Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah

Fisika SMA Berorientasi Laboratorium

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Ida Wahyuni, M.Pd

DISUSUN OLEH :
NAMA : ELVA SELLYA RYARDA TARIGAN
NIM : 4193321007
KELAS : FISIKA DIK A 2019
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM STUDI (S1) PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karna atas berkat,
rahmat dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah critical journal review ini tepat
pada waktunya. Saya juga terima kasih kepada Ibu Dra. Ida Wahyuni, M.Pd, selaku dosen mata
kuliah Fisika SMA Berorientasi Laboratorium atas bimbingan dan nasehat dalam penyelesaian
makalah ini.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik, saran dan usulan demi
perbaikan yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, November 2021

Penyusun

ELVA SELLYA

NIM. 4193321007

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................1


1.2 TUJUAN......................................................................................................................1
1.3 MANFAAT CJR.........................................................................................................1

BAB II ISI JURNAL DAN MENGKRITISI ISI JURNAL........................................................2

BAB III PENUTUP........................................................................................................................16

3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................16
3.2 SARAN ........................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar belakang dari penulisan laporan critical journal ini adalah untuk memenuhi tugas khusus
dari mata kuliah Fisika SMA Berorientasi Laboratorium. Critical journal ini bertujuan untuk meneliti
kemampuan mahasiswa dalam memahami materi yang di berikan oleh dosen pengampu dan mengetahui
dimana tingkat pemahaman dalam materi tersebut. Setelah meneliti jurnal, maka hal selanjutnya adalah
mengembangkan ide-ide yang telah didapat dalam jurnal tersebut. Selain itu tujuan dari melakukan
kegiatan critical journal ini untuk menyelesaikan salah satu tugas KKNI pada mata kuliah Fisika SMA
Berorientasi Laboratorium

1.2 Tujuan
1. Menyelesaikan salah satu tugas dalam mata kuliah Fisika SMA Berorientasi Laboratorium
2. Menambah pengetahuan tentang Fisika SMA Berorientasi Laboratorium
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan membandingkan
serta memberi kritik pada jurnal.
4. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari jurnal yang direview

1.3 Manfaat CJR


1. Meningkatkan kemampuan dalam mengkritisi suatu jurnal
2. Mengetahui lebih dalam tentang kedua jurnal yang akan dikritisi
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang direview

1
BAB II

ISI JURNAL DAN MENGKRITISI ISI JURNAL

1 Judul Jurnal 1 :
Analisis Hambatan Pelaksanaan Praktikum IPA Terpadu Di SMPN 17 Dan
SMPN 19 Kota Jambi
Jurnal 2 :
Analisis Kendala Praktikum Biologi di Sekolah Menengah Atas
Jurnal 3 :
Analisis Kendala Dan Alternatif Solusi Terhadap Pelaksanan Praktikum
Pada SLTA Negeri Kabupaten Aceh Besar

2 Jurnal Jurnal 1 : Jurnal Pendidikan Fisika


Jurnal 2 : Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi
Jurnal 3 : Jurnal Pendidikan Sains Indonesia
3 Download Jurnal 1 :
file:///C:/Users/HP/Downloads/5656-Article%20Text-14178-1-10-
20190315.pdf
Jurnal 2 :
file:///C:/Users/HP/Downloads/12777-Article%20Text-36908-1-10-
20210617.pdf
Jurnal 3 :
https://media.neliti.com/media/publications/121618-ID-analisis-kendala-
dan-alternatif-solusi-t.pdf
4 Volume dan Jurnal 1 : Volume 3 No. 2, hal 41-48
Halaman Jurnal 2 : Volume 7 No. 2, hal 169-178
Jurnal 3 : Volume 3 No. 2, hal 1-13
5 ISSN Jurnal 1 : P-ISSN: 2477-7935 E-ISSN: 2548-6225
Jurnal 2 : P-ISSN: 2460-2612 E-ISSN: 2580-0922
Jurnal 3 : P-ISSN: 2252-6935

6 Tahun Jurnal 1 : 2018


Jurnal 2 : 2021
Jurnal 3 : 2015
7 Penulis Jurnal 1 : Zheka Marcella, Nova Susanti, dan Rahma Dani
Jurnal 2 : Nur Rahmah, Iswadi, Asiah, Hasanuddin, Devi Syafrianti
Jurnal 3 : Dedi Rahman, Adlim, Mustanir

2
8 Reviewer Elva Sellya Ryarda Tarigan
9 Tanggal 5 November 2021
10 Abstrak
Penelitian
-Tujuan Jurnal 1 :
Penelitian Untuk mengetahui mengetahui hambatan dalam pelaksanaan praktikum
IPA terpadu yang dihadapi guru dan siswa di SMP Negeri 17 Kota Jambi
dan SMP negeri 19 Kota Jambi
Jurnal 2 :
Untuk mengetahui kriteria kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium,
kriteria keterlaksanaan praktikum, mengumpulkan faktor kendala yang
menyebabkan kurang berjalannya praktikum, dan untuk mengetahui
korelasi antara kelengkapan sarana prasarana laboratorium dengan
keterlaksanaan praktikum
Jurnal 3 :
Untuk mengumpulkan masalah penyebab tidak terlaksananya kegiatan
praktikum di SLTA Aceh besar dan mencari solusi alternatif penyelesaian
masalah praktikum di SLTA Aceh besar menurut ahli dan pengguna
sekolah.

