Oleh:
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
tanpa ada halangan suatu apapun dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Nur Farida., M.pd.I
sebagai dosen pengampu mata kuliah “Fiqh Ibadah” yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wonosobo 15 Maret 2023.
ii
DAFTAR ISI
FIQH IBADAH .......................................................................................................i
(DEFINISI, RUANG LINGKUP SERTA TUJUANNYA) ..................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 2
C. TUJUAN PEMBAHASAN .................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. DEVINISI PENDIDIKAN ISLAM ....................................................... 3
B. DEFINISI FIQH IBADAH .................................................................... 3
C. DEVINISI SYARI’AT ........................................................................... 6
D. DASAR FIQH IBADAH ........................................................................ 6
E. PRINSIP FIQH IBADAH ...................................................................... 7
F. RUANG LINGKUP FIQH IBADAH ................................................... 9
G. MACM-MACAM FIQH IBADAH ..................................................... 11
H. TUJUAN IBADAH ............................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 13
B. SARAN .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fiqh ibadah merupakan pemahaman mendalam terhadap nash-nash yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berkaitan dengan rukun-rukun dan
syarat-syarat yang sah tentang penghambaan diri manusia kepada Allah Swt. Dalam
fiqh ibadah dikaji beberapa sistem ibadah hamba kepada Allah Swt, yaitu tentang
wudhu, tayamum, istinja’, mandi janabat, shalat, zakat, puasa, haji dan dalil-dalil
yag memerintahkannya. Dan juga disertai contoh pelaksanaan semua ibadah yang
dimaksud yang datang dari Rasulullah Saw. Pelaksanaan ibadah di bimbing oleh
dua hal mendasar yaitu :
1. Sumber-sumber dalil yag shahih, agar ibadah hamba tidak keluar dari
tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Penertiban dan pendisplinan praktek ibadah dengan mengikuti pemahaman
para ulama yangdigali dari dalil-dalil yang terperinci.
Ibadah mengubah wujud kemungkinan dan hasrat pada diri manusia,
kemungkinan untuk melepaskan iri dari dunia materi yang terbatas, an hasrat untuk
mencapai realitas yang tertinggi dan tanpa batas. Naluri untuk bertaubat dan
beribadah termasuk salah satu fenomina dalam spiritual manusia yang paling purba,
bertahn lama, dan paling mengakar.
Bentuk peribadatan setiap kelompok berbeda-beda. Pada awalnya, mungkin
manusia menari-nari dan menggelar ritual rutin secara berjamaah disertai dzikir dan
melantunkan puji-puji hingga pada puncaknya mereka larut dalam ketundukan dan
kekhusyuan sakral. Objek peribadatan pun berkembang yang pada awalnya
menyembah batu dan kayu, lalu akhirnya menyembah Zat Azali yang kekal, yang
tak terikat ruang dan waktu. Para Nabi yang membawa syari’at dari Allah Swt tak
punya wewenang sedikitpun untuk menciptakan bentuk dan pola ibadah.
Tugasmereka hanyalah mnyampaikan dan mengajarkan kepada manusia cara
beribadah, meliputi soal adab dan praktiknya serta agar mencegah mereka agar
tidak menyembah selain Allah Swt.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Definisi Dari Pendidikan islam ?
2. Bagaimana Devinisi Dari Fiqh Ibadah ?
3. Bagaimana Devinisi Dari Syari’at ?
4. Apasajakah Dasar Fiqh Ibadah ?
5. Apasajakah Prinsip-prinsip Fiqh Ibadah ?
6. Apasaja Ruang Lingkup Fiqh Ibadah ?
7. Jelaskan Macam-macam Fiqh Ibadah ?
8. Apa Tujuan Dari Fiqh Ibadah ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Pendidikan Islam
2. Untuk Mengetahui Definisi Dari Fiqh Ibadah
3. Untuk Mengetahui Definisi Dari Syari’at
4. Untuk Mengetahui Dasar Fiqh Ibadah
5. Untuk Mengetahui Prinsip-prinsip Fiqh Ibadah
6. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Fiqh Ibadah
7. Untuk Mengetahui Macam-macam Fiqh Ibadah
8. Untuk Mengetahui Tujuan Dari Fiqh Ibadah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Artinya : “ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan cara melaksanakan
semua perintah-Nya an menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai izin dari
pembuat syariat (Al-Hkim, Allah)”.
