Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“SEPUTAR FIQIH SIYASAH”


Dosen: Drs. Maksun, M.Ag.

Di susun oleh:
BUDI NUR ROHMAN (1902046079)
AHMAD BURHANUDIN MAJID (1902046095)
MUHAMMAD FAJRUL FALAAH (1902046104)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

1
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW dengan perjuangan
beliau yang telah membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman terang
benderang karena ilmu dari agama islam, makalah ini dibuat guna memenuhi salah
satu tugas presentasi mata kuliah “ FIQIH SIYASAH”.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk mengetahui seputar fiqih siyasah:
terminologi, objek dan metode pembahasan, bidang kajian dan teks Alquran-sunnah
tentang siyasah untuk itu kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
memerlukan kritik dan saran agar kedepannya kami mampu membuat makalah yang
lebih baik dan bermanfaat, maka dari itu kami mengharapkan banyak kritik dan saran
dari semua pihak.
Kemudian kami haturkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Boyolali, 31 Agustus 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………3
BAB I……………………………………................................................................................4
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………...4
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………………………..4
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………...4
C. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………….4

BAB II ……………………………………………………………………………………….5

PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..5

A. Apa pengertian fiqih Siyasah secara Terminlogi……………………………...5


B. Apa saja objek dan pembahasan fiqih Siyasah………………………………..6
C. Apa saja bidang kajian fiqih siyasah dan ruang lingkupnya…………………..8
BAB III………………………………………………………………………………11
PENUTUP…………………………………………………………………………………..11

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………..11
B. SARAN……………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kajian fiqh Siyasah menjadi hal yang sangat penting dan hangat untuk
dibahas, karena berkaitan dengan politik yang mengatur kehidupan banyak orang.
Oleh karena itu, perlu diketahui secara detail apa itu fiqh siyasah agar tidak terjebak
dan salah dalam pengambilan kebijakan politik yang berbasis maslahah. Siyasah
Islam berdasarkan maslahah adalah siyasah yang lahir dari al-quran dan hadits bukan
siyasah yang lahir dari kepentingan individu atau kelompok tertentu.Siyasah Islam
inilah yang menjadi objek kajian fiqh siyasah.Objek ini perlu diperjelas agar tidak
salah memahami politik Islam atau mempolitisasi Islam.
Islam tidak hanya mencakup sistem kepercayaan dan ibadah, tetapi juga
sistem kemasyarakatan dan kenegaraan.Para ulama dengan ijtihad mereka
merumuskan ajaran-ajaran Islam tentang negara ini dalam ‘ilm al-siyâsah al-
Islâmiyyah atau fikih siyâsah (ilmu politik Islam).‘Ilm al-siyâsah ini didefiniskan
sebagai “ilmu yang membahas tentang pengaturan urusan-urusan negara Islam dalam
hal sistem dan undang-undang yang sejalan dengan dasar-dasar Islam meskipun
dalam pengaturan ini tidak ada dalil tertentu (dari Alquran maupun Hadis)”. Ilmu ini
berkembang dengan dinamis karena ia bisa berinteraksi dengan gagasan dan sistem
politik dari luar serta budaya lokal, termasuk dengan sistem politik modern.
Kesan politik itu kotor dan buruk memang melekat di benak masyarakat.Ini
adalah akibat dari politisi jahat itu sendiri.Banyak tokoh politik yang terjerat kasus
korupsi meski berasal dari parpol Islam.Di sinilah sangat penting untuk membedakan
antara politisi Islam dan politik Islam itu sendiri.Untuk mengetahui kebijakan atau
tindakan tokoh politik Islam yang tidak sesuai dengan siyasah fiqh, kebijakan atau
tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai siyasah syar'iyah meskipun
kebijakan tersebut berasal dari tokoh politik partai berlabel Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1.) Apa pengertian fiqih siyasah secara terminlogi?.
2.) Apa saja objek dan pembahasan fiqih siyasah?.
3.) Apa saja bidang kajian fiqih siyasah dalam teks Alquran dan sunnah?.

