Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (2-6 TAHUN)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Rita Zahara, Dra., M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 2

Sofia Nazmatul Alqibtiah 41154010220001


Wilman Kamil Septiadi 41154010220006
Naila Nurul Fadhillah 41154010220015
Winda Setia Rahayu 41154010220018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
KOTA BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak Usia Pra Sekolah (2-6 Tahun)” tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rita Zahara, Dra., M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas
sehingga kami dapat memperdalam bahan ajar materi. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan terdapat beberapa
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Bandung, 3 Maret 2023


Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 4

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia ........................................................ 4

2.2 Standar Tingkat Pertumbuhan dan Perkembanan Anak Usia Prasekolah .......... 5

2.3 Ketidaksesuaian Tingkat Pertumbuhan dan Perkembanan Anak Usia


Prasekolah ........................................................................................................ 10

2.4 Analisis Kasus Stunting sebagai Ketidaksesuaian Pertumbuhan Dan


Perkembangan Anak Usia Prasekolah .............................................................. 12

2.5 Analisis Kasus Autisme atau Spectrum Disorder (ASD) sebagai


Ketidaksesuaian Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah .... 18

2.6 Solusi Untuk Mengatasi Ketidaksesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan pada


Anak Usia Prasekolah ...................................................................................... 21

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 23

3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 23

3.2 Saran ................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk hidup yang selalu mengalami perubahan dari waktu
ke waktu. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi sepanjang kehidupan, namun
setiap tahap perkembangan mempunyai ciri-ciri tersendiri. Fase perkembangan akan
selalu dialami oleh setiap individu mulai dari bayi baru lahir, balita, masa anak pra
sekolah, masa anak sekolah, remaja, dewasa dan masa tua.
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur
organ-organ tubuh dan otak.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan hasil dari
proses pematangan (maturitas). Perkembangan berhubungan dengan perubahan
secara kualitas. Perkembangan tersebut meliputi perkembangan kognitif, bahasa,
motorik, emosi dan perkembangan prilaku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Pertumbuhan dan perkembangan setiap anak berbeda. Terdapat pertumbuhan
dan perkambangan anak yang sesuai standar dan tidak sesuai standar. Standar
pertumbuhan dan perkembangan merupakan perkembangan yang sesuai grafik
pertumbuhan dan gambaran kondisi status gizi serta status kesehatan yang optimal.
Ketidaksesuaiam pertumbuhan dan perkembangan merupakan perkembangan yang
tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan gambaran kondisi pada umumnya.
Pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal merupakan tanda awal adanya
masalah gizi dan kesehatan.
Umur 2 sampai 6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-
tahun pra sekolah atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik
formal maupun nonformal. Seperti bayi dan balita, Anak-anak prasekolah tumbuh
dengan cepat, baik secara fisik maupun kognitif. Dengan perubahan yang cepat itu,
bukan tidak mungkin seorang yang tadinya gemuk pendek dan hampir tidak dapat
berbicara tiba-tiba menjadi seorang anak yang lebih tinggi dan ramping yang mampu

1
2

berbicara secara baik dan lancar. Terutama terlihat pada anak usia dini adalah
kenyataan bahwa perkembangannya benar-benar terintegrasi baik secara biologis,
psikologis, maupun perubahan sosial.
Usia prasekolah memberikan contoh luar biasa bagaimana anak-anak
memainkan peran aktif dalam pengembangan kognitif mereka sendiri, khususnya
dalam memahami, menjelaskan, mengorganisasikan, memanipulasi, membangun,
dan memprediksi. Anak-anak prasekolah mengalami kesulitan mengendalikan
perhatian mereka sendiri dan fungsi memori, bingung dalam menampilkan diri, dan
dangkal dengan realitas.
Berkenaan dengan hal diatas, maka akan dilakukan analisis terkait standar dan
ketidaksesuaian pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah (2-6 tahun)
melalui kasus-kasus yang terjadi. Hal yang harus menjadi perhatian yaitu bagaimana
ciri-ciri, sebab, akibat dan solusi agar pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
dapat di minimalisir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian pertumbuhan dan perkembangan manusia?
2. Apa saja standar pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak usia
prasekolah?
3. Apa saja ketidaksesuaian pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia
prasekolah ?
4. Bagaimana kasus ketidaksesuaian pertumbuhan dan perkembangan pada anak
usia prasekolah ?
5. Bagaimana solusi dan langkah untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan
tidak normal pada anak usia prasekolah ?

1.3 Tujuan

Dengan menelaah latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian pertumbuhan dan perkembangan manusia.
3

2. Menjelaskan standar pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia


prasekolah.
3. Menjelaskan ketidaksesuaian pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia
prasekolah.
4. Menganalisis kasus ketidaksesuaian pertumbuhan dan perkembangan pada anak
usia prasekolah.
6. Mengetahui solusi untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan tidak
normal pada anak usia prasekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan


intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes RI,
2016). Menurut Hurlock EB dalam (Soetjiningsih dan Ranuh, 2016). Pertumbuhan
adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ,
maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian (Hockenberry , J.M. & Wilson, 2007). Perkembangan merupakan
progresif, terarah, dan terpadu/kohelen. Progresif mengandung arti bahwa perubahan
yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke depan, tidak mundur
kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti
antara perubahan yang terjadi saat ini, sebelumnya dan berikutnya.
Pertumbuhan menitik beratkan pada perubahan fisik dan perkembangan
menitik beratkan pada perubahan psikisnya. Pertumbuhan dan perkembangan
berjalan tidak bisa dipisahkan sehingga diantara keduanya akan saling
mempengaruhi.Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, terdapat
beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Lahir
2. Bayi (0-2 tahun)
3. Pra sekolah (2-6 tahun)
4. Sekolah (6-12 tahun)
5. Remaja (12-21 tahun)
6. Dewasa (21 - 60 tahun)
7. Dewasa Tua (>60)
8. Meninggal

