Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“FILSAFAH IBADAH”

DISUSUN
O
L
E
H

IZQI YANTI
(2110093)

Dosen Pengampu: Tgk. Syarkawi, M. Pem. I

HUKUM KELUARGA ISLAM


SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL AZIZIYAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah mengenai filsafat ibadah. Makalah ini
disusun dengan tujuan memenuhi tugas mengenai filsafat ibadah pada mata kuliah Filsafat
Islam. Isi makalah ini menitik beratkan pada filsafat shalat, filsafat zakat, filsafat puasa, dan
filsafat haji. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Saya menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya
tetapi dengan anugerah tersebut kadang kala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah
memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam
kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah
SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku
yang sesuai dengan tuntuan Allah SWT dan Rasul-Nya, salah satu cara untuk mencapai
tuntunan tersebut adalah dengan beribadah.
Sebagai penganut agama islam tentunya kita sudah banyak mengetahui tentang beribadah
yang telah disyariatkan dalam islam sendiri. Namun dari kita banyak tidak mengetahui
hakikat beribadah. Kita hanya menjalankan apa yang telah disyariatkan islam tanpa berfikir
lebih radikal atau berfikir secara lebih dalam lagi hakikat beribadah. Sehingga kita mampu
memahami hikmah-hikmah dalam beribadah.
Dalam hal ini sesungguhnya Allah memberi amanah kepada kita sebagai manusia yang
diciptakan di muka bumi ini yaitu sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini dan
amanah itu merupakan sebuah kewajiban. Maka sebagai khalifah di muka bumi kita harus
menunaikan kewajiban yang Allah berikan kepada kita yaitu kewajiban beribadah
kepadaNya.
Berfikir filsafat yaitu secara radikal, mendalam, dan sistematis terhadap suatu ibadah.
Sebab dengan berfilsafat kita dapat mempersoalkan inti, hakikat, tujuan dan hikmah ibadah
itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1) Apa hakikat beribadah dan apa saja macamnya?
2) Apa saja tujuan ibadah kita selama ini?
3) Apa hikmah beribadah?
C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah kita ambil,ditemukan tujuan sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui serta memahami hakikat ibadah dan macamnya
2) Untuk mengetahui tujuan ibadah kita selama ini
3) Untuk mengetahui hikmah melakukan ibadah
BAB II
PEMBAHASAN

Kata Filsafat memiliki banyak sekali arti, baik arti sempit maupun luas. Dalam hal ini
Filsafat ibadah terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan ibadah. Kaitannya dengan filsafat
ibadah, filsafat itu sendiri diartikan secara etimologi yaitu memiliki arti berfikir bijaksana dan
secara terminologi filsafat berarti mencari hakikat kebenaran.
Kata ibadah terambil dari akar kata ‘abada yang artinya ; mengabdi, tunduk, taat,
merendahkan diri. Sedangkan Ibadah menurut Istilah berarti taat, tunduk, patuh dan
merendah diri kepada Allah. Jelasnya, ibadah ialah pengabdian diri sepenuhnya kepada Allah
SWT .
Menurut M. Abduh ibadah ialah : ”Suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang
mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan di dalam jiwa seseorang terhadap siapa
yang kepada ia tunduk” .

A. Hakikat Ibadah Dan Macamnya


Dalam hal beribadah setidaknya kita berfikir, mengapa kita harus beribadah? Pertanyaan
seperti ini merupakan awal dari cara berfikir secara filsafat yang mulai tumbuh dalam diri
kita. Sehingga timbullah sebuah pemikiran yang radikal (sedalam-dalamnya) dalam
memaknai hakikat beribadah itu sendiri. Namun, sebelum itu harus kita ketahui terlebih
dahulu siapa manusia yang sesungguhnya, apa misi yang kita bawa dalam penciptaan-Nya
oleh Allah?.
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah
adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir (nyata).
Adapun hakikat ibadah yaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang terdapat dalam Surat Adz-Dzariat ayat
56, yang menunjukkan bahwa tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah
kepada allah.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan
penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya.
4. Hakikat ibadah sebagai cinta.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai
Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan
jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Begitu pula dengan pendapat Muhammad Al-Ghazaly mengutip pendapat Ja’far Al-Sidik
tentang hakikat ibadah yang menurutnya dapat wujud apabila seseorang memenuhi  tiga hal :
1. Tidak menganggap apa yang berada di bawah kekuasaan atau wewenangnya sebagai
milik pribadinya karena yang dinamai (hamba sahaya) tidak memiliki sesuatu. Hal ini
sejalan dengan firman Allah dalam surat  An-Nahl ayat 75:

Artinya: Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan


orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu, dan seorang yang kami beri rezeki yang
baik, lalu dia menginfakkan sebagian rezeki itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-
terangan.

2. Menjadikan segala aktifitasnya berkisar pada pelaksanaannya apa yang diperintahkan


kepadanya serta menjauhi apa yang dilarangannya. Hal ini sejalan dengan firman
Allah dalam surat Al-Anbiya’ 26-27:
3. Tidak mendahuluinya dalam mengambil  suatu keputusan atau dengan kata lain
mengaitkan segala apa yang hendak dilakukannya dengan seizin dan restu siapa yang
kepadanya ia mengabdi. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Kahfi ayat 23-24:

Artinya: Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, sesungguhnya aku akan
mengerjakan itu besok pagi kecuali (dengan mengaitkannya dengan) bila Allah menghendaki.

