dari beberapa pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif
tubuh serta bagian-bagiannya. Sedangakn perkembangan menunjuk pada
perubahan-perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke
dalam satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Intinya bahwa
pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat dilihat
gejala-gejalanya. Perkembangan dipersyarati adanya pertumbuhan.

Pertumbuhan (Growth) merupakan perubahan ukuran organisme karena


bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat
ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme
dari kecil menjadi besar.

Perkembangan (Development) adalah rangkaian perubahan sepanjang rentang


kehidupan manusia, yang bersifat progresif, teratur, berkesinambungan dan
akumulatif, yang menyangkut segi kuantitatif dan kualitatif, sebagai hasil interaksi
antara maturasi dan proses belajar.

Maka Dapat kita simpulkan bahwa perbedaan antara perkembangan


(Development) dengan pertumbuhan (Growth) terletak pada sifat yang berlangsung
pada kedua proses tersebut, dalam hal ini pertumbuhan bersifat kuantitatif sedangkan
perkembangan merupakan proses yang lebih kompleks meliputi kualitatif dan
kuantitatif. Serta dapat kita tarik kesimpulan bahwa pertumbuhan merupakan salah
satu bagian dari proses perkembangan, karena proses pertumbuhan individu
mengikuti proses perkembangan yang bersifat kualitatif.

Tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan peserta didik terdiri dari


faktor-faktor sebagai berikut. (Ngalim Purwanto, 1999: 55).

a. Pembawaan

b. Kematangan

c. Pembentukan

d. Minat dan pembawaan yang khas

e. Kebebasan

Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi


dalam seluruh dimensi yang ada dalam diri anak, baik dimensi fisik, dimensi sosial,
dimensi emosi, kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual. Dimensi-dimensi
perkembangan anak meliputi fisik, sosial, emosi, kognitif, dan spiritual berhubungan
erat satu sama lain. Perubahan dalam satu dimensi mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh dimensi lain. Perkembangan dalam satu dimensi dapat membatasi atau
memfasilitasi perkembangan pada dimensi-dimensi lainnya (Sroufe, Cooper, &
DeHart 1992; Kostelnik, Soderman, & Whiren 1993 dalam Irwan Nuryana K, 2008).

B. Konsep Anak Sebagai Totalitas

Konsep anak sebagai suatu totalitas, yakni sebagai suatu organisme yang
merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dari kesesluruhan organ fisik dan aspek
psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek tersebut saling terjalin satu
sama lain. Karena itu perbedaan anak dengan orang dewasa tidak hanya terjadi dalam
aspek fisik atau psikis, melainkan secara keseluruhan.

Sebagai subjek studi psikologi perkembangan, konsep anak sebagai totalitas


mempunyai arti bahwa terdapat keterkaitan antara aspek fisik dan psikis yang terdapat
dalam dirinya dan secara terintegrasi saling terjalin dan memberi dukungan fungsional
satu sama lain. Sebagai contoh, anak yang sedang sakit bisa tidak berselera makan;
anak yang sedang ketakutan bisa kesulitan untuk tidur; anak yang sedang semangat
dan aktif melakukan sesuatu akan menjadi aktif pula mentalnya. Segala aktivitas yang
melibatkan fisik anak selalu mempengaruhi psikis anak, begitu juga sebaliknya.

Perbedaan antara anak dan orang dewasa tidaklah terbatas pada fisiknya,
melainkan secara keseluruhan. Sebagai contoh, pertumbuhan anak lebih pesat
dibandingkan orang dewasa. Anak cenderung lebih bersifat egosentrik ( sifat yang
berpusat / berstandar pada diri sendiri ), sedangkan orang dewasa lebih bersikap sosial
dan empatik ( menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan ikut merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain ). Daya pikir anak juga masih terbatas pada hal – hal
yang konkrit, sedangkan orang dewasa sudah mampu berfikir secara abstrak dan
universal.

Konsep anak sebagai suatu totalitas dapat mengandung 3 pengertian :


1. Anak adalah mahluk hidup ( organisme ) yang merupakan suatu kesatuan dari
keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Yakni sebagai suatu kesatuan dari
keseluruhan aspek fisik dan psikisyang terdapat dalam dirinya yang tidak dapat
dipisahkan.