4
5

2.2 Standar Tingkat Pertumbuhan dan Perkembanan Anak Usia Prasekolah


Pertumbuhan dan perkembangan normal merupakan perkembangan yang
sesuai grafik pertumbuhan dan gambaran kondisi status gizi serta status kesehatan
yang optimal. Usia anak 2-6 tahun disebut sebagai usia prasekolah, karena pada usia
tersebut anak belum sekolah secara formal tetapi anak belajar dengan berbagai
macam stimulasi dengan cara bermain, maka biasanya disebut bermain sambil
belajar dan belajar sambil bermain. Usia prasekolah merupakan tahapan usia yang
sangat penting, karena pada usia ini anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat
besar dan mempunyai kemampuan untuk menyerap informasi yang tinggi,. Usia
Prasekolah sering disebut juga sebagai usia keemasan (golden age).
Ciri umum anak pada usia pra sekolah yaitu pertama, anak ingin lebih
mengenal dunia sekelilingnya (Masa Eksplorasi). Pada masa ini anak terlihat tidak
mau diam, selalu bergerak lari, naik turun tangga, selalu ingin tahu dan mendekati
benda-benda yang terlihat disekelilingnya. Jika orang tua tidak bijak dalam
membimbing di masa eksplorasi ini seperti terlalu banyak melarang, dibentak-bentak
dan sangat dibatasi, maka anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak berani
mencoba dan serba takut.
Kedua, pada usia ini sering muncul yang disebut “Negativisme”. Anak mulai
sering membangkang, bila ibunya menyuruh “A” anak melakukan “B”. Jika orang
tua kurang memahami apa yang terjadi pada anak seperti terpancing emosi atau
bahkan memperlakukan anak dengan cara kasar, membentak-bentak dan memukul
maka anak bisa saja menjadi semakin membangkang.
Ketiga, anak sering berperilaku “Imitatif”. Anak selalu meniru segala perilaku
orang yang ada disekitarnya baik yang terlihat ataupun yang terdengar. Maka akan
sangat bijak jika orang tua memberikan contoh pertama untuk berperilaku yang
positif mulai dari cara berbicara dan cara mengekspresikan emosi. Selain kegiatan
anggota keluarga didalam rumah, tentu lingkungan lainpun akan turut mempengaruhi
perilaku imitasi anak, seperti tayangan TV, teman main dan kegiatan sekolah.
Keempat, usia pra sekolah merupakan “Usia Bertanya”. Anak menjadi sering
bertanya tentang apa yang dilihat disekelilingnya, mereka kadang tidak memerlukan
jawaban yang jelas tetapi dengan bertanya anak seakan mempunyai suatu kepauasan
tersendiri. Sebagai orang tua ataupun pendidik haruslah selalu melayani pertanyaan
6

anak, karena dengan bertanya berarti anak sedang mengembangkan rasa ingin tahu
yang tinggi dan sikap senang bertanya ini janganlah dimatikan karena akan
menghentikan kreatifitas berfikirnya.
2.2.1 Standar Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak Usia Prasekolah
Perkembangan mental yang kompleks dialami anak pada usia ini.
Masalah mental yang dipunyai dapat dilihat dari usia 2 – 6 tahun. Selepas masa
bayi (mulai usia 2 tahun) terjadi perubahan fisik secara drastis. Perubahan yang
menonjol antara lain :
 Wajah anak memang tetap mungil tetapi dagu agak lebih jelas dan leher
tampak memanjang
 Tubuh cenderung kerucut dengan perut yang rata, tidak buncit seperti waktu
bayi.
 Bentuk dada lebih bidang dan rata, dan bahu lebih lusa dan persegi.
 Bentuk lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan kaki lebih
lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
 Jaringan otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih berat.
 Pernafasan lebih lambat dan dalam karena paru–paru berkembang
sepenuhnya.
 Detak jantung m lebih pelan dan teratur dibandingkan pada saat masih bayi.
 Khususnya pada anak laki – laki tekanan darahnya meningkat.
 Kandung kemih, tempat menyimpan air kencing bertambah besar
ukurannya sehingga anak bisa lebih lama menahan kencingnya. Selain
ukuran, anak juga semakin mahir mengendalikan kandung kemihnya dan
pada usia 4 tahun mereka bisa menahan kencing sehingga tidak mengompol
di kasur.
 Rata-rata tinggi badan adalah 112,5 cm, dan rata-rata berat badan anak
mencapai 21 Kg.
 Gigi permanen mulai tumbuh dan anak secara bertahap kehilangan gigi desi
dua.
 Banyaknya anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya 1 jenis
makanan.
7