C. TUJUAN PENULISAN
1.) Agar mampu mengetahui pengertian fiqih siyasah secara terminologi
2.) Agar mampu mengetahui objek dan pembahasan fiqih siyasah
3.) Agar mampu mengetahui bidang kajian fiqih siyasah dalam teks Alquran
dan sunnah

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fikih Siyasah

Fiqh secara terminologi (istilah) adalah pengetahuan tentang hukum syar'i


mengenai amal perbuatan (praktis) yang diperoleh dari dalil tafshili (terinci), yakni
hukum-hukum khusus yang diambil dari al-Qur'an dan as-Sunnah. Jadi fiqh adalah
pengetahuan mengenai hukum islam yang bersumber dari al-Qur'an dan asSunnah
yang disusun oleh mujtahid melalui jalan penalaran dan ijtihad.

Secara terminologis dalam kitab Lisan al-Arab, yang dimaksud dengan kata
siyasah adalah mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kepada
kemaslahatan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fiqh siyasah ialah ilmu
yang mempelajari hal-ihwal urusan umat dan negara dengan segala bentuk hukum,
pengaturan, dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasan yang sejalan
dengan dasar-dasar ajaran syariat untuk mewujudkan kemaslahatan umat.

Selain itu Fiqh Siyasah menurut terminoligi memiliki beberapa makna, antara
lain:
1. Menurut Imam al-Bujairimi, yang dimaksud dengan fiqh siyasah adalah
“memperbagus permasalahan rakyat dengan cara mengatur dan memerintah mereka
dengan tujuan membuat maslahah untuk mereka sendiri. Kemaslahatan ini terwujud
dengan sebab ketaatan mereka terhadap pemerintahan”.

2. Menurut Wuzarat al-Awqaf wa al-Syu‟un, yang dimaksud dengan fiqh siyasah


adalah “memperbagus kehidupan manusia dengan cara mengatur permasalahan
mereka dan menunjukkan jalan yang dapat menyelamatkan mereka dari kehancuran,
baik pada waktu sekarang ataupun waktu akan datang”.

3. Menurut Imam Ibn „Abidin, yang dimaksud dengan fiqh siyasah adalah
“mewujudkan kemaslahatan manusia dengan cara menunjukkannya kepada jalan
yang bisa menyelamatkan, baik di dunia maupun di akhirat. Sumbernya Siyasah
berasal dari Nabi Muhammad SAW., baik secara khusus maupun secara umum, baik
secara lahir, maupun secara batin. Dari sisi lahir, siyasah berasal dari para sultan
(pemerintah). Sedangkan secara batin, siyasah berasal dari para ulama yang menjadi
pewaris Nabi Muhammad.

5
Secara sekilas antara Fiqh Siyasah dan Politik terlihat hampir sama.
Persamaan ini terlihat dari dua unsur yang terdapat pada keduanya, yakni Pihak yang
mengatur dan Pihak yang diatur. Kedua unsur ini adalah unsur yang sangat penting
dan bersifat timbal balik, baik dalam Fiqh Siyasah maupun dalam ilmu politik.
Menurut Prof. H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah mirip dengan Politik, karena ada dua unsur
penting dalam bidang politik, yaitu negara yang perintahnya bersifat eksklusif dan
unsur masyarakat, yang diatur atau diperintah.

Sekalipun memiliki persamaan diantara Fiqh Siyasah dan Politik, namun bila
dicermati secara mendetail, sebenarnya diantara keduanya terdapat perbedaan yang
mendasar dari sisi segi fungsinya, fiqh siyasah berbeda dengan politik. Menurut Ali
Syariati, fiqh siyasah (siyasah syar‟iyyah) tidak hanya menjalankan fungsi
pelayanan (khidmah) saja, tetapi juga pada saat yang sama menjalankan fungsi
pengarahan (`ishlah). Sebaliknya, politik dalam arti yang murni hanya menjalankan
fungsi pelayanan, tanpa menjalankan fungsi pengarahan (`ishlah). Hal ini bisa
dibuktikan dengan melihat definisi politik di terdapat dalam Penguin Encyclopedia:

“Political Science: The academic discipline which describes and analyses the
operations of government, the state, and other political organizations, and any other
factors which influence their behaviour, such as economics. A major concern is to
establish how power is exercised, and by whom, in resolving conflict within society.”

