I’TIKAF
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang
ditugaskan oleh Dosen : Ilyas S.Pd., M.M
Disusun oleh:
Kelompok 8
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat, taufik dan
berjudul “I’tikaf” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga terlimpah
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ilyas S.Pd., M.M selaku
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
tugas sehingga kami dapat memperdalam bahan ajar materi dan telah membantu
memberikan arahan serta pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Kami juga
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini dan
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
2.9 Adab-adab I’tikaf dan Hal-hal yang diperbolehkan ketika I’tikaf ........... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
I’tikaf adalah salah satu ibadah yang sering dilakukan oleh nabi
Ramadhan saja. Di luar bulan Ramadhan pun, i’tikaf tetap disyariatkan untuk
dikerjakan.
berdiam di dalam masjid dengan tata cara tertentu dan disertai niat. I’tikaf
Untuk menjaga hati dan pikiran kita agar tetap positif hendaknya berkumpul
dengan orang-orang yang berfikiran positif pula. Pada pembahasan kali ini
pembatal i’tikaf dan adab-adab i’tikaf serta hal-hal yang diperbolehkan ketika
i’tikaf.
1
2
6. Apa hal yang menjadi pembatal i’tikaf, adab-adab i’tikaf dan hal-hal
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
I’tikaf berasal dari bahasa Arab yaitu “’akafa” ( )عكفyang bermakna al-
sendiri dari melakukan sesuatu yang biasa. I’tikaf menurut istilah syara’ ialah
menetap atau berdiam didalam masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah
ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf di dalam
mereka bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 187). Di dalam Islam, seseorang bisa
beri’tikaf di masjid kapan saja, namun dalam konteks bulan Ramadhan, maka
dalam kehidupan Rasulullah Saw, I’tikaf itu dilakukan selama sepuluh hari
terakhir. Diantara rangkaian ibadah dalam bulan suci Ramadhan yang sangat
I’tikaf.
4
Dari ‘Aisyah, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata ” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, biasa I’tikaf pada sepuluh hari terakhir. Dari
I’tikaf sepeninggalannya,” (HSR. Bukhori: 2026, Mulim :5/ 1172, Ahmad :6/
Pada hakikatnya ritual i'tikaf itu tidak lain adalah shalat di dalam masjid,
baik shalat secara hakiki maupun secara hukum. Yang dimaksud shalat secara
hakiki adalah shalat fardhu lima waktu dan juga shalat-shalat sunnah lainnya.
datangnya waktu shalat di dalam masjid. Misi i`tikaf yaitu tidak bermaksiat
kepada Allah, mengerjakan semua perintah Allah, bertasbih siang malam tanpa
henti. I’tikaf adalah ibadah dengan cara menyerahkan diri kepada Allah SWT,
dengan cara memenjarakan diri di dalam masjid, dan menyibukkan diri dengan
rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang
اج ِد
ِ سَ َوالَ ت ُ َبا ِش ُروه َُّن َوأَنت ُ ْم َعا ِكفُونَ فِي ْال َم
mesjid.” (QS. Al-Baqarah : 187). Sedangkan dari hadits nabawi, ada banyak
Ada tiga hukum I’tikaf yaitu Sunnah, Wajib dan Sunnah Kifayah.
Ramadhan.
muakkadahannya lebih tinggi lagi. Kalau boleh kita gunakan istilah, sunnah
I'tikaf hukumnya sunnah, dan lebih tinggi nilai kesunnahannya kalau dilakukan
pada bulan Ramadhan. Dan bila dilakukan pada sepuluh hari yang terakhir,
diwajibkan oleh dirinya sendiri adalah dengan bernazar, baik itu dengan nazar
muthlaq, seperti dia mengatakan “Wajib atas diriku bernazar i’tikaf 3 hari atau
Apabila aku lulus ujian atau sembuhkan dari penyakit aku akan akan beri’tikaf
sehari semalam.”
seperti dosa meninggalkan fardhu kifayah. Dosanya hanya dosa kecil atau
ringan.
7
I’tikaf yang wajib waktunya adalah sesuai dengan apa yang di nazarkan
dan yang di iqrarkannya, adapun i’tikaf sunnah tidaklah ada batasan waktunya.