-Subjek Jurnal 1 : Laboratorium IPA


Penelitian Jurnal 2 : Laboratorium Fisika
Jurnal 3 : Laboratorium Fisika
-Assesment Data Jurnal 1 :
Jurnal ini menggunakan data kualitatif dari berbagai sumber ajar tentang
praktikum IPA.
Jurnal 2 :
Jurnal ini menggunakan metode analisis data deskripsif yaitu dengan
mendeskripsikan validititas dan pengumpulan data.
Jurnal 3 :
Jurnal ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan
data dari observasi, angket, dokumentasi.
-Kata Kunci Jurnal 1 : laboratory, physics lab
Jurnal 2 : fisika, laboratorium, inquiry
Jurnal 3 : ilization, laboratory, learning physics
11 Pendahuluan
-Latar Belakang Jurnal 1 :
dan Teori Pendidikan formal diselenggarakan dengan berbagai tingkat, mulai dari
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas,
sampai dengan perguruan tinggi. Mata pelajaran IPA terpadu di Sekolah
Menengah Pertama merupakan gabungan dari fisika, kimia dan biologi.
Mata pelajaran IPA terpadu khususnya fisika, berbeda dengan mata
pelajaran lainnya. Mata pelajaran fisika, memerlukan laboratorium sebagai
pembanding dari mata pelajaran lain. Laboratorium diartikan sebagai
ruangan yang dibatasi oleh dinding yang di dalamnya terdapat alat-alat dan
bahan-bahan yang dapat digunakan untuk melakukan praktikum. Penelitian
yang dilakukan oleh Yennita (2013), teridentifikasi berbagai hal yang
menyebabkan guru merasa enggan melaksanakan praktikum. Hambatan
tersebut meliputi:
1) intensitas guru dalam mengikuti pelatihan laboratorium masih rendah,
2) ketersediaan alat dan bahan praktikum masih kurang,
3
3) materi plajaran IPA cukup padat sehingga guru lebih memilih metode
ceramah,
4) tujuan pembelajaran sulit dicapai melalui praktikum.
5) dibutuhkan waktu khusus untuk persiapan sebelum praktikum
dilaksanakan,
6) waktu pelaksanaan praktikum dalam jam tatap muka selalu tidak
mencukupi,
7) pemahaman guru terhadap konsep serta penggunaan alat-alat praktikum
masih rendah,
8) guru sulit merancang LKS sendiri,
9) tidak adanya laboran yang dapat membantu pelaksanaan praktikum IPA.
Maka berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian lebih
lanjut dengan menganalisis lebih khusus hambatan pelaksanaan praktikum
IPA terpadu khususnya untuk SMP Negeri 17 Kota Jambi dan SMP Negeri
19 Kota Jambi. Pada SMP Negeri 17 Kota Jambi, di mana kondisi
laboratorium yang juga dipergunakan untuk ruang belajar mengajar dan
kurangnya sarana atau alat-alat untuk kegiatan pelaksanaan. Sedangkan
kendala utama pelaksanan pratikum di SMP Negeri B Kota Jambi, adalah
kurangnya sarana pratikum yang memadai serta tidak kondusifnya siswa
pada pelaksanaan praktikum.Penataan alat-alat laboratorium sangat
diperlukan, tetapi pada kenyataannya masih banyak laboran atau praktikan
yang kurang memahami bagaimana cara penataan, perawatan dan reparasi
alat-alat laboratorium. Akibat dari kurang memahami tentang penataan,
perawatan dan reparasi alat-alat laboratorium menyebabkan praktikan
meletakan alat sembarangan dan tidak merawat alat-alat yang ada di lab
dengan baik. Hal ini menyebabkan kurang efisiensinya penggunaan alat-
alat laboratorium dengan baik. Bukan hanya pada penataan dan perawatan
tetapi juga pada reparasi alat atau perbaikan alatalatlaboratorium. Dimana
pada alat-alat labaoratorium yang mengalami kerusakan dibiarkan tetap
rusak atau diganti yang baru tanpa diperbaiki terlebih dahulu. Tempat
dilakukan kegiatan kerja ilmiah atau Ketrampilan Proses Sains umumnya
di laboratorium. Laboratorium merupakan tempat dilakukannya percobaan
dan penelitian. Tempat ini dapat berupa ruang tertutup, kamar atau ruang
terbuka, atau kebun. Berdasarkan Depdikbud dalam Supriatna (2008),
dalam pengertian yang terbatas, laboratorium merupakan suatu ruang
tertutup dimana percobaan/eksperimen dan penelitian yang dilakukan.
Laboratorium dilengkapi sejumlah peralatan yang dapat digunakan siswa
untuk melakukan eksperimen atau percobaan dalam sains, melakukan
pengujian dan analisis, melangsungkan penelitian ilmiah, ataupun paraktek
pembelajaran dalam sains. Berdasarkan hasil penelitian Feblia (2018) di
SMA Negeri 5 Kota Jambi yang menyatakan bahwa alat praktikum yang
dimiliki sekolah tidak merata jumlahnya masih ada yang kurang untuk alat-
alat tertentu dan masih banyak berlebih untuk alat-alat tertentu. Tujuan
Penelitian ini untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan praktikum
IPA terpadu yang dihadapi guru dan siswa di SMP Negeri 17 Kota Jambi
dan SMP Negeri 19 Kota Jambi.