B. Objek Dan Metode Pembahasan Fiqih Siyasah


Objek kajian fiqh siyasah meliputi aspek pengaturan hubungan antara warga
negara dengan warga negara, hubungan antar warga negara dengan lembaga negara,
dan hubungan antara lembaga negara dengan lembaga negara, baik hubungan yang
bersifat intern suatu negara maupun hubungan yang bersifat ekstern antar negara,
dalam berbagai bidang kehidupan.
Hal yang sama ditemukan pula pada pernyataan Abul Wahhab Khallaf bahwa
objek pembahasan ilmu siyasah adalah pengaturan dan perundang-undangan yang
dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari segi persesuaiannya dengan pokok-pokok
agama dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia serta memenuhi
kebutuhannya.
Secara garis besar maka objeknya menjadi, pertama, peraturan dan
perundang-undangan, kedua, pengorganisasian dan pengaturan kemaslahatan, dan

6
ketiga, hubungan antar penguasa dan rakyat serta hak dan kewajiban masing-masing
dalam mencapai tujuan negara.
Secara umum, metode yang digunakan adalah al-ijma’, al-Qiyas, al-
Mashlahah al-Mursalah, Sadd al-Dzari’ah dan Fath al-Dzari’ah, al-‘Adah, al-
Istihsan dan Kaidah-kaidah kulliyah fiqhiyah. Adapun perincianya sebagai berikut:

1. Al-Ijma’
Al-Ijma’ merupakan kesepakatan (konsensus) para fuqaha (ahli fiqh) dalam satu
kasus.Misalnya pada masa khalifah Umar ra.Dalam mengatur pemerintahannya Umar
ra melakukan musyawarah maupun koordinasi dengan para tokoh pada saat itu.Hal-
hal baru seperti membuat peradilan pidana-perdata, menggaji tentara, administrasi
negara dll, disepakati oleh sahabat-sahabat besar saat itu. Bahkan Umar ra
mengintruksikan untuk shalat tarawih jama’ah 20 raka’at di masjid, merupakan
keberaniannya yang tidak diprotes oleh sahabat lain. Hal ini dapat disebut ijma’
sukuti.

2. Al-Qiyas
Dalam fiqh siyasah, qiyas digunakan untuk mencari umum al-ma'na atau Ilat hukum.
Dengan qiyas, masalah dapat diterapkan dalam masalah lain pada masa dan tempat
berbeda jika masalah-masalah yang disebutkan terakhir mempunyai ilat hukum yang
sama. Dalam hal qiyas berlaku kaidah :
hukum berputar bersama ilatnya, ada dan tidaknya hukum bergantung atas ada dan
tidaknya ilat hukum tersebut.

3. Al-Mashlahah al-Mursalah
Al-mashlahah artinya mencari kepentingan hidup manusia dan mursalah adalah
sesuatu yang tidak ada ketentuan nash al-Qur'an dan al-Sunah yang menguatkan atau
membatalkan. Al-mashlahah al-mursalah adalah pertimbangan penetapan menuju
maslahah yang harus didasarkan dan tidak bisa tidak dengan ‫ )استقراء‬hasil penelitian
yang cermat dan akurat).

4. Sadd al-Dzari’ah dan Fath al-Dzari’ah.


Sadd al-Dzari'ah adalah upaya pengendalian masyarakat menghindari kemafsadatan
dan Fath al-Dzari’ah adalah upaya perekayasaan masyarakat mencapai
kemaslahatan. Sadd al-Dzari’ah dan Fath al-Dzari’ah adalah "alat" dan bukan
"tujuan", contohnya ialah pelaksanaan jam malam, larangan membawa senjata dan

7
peraturan kependidikan. Pengendalian dan perekayasaan berdasar sadd al-dzari’ah
dan fath al-dzari’ah dapat diubahatau dikuatkan sesuai situasi. Dalam hal Sadd al-
Dzari’ah dan Fath al-Dzari’ah berlaku kaidah :
‫للوسا ئل حكم املقاصد‬

5. Al-‘Adah
Kata Al-‘Adah disebut juga Urf. al-‘Adah terdiri dua macam, yaitu : al-‘adah al
sholihah yaitu adat yang tidak menyalahi syara’ dan al-‘adah al-fasidah yaitu adat
yang bertentangan syara’. Dalam hal Al-‘adah berlaku kaidah :
‫العادة حمكمة‬
“Adat kebiasaan (dalam suatu masyarakat) dapat di jadikan sebagai hukum”
6. Al-Istihsan
Al-Istihsan rpaling dari ketetapan dalil khusus kepada ketetapan dalam umum.
Dengan kata lain berpindah menuju dalil yang lebih kuat atau membandingkan dalil
dengan dalil lain dalam menetapkan hukum. Contoh menurut al-Sunnah tanah wakaf
tidak boleh dialihkan kepemilikannya dengan dijual atau diwariskan, tapi jika tanah
ini tidak difungsikan sesuai tujuan wakaf, ini berarti mubazir.Al-Qur'an melarang
perbuatan mubazir, untuk kasus ini maka diterapkan istihsan untuk mengefektifkan
tanah tersebut sesuai tujuan wakaf.