2.2.2 Standar Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik Anak Usia


Prasekolah
Keterampilan motorik terdiri dari keterampilan motorik kasar dan halus.
Keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, melompat, meloncat, berputar,
melempar, menyeimbangkan, dan menari yang melibatkan penggunaan
gerakan tubuh besar. Keterampilan halus meliputi menggambar, menulis, dan
mengikat tali sepatu, dan aktivitas yang melibatkan penggunaan gerakan tubuh
kecil. Kedua keterampilan motorik kasar dan halus berkembang dan
disempurnakan pada anak usia dini.
2.2.3 Standar Pertumbuhan dan Perkembangan Kesehatan Anak Usia
Prasekolah
Anak-anak prasekolah umumnya cukup sehat, tetapi sebagian
mengalami masalah-masalah medis. Penyakit ringan khas yang biasanya di
derita berlangsung tidak lebih dari 14 hari, termasuk pilek, batuk, dan sakit
perut. Penyakit pernafasan paling umum di derita oleh anak-anak pada usia ini
karena paru-paru mereka memang masih rentan. Kebanyakan penyakit anak-
anak biasanya tidak memerlukan perhatian dokter atau perawat. Selain itu,
penyakit ringan dapat membantu anak-anak untuk belajar menghadapi
keterampilan, khususnya bagaimana menghadapi ketidaknyamanan fisik dan
marabahaya.
2.2.4 Standar Pertumbuhan dan Perkembangan Sosial Normal Anak Usia
Prasekolah
 Usia 2 - 3 tahun
- Bereaksi terhadap orang lain
- Menikmati pada saat bergaul dengan anak-anak yang lain
- Dapat memelihara keterampilan dengan anak yang lain untuk suatu
periode yang sangat pendek
- Mampu berbagi tanpa perlu membujuk
- Menunjukan kemampuan yang sangat kecil untuk menunda kepuasan
- Dapat meniru tindakan dari orang lain
- Mulai untuk melibatkan diri pada permainan yang paralel
8

 Usia 3 - 5 tahun
- Menjadi lebih sadar akan diri sendiri
- Mengembangkan perasaan dengan rendah hati
- Menjadi sadar akan rasial dan perbedaan seksual
- Dapat mengambil arah, mengikuti beberapa aturan
- Memiliki perasaan yang kuat kearah rumah dan keluarga
- Menunjukan suatu pertumbuhan dalam hal perasaan atau pengertian
dari kepercayaan pada diri sendiri
- Bermain paralel seperti mulai bermain permainan yang memerlukan
kerjasama
- Memiliki teman bermain khayalan
 Usia 5 - 6 tahun
- Menyatakan gagasan yang kaku tentang peran jenis kelamin
- Memiliki teman baik, meskipun untuk jangka waktu yang pendek
- Sering bertengkar tetapi dalam waktu yang singkat
- Dapat berbagi dan mengambil giliran
- Ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pengalaman disekolah
- Mempertimbangkan setiap guru merupakan hal yang sangat penting
- Ingin menjadi yang nomor satu
- Menjadi lebih posesif terhadap barang-barang kepunyaannya
2.2.5 Standar Pertumbuhan dan Perkembangan Emosional Normal Anak Usia
Prasekolah
 Usia 2 - 3 tahun
- Mudah menangis atau berteriak
- Sering tidak mampu mengendalikan dorongan atau gerakan hati
- Mulai untuk menyatakan kasih sayang
- Membutuhkan suatu rutinitas dan rasa aman
- Mulai untuk merasakan emosi dari anak yang lain
 Usia 3 - 5 tahun
- Mulai mengembangkan pengendalian diri
- Menghargai kejutan dan peristiwa tertentu
- Mulai menunjukan selera humor
9

- Mulai mengungkapkan tentang kasih sayang secara terang-terangan


 Usia 5 - 6 tahun
- Dapat menyatakan perasaan
- Dapat mengendalikan agresi dengan lebih baik
- Menyatakan selera humor didalam lelucon dan kata-kata omong
kosong
- Belajar mengenai hal-hal yang benar dari hal-hal yang salah
2.2.6 Standar Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif Anak Usia
Prasekolah
 Usia 2 - 3 tahun
- Mengembangkan suatu perasaan atau pengertian terhadap suatu objek
yang tetap
- Mengembangkan aspek bahasa
- Mulai dapat menngungkapkan beberapa angka dan warna tetapi tidak
memahaminya
 Usia 3 - 5 tahun
- Mengembangkan kosa kata dengan cepat
- Adanya kesukaran dalam membedakan antara khayalan dengan
kenyataan
- Mulai melakukan penggolongan terutama berdasarkan fungsi dari suatu
benda
- Mulai menanyakan pertanyaan ”mengapa”
 Usia 5 - 6 tahun
- Menunjukan perhatian pada masa pertumbuhan
- Dapat mengurutkan objek dalam urutan yang tepat
- Dapat menggolongkan objek
- Mulai menyadari tentang kesadaran mengenai gambaran dan kata-kata
yang dapat menghadirkan benda nyata
- Menjadi tertarik dalam jumlah dan menulis huruf
- Mengetahui warna
10