Konsep ibadah menurut Abdul Wahab adalah konsep tentang seluruh perbuatan lahiriah
maupun batiniah, jasmani dan rohani yang di cintai dan di ridhoi oleh Allah Swt. Ibadah
juga diartikan sebagai hubungan manusia dengan yang diyakini kebesaran dan
kekuasaannya. Artinya, jika yang diyakini kebesarannya adalah Allah, maka
menghambakan diri kepada Allah. Dalam surat Al-Fatihah ayat 5 Allah Swt berfirman :
4
kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (QS. An-Nahl :36)
َوقَ ََض َرب َك َأْلا تَ ْع ُبدُ و ْا اْلا ا اَّي ُه َو ِإبلْ َو ِ َاِليْ ِن ا ْح َسا ان
ِ ِ ِ
Artinya: “Dan tuhan telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak”. (QS. Al-Isra’ :23)
d. Ibadah artinya membedakan kehidupan ilahiah dengan penganut agama selain
islam dan dengan orang-orang musyrik, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-
Kafirun ayat 3 :
5
Dengan demikian pengertian fiqh ibadah adalah pemahaman ulam terhadap nash-nash
yang berkaitan dengan ibadah hamba Allah dengan segala bentuk hukumnya, yang
mempermudah pelaksanakan ibadah, baik yang bersifat perintah, larangan maupun pilihan-
pilihan yang disajikan oleh Allah dan Rasulullah Saw.
Ibadah juga dapat berupa ucapan (lafzhiyyah) atau tindakan (‘amaliyyah). Ibadah lafal
adalah rangkaian kalimat dan dzikir yang diucapkan dengan lidah. Sedangkan ibadah amal
adalah seperti rukuk dan sujud dalam shalat, wukuf di padang arafah dan tawaf. (Ridwan,
2010)
C. DEVINISI SYARI’AT
Pengertian lain yang mirip dengan fiqih adalah syari’at. Secara bahasa
syari’ah artinya jalan (thariqah). Secara istilah adalah segala bentuk hukum
baik perintah dan larangan yang terdapat dalam Islam, yang tujuannya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, secara praktis antara fiqih dan syari’at
tidak jauh berbeda. Perbedaannya fiqih jauh lebih teoritik, sementara syariat
lebih praktis.
Tujuan diciptakannya syari’at di dalam Islam adalah untuk;
1. Memelihara agama (hifzud din)
2. Meliharaan jiwa (hifzun nufus)
3. Memelihara akal (hifzul aql)
4. Memelihara keturunan (hifzun nasl)
5. Memelihara harta (hifzul mal)
6. Memelihara kehormatan (hifzul irdh)
7. Mmelihara lingkungan (hifzul bi’ah)
Tujuh kriteria tersebut dapat dijadikan ukuran apakah syariat (hukum) yang
diterapkan itu benar atau tidak. Jika hukum yang dikerjakan ternyata menabrak
dari salah satu kriteria tersebut, maka keberadaan hukum tersebut perlu ditinjau
kembali. (Azhar, 2001)
2. Ikhlas
(Al-Bayinah/98:5)
الزكَاةَ َوذَ ِلكَ ِدينُ ا ْلقَ ِِّي َم ِة َّ َو َما أ ُ ِم ُروا ِإال ِل َي ْعبُدُوا
َّ َّللاَ ُم ْخ ِل ِصينَ لَهُ ال ِدِّينَ ُح َنفَا َء َو ُي ِقي ُموا الصَّالةَ َويُؤْ ت ُوا
Artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan (ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.
