Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RUANG LINGKUP FIQIH IBADAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah I

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Nuryati, MA

Disusun Oleh :
Nella Yuliantina (13321003)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Fiqih Ibadah I dengan judul “Ruang Lingkup Fiqih Ibadah”
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikareakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Pandeglang, 28 September 2022

Nella Yuliantina

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PEMBAHASAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Pengertian Fiqih Ibadah........................................................................................... 3
B. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah................................................................................... 3
C. Macam-Macam Fiqih Ibadah................................................................................... 6
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 8
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqih ibadah merupakan pemahaman mendalam terhadap nash-nash yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berkaitan dengan rukun-rukun dan syarat-syarat
yang sah tentang penghambaan diri manusia kepada Allah Swt. Dalam fiqih ibadah dikaji
beberapa sistem ibadah hamba kepada Allah Swt, yaitu tentang wudhu, tayamum,
istinja’, mandi janabat, shalat, zakat, puasa, haji dan dalil-dalil yang memerintahkannya.
Dan juga disertai contoh pelaksanaan semua ibadah yang dimaksud yang datang dari
Rasulullah Saw. Pelaksanaan ibadah di bimbing oleh dua hal mendasar yaitu :
1) Sumber-sumber dalil yang shahih, agar ibadah hamba tidak keluar dari tuntunan Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
2) Penertiban dan pendisplinan praktek ibadah dengan mengikuti pemahaman para
ulama yang digali dari dalil-dalil yang terperinci.
Ibadah mengubah wujud kemungkinan dan hasrat pada diri manusia,
kemungkinan untuk melepaskan diri dari dunia materi yang terbatas, dan hasrat untuk
mencapai realitas yang tertinggi dan tanpa batas. Naluri untuk bertaubat dan beribadah
termasuk salah satu fenomena dalam spiritual manusia yang paling purba, bertahan lama,
dan paling mengakar.
Bentuk peribadatan setiap kelompok berbeda-beda. Pada awalnya, mungkin
manusia menari-nari dan menggelar ritual rutin secara berjamaah disertai dzikir dan
melantunkan puji-puji hingga pada puncaknya mereka larut dalam ketundukan dan
kekhusyuan sakral. Objek peribadatan pun berkembang yang pada awalnya menyembah
batu dan kayu, lalu akhirnya menyembah Zat Azali yang kekal, yang tak terikat ruang
dan waktu.
Para Nabi yang membawa syari’at dari Allah Swt tak punya wewenang sedikitpun
untuk menciptakan bentuk dan pola ibadah. Tugas mereka hanyalah menyampaikan dan
mengajarkan kepada manusia cara beribadah, meliputi soal adab dan praktiknya serta
agar mencegah mereka agar tidak menyembah selain Allah Swt.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian fiqih ibadah?
2. Bagaimana ruang lingkup fiqih ibadah?
3. Bagaimana macam-macam fiqih ibadah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu ruang lingkup fiqih ibadah
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih Ibadah


Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah’ jamaknya lafadz ‘ibadat’ yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukan dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita kenal
dengan istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpin makna kekurangan, kehinaan dan
kerendahan.
Ibadah juga bisa diartikan dengan taat yang artinya patuh, tunduk dengan setunduk-
tunduknya, artinya mengkuti semu perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan yang
dikehendaki oleh Allah Swt. Karena makna asli ibadah adalah menghamba, dapat pula
diartikan sebagai bentuk perbuatan yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.
Dalam kitab Al-Hidayah jilid ke-satu dikatakan makna ibadah adalah :

ُ‫ب نوهي ِه والعما ُل بما أ َذن ب ِه الشرع‬


ِ ‫متثال اوامر ِه واجْ تشنا‬
ِ ‫العبادة هي التقرّبُ الى هللا تعال بِإ‬
Artinya : “ ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan cara melaksanakan
semua perintah-Nya an menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai izin dari
pembuat syariat (Al-Hkim, Allah)”.
Konsep ibadah menurut Abdul Wahab adalah konsep tentang seluruh perbuatan
lahiriah maupun batiniah, jasmani dan rohani yang di cintai dan di ridhoi oleh Allah Swt.
Ibadah juga diartikan sebagai hubungan manusia dengan yang diyakini kebesaran dan
kekuasaannya. Artinya, jika yang diyakini kebesarannya adalah Allah, maka menghambakan
diri kepada Allah. Dalam surat Al-Fatihah ayat 5 Allah Swt berfirman :

٥- ُ‫ِإيَّا َك نَ ْعبُ ُد وِإيَّاكَ نَ ْستَ ِعين‬-


Artinya : “Hanya kepada engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan.” (Al-Fatihah : 5).