2.3 Ketidaksesuaian Tingkat Pertumbuhan dan Perkembanan Anak Usia


Prasekolah
Ketidaksesuaian tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah
merupakan suatu kondisi ketika anak tidak mampu dalam mencapai perkembangan
sesuai usianya dan dapat didefinisikan sebagai keterlambatan dalam aspek
perkembangan motorik kasar/motorik halus, bahasa/berbicara, dan personal/sosial
yang mana dapat mengganggu perkembangan anak dalam memasuki dunia sekolah
dan mengakibatkan kemalasan dan kurangnya ketekunan pada saat di sekolah yang
pada akhirnya dapat memperngaruhi kesuksesan dalam hidup anak dimasa depan.
2.3.1 Ketidaksesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak Usia
Prasekolah
- Gangguan Fungsi Panca indra
- Cacat tubuh
- Kegemukan
- Kidal
- Hiperaktif
- Ngompol (enuresis)
- Buang air besar sembarangan
- Gagap (Stuttering)
2.3.2 Ketidaksesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik Anak Usia
Prasekolah
Terjadinya gangguan perkembangan motorik kasar bisa dilihat dari
gerakan anggota tubuh yang tidak terkontrol atau tidak seimbang. Misalnya
antara anggota gerak kanan dan anggoa gerak kiri tidak seimbang. Disisi lain
tubuh juga bisa mengalami gangguan pada gerak refleksnya. Bisa juga bagian
tonus otot yang mengalami gangguan.
Autisme merupakan salah satu contoh gangguan motorik halus pada
anak. Selain kesulitan dalam mengungkapkan emosi. Anak yang memiliki
autisme kesulitan dalam melakukan gerak motorik halus seperti menulis,
menggambar atau menyusun puzzle.
11

2.3.3 Ketidaksesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan Kesehatan Anak


Usia Prasekolah
Anak prasekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar
terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang
anak dalam masa yang cepat sehingga dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak,
sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena infeksi dibandingkan
anak dengan usia lebih tua.
Ketidaksesuaian kesehatan yang sering terjadi pada anak usia pra
sekolah adalah malnutrisi (kurangnya asupan gizi seimbang). Stunting adalah
kondisi kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek pada anak
balita (di bawah 5 tahun). Anak yang mengalami stunting akan terlihat pada
saat menginjak usia 2 tahun.
Selain itu, anak usia prasekolah lebih rentan terkena gangguan penyakit
cacingan dimana gejala yang nampak pada anak cacingan seperti batuk-
batuk, muntah-muntah, rewel, mencret, perut kembung, susah makan dan
sebagainya. Penyakit cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi
kesehatan, gizi, kecerdasan, dan produktifitas penderitanya (Waris, 2009).
Selain itu, infeksi cacing dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit
penting lainnya seperti malaria, TBC, diare, dan anemia (Winita, 2012).
2.3.4 Ketidaksesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan Sosial Anak Usia
Prasekolah
- Mengabaikan orang lain yang mencoba untuk berinteraksi
- Tidak mau bergaul dengan teman sebaya
- Sering mendorong teman
- Sering merebut mainan teman
- Memukul dan berkelahi dengan teman
2.3.5 Ketidaksesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan Emosional Anak
Usia Prasekolah
- Perilaku dengan kegelisahan (conduct/restless), yaitu yang merujuk pada
perilaku agresif, tantrum, terlalu aktif, sulit diatur, dan sering merusak.
- Perilaku yang merujuk pada keadaan emosi atau ketidaksenangan
(Emotional/Miserable). Area permasalahan ini merujuk pada perilaku
12

kecemasan, temper tantrums, menunjukkan banyak reaksi ketakutan,


menuntut perhatian dan menangis berlebihan.
- Perilaku ketidakmatangan/terisolasi (Isolated/Immature), yaitu perilaku
yang menunjukkan pada perilaku cenderung menarik diri, serta sangat
sensitif
2.3.6 Ketidaksesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif Anak Usia
Prasekolah
Pada anak-anak, gangguan kognitif adalah keterbatasan fungsi mental
dalam berpikir atau berkomunikasi. Gangguan kognitif yang dapat
mengganggu kemampuan berpikir anak-anak terbagi ke dalam beberapa
macam kategori, yaitu:
- Demensia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan menurunnya
dua fungsi otak, seperti menurunnya daya ingat dan cara berpikir. Selain
itu, kondisi ini juga merusak sel-sel saraf otak sehingga membuat fungsi
nalar dan psikologis anak menjadi berubah. Gejala anak yang mengalami
demensia adalah mudah lupa, kurangnya keterampilan dalam
bersosialisasi, dan terganggunya kemampuan berpikir.
- Anak-anak yang kelainan kognitif sering mengalami keterlambatan
dalam bicara dan perkembangan bahasa. Mereka cenderung untuk
mengembangkan pembicaraan pada tingkat lambat, mengalami kesulitan
untuk memahami konsep simbolik, dan memiliki struktur sintaksis yang
tidak memadai dan kosakata serta problems artikulasi.

2.4 Analisis Kasus Stunting sebagai Ketidaksesuaian Pertumbuhan Dan


Perkembangan Anak Usia Prasekolah
2.4.1 Kronologi Kasus Stunting
Sohid Fajril seorang anak yang didiagnosis menderita Stunting. Ketika
lahir Fajril memiliki berat badan 2,5 kg dan tinggi badan 40 cm. Pada usia 3
tahun Fajril memiliki berat dan 8,2 kg dan tinggi badan 78 cm. Menurut
klasifikasi status gizi berdasar pada indikator tinggi badan menurut umur
standart dari badan kesehatan dunia WHO, Fajril dikategorikan sebagai
penyintas stunting kerena hingga usia 3 tahun tidak menunjukkan
13