4
Jurnal 2 :
Laboratorium berperan sebagai tempat untuk peserta didik melatih
keterampilan melalui berbagai macam kegiatan seperti eksperimen maupun
aktivitas ilmiah lainnya. Praktikum sudah menjadi komponen penting dalam
pembelajaran biologi. Namun kenyataannya pelaksanaan praktikum di
sekolah masih belum berjalan secara baik (Atnur dkk, 2015). Kendala dalam
kegiatan praktikum biologi di semester ganjil kelas XI di SMAN Kabupaten
Karo diantaranya alokasi waktu yang tergolong kurang baik 46%, peralatan
laboratorium 63% dan perlengkapan laboratorium 56% yang kurang baik
(Rezeqi, 2012). Keterlaksanaan praktikum biologi di SMA Negeri Kota
Jambi tergolong kedalam kriteria baik dengan persentase sebesar 65,38%,
namun masih terdapat hambatan yang dialami guru dalam kegiatan
praktikum tersebut. Kendala yang dihadapi oleh pendidik adalah keberadaan
laboratorium itu sendiri yang tidak digunakan sebagai tempat praktikum
biologi, melainkan dijadikan sebagai ruang kelas untuk belajar (Hamidah,
2014). Permasalahan dalam kegiatan praktikum biologi di SMAN 16 Medan
diantaranya ketersediaan waktu untuk kegiatan praktikum tidak mencukupi,
penuntun praktikum yang tidak tersedia, tidak ada laboran dan bahan di
laboratorium tidak memadai (Siburian dkk 2017). Hasil wawancara dengan
beberapa guru biologi dan hasil observasi yang telah dilakukan di Sekolah
Menengah Atas Kota Banda Aceh, diketahui bahwa sebagian sekolah dalam
pembelajaran biologi kelas XI untuk pelaksanaan praktikum masih jarang
dilaksanakan. Hal ini dikarenakan alokasi waktu yang masih kurang,
kurangnya sarana dan prasarana penunjang praktikum di laboratorium dan
kurangnya pemanfaatan laboratorium di sekolah yang sudah memiliki
fasilitas laboratorium yang memadai. Keterlaksanaan praktikum perlu
dilengkapi dengan kebutuhan laboratorium yang mendukung.. Pemahaman
guru terhadap keterlaksanaan praktikum di laboratorium juga menjadi salah
satu faktor pendukung atau penghambat terlaksananya praktikum. Apabila
kegiatan praktikum tidak terlaksana dengan optimal, maka pencapaian
pembelajaran aspek psikomotor tidak tercapai dengan baik( Oktavia, 2012;
Sukmawati, 2013; Indrawan, 2015; Rahman dkk, 2015; Nazila dkk, 2017).
Laboratorium tidak berfungsi jika tidak dilengkapi dengan kebutuhan untuk
praktikum. Tidak layaknya sarana dan prasarana merupakan salah satu
kendala praktikum. Laboratorium membutuhkan tenaga khusus/laboran
yang bertugas menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk praktikum
dan mengelola laboratorium (Endela dkk, 2019)

Jurnal 3 :
Laboratorium merupakan sebuah sarana pendukung terlaksananya kegiatan
pembelajaran di sekolah khususnya untuk proses pembelajaran sains. Hofstein
(2004) menjelaskan bahwa kegiatan praktikum telah menjadi bagian penting
untuk mendukung kurikulum dan telah memberikan banyak manfaat bagi guru
dalam mengajarkan pelajaran sains kepada siswa. Pelajaran kimia sebagai
bagian dari kelompok sains yang menuntut untuk melakukan percobaan dan
penelitian guna mencari jawaban dari berbagai fenomena-fenomena dalam
kehidupan sehari-hari. Widhy (2010) menjelaskan bahwa ilmu kimia
merupakan ilmu yang didapat melalui tahapan eksperiment dan didasari atas
pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana kejadian-kejadian alam berlaku.
Kajian tersebut juga erat kaitannya dengan komposisi, struktur dan sifat,
transformasi, dinamika dan energetika zat yang merupakan bagian dari alam
5
itu sendiri. Dalam pembelajaran di sekolah, Ilmu kimia merupakan sebuah
produk yang mencakup pengetahuan, fakta, teori, prinsip dan hukum serta
temuan saintis dan proses. Sehingga dalam penerapan dan penilaiannya mesti
mempertimbangkan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses.
Peserta didik memiliki nilai di atas KKM yang berarti laboratorium
dimanfaatkan secara efektif; dan 3) penilaian peserta didik terhadap
pembelajaran kimia menggunakan laboratorium beradapada kategori sangat
baik. Selain permasalahan kurangnya sarana dan prasarana penunjang
kegiatan praktikum, juga terdapat permasalah lain yaitu kurangnya
pemanfaatan laboratorium di sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium
yang memadai. Kurangnya pemanfaatan sarana laboratorium ini dijelaskan
berdasarkan hasil penelitian, salah satunya adalah hasil penelitian Yennita,
dkk (2012) menjelaskan bahwa intensitas guru yang melakukan praktikum di
laboratorium masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena beberapa
permasalahan dan hambatan yang dialami guru yaitu :
(1) intensitas guru dalam mengikuti pelatihan laboratorium masih rendah,
(2) ketersediaan alatdan bahan praktikum masih kurang,
(3) materi pelajaran IPA cukup padat sehingga guru lebih memilih metode
ceramah,
(4) tujuan pembelajaran sulit dicapai melalui praktikum
(5)dibutuhkan waktu khusus untuk persiapan sebelum praktikum
dilaksanakan,
(6)waktu pelaksanaan praktikum dalam jam tatap muka selalu tidak
mencukupi,
(7) pemahaman guru terhadap konsep serta penggunaan alat- alat praktikum
masih rendah,
(8) guru sulit merancang LKS sendiri,
(9) tidak adanya laboran yang dapat membantu pelaksanaan praktikum IPA.
Pelaksanaan praktikum di sekolah juga dilakukan berdasarkan materi ajar
yang telah diatur dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.Selain itu, terdapat pula beberapa kelompok
praktikum minimal.
Sasaran penelitian ini adalah seluruh sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) di
Aceh besar, yaitu semua SMA dan MAN di Aceh besar yang memiliki sarana
dan prasarana laboratorium yang lengkap sesuai standar minimal sarana
pendidikan nasional, namun kurang atau tidak sama sekali dilaksanakan
kegiatan praktikum. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini
difokuskan terhadap analisis keterlaksanaan kegiatan praktikum di SLTA
Aceh besar, mengumpulkan masalah dan kendala pelaksanaan praktikum serta
mencari solusi alternatif pemecahan masalah- masalah tersebut berdasarkan
kajian literatur dan pendapat ahli.