7. Kaidah-Kaidah Kulliyah Fiqhiyah


Kaidah-kaidah kulliyah fiqhiyah adalah sebagai teori ulama yang banyak digunakan
untuk melihat ketetapan pelaksanaan fiqh siyasah. Kaidah-kaidah itu bersifat
umum.Oleh karena itu, dalam penggunaannya, perlu memperhatikan pengecualian
dan syarat-syarat tertentu. Kaidah-kaidah yang sering digunakan dalam fiqh siyasah,
antara lain:
‫دفع املفاسد وجلب املصاحل‬
“menghindari bahaya harus lebih di utamakan dari meraih manfaat”

C. Kajian Fikih Siyasah dan Ruang Lingkupnya

8
1. Ruang Lingkup Fikih Siyasah

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam menentukan ruang


lingkup kajian fikih siyasah. Di antaranya ada yang membagi menjadi lima
bidang, ada yang menetapkan enam bidang atau tiga bidang pembahasan. Bahkan
ada sebagian ulama yang membagi ruang lingkup kajian fikih siyasah menjadi
delapan bidang. Namun perbedaan ini tidaklah terlalu prinsip, karena hanya
bersifat teknis.
Menurut Iman Al-Mawardi, didalam kitabnya yang berjudul al-ahkam al-
sulthaniyyah, lingkup kajian fikih siyasah mencakup kebijaksanaan pemerintah
tentang siyasah dusturiyyah (peraturan perundang-undangan), siyasah maliyah
(ekonomi dan moneter), siyasah qadhaiyyah (peradilan), siyasah harbiyah
(hukum perang), dan siyasah idariyah (administrasi negara). Adapun Imam Ibn
Taimiyyah, meringkasnya menjadi empat bidang kajian, yaitu siyasah
qadhaiyyah (peradilan), siyasah idariyyah (administrasi negara), siyasah
maliyyah (ekonomi dan moneter), dan siyasah dauliyyah/siyasah kharijiyyah
(hubungan internasional). Sementara Abd al-Wahhab Khallaf di dalam kitabnya
yang berjudul al-siyasah al-syariyah lebih mempersempitnya menjadi tiga bidang
kajian saja, yaitu peradilan, hubungan internasional dan keuangan negara.
Berbeda dengan tiga pemikir di atas, salah satu ulama terkemuka di indonesia
T.M. Hasbi Ash-shiddieqy malah membagi ruang lingkup fikih siyasah menjadi
delapan bidang, yaitu:
1. Siyasah Dusturiyyah Syariyyah (politik pembuatan perundang-undangan).
2. Siyasah Tasyiiyyah Syariyyah (politik hukum).
3. Siyasah Qadhaiyyah syariyyah (politik peradilan).
4. Siyasah Maliyyah Syariyyah (politik ekonomi dan moneter).
5. Siyasah Idariyyah Syariyyah (politik administrasi negara).
6. Siyasah Dauliyah/Siyasah Kharijiyyah Syariyyah (politik hubungan
internasional).
7. Siyasah Tanfidziyyah Syariyyah (politik pelaksanaan perundang-
undangan).
8. Siyasah Harbiyah Syariyyah (politik peperangan).
Berdasarkan perbedaan pendapat di atas, pembagian fikih siyasah dapat di
sederhanakan menjadi tiga bagian pokok. Pertama,, politik perundang-undangan
(siyasah dusturiyyah). Bagian ini meliputi pengkajian tentang penetapan hukum
(tasyiiyyah) oleh lembaga legislatif, peradilan (qadhaiyyah) oleh lembaga
yudikatif, dan administrasi pemerintah (idariyyah) oleh birokrasi atau eksekutif.
Kedua, politik luar negeri (siyasah dauliyyah/siyasah kharijiyyah). Bagian ini
mencakup hubungan keperdataan antara warga negara yang muslim dengan