pertumbuhan yang signifikan yang mana seharusnya di usia 3 tahun minimal


memiliki berat badan 18 kg dan memiliki tinggi badan diatas 90 cm.
Faktor penyebab Fajril mengalami hal tersebut yaitu pada masa
kandungan sang ibu tidak mengkonsumsi asupan gizi yang cukup serta pada
masa kelahiran sang ibu tidak memberikan ASI yang cukup. Selain itu, faktor
lainnya yaitu karena kondisi kekurangan ekonomi. Sampai saat ini sang ibu
rutin membawa Fajril untuk pemeriksaan rutin.
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=dEdlW0Sx8Fk
2.4.2 Pengertian Stunting
Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi
dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi
badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak
seusianya. Stunting adalah salah satu kondisi kegagalan mencapai
perkembangan fisik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur.
Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh
pendek pada anak balita (di bawah 5 tahun). Anak yang mengalami stunting
akan terlihat pada saat menginjak usia 2 tahun.
2.4.3 Ciri-Ciri Stunting
Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam
kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun. Ciri-ciri anak
dengan gangguan stunting, diantaranya :
1. Keterlambatan pertumbuhan
2. Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya
3. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
4. Anak menjadi pendiam dan sulit melakukan eye contact
5. Wajah tampak lebih muda dari usianya
6. Mudah mengalami penyakit infeksi
2.4.4 Penyebab Stunting
Stunting bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik anak saja.
Stunting dapat menganggu perkembangan otak anak sehingga memengaruhi
14

kemampuan dan prestasi mereka. Penyebab anak usia prasekolah menderita


stunting, diantaranya :
1. Kurang Gizi dalam Waktu Lama
Tanpa disadari, penyebab stunting pada dasarnya sudah bisa
terjadi sejak anak berada di dalam kandungan. Sebab, sejak di dalam
kandungan, anak bisa jadi mengalami masalah kurang gizi.
Penyebabnya, adalah karena sang ibu tidak memiliki akses terhadap
makanan sehat dan bergizi seperti makanan berprotein tinggi, sehingga
menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi. Selain itu,
rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa
ikut memengaruhi kondisi malnutrisi janin. Kekurangan gizi sejak
dalam kandungan inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar
kondisi stunting pada anak.
2. Pola Asuh Kurang Efektif
Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab
stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan
praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak
memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami
stunting.
3. Pola Makan
Rendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta
menu makanan yang tidak seimbang dapat memengaruhi pertumbuhan
anak dan meningkatkan risiko stunting. Hal ini dikarenakan ibu kurang
mengerti tentang konsep gizi sebelum, saat, dan setelah melahirkan.
4. Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan
Setelah bayi lahir, sebaiknya ibu dan bayi menerima perawatan
pasca melahirkan. Sangat dianjurkan juga bagi bayi untuk langsung
menerima asupan ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya.
Perawatan pasca melahirkan dianggap perlu untuk mendeteksi
gangguan yang mungkin dialami ibu dan anak pasca persalinan.
15

5. Sakit Infeksi yang Berulang


Sakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem
imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas
tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis
gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi. Karena
stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada baiknya
selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga terhindar dari
infeksi.
6. Faktor Sanitasi
Sanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan
mempertinggi risiko stunting pada anak. Bila anak tumbuh di
lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak, hal ini
dapat memengaruhi pertumbuhannya. Rendahnya akses terhadap
pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor penyebab
stunting.
7. Kemiskinan
Kemiskinan dan stunting bisa menjadi sebuah lingkaran tak
terputus. Rumah tangga yang miskin tidak dapat memenuhi asupan gizi
untuk anaknya, sehingga anak-anak mereka menjadi stunting. Kelak
saat dewasa, anak stunting umumnya tidak memiliki masa depan cerah
sehingga jatuh kembali dalam kemiskinan. Karena itulah dibutuhkan
intervensi gizi oleh pemeritah untuk memutus pusaran kemiskinan dan
stunting tersebut.
2.4.5 Akibat Atau Dampak Yang Dirasakan Oleh Anak
Kondisi stunting tidak hanya dirasakan ketika kecil, tetapi dampaknya
akan terus terasa hingga dewasa. Hasil riset Paediatrics and International
Child Health menyatakan bahwa anak stunting meningkatkan risiko menjadi
diabetesi saat sudah dewasa. Pasalnya, kekurangan gizi pada masa
pertumbuhan akan mengganggu sistem hormonal insulin dan glukagon pada
pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa. Akibatnya
keseimbangan gula darah akan lebih cepat terganggu dan tubuh lebih mudah
pula membentuk jaringan lemak saat anak mencapai usia dewasa.
16

Anak-anak stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit


degeneratif, seperti kanker, diabetes, dan obesitas. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan zat gizi mikro dan makro dalam tubuh tidak terpenuhi secara
maksimal sehingga pembentukan fungsi sel tubuh dan lainnya tidak
sempurna.
Orang tua juga dapat memberikan susu pelengkap nutrisi anak, seperti
Nutren Junior dengan 50% protein whey yang tinggi sistein serta asam amino
esensial. Nutren Junior juga memiliki manfaat omega 3, 6, dan DHA untuk
mendukung perkembangan otak anak. Nutren Junior dapat diberikan pada
anak usia 1-10 tahun untuk mencukupi kebutuhan nutrisi harian mereka.
2.4.6 Cara Mendiagnosis Stunting
Berikut ini merupakan cara mendiagnosis stunting pada anak,
diantaranya:
1. Diagnosis stunting didapat dari hasil tinggi badan (TB) menurut usia di
bawah -2 standard deviation (SD) kurva pertumbuhan WHO.
2. Melakukan Anamnesis. Anamnesis yang mendalam harus dilakukan
untuk dapat mengetahui etiologi dan faktor risiko yang dapat mendasari
kondisi stunting. Selain itu, anamnesis lebih dalam diharapkan dapat
mendeteksi adanya infeksi penyerta, gangguan tumbuh kembang anak,
dan riwayat asupan gizi anak.
3. Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk mengonfirmasi adanya
infeksi atau kondisi sakit lain yang dapat menyebabkan stunting.
2.4.7 Solusi dan Langkah Dalam Merawat Anak Yang Menderita Stunting
Solusi yang dapat dilakukan dalam merawat anak yang menderita
stunting, diantaranya :
1. Pemberian pola asuh yang tepat
Langkah pertama adalah memberikan pola asuh yang tepat untuk
anak. Ini meliputi Inisiasi Menyusui Dini atau IMD dan memberikan
ASI eksklusif untuk bayi hingga usianya genap 6 bulan, dan lanjutkan
hingga usianya 2 tahun.
2. Memberikan MPASI yang optimal
17