6
12 Metode
penelitian
-Langkah Jurnal 1 :
Penelitian Observasi, angket, dokumentasi, dan wawancara.
Jurnal 2 :
Observasi, angket, dokumentasi, dan wawancara.
Jurnal 3 :
Observasi, angket, dokumentasi, dan wawancara.
-Hasil Penelitian Jurnal 1 :
Hasil wawancara guru yang telah dilakukan dengan pertanyaan 25
pertanyaan. Saat dilakukan wawancara terdapat masing-masing 1 orang
guru di SMP Negeri 17 Kota Jambi dan di SMP Negeri 19 Kota Jambi yang
memberikan informasi tentang pelaksanaan praktikum seperti yang telah
diuraikan pada tabel diatas. Dapat disimpulkan pada dua sekolah ini
melaksanakan praktikum dengan baik.Dari segi tahapan-tahapan
pelaksanaan praktikum kedua guru disekolah inimelakukan pengenalan
alat terlebih dahulu kepada siswa dan siswi dengan cara
mendemonstrasikan didepan kelas, dan dari segi persiapan dibantu dengan
adanya laboran serta untuk evaluasi guru di SMP Negeri 17 Kota Jambi
sudah ada lembar penilaian sendiri terhadap siswa, berbeda dengan guru di
SMP Negeri 19 Kota Jambi yang tidak memiliki lembar untuk evaluasi
terhadap siswa. Selain secara fisik laboratorium, peran guru sebagai
pengelola sangat besar. Kemampuan atau kompetensi guru yang
diharapkan ada adalah kemampuan manajerial dan kemampuan individual
dalam merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan dan mengevaluasi
segala kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran di laboratorium.
Lynn dan Nixon (1985) mengatakan, “Competencies may range from
recall and understanding of facts and concepts, to advanced motor skill, to
teaching behaviors and professional values”. Artinya, kompetensi atau
kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang fakta dan
konsep, peningkatan keahlian, juga mengajarkan perilaku dan sikap. Sikap
siswa juga turut memegang peran penting dalam berlangsungnya proses
pembelajaran di laboratorium. Sedangkan Sudjana (2002) mengatakan ada
tiga komponen sikap siswa, yakni kognisi, afeksi dan konasi.

Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau


stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam
menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, karena
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu, maka sikap
siswa perlu digali untuk mengetahui responnya terhadap pembelajaran
kimia menggunakan laboratorium. Di SMP Negeri 17 Kota Jambi, guru
IPA terpadu menyatakan bahwa kendala beliau saat melaksanakan
praktikum adalah sulitnya mengatur siswa yang ribut saat pelaksanaan
praktikum, penggunaan laboratorium bersamasama sehingga saat akan
menggunakan laboratorium harus bergantian dengan guru mata pelajaran
lain, Selanjutnya beliau melaksanakan praktikum dikarenakan kendala
pada waktu pelaksanaanya, waktu yang tidak cukup untuk melaksanakan
praktikum karena dibagi menjadi dua shiff sehingga guru lebih banyak
mengajar di kelas untuk mengejar materi dan tidak sempat melakukan
7
praktikum IPA.

Jurnal 2 :
Solusi Untuk Mengatasi Kendala Praktikum, Solusi untuk mengatasi
kendala praktikum yang didapatkan dari hasil angket peserta didik dan
guru.

Kendala pertama yang didapatkan adalah alokasi waktu yang tidak


mencukupi. Hal ini seharusnya dapat diatasi jika pendidik mengatur
alokasi waktu untuk tahap-tahap pembelajaran dengan matang. Masalah
ini juga dapat diatasi bila guru dan laboran mempersiapkan keperluan
praktikum sebelum jam pelajaran tersebut berlangsung, sehingga dapat
menghemat waktu yang digunakan selama praktikum (Sardiman, 2015)).
Guru juga dapat memberikan waktu tambahan sebelum jam pulang sekolah
apabila waktu untuk melaksanakan praktikum tidak mencukupi (Siburian
dkk, 2017).