9
warga negara non-muslim yang berbeda kebangsaan (al-siyasah al-duali al-
khashsh) atau disebut juga hukum perdata internasional dan hubungan diplomatik
antara negara muslim dan negara non-muslim (al-siyasah al-duali al-amm) atau
disebut juga dengan hubungan internasional. Hukum perdata internasional
menyangkut permasalahan jual beli, perjanjian, perikatan, dan hutang piutang
yang dilakukan warga negara muslim dengan warga negara lain. Adapun
hubungan internasonal mengatur antara lain politik kebijakan negara islam dalam
masa damai dan perang. Hubungan dalam masa damai menyagkut tentang
kebijaksanaan negara mengangkat duta dan konsul, hak-hak istimewa mereka,
tugas dan kewajiban-kewajibannya. Sedangkan dalam masa perang (siyasah
harbiyyah) menyangkut antara lain tentang dasar-dasar diizinkannya berperang,
pengumuman perang, etika berperang, tawanan perang, dan gencatan senjata.
Ketiga, politik keuangan dan moneter (siyasah maliyyah), antara lain membahas
sumber-sumber keuangan negara, pos-pos pengeluaran dan belanja negara,
perdagangan internasional, kepentingan/hak-hak publik, pajak, dan perbankan.

2. Sumber Kajian Fikih Siyasah

Setiap disiplin ilmu mempunyai sumber-sumber dalam pengkajiannya. Dari


sumber-sumber ini disiplin ilmu tersebut dapat berkembang sesuai dengan tuntutan
dan tantangan zaman. Demikian juga dengaan fikih siyasah. Sebagai salah satu
cabang dari disiplin ilmu fikih, fikih siyasah mempunyai sumber-sumber yang
dapat dirujuk dan di jadikan pegangan. Secara garis besar, sumber fikih siyasah
dapat dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Fathiyah al-nabrawi
membagi sumber-sumber fikih siyasah kepada tiga bagian, yaitu Al-Quran dan al-
Sunnah, sumber-sumber tertulis selain al-quran an al-sunnah, serta sumber-
sumber yang berupa peninggalan kaum muslimin terdahulu.
Selain sumber Al-Quran dan al-Sunnah, Ahmad Sukardja mengugkapkan
sumber kajian fikih siyasah berasal dari manusia itu sendiri dan lingkungannya,
seperti pandangan pakar politik, Urf atau kebiasaan masyarakat yang
bersangkutan, adat istiadat setempat, pengalaman masa lalu dan aturan-aturan
yang pernah dibuat sebelumnya. Selain itu, sumber-sumber lain seperti perjanjian
antarnegara dan konvensi dapat di gunakan berasal dari manusia dan lingkungan
tersebut bersifat dinamis dan berkembang. Hal ini sejalan dengan perkembangan
situasi, kondisi, budaya, dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat
bersangkutan. Inilah yang membuat kajian fikih siyasah menjadi sebuah studi yang
dinamis, antisipatif, dan responsif terhadap perkembangan masyarakat.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fiqh siyasah ialah ilmu yang mempelajari hal-ihwal urusan umat dan negara
dengan segala bentuk hukum, pengaturan, dan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemegang kekuasan yang sejalan dengan dasar-dasar ajaran syariat untuk
mewujudkan kemaslahatan umat. Objek kajian fiqh siyasah meliputi aspek
pengaturan hubungan antara warga negara dengan warga negara, hubungan
antar warga negara dengan lembaga negara, dan hubungan antara lembaga
negara dengan lembaga negara, baik hubungan yang bersifat intern suatu
negara maupun hubungan yang bersifat ekstern antar negara, dalam berbagai
bidang kehidupan. Menurut Iman Al-Mawardi, didalam kitabnya yang berjudul
al-ahkam al-sulthaniyyah, lingkup kajian fikih siyasah mencakup kebijaksanaan
pemerintah tentang siyasah dusturiyyah (peraturan perundang-undangan),
siyasah maliyah (ekonomi dan moneter), siyasah qadhaiyyah (peradilan),
siyasah harbiyah (hukum perang), dan siyasah idariyah (administrasi negara).

B. SARAN

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan.

Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas

11
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/alimarah/article/view/2140 (diakses
pada 08:24, 31 Agustus 2020).

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ahkam/article/view/977 (diakses pada 08.25, 31


Agustus 2020).

Iqbal, Muhammad. 2014. Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam Edisi
Pertama.Jakarta:Kencana.

12

Anda mungkin juga menyukai