United Nations Children’s Fund (UNICEF) bersama dengan


World Health Organization (WHO) merekomendasikan, bayi yang
berusia 6 sampai 23 bulan memperoleh asupan makanan pendamping
ASI atau MPASI yang tepat dan optimal. Aturan pemberian makanan
pendamping ASI mengandung setidaknya 4 atau lebih dari 7 macam
makanan. Ini termasuk umbi atau serealia, produk olahan susu, kacang-
kacangan, sumber protein, dan makanan dengan kandungan vitamin A.
Selain itu, ibu juga perlu memperhatikan batas frekuensi
pemberian makan minimal untuk bayi mulai dari 6-23 bulan yang
mendapat atau tidak mendapat ASI. Aturannya yaitu 2 kali sehari atau
lebih untuk usia 6-8 bulan bayi dengan ASI, dan 3 kali sehari atau lebih
untuk bayi usia 9-23 bulan dengan ASI. Sementara itu, bayi usia 6-23
bulan yang tidak mendapatkan ASI setidaknya harus makan minimal 4
kali dalam sehari dengan porsi yang sesuai.
3. Mengobati penyakit yang dialami anak
Berbagai kondisi medis yang dialami anak bisa membuatnya
mengalami penurunan nafsu makan. Misalnya, anak mengalami
demam, batuk, pilek, flu, sembelit, hingga masalah pencernaan dan
kondisi lan seperti TBC. Jika demikian, sebaiknya berikan penanganan
utama pada kondisi medis tersebut. Lalu, ibu bisa melanjutkan dengan
kembali memperbaiki asupan gizi sang buah hati.
4. Perbaikan kebersihan lingkungan dan penerapan hidup bersih keluarga
Pencegahan terakhir berupa menerapkan pola hidup bersih dan
sehat, baik di lingkungan rumah maupun luar rumah. Membersihkan
rumah bisa membantu menunjang kesehatan tubuh anak dan keluarga
secara menyeluruh.
Langkah yang dapat dilakukan dalam merawat anak yang mmenderita
stunting, diantaranya :
a. Cari dokter dan ahli kesehatan terpercaya.
b. Tingkatkan pengetahuan diri mengenai stunting agar tidak termakan
mitos mengenai stunting yang beredar.
c. Melakukan kunjungan ke dokter secara rutin.
18

d. Mengikuti komunitas stunting untuk memperbanyak pengetahuan.


e. Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
f. Memberikan makanan tambahan (PMT).
g. Rutin memantau pertumbuhan perkembangan.

2.5 Analisis Kasus Autisme Autisme atau Spectrum Disorder (ASD) sebagai
Ketidaksesuaian Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah
2.5.1 Kronologi Kasus Autisme atau Spectrum Disorder (ASD)
Albert seorang anak yang didiagnosis memiliki penyakit Autism
Spectrum Disorder (ASD). Albert lahir pada tahun 2016. Ia tumbuh seperti
anak-anak pada ummnya, sehingga orang tuanya tidak pernah mengira bahwa
ia memiliki spektrum autisme, dikarenakan tanda-tanda autisme sulit terlihat
pada anak usia dibawah 2 tahun.
Di usia 2 tahun, Albert sudah bisa mengucapkan beberapa kata dengan
jelas, namun seiring berjalannya waktu, orang tuanya menyadari perbedaan
sikap Aldert dibanding anak pada umumnya. Albert lebih pendiam dan asik
dengan dunianya sendiri. Albert sangat menyukai roda yang berputar, dan
hanya berdiam diri memperhatikannya. Selain itu, apabila orang tuanya
mematikan TV, atau tidak memberikan HP, dia akan tantrum.
Albert yang sebelumnya pandai mengucapkan beberapa kata dengan
jelas, lama kelamaan kehilangan kosa katanya. Selain itu, Albert juga mulai
kehilangan kontak mata, setiap diajak bicara, dia tidak melihat ke arah lawan
bicaranya. Begitu pula ketika seseorang memanggil namanya, dia tidak
menengok atau merespon. Ketika orang tuanya mengajaknya ke tempat
ramai, Albert akan langsung lari tanpa arah dan tujuan, dia tidak mau
bergandengan tangan, sehingga menjatuhkan diri, dan diam. Sehingga orang
tuanya harus menggendongnya. Walau demikian, Albert bukan tipe yang
mudah tantrum dan saat ini, Albert menjalani dua macam terapi, yaitu terapi
sensori integrasi dan terapi wicara.
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=khThXRzxzFc
2.5.2 Pengertian Autisme atau Spectrum Disorder (ASD)
Autisme atau autism spectrum disorder adalah gangguan pada
perkembangan otak dan saraf. Gangguan ini mempengaruhi kemampuan
19

seseorang dalam berkomunikasi bersosialisasi berperilaku, dan belajar.