Kendala selanjutnya adalah fasilitas pendukung tidak memadai. (Yaman,


2016) menyampaikan bahwa kendala tersebut dapat dikomunasikan pada
kepala sekolah dan komite sekolah terkait mengenai permasalahan sarana
dan prasarana laboratorium, untuk dilakukan penyusunan anggaran dan
mengajukan permohonan bantuan dana pengembangan laboratorium
kepada pihak yang terkait. (Sukmawati, 2013) juga menyampaikan bahwa
pihak sekolah melalui instansi terkait dapat memenuhi kebutuhan
laboratorium sekolah, baik dari segi ketersediaan alat dan bahan keperluan
praktikum serta tenaga laboran, dan melaksanakan pelatihan peningkatan
profesional guru khususnya pengelolaan laboratorium.

Kendala selanjutnya yaitu kurangnya kesiapan laboran mempersiapkan


kebutuhan praktikum dan sebagian guru belum pernah mengikuti pelatihan
yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat laboratorium. Solusi untuk
mengatasi kendala ini yaitu dengan pemberian pelatihan teknik
laboratorium kepada pendidikan dan tenaga laboran (Rahman dkk, 2015).
(Hofstein dk, 2004) juga menyampaikan bahwa pendidik membutuhkan
wawasan, skills dan sumber daya serta mampu meningkatkan kemampuan
investigasi dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan persentase diketahui bahwa


untuk kelengkpan sarana dan prasarana laboratorium biologi di Sekolah
Menengah Atas Kota Banda Aceh, dari segi kelengkapan perabot nilai
persentase menunjukkan angka 97,40% dan tergolong kedalam kriteria
baik. Untuk alat peraga nilai persentase menunjukkan angka 55,27% dan
tergolong kedalam kriteria kurang baik. Kelengkapan alat percobaan nilai
persentase menunjukkan angka 70,96% dan tergolong kedalam kriteria
baik. Untuk kelengkapan media pendidikan nilai persentase menunjukkan
angka 100%, setiap sekolah sampel sudah tersedia papan tulis didalam
laboratorium. Untuk kelengkapan bahan habis nilai persentase
menunjukkan angka 53,15% dan tegolong kedalam kriteria kurang baik.

Berdasarkan standar Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, bahan habis


8
pakai (bahan praktikum) dapat diartikan sebagai bahan yang
penggunaanya habis dalam waktu yang relative singkat. Apabila habis,
maka sekolah harus memesan kembali. Untuk kelengkapan perlengkapan
lain nilai persentase menunjukkan angka 80% dan tergolong kedalam
kriteria baik. (Tarmizi, 2009) menyampaikan bahwa akan ada
kemungkinan terjadinya kebakaran di laboratorium. Pelarut organik yang
sifatnya mudah menguap, peralatan elektronik juga memungkinkan dapat
terbakar akibat korsleting, maka itu alat pemadam perlu tersedia di
laboratorium. (Daryanto, 2018) juga menyampaikan bahwa disamping
pentingnya keberadaan alat pemadam kebakaran, diperlukan juga
peralatan P3K. Meskipun P3K ini bersifat sesaat, namun diharapkan dapat
mencegah bertambah parahnya luka dan dapat meminimalisir penderitaan
pada korban di laboratorium.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan rumus korelasi product moment,


untuk kelengkapan srana dan prasarna lab dengan keterlaksanaan
praktikum bilogi di SMA Kota Banda Aceh, dari 11 sekolah sampel
diperoleh nilai r yaitu 0,27 dan tergolong kedalam kriteria rendah. Artinya
bahwa hubungan antara kelengkapan sarana dan prasarana labratorium
dengan keterlaksanaan praktikum biologi di SMA Kota Banda Aceh tidak
mempunyai hubungan yang erat. Hal ini menunjukkan bahwa minimnya
pemanfaatan labortorium di yang telah mempunyai fasilitas yang
memadai, sehingga praktikum yang semestinya dapat terlaksana dengan
optimal menjadi tidak sepenuhnya dapat terlaksana karena kurangnya
pemanfaatan laboratorium di SMA Kota Banda Aceh. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Junaidi dkk, 2018) dalam jurnalnya yang menyatakan
bahwa meskipun keberadaan sarana dan prasarana laboratorium sudah baik
akan tetapi belum menjamin untuk praktikum dapat terlaksana dengan
baik. Hal ini juga diduga disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
sumber daya manusia serta manajemen laboratorium yang ada disekolah
kurang optimal.

9
Jurnal 3 :
Berdasarkan hasil observasi dan data-data yang dikumpulkan dari sekolah
mengenai luas masing-masing laboratorium, diperoleh bahwa luas
laboratorium pada masing-masing sekolah telah memenuhi standar
bangunan yang telah ditetapkan.BerdasarkanStandarisasi Bangunan dan
Perabot Sekolah Menengah Atas (2011), bahwa luas sebuah laboratorium
kimia untuk sekolah menengah atas adalah 15x8 m2 dengan rasio minimal
sebesar 2,42 m2per peserta didik dan kapasitas maksimal adalah untuk satu
orang guru, satu orang laboran dan 32 orang peserta didik. Laboratorium
seharusnya dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama digunakan sebagai
ruang persiapan dan bagian kedua digunakan untuk kegiatan praktikum.
Hasil temuan menunjukkan bahwa sebahagian besar laboratorium sekolah
tidak memiliki fasilitas persiapan bahan dan alat, tetapi hampir seluruh
ruangan digunakan untuk kegiatan praktikum. ana pendukung seperti meja
praktikum atau meja demo. Meja demo dalam sebuah laboratorium kimia
digolongkan ke dalam bangunan yang buat menyatu dengan gedung dan
sifatnyapermanen (bench).Standar ini didasarkan kepada Standarisasi
Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Atas (2011) yang menjelaskan
bahwa sebuah laboratorium seharusnya memiliki meja praktik yang
permanen dengan dilengkapi fasilitas suplai air bersih dan bak pencuci.
Adapun hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa semua sekolah
memiliki sarana pendukung yang masih di bawah standar.