3. Tidak menggunakan perantara (washilah)
(Al-Baqarah/2: 186)
يب َدع َْو َة اِلا اعِ ا َذا َدعَ ِان فَلْيَ ْس َتجِ ي ُبوا ِِل َولْ ُي ْؤ ِمنُوا ِب ٌ َوا َذا َسأَ َ ََل ِع َبا ِدي َع ِ ِّن فَا ِ ِّن قَ ِر
ُ يب أُ ِج
ِ ِ ِ
ونَ ُلَ َعلاهُ ْم يَ ْر ُشد
Artinya:
7
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.
4. Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah
5. Seimbang antara dunia akherat
(Al-Qashash/28:77)
ُ َوابْتَغ ِ ِفميَا أآَتَ كَ ا
ُ اّلل اِل َاار ال آ ِخ َر َة َوْل تَن ْ َس ن َِصي َب َك ِم َن اِلنْ َيا َو َأ ْح ِس ْن َ َمَك َأ ْح َس َن ا
ِ اّلل ِال َ ْيك َوْل ت َ ْبغ
اّلل ْل ُ ُِيب الْ ُم ْف ِس ِد َين
َ الْ َف َسا َد ِِف ال ْر ِض ا ان ا
ِ
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
6. Tidak berlebih-lebihan
(Al-A’raf/7:31)
ْسفُوا ان ا ُه ْل ُ ُِيب الْ ُم ْْسِف َني ِّ ُ ََّي ب َ ِِن أ آ َد َم خ ُُذوا ِزينَتَ ُ ُْك ِع ْن َد
َ ْ ك َم ْسجِ ٍد َو ُ ُُكوا َو
ِ ْ ُ اْشبُوا َوْل ت
ِ
Artinya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
(Al-Baqarah/2:286)
َاّلل ن َ ْف اسا اْل ُو ْس َعهَا لَهَا َما كَ َسبَ ْت َوعَلَْيْ َا َما ا ْكت َ َسبَ ْت َربانَا ْل تُ َؤا ِخ ْذنَ ا ْن ن َ ِسينَا أَ ْو أَخ َْطأْن ُ ْل يُ َ ِكّ ُف ا
ِ ِ
ْصا َ َمَك َ ََحلْتَ ُه عَ ََل ا ِاَّلينَ ِم ْن قَ ْب ِلنَا َربانَا َوْل ُ ََت ِّملْنَا َما ْل َطاقَ َة لَنَا ِب ِه َواع ُْف
َربانَا َوْل َ َْت ِم ْل عَل َ ْينَا ا ْ ا
ِ
ُْصنَ عَ ََل الْقَ ْو ِم الْ ََك ِف ِر َين
ْ ُ َعناا َواغْ ِف ْر لَنَا َو ْار َ َْحنَا أَن َْت َم ْوْلنَ فَان
8
Artinya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa) : “Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri
ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami,
Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”
9
Secara bahasa zakat artinya membersihkan. Sedangkan secara istilah
agama islam adalah kadar harta yang tertentu yang di berikan kepada yang
berhak menerimanya, dengan beberapa syarat. Firman Allah Swt :
َ الص ََل َة َوأآت َُو ْا االز ََك َة لَهُ ْم َأ ْج ُر ُ ُْه ِعندَ َر ِ ّ ِّب ْم َو َْل خ َْو ٌف عَلَْيْ ِ ْم َو َْل ُ ُْه َ ُْي َ نز
٢٧٧- ُون ا ان ا ِاَّل َين أ آ َمنُو ْا َو َ َِعلُو ْا ا
ِ الصا ِل َح
ات َو َأقَا ُمو ْا ا
ِ
Artinya : “Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan,
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhan-nya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati”
(QS. Al-Baqarah :277)
c. Puasa
Secara bahasa puasa adalah menahan dari segala sesuatu, dari makan,
minum, nafsu dan lain sebagainya. Secara istilah yaitu menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya
matahari dengan niat dan beberapa syarat. Firman Allah Swt :
َ ََّي أَُّيَا ا ِاَّل َين أ آ َمنُو ْا ُكتِ َب عَل َ ْي ُ ُُك ا ّ ِلص َيا ُم َ َمَك ُكتِ َب عَ ََل ا ِاَّل َين ِمنقَ ْب ِل ُ ُْك ل َ َعل ا ُ ُْك تَتا ُق
١٨٣ون
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”. (QS. Al-Baqarah :183)
d. Haji
Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu. Sedangkan menurut