Penderita ASD nampak terlihat pada "dunia mereka sendiri". Gangguan ini
disebut dengan spektrum karena memiliki berbagai gejala dan tingkat
keparahan yang berbeda-beda pada setiap penderitanya.
2.5.3 Ciri-ciri Autisme atau Spectrum Disorder (ASD)
Ciri-ciri anak dengan gangguan autisme atau autism spectrum disorder
diantaranya :
1. Gangguan berkomunikasi dan gangguan dalam berhubungan sosial.
a. Tidak merespon ketika dipanggil.
b. Menghindari kontak mata dengan orang lain atau kecenderungan
untuk menyendiri.
c. Tidak melihat benda yang ditunjuk orang lain.
d. Kurangnya kontak mata saat diajak bicara.
e. Sering mengulang-ulang kata atau frasa saat berbicara, termasuk
kata-kata lawan bicaranya.
f. Anak kehilangan keterampilan yang pernah mereka miliki, seperti
berhenti mengucapkan kata-kata yang pernah mereka gunakan
(kehilangan kosakata).
2. Gangguan berperilaku.
a. Biasanya anak bersikap agresif atau anak hiperaktif secara tiba-tiba.
b. Memiliki reaksi yang tidak biasa terhadap bau, rasa, tampilan,
perasaan, atau suara.
c. Sering melakukan gerakan yang berulang.
2.5.4 Penyebab Autisme atau Spectrum Disorder (ASD)
Penyebab anak usia prasekolah menderita autisme atau autism spectrum
disorder (ASD), diantaranya:
1. Faktor genetik yaitu gen-gen ini memengaruhi perkembangan otak atau
cara sel-sel otak berkomunikasi sehingga menimbulkan tanda-tanda
khas pada anak yang mengalami ASD.
2. Faktor lingkungan yaitu faktor lingkungan dianggap berperan dalam
menyebabkan ASD, seperti mengkonsumsi obat-obatan tertentu,
terinfeksi virus, komplikasi selama kehamilan, dan polusi udara.
20

Adapun faktor yang meningkatkan resiko autisme atau spectrum


disorder (ASD) diantaranya:.
a. Berjenis kelamin laki-laki.
b. Memiliki adik atau kakak dengan ASD.
c. Memiliki kelainan genetik tertentu, seperti tuberous sclerosis, sindrom
fragile x, down sindrome, atau sindrom rett.
d. Bayi prematur atau yang lahir sebelum kehamilan 26 minggu.
e. Usia orang tua yang lebih tua saat hamil.
f. Bayi dengan berat badan lahir rendah
2.5.5 Akibat atau Dampak yang dirasakan oleh Anak
Akibat atau dampak dari autisme berbeda-beda pada setiap tahap
perkembangan, dampak autisme sebelum masa sekolah yaitu tantrum
(ledakan emosi), telat berbicara, kurangnya kontak mata dan senyum sosial,
lebih suka menyendiri dan tidak mampu memahami aturan.
2.5.6 Cara Mendiagnosis Autisme atau Spectrum Disorder (ASD)
Berikut ini merupakan cara mendiagnosis Autisme Spectrum Disorder
(ASD), diantaranya:
1. Mengamati kebiasaan anak serta caranya berinteraksi dan
berkomunikasi.
2. Menguji kemampuan anak dalam mendengar, berbicara, dan
mendengarkan.
3. Melakukan tes genetik untuk mengetahui adanya kelainan genetik yang
menjadi faktor risiko ASD.
2.5.7 Solusi Dan Langkah Dalam Merawat Anak Yang Menderita Autisme
atau Spectrum Disorder (ASD)
Solusi untuk anak yang menderita autisme atau autism spectrum
disorder (ASD), yaitu dengan terapi dan pengobatan diantaranya:
a. Terapi perilaku dan komunikasi. Terapi ini dapat membantu mengatasi
masalah sosialisasi, bahasa, dan perilaku anak dengan ASD.
b. Terapi pendidikan. Terapi ini membantu anak yang kesulitan menerima
pelajaran di sekolah.
21

c. Terapi keluarga. Pada terapi ini keluarga, orang tua dan anggota
keluarga lainnya dapat belajar bagaimana bermain dan berinteraksi
dengan anak mereka yang mengalami ASD.
d. Terapi fisik. Terapi ini berguna untuk membangun keterampilan
motorik serta meningkatkan kekuatan postur, dan keseimbangan tubuh.
e. Obat-obatan. Pemberian pemberian obat-obatan untuk anak yang
menderita ASD juga bisa membantu mengendalikan gejalanya.
Langkah-langkah dalam merawat anak yang menderita autisme atau
autism spectrum disorder (ASD), sebagai berikut ini:
h. Cari dokter dan ahli kesehatan terpercaya.
i. Tingkatkan pengetahuan diri mengenai autisme agar tidak termakan
mitos mengenai autisme yang beredar.
j. Melakukan kunjungan ke dokter dan terapi secara rutin.
k. Mengikuti komunitas autis untuk memperbanyak pengetahuan.
l. Buat rutinitas yang teratur di rumah.
m. Membuat kegiatan di rumah yang bermanfaat dan menyenangkan.
2.6 Solusi Untuk Mengatasi Ketidaksesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan
pada Anak Usia Prasekolah
Dalam usia 5 tahun pertama tumbuh kembang anak, ini merupakan tahapan
proses anak meresap segala informasi untuk merangsang saraf otaknya. Berikut
beberapa solusi untuk mengatasi ketidaksesuaian pertumbuhan dan perkembangan
pada anak usia prasekolah :
1. Memenuhi Asupan Nutrisi Anak
Asupan nutrisi untuk mendukung tumbuh kembang anak di usia 5 tahun
pertama, antara lain:
- Buah-buahan. Lebih baik makan buah potong dibandingkan jus buah.
Namun jika Si Kecil lebih menyukai minum jus, pastikan itu 100 persen jus
tanpa tambahan gula.
- Sayuran. Sajikan berbagai sayuran segar, seperti buncis, kacang polong,
serta sayuran berdaun hijau.
22