Setiap fase perkembangan pada dasarnya selalu bertalian erat dengan periode
perkembangan yang mendahuluinya. Hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan
kesatuan yang bulat. Sejak bayi dilahirkan dia telah mempunyai “ gambaran total” dari
dunia ini, hanya saja gambaran tersebut masih kaburdan samar-samar. Dan, berkat
perkembangannya sepanjang pertumbuhan anak, kesamaran tersebut berangsur-angsur
berkurang. Bagian-bagiannya bertambah nyata, jelas dan memperoleh struktur tertentu
yang semakin lengkap. Timbullah kemudian kompleks-kompleks dan unsur-unsur,
umpamanya unsur gerak, jarak, bentuk, struktur, warna dan lain-lain.

2. Keseluruhan aspek anak saling terjalin satu sama lain. Keseluruhan aspek yang
terdapat dalam diri anak secara terintegrasi saling terjalin dan saling memberikan
dukungan fungsional. Misalnya anak yang sedang sakit bisa menjadi rewel, anak yayng
sedang dimarahi bisa tidak mau makan, anak yang sedang aktif kegiatan fisiknya bisa
aktif juga kegiatan mentalnya.

Pernyataan-pernyataan psikis satu sama lain saling bersangkut paut,


pengaruh-mempengaruhi dan merupakan suatu keseluruhan.

3. Anak berbeda dari orang dewasa bukan sekedar fisik, tetapi secara keseluruhan.

C. Prinsip Perkembangan

Prinsip 1: Perkembangan Melibatkan Perubahan


Berkembang berarti mengalami perubahan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut juga pertumbuhan. Peserta didik/anak
tidak saja menjadi bertambah besar secara fisik, tetapi juga ukuran dan struktur dalam
organ dan otak meningkat. Pada pertumbuhan ada peningkatan ukuran (berat dan
tinggi), maupun struktur atau proporsi tubuh. Perubahan secara kualitatif ditandai
dengan adanya perubahan fungsi yang besifat progresif/maju dan terarah. Ada
keterkatian antara perubahan yang satu dengan yang lain, maupun sebelum dan
sesudahnya.
Perubahan dalam perkembangan terjadi karena adanya dorongan dalam diri
individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk merealisasikan/
mengakutalisasikan dirinya. Selain terjadi perubahan dalam bentuk penambahan
ukuran dan proporsi, terdjadi juga gejala hilangnya ciri-ciri lama dan munculnya
ciri-ciri baru. Misalnya, jika terjadi rambut rontok maka akan tumbuh rambut baru,
kemampuan bahasa anak berubah dari sekedar menangis sampai mampu berbicara dan
berkomunikasi denggan orang lain.

Prinsip 2: Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan


Selanjutnya
Tahun-tahun awal kehidupan anak (0-5 tahun) merupakan saat yang kritis bagi
perkembangan selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan merupakan landasan bagi
pembentukan dasar-dasar kepribadian seseorang. Perilaku yang terbentuk cenderung
bertahan dan mempengaruhi sikap perilaku anak sepanjang hidupnya. Pada tahun tahun
awal, anak belajar menyesuaikan dan membiasakan diri dengan berbagai hal yang ada
di sekitarnya. Pada saat ini juga terbentuk kepercayaan dasar (basic trust) yang sangat
penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi dasar awal perkembangan antara lain:
hubungan antarpribadi terutama dengan anggota keluarga, keadaan emosi yang
terbentuk karena sikap menerima atau menolak dari orang tua atau anggota keluarga
yang lain, cara atau pola pengasuhan anak, latar belakang keluarga, serta rangsangan
yang diberikan. Anak yang kelahirannya tidak diharapkan, misalnya, akan
mempengaruhi sikap ibu dan anggota keluarga lain untuk tidak terlalu peduli, kurang
memberikan kasih sayang, dll. Hal ini membuat anak merasa diabaikan, tidak
diperlukan, tidak dikasihi, dan tidak nyaman, yang dapat berakibat lebih lanjut bagi
perilaku anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menarik perhatian orang
lain atau sebaliknya anak menjadi pendiam dan menarik diri.
Sikap dan perilaku anak yang terbentuk pada tahun-tahun awal kehidupan
cenderung bertahan/menetap dan mewarnai kepribadian dan sikap perilaku anak dalam
berinteraksi dengan diri dan lingkungan selanjutnya. Sikap dan perilaku yang terbentuk
agak sulit diubah, meskipun tidak berarti tidak dapat berubah sama sekali. Akan tetapi,
pengubahan sikap dan perilaku tersebut (terutama yang kurang baik/negatif)
memerlukan motivasi dan usaha keras dari orang yang bersangkutan untuk mau
berubah dan memperbaiki perilaku kebiasaan yang kurang baik tersebut.