Berdasarkan hasil hasil diskusi dengan kepala sekolah, bahwa keadaan ini
terjadi dikarenakan kurangnya pemahaman pihak sekolah dan pihak
penyedia perabot tentang standar sarana dan prasarana yang seharusnya
dimiliki setiap laboratorium.Seharusnya pihak sekolah dan rekanan sudah
harus memahami setiap standar yang telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional sebelum tender dilakukan,jadi terkesan tidak ada
upaya untuk penyelewengan anggaran dan penyesuain dengan jumlah
anggaran diberikan oleh sekolah.

Keadaan Peralatan dan Bahan Pelaksanaan


Kegiatan praktikum sangat tergantung kepada ketersediaan alat dan bahan
yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan standar minimal
laboratorium yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007Tanggal 28 Juni 2007 tentangstandar sarana dan
prasarana untuk sekolah menengah atas/madrasah Aliyah (SMA/Ma).
Temuan pada saat obserbasi sarana alat dan bahan dilakukan adalah tidak
sesuainya rasio alat dan bahan yang tersedia di laboratorium masing-
masing sekolah.Selain ketidaksesuaian rasio terdapat juga alat yang tidak
sesuai deskripsi baik jenis dan kategorinya, sebahagian besar alat dalam
kondisi yang tidak layak pakai dan sebagian lainnya memiliki resiko untuk
digunakan dalam jangka waktu lama.Jumlah rasio alat dan bahan
ditentukan berdasarkan standar rasio yang telah ditentukan oleh BSN
misalnya, untuk jumlah kursi yang harus ada pada setiap laboratorium
adalah 1 buat kursi per peserta didik dan 1 buah kursi untuk guru dikalikan
dengan jumlah rombongan belajar pada sekolah tersebut. Sedangkan
deskripsi kursi tersebut haruslah kuat, stabil dan mudah dipindahkan.
10
Masalah dan Kendala Praktikum Tanggapan Kepala Sekolah
Bukti-bukti observasi dan temuan pada tahap pertama dikuatkan dengan
dengan dilakukan wawancara dan penyebaran terhadap angket kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas sekolah.Proses discovery
terhadap masalah-masalah yang mungkin terjadi di sekolah mengenai
kegiatan praktikum dimulai dengan tahapan wawancara dengan kepala
sekolah sebagai pihak tertinggi dalam hal pengawasan dan pengambil
keputusan terhadap semua aktivitas sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh bahwa


salah satu permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah
adalah kurangnya fasilitas yang tersedia pada masing-masing
laboratorium, kurangnya fasilitas inidikarenakan tidak adanyadana kusus
yang dapat dicairkan setiap tahunnya untuk penyediaan alat dan bahan
laboratorium serta dana untuk perawatan alat. Sebagian sekolah
memanfaatkan kelebihan dari dana bantuan operasional sekolah (BOS)
untuk menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan dan mendesak.
Sedangkan sebagian sekolah lainnya menempuh upaya pengajuan proposal
kepada intansi terkait terhadap penyediaan fasilitas kebutuhan
laboratorium akan tetapi jumlah yang diberikan tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan dalam jangka waktu tertentu.

Permasalah yang terjadi pada sekolah X3dapat dilaporkan bahwa kondisi


ruangan laboratorium yang masih kurang memadai, dan masih
menggunakan satu laboratorium untuk melakukan praktikum kimia, fisika
dan biologi. fasilitas pendukung yang minim, kurangnya kesiapan laboran
dan kurangnya kesiapan guru dalam membimbing praktikum.
Permasalahan ini disebabkan karena status sekolah yang baru berubah
status menjadi sekolah negeri pada tahun 2012 dan status akreditasi masih
terdaftar sehingga faktor ini menjadikan kurangnya perhatian pemerintah
untuk sekolah ini.Permasalah lainnya adalah jumlah guru kimia yang
hanya satu orang yang juga merangkap sebagai wakil kepala bagian
kurikulum.Sehingga beban mengajar menjadi banyak dan tidak sempat
melaksanakan praktikum. olusi yang dapat ditawarkan untuk menjawab
permasalahan di atas adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru
bidang studi kimia dan laboran mengenai tata kelola laboratorium serta
pemahaman terhadap teknik-teknik dasar dalam memodifikasi suatu
kegiatan praktikum dengan alat dan bahan yang lebih mudah didapat atau
alat dan bahan dari lingkungan sekitar.Pemberian pelatihan dan
pembekalan bagi guru diharapkan dapat menumbuhkan kembali motivasi
guru agar menerapkan metode praktikum dan mengajak siswa ke dalam
laboratorium.Solusi ini di dasarkan kepada penelitian oleh Hofstein (2004)
yang melaporkan bahwa seorang guru membutuhkan pemahaman, skil dan
sumber daya untuk dapat membantu siswa berinteraksi secara intelektual
dan fisik serta mampu meningkatkan kemampuan investigasi dan refleksi
alat media yang mencukupi.