Kapan saja, pada malam atau siang hari, waktunya bisa lama dan juga bisa
singkat, minimal dalam madzhab Hanafi : sekejab tanpa batas waktu tertentu,
sekedar berdiam diri dengan niat. Atau dalam madzhab Syafi’I : sesaat atau
sejenak (yang penting bisa dikatakan berdiam diri), dan dalam madzhab
Hambali, satu jam saja. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tadi, waktu
dipratekkan langsung oleh Baginda Nabi SAW yaitu 10 hari terakhir bulan
Ramadhan.
1) Muslim
akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya,” (HR. Al-
اج ِد
ِ سَ َو َال تُبَا ِش ُروه َُّن َوأَ ْنت ُ ْم َعا ِكفُونَ فِي ْال َم
“(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam
1) Sengaja keluar dari masjid tanpa adanya uzur syar’i sekalipun sebentar
4) Haidh.
5) Nifas
6) Bersetubuh (jima)
kepada Allah SWT. dengan berbagai bentuk kegiatan yang telah disyaria’tkan
9
mengkaji tafsir, hadits, bedah buku ilmu pengetahuan dan lain-lain, di dalam
atau hal-hal yang tidak berfaedah, bahkan bisa menjadi haram hukumnya
1) Menyisir rambut.
2) Memangkas rambut.
3) Membersihkan tubuh.
5) Memakai wewangian.
ان
ِ سَ و َكانَ ال َيدْ ُخ ُل ْالبَيْتَ إالَّ ِل َحا َج ِة اإل ْن.َُ سه
َ يُنَا ِولُ َها َرأ،”حُجْ َرتِ َها.
wa sallam, padahal dirinya sedang haidh, dan Nabi saw sedang beri’tikaf
kedalam kamarnya. Dan Nabi apabila sedang beri’tikaf tidak pernah masuk
rumah melainkan apabila ada keperluan (hajat). (HR Bukhori 2029, Muslim
297)
10
pintu masjid. Shafiyyah berkata: "Dahulu Nabi SAW. tatkala beliau sedang)
mengunjungi pada malam hari, ketika itu di sisinya ada beberapa isteri beliau
sedang bergembira ria, maka aku pun berbincang sejenak, kemudian aku
mengantar aku pulang, tempat tinggal Shafiyyah yaitu rumah Usamah bin
Ummu Salamah) lewatlah dua orang laki-laki dari kalangan Anshar dan
sendirian. Berdasarkan ucapan Aisyah : "Nabi SAW. i'tikaf pada sepuluh hari
isteri - isteri beliau i'tikaf setelah itu". Berkata Syaikh kami (yakni Syaikh
yang menunjukkan atas bolehnya wanita i'tikaf dan tidak diragukan lagi
bahwa hal itu dibatasi (dengan catatan) adanya izin dariwali-wali mereka dan
3.1 Kesimpulan
I’tikaf adalah ibadah dengan cara menyerahkan diri kepada Allah SWT.
dengan cara memenjarakan diri di dalam masjid, dan menyibukkan diri dengan
tentang i`tikaf bisa ditemui pada QS. Al-Baqarah : 125 dan 187, serta hadits
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori. Asal hukum i`tikaf itu
sunnah, tapi akan menjadi wajib apabila seseorang bernadzar untuk i`tikaf.
Didalam I’tikaf ada syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Ketika
melaksanakan I’tikaf ada hal yang boleh dilakukan dan hal yang dapat
yang positif. Untuk menjaga hati dan pikiran kita agar tetap positif hendaknya
berkumpul dengan orang-orang yang berfikiran positif pula. Oleh karena itu,
selagi masih ada kesempatan untuk melaksanakan ibadah tidak ada salahnya
untuk melaksanakannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.rumahfiqih.com/konsultasi-1888-fiqih-itikaf-lengkap.html
https://jurnalislam.com/itikaf-2/
E Book. Shalat Tarawih, I’tikaf dan Lailatul Qadar. Syaikh Salim bin Ied al-Hilali
E-Book. Fiqih I’tikaf dan Lailatul Qadr. Sofyan Chalid bin Idham Ruray. Markaz
https://blog.al-habib.info/wp-content/uploads/2010/08/panduan-praktis-itikaf.pdf
iii