Prinsip 3: Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar


Menurut teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern, perkembangan
seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Stern memadukan atau
mengkonvergensikan teori Naturalisme dan Empirisme. Menurut teori Naturalisme,
perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam (nature), bakat
pembawaan, keturunan/heriditas seseorang, termasuk di dalamnya kematangan
seseorang.. Sementara itu, teori Empirisme berpendapat bahwa perkembangan
seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak/individu itu berada
dan tumbuh-kembang, termasuk di dalamnya lingkunan keluarga, sekolah, dan belajar
anak.
Kenyataannya, faktor pembawaan maupun lingkungan saling
mempengaruhi dalam perkembangan seseorang. Kedua faktor tersebut dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan seseorang. Keduanya
saling berinteraksi dan mempengaruhi.Seorang anak yang mempunyai bakat musik,
misalnya, perkembangan bakat atau kemampuan bermain musiknya tidak akan optimal
apabila tidak mendapatkan kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak/peserta didik
yang sudah ada/dibawa sejak lahir akan bekembang optimal, apabila lingkungan
mendukungnya. Dukungan itu di antaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta
kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.

Prinsip 4: Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang dapat Diramalkan


Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti pola urut
tertentu yang sama, walaupun kecepatan masing-masing individu berbeda-beda.
Perkembangan fisik dan psikis bayi, misalnya, mengikuti hukum arah
perkembangan yang menyebar ke luar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota
tubuh (proxomodistal), serta menyebar ke seluruh tubuh, dari kepala ke kaki
(cephalucaudal). Demikian juga, pada perkembangan pola anak belajar berjalan.
Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat berjalan, dan
kemudian berlari. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam
kecepatan atau tempo yang dibutuhkan setiap anak untuk dapat berjalan.
Berkenaan dengan pola tertentu dalam perkembangan dikenal hukum tempo
dan irama perkembangan. Tempo perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan
seseorang untuk mengembangkan aspek tertentu pada dirinya. Ada yang membutuhkan
waktu yang cepat atau sebentar, sedang, atau lambat dalam belajar atau
mengembangkan kemampuan aspek tertentu. Irama perkembangan adalah ritme atau
naik turunnya gejala yang tampak akibat perkekembangan aspek tertentu.
Pada saat perkembangan tertentu anak tampak tenang atau goncang/gelisah.
Pada periode perkembangan sekurangnya ada dua periode di mana anak mengalami
kegon-cangan atau pancaroba. Pertama, pada masa krisis/menentang pertama (2-3
tahun) di mana kemauan/kehendak anak mulai berkembang dan ingin mandiri sehingga
menentang ketergantungan dirinya pada orang tua atau orang lain. Kedua, pada masa
krisis/ menentang kedua (14-17 tahun) anak ingin melepaskan diri dari orang tua/orang
dewasa dan mencari sampai menemukan jati dirinya sebagai manusia dewasa yang
mempunyai karakteristik tertentu.

Prinsip 5: Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu


Pola perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, juga
terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu. Perkembangan bergerak
dari tanggapan/persepsi yang umum menuju yang lebih khusus. Pada awal anak belajar
atau berinteraksi dengan lingkungan, anak mendapat tanggapan secara umum, baru
kemudian secara bertahap tanggapan/pessepsi anak semakin khusus dan terperinci.
Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini berarti,
perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Demikian pula ada korelasi atau hubungan dalam perkembangan, artinya pada waktu
perkembangan fisik berlangsung dengan cepat, maka terjadi pula perkembangan
aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan ingatan, penalaran, emosi, sosial, dll.
Kondisi yang mempengaruhi pola perkembangan ada yang bersifat permanen/ tetap
seperti sebelum dan saat kelahiran (cacat, memiliki bakat tertentu), tetapi ada pula yang
bersifat temporer seperti kondisi lingkungan (sakit, interaksi dengan anggota keluarga
dan teman, kondisi sosial budaya, dll).