11
-Diskusi Jurnal 1 :
Penelitian Berdasarkan hasil penelitian Feblia (2018) di SMA Negeri 5 Kota Jambi
yang menyatakan bahwa alat praktikum yang dimiliki sekolah tidak merata
jumlahnya masih ada yang kurang untuk alat- alat tertentu dan masih
banyak berlebih untuk alat-alat tertentu.

Jurnal 2 :
Kurang berjalannya praktikum disekolah merupakan suatu hal yang dapat
mengkhawatirkan dalam proses pembelajaran, dan akan berdampak pada
pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran. Tindakan yang
dilakukan dengan mengumpulkan masalah/ kendala penyebab tidak
terlaksananya kegiatan praktikum secara optimal dan mencari solusi
alternatif penyelesaian masalah praktikum di SMA Kota Banda Aceh.
Harapannya penelitian ini dapat memberikan solusi kepada sekolah untuk
kendala yang selama ini di hadapi, agar kedepannya pelaksanaan
praktikum dapat berjalan dengan baik.

Jurnal 3 :
Semua SMA dan MAN di Aceh besar yang memiliki sarana dan prasarana
laboratorium yang lengkap sesuai standar minimal sarana pendidikan
nasional, namun kurang atau tidak sama sekali dilaksanakan kegiatan
praktikum. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini difokuskan
terhadap analisis keterlaksanaan kegiatan praktikum di SLTA Aceh besar,
mengumpulkan masalah dan kendala pelaksanaan praktikum serta mencari
solusi alternatif pemecahan masalah- masalah tersebut berdasarkan kajian
literatur dan pendapat ahli.

12
-Daftar Pusaka Jurnal 1 :
Marcella, zheka, dkk (2018). Analisis Hambatan Pelaksanaan Praktikum
IPA Terpadu Di SMPN 17 Dan SMPN 19 Kota Jambi, Jurnal Edufisika,
vol 3 (2), hal 41-48
Jurnal 2 :
Rahmah, Nur, Iswadi., dkk. 2020. Faktor Dan Solusi Terhadap Kendala
Praktikum Biologi Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Biologi, vol 7 (2), hal 169 – 178
Jurnal 3 :
Rahman, Dedi, Adlim., dkk. 2015. Analisis Kendala Dan Alternatif Solusi
Terhadap Pelaksanaan Praktikum Kimia Pada SLTA Negeri Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. vol 3 (2), hal 1 – 13
13 Analisis Jurnal
-Kekuatan Jurnal 1 :
Penelitian o Abstrak pada jurnal ini menjelaskan dengan baik tujuan penelitian
serta isi ringkas dari riset yang dilakukan.
o Pada bagian kesimpulan, jurnal ini menjelaskan dengan baik
rangkuman dari hasil penelitian.
o Diksi atau pemilihan kata serta bahasa yang dipergunakan dalam
penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami sehingga memudahkan
pembaca dalam memahami isi jurnal.

Jurnal 2 :
Isi jurnal sangat lengkap dan jelas, hasil penelitian yang dijabarkan jelas
dan mudah dimengerti, jurnal disusun dengan rapi dan sistematis, isi
jurnal juga dilengkapi dengan hasil dari penelitian dan ditampilkan pada
jurnal.

Jurnal 3 :
o Pada kesimpulan jurnal, menjelaskan secara ringkas dan baik hasil
dari penelitian
o Diksi atau pemilihan kata serta bahasa yang dipergunakan dalam
penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami sehingga memudahkan
pembaca dalam memahami isi jurnal.
o Jurnal ini memuat banyak catatan kaki yang berarti memiliki banyak
referensi dalam penulisannya.

13
-Kelemahan Jurnal 1 : Kurangnya metode penelitian yang mendukung analisis
Penelitian jurnal tersebut.
Jurnal 2 : Kekurangan dari jurnal ini adalah kurang jelasnya peneliti
melakukan penelitian, seperti metode, subjek penelitian dimana melakukan
penelitian, subjek penelitian, dan penerapan metode yang digunakan
Jurnal 3 : Menurut reviewer kekurangan pada jurnal ini tidak ada
14 Kesimpulan Jurnal 1 :
Penelitian tentang hambatan praktikum berdasarkan angket kepada guru
dan siswa dan wawancara kepada guru yang dilakukan di SMP Negeri 17
Kota Jambi dan SMP Negeri 19 Kota Jambi dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan praktikum terlaksana dengan baik, begitu juga dengan
evaluasi yang terlaksana dengan baik. Guru di SMP Negeri 17 Kota Jambi
dan SMP Negeri 19 di Kota Jambi Masih kurang termotivasi untuk
melaksanakan paktikum, karena sarana dan prasana dilaboratorium fisika
tidak lengkap, laboratorium digunakan sebagai ruang kelas, sehingga
untuk melakukan praktikum alat harus dibawa kekelas, waktu yang
tersedia menjadi tidak efektif karena harus mempersiapkan alat untuk
dibawa kekelas dan masalah lainnya siswa banyak yang ribut dalam
pelaksanakan praktikum. Faktor penghambat bagi siswa di dua sekolah ini
untuk melakukan praktikum adalah suasana praktikum yang tidak kondusif
serta waktu yang ditentukan untuk praktikum tidak cukup, kebanyakan alat
yang terdapat dilaboratorium tidak memadai, serta laboratorium yang
terkadang digunakan bersamaan dengan mata pelajaran lain.