B. Ruang lingkup fiqih ibadah


Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa semua kehidupan hamba Allah yang
dilaksanakan dengan niat mengharap keridhaan Allah Swt. bernilai ibadah. Hanya saja ada
ibadah yang sifatnya langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang

3
merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang secara tidak
langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan
hablum minannas (hubungan antar manusia).
Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ibadah mahdhah
b. Ibadah ghoiru mahdhah

a. Ibadah mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara
dzahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Ibadah ini di tetapkan oleh
dalil-dalil yang kuat (qad’i ad-dilalah), misalnya perintah shalat, zakat, puasa, ibadah haji
dan bersuci dari hadas kecil dan besar.
1) Shalat
Secara etimologi berarti doa, rahmat dan istighfar (meminta ampun). Menurut
syara artinya bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Firman Allah Swt :
٤٥-‫صاَل ةَ تَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشاء َو ْال ُمن َك ِر‬ َّ ‫م ال‬zِِ‫ َوَأق‬-
َّ ‫صاَل ةَ ِإ َّن ال‬
Artinya :
“Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji
dan mungkar”. (QS. Al-‘Ankabut : 45)
2) Puasa
Secara bahasa puasa adalah menahan dari segala sesuatu, dari makan, minum,
nafsu dan lain sebagainya. Secara istilah yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkannya, mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat
dan beberapa syarat. Firman Allah Swt :
َ‫م لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬zْ ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ ْ ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
َ ِ‫وا ُكت‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS.Al-Baqarah : 183)

4
3) Zakat
Secara bahasa zakat artinya membersihkan. Sedangkan secara istilah agama islam
adalah kadar harta yang tertentu yang di berikan kepada yang berhak menerimanya,
dengan beberapa syarat. Firman Allah Swt :
‫صالَةَ َوآتَ ُو ْا ال َّز َكاةَ لَهُ ْم َأجْ ُرهُ ْم ِعن َد َربِّ ِه ْم‬ zْ ‫ت َوَأقَا ُم‬
َّ ‫وا ال‬ ْ ُ‫وا َو َع ِمل‬
ِ ‫وا الصَّالِ َحا‬ ْ ُ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ آ َمن‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َوالَ هُ ْم يَحْ زَ نُون‬
ٌ ْ‫ َوالَ َخو‬-
Artinya :
“Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan-nya. Tidak ada rasa
takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati” (QS. Al-Baqarah : 277)
4) Haji
Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu. Sedangkan menurut syara’
adalah sengaja mengunjungi baitullah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan
syarat-syarat tertentu. Firman Allah :
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
ً‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِيال‬ ِ َّ‫ َوهّلِل ِ َعلَى الن‬-
Artinya :
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imran : 97)
5) Thaharah (Bersuci)
Thaharah secara bahasa adalah bersih dari kotoran, sedangkan menurut istilah
adalah menghilangkan hadats, najis atau perbuatan yang searti dengan keduanya.
Seperti mandi, wudhu dan tayamum. Allah berfirman :
َ‫ِإ َّن هّللا َ ي ُِحبُّ التَّ َّوابِينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang mensucikan
diri”. (QS. Al-Baqarah : 222)

5
b. Ibadah ghoiru mahdhah
Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang cara pelakanaannya dapat direkayasa
oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi
subtansi ibadahnya tetap terjaga. Misalnya, perintah melaksanakan perdagangan dengan
cara yang halal dan bersih, larangan perdagangan yang gharar, mengandung unsur
penipuan dan sebagainya.
Ibadah merupakan bentuk pengakuan ang hakiki dari hamba Allah bahwa dirinya
adalah alam yang akan binasa, dirinya tiada berarti, dirinya lemah, dirinya kotor dan tidak
berdaya upaya. Oleh karena itu, beribadah kepada Allah merupakan upaya agar Allah
memberikan kekuatan-Nya, melimpahkan rahmat, melimpahkan kasih sayangnya serta
membersihkan jiwa yang kotor.