- Biji-bijian. Pilih biji-bijian, seperti roti gandum, oatmeal, popcorn, quinoa,


atau nasi merah atau nasi liar. Batasi biji-bijian olahan seperti roti putih,
pasta, dan nasi.
- Produk susu. Dorong anak untuk makan dan minum produk susu bebas
lemak atau rendah lemak, seperti susu, yogurt, keju, atau minuman kacang
kedelai.
2. Memberikan Stimulasi Gerak Anak
Proses tumbuh kembang anak yang tak kalah penting adalah stimulasi. Ini
fungsinya untuk merangsang fungsi otak menjadi lebih baik. Ada ragam cara
stimulasi anak yang bisa diterapkan sejak dini. Misalnya memberikan apresiasi
dan pujian untuk menyadari bahwa dirinya berharga. Menurut pemaparan
Monica Sulistiawati, M. Psi, Psikolog Klinis, pentingnya rasa bangga dan
apresiasi anak, sebab dalam psikologis, ini akan memperkuat perilaku anak
dengan benar yang dilakukannya. Hindari penggunaan seluler ataupun gadget,
karena ini bukan alat untuk merangsang proses tumbuh kembang anak yang
sebenarnya. Sebaiknya batasi waktu screening per harinya yakni sekitar
maksimal 1 jam.
3. Memberikan Perlindungan Tubuh
Melindungi diri dari berbagai penyakit adalah poin penting dari proses
tumbuh kembang anak yang selanjutnya. Mengutip Kids Health, imunisasi
adalah langkah tepat untuk melindungi anak dari cakupan paling luar.
4. Perkuat Mental Anak
Tahapan selanjutnya dalam tumbuh kembang anak usia toddler dan
prasekolah adalah memperkuat mentalnya. Pada masa ini keterampilan kognitif
meliputi berpikir, belajar, memahami, memecahkan masalah, menalar, dan
mengingat. Dari hal ini, akan mendukung terbentuknya mental anak menjadi
lebih kuat. Ekspresi bangga, apresiasi dan kritik positif yang sesuai dengan
karakter dan kebutuhan akan menciptakan perasaan nyaman dan tenang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perlu diperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak di usia pra sekolah,
karena banyak faktor yang dapat memengaruhinya, seperti faktor genetik, faktor
lingkungan, dan berbagai kejadian yang terjadi saat anak bertumbuh. Sehingga, tidak
sedikit kasus-kasus yang muncul, mengenai kelainan atau penyakit yang muncul
pada anak usia prasekolah (2-6 tahun), seperti kasus stunting dan kasus autisme atau
autism spectrum disorder (ASD) yang harus menjadi perhatian yaitu bagaimana
tanda, sebab, akibat, dan solusi agar dapat di cegah dan diminimalisir terjadinya
kasus-kasus tersebut. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, dan
orang tua dapat mendampingi, memahami, dan merencanakan mengenai masa depan
sang anak.

3.2 Saran
Masa prasekolah merupakan suatu masa transisi dari bayi ke masa kanak-
kanak. Di situ kita dan buah hati sama-sama menghadapi beragam tantangan yang
lebih kompleks daripada saat ia masih bayi. Dan telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya,yang bisa dilakukan sebagai orang tua, kita harus dengan cermat
memahami apa itu gejala-gejala yang bisa terjadi pada pertumbuhan anak.pada usia
2-6 tahun secara umum mengalami permasalahan tentang komunikasi anak dan cara
bersosialisasi dengan lingkungannya dan keluarga Baik itu secara fisik maupun
mental anak. Semakin banyak pengetahuan kita terhadap hal tersebut akan semakin
kecil pula terjadinya hal kompleks pada pertumbuhan anak diusia dini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Eko Mindarsih, Dewi Ngaisyah. 2021. Buku Ajar Pertumbuhan dan Perkembangan
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Daerah Istimewa Yogyakarta. Respati
Press.
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Alfabeta
Rahman, Hibana S. 2005. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta.
Grafindo Litera Media
Sunarto, H dan B. Agung Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Rineka
cipta
http://perkembangan peserta didik usia2-6 Tahun.com
https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/860-usia-pra-sekolah-pada-anak-
merupakan-golden-age
http://ernihalawa.blogspot.com/2014/10/perkembangan-anak-usia-2-6-tahun.html
https://morinagaplatinum.com/id/milestone/gangguan-kognitif-penyebab-tanda-dan-
cara-mengatasinya

iii

Anda mungkin juga menyukai