syara’ adalah sengaja mengunjungi baitullah untuk melakukan beberapa amal
ibadah dengan syarat-syarat tertentu. Firman Allah :
٩٧ َو ِ ّ ِّلل عَ ََل الناا ِس ِحج الْ َبيْ ِت َم ِن ْاس َت َطا َع ال َ ْي ِه َسبِي اَل
ِ
Artinya : “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang snggup mengadakan diri kejalan Allahh. (QS. AL-
Baqarah : 970)
e. Thaharah (Bersuci)
Thaharah secara bahasa adalah bersih dari kotoran, sedangkan menurut
istilah adalah menghilangkan hadats, najis atau perbuatan yang searti dengan
keduanya. Seperti mandi, wudhu dan tayamum. Allah berfirman :
٢٢٢- اّلل ُ ُِيب التا اواب َِني َو ُ ُِيب الْ ُمتَ َطهِّ ِر َين
َ ّ ا ان
ِ
10
Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang
mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah :222)
2. Ibadah ghoiru mahdhah
Ibadah ghairu mahdhoh adalah ibadah yang cara pelakanaannya dapat
direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi
dan kondisi, tetapi subtansi ibadahnya tetap terjaga. Misalnya, perintah
melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih, larangan
perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan sebagainya.
Ibadah merupakan bentuk pengakuan ang hakiki dari hamba Allah bahwa
dirinya adalah alam yang akan binasa, dirinya tiada berarti, dirinya lemah, dirinya
kotor dan tidak berdaya upaya. Oleh karena itu, beribadah kepada Allah merupakan
upaya agar Allah memberikan kekuatan-Nya, melimpahkan rahmat, melimpahkan
kasih sayangnya serta membersihkan jiwa yang kotor. (Ali, 2012)
G. MACM-MACAM FIQH IBADAH
Beberapa macam-macam ibadah dilihat dari berbagai tinjauan, antara lain :
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, ibadah dibagi menjadi dua :
a. Ibadah umum ialah ibadah yang mencakup semua aspek ialah kehidupan.
b. Ibadah khusus ialah ibadah yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan
dalam syara’. Ibadah khusus inilah yang bersifat khusus dan mutlak.
Contohnya, bersuci untuk mengerjakan shalat di lakukan menggunakan air.
2. Dilihat dari tatacara melaksanakannya, ibadah dibagi menjadi lima :
a. Ibadah badaniyyah (dzatiyyah), seperti : shalat.
b. Ibadah maaliyah, seperti : zakat.
c. Ibadah ijtima’iyyah, seperti : haji, shalat berjamaah, shalat idul fitri, idul adha
dan shalat jum’ah.
d. Ibadah ijabiyah, seperti : tawaf.
e. Ibadah salbiyah, seperti : meninggalkan segala sesuatu ang diharamkan
ketika sedang berikhram.
3. Dilihat dari niat melaksanakannya, ibadah dapat di bagi menjadi dua :
a. Ibadah hakiki, yakni ibadah yang dilakukan sepenuh-penuhnya untuk ibadah
semata. Misalnya, berdo’a kepada Allah Swt. ibadah hakiki bersifat ghair
ma’qulatil-ma’na, artinya maknanya tidak fahami secara ma’qul, tidak jelas
maksud dan hikmahnya. Semua perbuatan dimaksudkan hanya semata-mata
ta’abudi, sebagai bentuk memperbudak diri hanya kepada Allah.
b. Ibadah sifati artinya yang memperbuatannya memiliki nilai-nilai ibadah.