C. Macam-Macam Fiqih Ibadah


Beberapa macam-macam ibadah dilihat dari berbagai tinjauan, antara lain :
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, ibadah dibagi menjadi dua :
a. Ibadah umum ialah ibadah yang mencakup semua aspek kehidupan.
b. Ibadah khusus ialah ibadah yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan dalam
syara’.
Ibadah khusus inilah yang bersifat khusus dan mutlak. Contohnya, bersuci untuk
mengerjakan shalat di lakukan menggunakan air.
2. Dilihat dari tata cara melaksanakannya, ibadah dibagi menjadi lima :
a. Ibadah badaniyyah (dzatiyyah), seperti : shalat.
b. Ibadah maaliyah, seperti : zakat.
c. Ibadah ijtima’iyyah, seperti : haji, shalat berjamaah, shalat idul fitri, idul adha dan
shalat jum’ah.
d. Ibadah ijabiyah, seperti : tawaf.
e. Ibadah salbiyah, seperti : meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan ketika sedang
berihram.
3. Dilihat dari niat melaksanakannya, ibadah dapat di bagi menjadi dua :
a. Ibadah hakiki, yakni ibadah yang dilakukan sepenuh-penuhnya untuk ibadah semata.
Misalnya, berdo’a kepada Allah Swt. ibadah hakiki bersifat ghair ma’qulatil-ma’na,

6
artinya maknanya tidak fahami secara ma’qul, tidak jelas maksud dan hikmahnya.
Semua perbuatan dimaksudkan hanya semata-mata ta’abudi, sebagai bentuk
memperbudak diri hanya kepada Allah.
b. Ibadah sifati artinya yang perbuatannya memiliki nilai-nilai ibadah. Ibadah seperti ini
jelas sifat-sifatnya atau ma’qulatul ma’na. Semua urusan ibadah sosial atau bernilai
duniawi yang mengandung unsur ukrawi, dalam pelaksanaannya, memiliki hukum asal
mubah dan tidak mutlak harus dilaksanakan.
Dengan dua macam ibadah tersebut, ibadah itu berhubungan secara langsung dengan
Allah, artinya, tidak ada satupun ibadah yang keluar dari komunikasi hamba dengan
Allah. Adapun tekniknya ada dua macam yaitu :
a. Ibadah yang pelaksanaannya langsung dengan Allah, seperti shalat, puasa, haji, dan
berdo’a.
b. Ibadah yang dilaksanakan secara tidak langsung, melainkan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, seperti zakat, menuntut ilmu, infaq, sedekah dan lain sebagainya.
Adapun syarat-syarat diterimanya ibadah adalah sebagai berikut :
a. Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah Swt., hanya pamrih
atas nama Allah dan karena perintahnya.
b. Ibadah dilaksanakan sesuai syari’at islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah’ jamaknya lafadz ‘ibadat’ yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukan dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita kenal dengan
istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpin makna kekurangan, kehinaan dan
kerendahan.
Ibadah juga bisa diartikan dengan taat yang artinya patuh, tunduk dengan setunduk-
tunduknya, artinya mengkuti semu perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan
yang dikehendaki oleh Allah Swt.
2. Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ibadah mahdhah
b. Ibadah ghoiru mahdhah
3. Jika di lihat secara menyeluruh, ibadah dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ibadah khusus
b. Ibadah umum

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya
sebagai penulis memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam
penulisan maupun percetakan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif demi untuk menyempurnakan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat dan kita bisa mengambil hikmah yang terkandung di dalamya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Yunasril, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah. Jakarta : Zaman. 2012.
Azhar Basyir, Ahmad. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta : UII Press, 2003.
Bayrak, Tosun, dkk. Energi Ibadah. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta. 2007.
Mustahik, Team 2005, Fiqih Praktis Al-Badi’ah. Jombang : Pustaka Al-Muhibbin, 2010.
Ridwan, Hasan, Fiqih Ibadah. Bandung : Pustaka Setia. 2009.
Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2014.

Anda mungkin juga menyukai