Ibadah umum atau ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh Allah,
misalnya; belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Ibadah khusus atau
mahdhah adalah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan
perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah misalnya adalah Thaharah,
Shalat, Puasa, Zakat dan Haji.

B. Tujuan Ibadah
Pada dasarnya tujuan ibadah adalah taqwa kepada tuhan yang Maha Esa. Seperti yang
dijelaskan diatas dalam surat Al-Baqarah ayat 21 yaitu,
Dari kata tattaqun jelas berasal dari kata waqo, yang berarti takut dan pemeliharaan diri.
Dari sini dapat dipahami bahwa inti dari pada makna taqwa adalah menjauhkan (memelihara)
diri dari siksaan Allah dengan cara melaksanakan segala bentuk perintah-Nya dan diimbangi
dengan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Dan dengan beribadah dengan tekun kita akan
mencapai suatu derajat takwa kepada Allah Swt. sebagai Tuhan satu-satunya yang Maha
Pemelihara dan menciptakan manusia.

Menurut Syeh Muhammad Abduh tujuan ibadah dalam agama adalah mengingatkan
manusia tentang rasa keagungan akan kekuasaan Tuhan yang Maha Tinggi itu.
Sedangkan menurut Abbas Al-Aqqad ada dua tujuan pokok dalam beribadah :
1. Mengingatkan manusia akan unsur rohani di dalam dirinya, yang juga memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan jasmaniahnya.
2. Mengingatkannya bahwa di balik kehidupan yang fana ini, masih ada lagi kehidupan
berikut yang bersifat abadi.

C. Hikmah Ibadah
Secara bahasa, hikmah berarti kebijaksanaan, atau arti yang dalam. Hikmah juga berarti
mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan. Ahli tasawuf mengartikan
hikmah sebagai pengetahuan tentang rahasia Allah dalam menciptakan sesuatu.
Para ahli berpendapat bahwa intisari filsafat ada dalam Al Qur’an tetapi Al Qur’an
bukanlah buku filsafat. Maka, tidak salah bila dikatakan bahwa hikmah adalah rahasia
tersembunyi dari si pembuat syariat (Allah), yang bisa ditangkap oleh manusia melalui ilham
yang dianugerahkan Allah ke dalam jiwa manusia ketika yang bersangkutan bersih dari
gangguan-gangguan hawa nafsu, sementara filsafat adalah rahasia syariat yang ditemukan
oleh manusia melalui upaya penalaran akalnya. Jadi, hikmah yang ditemukan oleh manusia
itu bisa disebut sebagai filsafat syariat, atau Filsafat Hukum Islam
Yang termasuk hikmah shalat yaitu:
1. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh dan mengingatNya, sperti surat At-thaha
ayat 14
2. Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar seperti surat al-ankabut ayat 45

3. Mendekatkan diri kepada Alloh seperti surat al-Alaq ayat 19

4. Penyerahan diri manusia kepada Alloh secara tulusn ikhlas sperti surat al-Bayyinah
ayat 5
5. Meningkatkan disiplin, sabar, dan khusuk sperti surat al-Mukmin ayat 1-3

Arti :
1. Haa Miim
2. diturunkan kitab ini (Al Quran) dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui,
3. Yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai
karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali
(semua makhluk).

6. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa raga seperti surat asy-Syams ayat 9-10

7. Meningkatkan sifat toleransi terhadap sesama manusia sperti surat al-Isra’ ayat 110
Hikmah dari puasa yaitu:
 Melatih Disiplin Waktu
 Keseimbangan dalam Hidup
 Mempererat Silaturahmi
 Lebih Perduli Pada Sesama
 Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan
 Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah
 Berhati-hati Dalam Berbuat
 Berlatih Lebih Tabah
 Melatih Hidup Sederhana

Hikmah zakat ialah:                         


 Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir
dan bakhil
 Zakat mengandung arti rasa persamaan yang memikirkan nasib manusia dalam
suasana persaudaraan
 Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki,irihati, dan menghilangkan jurang
pemisah antara si miskin dan si kaya 

Hikmah ibadah haji adalah:


 Membersihkan dosa.
 Meningkatkan keimanan dan meneguhkan keimanan.
 Belajar akan Sejarah dan Meneladaninya.

Jadi, bisa diambil kesimpulan hikmah dari ibadah itu adalah menjadikan manusia yang
disiplin dan bertanggungjawab.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
  Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh
Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya
Fungsi ibadah adalah mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya,
mendidik mental, dan menjadikan diri disiplin.Ruang lingkup ibadah terdiri atas ibadah
mahdah dan ghairu mahdah.
Hikmah ibadah adalah menjadikan manusia yang disiplin dan
bertanggungjawab.Keutamaan ibadah adalah untuk mensucikan jiwa dan meningkatkan
derajat manusia dihadapan tuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ghazali, Dede Ahmad, Dkk. 2015. Studi Islam Suatu Pengantar Dengan Pendekatan
Interdisipliner. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Syah, Ismail Muhammad. 1992.  filsafat hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Qardhawi, Yusuf. 2002. Konsep Ibadah Dalam Islam. Bandung: Mizan,
Cet. Ke-2

Anda mungkin juga menyukai