Prinsip 6: Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan


Dalam perkembangan seseorang, selain terdapat pola-pola umum yang sama dan
dapat diramalkan, terdapat pula perbedaan pada hal-hal yang khusus. Adanya
perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah individu yang
unik, yang satu sama lain berbeda, kendati anak kembar. Perbedaan individu itu
disebabkan oleh faktor internal seperti sex atau jenis kelamin, faktor keturunan atau
heriditer, juga faktor eksternal seperti faktor gizi, pengaruh sosial budaya, dll.
Perbedaan perkembangan juga terjadi antara lain dalam kecepatan dan cara
berkembang.
Dengan mengetahui adanya perbedaan individu, maka kita tidak dapat berharap
semua anak pada usia tertentu akan memiliki kemampuan perkembangan yang sama.
Dan karenanya, kita tidak dapat memperlakukan semua anak dengan cara yang sama.
Pendidikan anak harus bersifat perseorangan. Maksudnya, pendidikan dirancang dan
dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan, kondisi, bakat dan kemampuan serta
kelemahan setiap individu anak. Dengan pendidikan dan perlakuan yang demikian,
diharapkan setiap anak dapat berkembang optimal sesuai dengan potensi dirinya.

Prinsip 7: Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Khusus


Setiap anak/peserta didik memang merupakan individu yang berbeda, yang harus
diperlakukan berbeda secara individual. Namun demikian, pada perkembangan secara
keseluruhan dan juga pada periode atau tahapan perkembangan dalam kehidupan
seseorang, terdapat pola-pola umum. Dengan memperhatikan karakteristik khusus pada
setiap periode atau tahapan perkembangan, maka diharapkan kita mendapat gambaran
mengenai apa yang akan terjadi sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan
membantu perkembangan anak secara optimal.
Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap
perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu pembagian periode perkembangan yang
dikemukakan oleh Hurlock adalah periode pralahir, periode bayi, periode anak (awal
dan akhir), periode remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (dewasa dini, usia
madya, dan usia lanjut).
Peralihan periode perkembangan sebelumnya ke periode berikutnya ditandai oleh
gejala keseimbangan dan ketidakseimbangan yang terjadi pada setiap individu.
Apabila individu telah mampu mengadakan penyesuaian dirinya dengan
perkembangan yang terjadi, maka terbangunlah suatu
keseimbangan (equilibrium). Selanjutnya, individu berupaya melepaskan diri dari
ketergantungannya dengan lingkungan atau keadaan sebelumnya untuk mencari
sesuatu yang lebih baru sehingga terjadi keadaan ketidakseimbangan
(disequilibrium). Hal ini terjadi secara berkelanjutan dalam perkembangan kehidupan
seseorang.

Prinsip 8: Terdapat Harapan Sosial pada Setiap Periode Perkembangan


Pada setiap periode perkembangan juga terdapat harapan sosial, yang oleh
Havighurst disebut tugas perkembangan (development task). Mengingat pentingnya
peran tugas perkembangan pada setiap periode perkembangan, maka akan dibahas
secara tersendiri khususnya tugas perkembangan pada periode anak usia SD/MI (6-12
tahun).
Seseorang dianggap berperilaku normal apabila mampu melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan tuntutan sosial pada periode tertentu dengan
menunjukkan pola perilaku yang umum, dan perilaku bermasalah apabila individu
tidak berhasil memenuhi tugas perkembangan atau mengalami kesulitan dalam
mengadakan pernyesuaian perilaku, sesuai dengan tuntuan sosial dan pola perilaku
yang muncul pada periode tertentu. Perilaku bermasalah pada periode perkembangan
terjadi karena adanya keterlambatan ataupun percepatan perkembangan aspek tertentu
pada diri seseorang dibandingkan dengan gejala perkembangan aspek tertentu pada
umumnya, dan individu tersebut mengalami kesulitan penyesuaian dengan
teman-teman seusianya.
Peserta didik yang mengalami keberhasilan dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya akan mengalami rasa bahagia. Sebaliknya, peserta didik yang
menga-lami kegagalan atau kekurangberhasilan dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya, akan merasa kurang bahagia sehingga dapat menghambat
perkembangan selanjutnya.