Jurnal 2 :
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa
persentase kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium sebesar 66,77%
(baik). Persentase keterlaksanaan praktikum sebesar 62,81% (cukup
terlaksana). Faktor kendala pelaksanaan praktikum diantaranya, fasilitas
pendukung yang tidak memadai, minimnya kelengkapan bahan praktikum,
alokasi waktu untuk praktikum tidak mencukupi, kurangnya kesiapan
laboran dalam mempersiapkan alat dan bahan praktikum, tidak adanya
laboran di beberapa sekolah sampel, dan sebagian guru biologi/laboran di
sekolah sampel belum pernah mengikuti pelatihan mengenai praktikum
atau penggunaan alat laboratorium. Korelasi antara kelengkapan sarana dan
prasarana laboratorium dengan keterlaksanaan praktikum sebesar 0,27
(rendah).

Jurnal 3 :
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah
Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolahadalah
kurangnya fasilitas laboratorium serta minimnya sarana dan prasarana
pendukung kegiatan laboratorium, serta kurangnya kesiapan guru dan
laboran dalam menguasai teknik-teknik dasar laboratorium.Sedangkan
solusi yang ditawarkan dalam menjawab permasalahan di atas adalah
dengan memberikan pelatihan kepada guru dan laboran terhadap teknik-
teknik dasar laboratorium dan teknik mengelola laboratorium yang baik
dan benar, serta menumbuhkan motivasi guru dalam melakukan kegiatan
praktikum dengan memberikan pembekalan praktikum- praktikum yang
sifatnya sederhana namun menarik.
14
15 Saran Dari ketiga jurnal tersebut telah dipaparkan beberapa kekurangan-
kekurangan pada jurnal. Kritik yang dipaparkan diatas bukanlah bertujuan
untuk menjatuhkan jurnal, melainkan untuk perbaikan kedepannya agar
jurnal yang ditulis lebih baik lagi dan menjadi sumber referensi yang
relevan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil review maka dapat disimpulkan bahwa pada Jurnal 1 maka dapat disimpulkan
bahwa Penelitian tentang hambatan praktikum berdasarkan angket kepada guru dan siswa
dan wawancara kepada guru yang dilakukan di SMP Negeri 17 Kota Jambi dan SMP Negeri
19 Kota Jambi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan praktikum terlaksana dengan baik,
begitu juga dengan evaluasi yang terlaksana dengan baik. Guru di SMP Negeri 17 Kota Jambi
dan SMP Negeri 19 di Kota Jambi Masih kurang termotivasi untuk melaksanakan paktikum,
karena sarana dan prasana dilaboratorium fisika tidak lengkap, laboratorium digunakan
sebagai ruang kelas, sehingga untuk melakukan praktikum alat harus dibawa kekelas, waktu
yang tersedia menjadi tidak efektif karena harus mempersiapkan alat untuk dibawa kekelas
dan masalah lainnya siswa banyak yang ribut dalam pelaksanakan praktikum. Faktor
penghambat bagi siswa di dua sekolah ini untuk melakukan praktikum adalah suasana
praktikum yang tidak kondusif serta waktu yang ditentukan untuk praktikum tidak cukup,
kebanyakan alat yang terdapat dilaboratorium tidak memadai, serta laboratorium yang
terkadang digunakan bersamaan dengan mata pelajaran lain.

Sedangkan pada jurnal 2 disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan analisis data
dapat disimpulkan bahwa persentase kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium sebesar
66,77% (baik). Persentase keterlaksanaan praktikum sebesar 62,81% (cukup terlaksana).
Faktor kendala pelaksanaan praktikum diantaranya, fasilitas pendukung yang tidak memadai,
minimnya kelengkapan bahan praktikum, alokasi waktu untuk praktikum tidak mencukupi,
kurangnya kesiapan laboran dalam mempersiapkan alat dan bahan praktikum, tidak adanya
laboran di beberapa sekolah sampel, dan sebagian guru biologi/laboran di sekolah sampel
belum pernah mengikuti pelatihan mengenai praktikum atau penggunaan alat laboratorium.
Korelasi antara kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium dengan keterlaksanaan
praktikum sebesar 0,27 (rendah).
Pada jurnal 3 dapat disimpulkan bahwa Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum di sekolahadalah kurangnya fasilitas laboratorium serta minimnya sarana dan
prasarana pendukung kegiatan laboratorium, serta kurangnya kesiapan guru dan laboran
dalam menguasai teknik-teknik dasar laboratorium. Sedangkan solusi yang ditawarkan
dalam menjawab permasalahan di atas adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru
dan laboran terhadap teknik-teknik dasar laboratorium dan teknik mengelola laboratorium
yang baik dan benar, serta menumbuhkan motivasi guru dalam melakukan kegiatan
praktikum dengan memberikan pembekalan praktikum- praktikum yang sifatnya sederhana
namun menarik..

3.2 Saran
Berdasarkan Critical Journal Review ini telah dipaparkan beberapa kekurangan-
kekurangan pada jurnal. Kritik yang dipaparkan diatas bukanlah bertujuan untuk menjatuhkan
jurnal, melainkan untuk perbaikan kedepannya agar jurnal yang ditulis lebih baik lagi dan
menjadi sumber referensi yang relevan.
16

Anda mungkin juga menyukai