Ibadah seperti ini jelas sifat-sifatnya atau ma’qulatul ma’na. Semua urusan
ibadah sosial atau bernilai duniawi yang mengandung unsur ukrawi, dalam
pelaksanaannya, memiliki hukum asal mubah dan tidak mutlak harus
dilaksanakan.
Dengan dua macam ibadah tersebut, ibadah itu berhubungan secara langsung dengan Allah,
artinya, tidak ada satupun ibadah yang keluar dari komunikasi hamba dengan Allah.
Adapun tekniknya ada dua macam yaitu :
11
1. Ibadah yang pelaksanaannya langsung dengan Allah, seperti shalat, puasa, haji, dan
berdo’a.
2. Ibadah yang dilaksanakan secara tidak langsung, melainkan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, seperti zakat, menuntut ilmu, inbfaq, sedekah dan lain sebagainya.
Adapun syarat-syarat diterimanya ibadah adalah sebagai berikut :
1. Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah Swt., hanya pamrih
atas nama Allah dan karena perinahnya.
2. Ibadah dilaksanakan sesuai syari’at islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
(Kholis Nur. M, 2010)
H. TUJUAN IBADAH
Ada lima tujuan yang dicapai melalui pelaksanaan ibadah:
1. Memuji Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang mutlak, seperti ilmu,
kekuasaan, dan kehendak-Nya. Artinya, kesempurnaan sifat-sifat Allah tak terbatas,
tak terikat syarat, dan meniscayakan-Nya tanpa membutuhkan yang lain.
2. Menyucikan Allah dari segala cela dan kekurangan, seperti kemungkinan untuk binasa,
terbatas, bodoh, lemah, kikir, semena-mena, dan sifat-sifat tercela lainnya,
3. Bersyukur kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan yang kita dapatkan berasal
dari-Nya, sedangkan segala sesuatu selain kebaikan hanyalah perantara yang Dia
ciptakan.
4. Menyerahkan diri secara tulus kepada Allah dan menaati-Nya secara mutlak.
Mengakui bahwa Dialah yang layak ditaati dan dijadikan tempat berserah diri. Dialah
yang yang berhak memerintah dan melarang kita, karena Dialah Tuhan kita. Kita
semua wajib taat dan menyerahkan diri kepada-Nya, sebab kita adalah hamba-Nya.
5. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam masalah apapun yang kami sebutkan di atas,
dialah satu-satunya yang Mahasempurna. Dialah satu-satunya yang Mahasuci
dari segala cela dan kekurangan. Dan dialah satu-satunya pemberi nikmat yang
sebenarnya, serta pencipta segala kenikmatan. Karena itu, segala bentuk syukur
layak dipanjatkan hanya kepada-Nya. Dialah satu-satunya yang layak ditaati
dan dijadikan tempat berserah diri secara tulus.(Ali, 2012)
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah jamaknya lafadz ‘ibadat yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukan dan kepatuhan.
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukan atau penghambaan diri kepada
Allah, Tuhan yang maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk perbuatan manusia di
dunia, yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah
Swt.
Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua yaitu :
• Ibadah mahdhah
• Ibadah ghoiru mahdhah
Jika di liaht secara menyeluruh, ibadah dibagi menjadi dua yaitu :
• Ibadah khusus
• Ibadah umum
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penulis menyadari
bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sebagai
penulis memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam
penulisan maupun percetakan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi untuk menyempurnakan makalah ini dan berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat dan kita bisa mengambil hikmah yang terkandung
di dalamya. Amin.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Y., 2012. Buku induk rahasia dan makna ibadah. Jakarta: Zaman.
Azhar, A., 2001. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: UII PRESS.
Kholis Nur. M, M. M., 2010. Fiqih praktis al badi`ah : tuntunan ibadah keseharian.
Jumbang: Pustaka Al-Muhibbin.