Prinsip 9: Setiap Perkembangan Mengandung Bahaya Potensial/Resiko


Bahaya potensial atau resiko yang terjadi karena peralihan antarperiode
perkembangan, yakni dari periode perkembangan sebelumnya ke periode
perkembangan selanjutnya, terjadi keadaan ketidakseimbangan dan adanya tuntutan
sosial terhadap peserta didik yang sedang berkembang. Bahaya potensial tersebut dapat
berasal dari dalam individu, baik secara fisik maupun psikis, juga dapat distimulasi dari
luar sehubungan dengan masalah-masalah penyesuaian akibat keadaan
ketidakseimbangan dan tuntuan sosial untuk menyelesaikan tugas perkembangan itu.
Dengan menyadari adanya bahaya potensial atau resiko pada setiap periode
perkembangan, kita perlu bersikap bijaksana dalam menghadapi gejolak perilaku
peserta didik. Hal ini akan dapat mencegah atau meminimalkan dampak negatif akibat
perkembangan setiap periode pada diri mereka.

Prinsip 10: Kebahagiaan Bervariasi pada Berbagai Periode Perkembangan


Kebahagian dalam perkembangan sangat bervariasi karena sifatnya subjektif. Rasa
kebahagiaan itu dipersepsi dan dirasakan setiap orang dengan cara yang sangat
bervariasi. Akan tetapi,banyak orang berpendapat bahwa masa anak merupakan
periode yang membahagiakan dibandingkan dengan periode-periode lainnya.
Kebahagiaan pada masa kecil memegang peranan penting dalam perkembangan
seseorang karena menjadi modal dasar bagi kesuksesan perkembangan dan kehidupan
selanjutnya. Anak yang bahagia tercermin pada sosok dan perilakunya. Biasanya
mereka sehat dan energik. Oleh karena itu, pada masa perkembangan, guru maupun
orang tua perlu membekali anak dengan motivasi yang kuat, menyalurkan energi anak
pada kegiatan-kegiatan bermanfaat, melatih mereka menghadapi dan menerima
keadaan ketidakseimbangan dan situasi sulit dengan lebih tenang dan tidak panik, serta
mendorong mereka untuk membina hubungan sosial secara sehat.

Berdasarkan hasil penelitian, kebahagiaan seseorang dipengaruhi oleh penerimaan


(acceptance) dan kasih sayang (affection) dari orang-orang di sekitarnya, serta prestasi
(achievement) yang dicapai oleh seseorang dalam kehidupannya.

Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap


perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu pembagian periode perkembangan yang
dikemukakan oleh Hurlock adalah periode pralahir, periode bayi, periode anak
(awal-akhir), periode remaja, periode dewasa (dewasa dini, usia madya, dan usia
lanjut).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan. Pertama, pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga
diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi,
pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan
ukuran dan struktur biologis. Kedua, konsep anak sebagai suatu totalitas, yakni
sebagai suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dari
keseluruhan organ fisik dan aspek psikis yang terdapat dalam dirinya. Ketiga, ada
sepuluh prinsip perkembangan yang harus diketahui seperti yang telah dijelaskan
dihalaman sebelumnya.

B. Saran

Melalui penulisan makalah ini, diharapkan guru dan calon guru dapat mengetahui
dan memahami hakekat pertumbuhan dan perkembangan dalam belajar peserta didik
di SD. Jika ada ketidaksempurnaan dalam makalah ini, penulis menyarankan agar
para pembaca mencari sumber – sumber lain untuk menyempurnakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, EB. 1996. Psikologi Perkembangan, Alih Bahasa Istiwi Dayanti. Jakarta :
Erlangga.

Kurnia, Inggridwati, dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta :


Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan Nasional.

Soerpartinah Pakasi. 1981. Anak dan perkembangannya. Jakarta: PT Gramedia.

Sumarto, dkk. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Depdikbud.

Sunarto, H. dan Agung Hartono,B. 1998. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Wawi, Eka. 2013. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan. Serial Online


[http://ikawawi.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-dan-perbedaan-pertumb
uhan.html] diakses pada tanggal 26 agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai