I. INDONESIA
Bentuk Negara Indonesia
Menurut Konstitusi, Negara Indonesia menganut bentuk Negara Kesatuan. Istilah lain dari
Negara Kesatuan ini adalah Eenheidstaat. Pada sebuah negara kesatuan, kedaulatan negara
tersebut bersifat tunggal dan di dalamnya tidak terdapat negara bagian.
Negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi. Sementara wilayah-
wilayah administratif di bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah
pusat.
Republik Indonesia dalam riwayatnya juga pernah menganut bentuk negara berupa Federasi
yang dikenal dengan sebutan Republik Indonesia Serikat (RIS) atau yang dalam bahasa Belanda
disebut dengan Verenigde Staten Van Indonesie.
Namun, bentuk negara Republik Indonesia Serikat tidak berlangsung lama. Hal ini karena bentuk
Negara Federasi memang tidak cocok dengan kondisi Bangsa Indonesia dengan latar belakang
yang sangat beragam.
• Eksekutif
• Legislatif
• Yudikatif
Yang mencakup lembaga eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan kabinetnya. Baik
presiden maupun wakil presiden, sama-sama dipilih oleh elektorat Indonesia dalam pemilihan
presiden. Presiden dan wakil presiden menjabat selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan (maka totalnya 10 tahun). Selama
masa kampanye presiden dan wakil presiden adalah sebuah pasangan yang tak terpisahkan.
Dengan demikian komposisi calon presiden dan calon wakil presiden butuh strategi. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi strateginya adalah latar belakang etnis (dan agama) dan posisi sosial
(sebelumnya) dalam masyarakat.
Dalam hal etnisitas dan agama, seorang Muslim dari Jawa akan lebih mendapat sokongan
popularitas karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim dari Jawa. Untuk posisi politik
yang tingkatnya lebih rendah (tergantung dari konteks agama daerah tertentu), pimpinan-
pimpinan politik yang bukan Islam masih mungkin adanya.
Dengan menilik posisi sosial (sebelumnya) di masyarakat ada beberapa kategori yang dapat
membangkitkan dukungan di pelbagai kalangan masyarakat. Kategori-kategori itu adalah
(pensiunan) pejabat tentara, pengusaha, teknokrat dan pimpinan intelektual Muslim. Oleh karena
itu untuk mempertinggi kesempatan menang dalam pemilu, presiden dan wakil presiden biasanya
berasal dari dua kategori sosial yang berbeda supaya bisa menggapai khalayak pemilih yang
lebih luas lagi. Contohnya, presiden Indonesia sebelumnya, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono
(seorang pensiunan tentara dari Jawa) memilih Boediono (seorang teknokrat Muslim jawa)
sebagai wakil presiden di masa kampanye tahun 2009. Kecepercayaan rakyat kepada pasangan
ini meningkat karena Boediono adalah seorang pakar ekonomi. Meski Indonesia mengalami
kepemimpinan otoritas di masa Suharto, saat ini pun seorang jendral masih dapat kepopuleran
dari rakyat karena mereka dianggap sebagai pemimpin yang kuat.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (seorang Muslim Jawa dan mantan pengusaha) memilih
Jusuf Kalla sebagai wakil presiden (seorang pengusaha, politisi dan Muslim dari Sulawesi) di
pemilu 2014. Kalla mempunyai sejarah panjang dalam politik Indonesia (terutama di partai
Golkar, kendaraan politik lama Suharto) dan menikmati popularitas yang luas di Indonesia
(terutama di luar pulau Jawa). Widodo sebenarnya pendatang baru di dunia politik nasional pada
awal 2014 maka pengalaman panjang dalam politik yang dimiliki Kalla memberi pasangan ini
kredibilitas yang lebih besar.
Di pemilu 2019, yang juga dimenang Widodo, beliau memilih seorang ulama Muslim yang
konservatif, Ma'ruf Amin, sebagai calon wapres. Amin dihormati banyak kalangan kaum
Muslim. Pilihannya tepat karena menjelang pemilu 2019 ada banyak ketegangan agama di
Indonesia.
Setelah pemilu, presiden baru yang terpilih akan memilih anggota kabinetnya yang biasanya
terdiri dari anggota-anggota partainya, partai koalisi dan teknokrat non-partai.
Yang mencakup lembaga legislatif adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR
berwenang menyusun atau mengubah Undang-Undang Dasar dan melantik (atau
memberhentikan) presiden. MPR adalah sebuah lembaga legislatif bikameral yang terdiri dari
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
DPR, yang terdiri dari 560 anggota, bertugas membentuk dan menyetujui undang-undang,
menghitung anggaran tahunan bersama presiden dan mengawasi pelaksanaan undang-undang
dan isu-isu politik. Anggota DPR dipilih untuk masa kerja lima tahun dengan proporsi
perwakilan yang adil berdasarkan hasil pemilu. Sayangnya, DPR mengantongi reputasi buruk
karena isu-isu skandal korupsi yang acap kali dilakukan oleh para anggotanya.
DPD menangani keputusan, undang-undang dan isu-isu yang memang berhubungan dengan
daerah yang dimaksud, dengan demikian keberadaanya mampu meningkatkan perwakilan daerah
di tingkat nasional. Tiap provinsi di Indonesia memilih empat calon anggota DPD (yang akan
bekerja di pemerintahanan selama lima tahun) dari non-partai. Karena Indonesia memiliki 32
provinsi, maka jumlah anggota DPD adalah 132 orang.
Yang dimaksud lembaga yudikatif adalah Mahkamah Agung. Mahkamah Agung (MA) adalah
mahkamah tertinggi dalam sistem peradilan Indonesia. MA adalah pengadilan paling tinggi
dalam proses naik banding dan MA juga menangani sengketa di pengadilan-pengadilan yang
lebih rendah. Tahun 2003 sebuah Mahkamah baru dibentuk, yaitu Mahkamah Konstitusi. MK
memonitor keputusan-keputusan yang dibuat oleh kabinet dan parlemen (MPR) dan posisinya
sejajar dengan Konstitusi Indonesia. Sebagian besar kasus-kasus legal dapat ditangani oleh
pengadilan umum, pengadilan administrasi, pengadilan agama dan pengadilan militer.
Sebuah Komisi Yudisial mengawasi pemeliharaan jabatan, martabat dan perilaku hakim-hakim
Indonesia. Ada banyak laporan Bahwa lembaga peradilan di Indonesia tidak bebas dari korupsi
dan tidak sepenuhnya independen dari cabang-cabang politik lain.
II. AFGANISTAN
Bentuk Negara Afganistan
Bentuk negara Afganistan merupakan contoh negara kesatuan selain negara Indonesia, yaitu
berupa kesatuan. Negara ini terbagi atas 34 provinsi, dimana masing-masing provinsi akan
dipimpin oleh pemerintah daerah yang dipilih secara langsung untuk masa jabatan 4 tahun. Di
setiap provinsi, nantinya akan terbagi lagi menjadi beberapa distrik yang dipimpin oleh
pemerintah lokal atau bisa disebut sebagai Walikota/Bupati. Proses pemilihan untuk pimpinan
pemerintah lokal dilakukan sama seperti pemilihan pimpinan kepala daerah. Masing-masing
pemerintah lokal Afganistan memiliki posisi yang kuat. Hal ini disebabkan oleh hampir seluruh
keputusan lokal diputuskan melalui dewan lokal yang dikenal sebagai Shura atau Jirga. Kekuatan
pemerintah lokal ini dilatarbelakangi oleh kekuatan masyarakat tradisional.
III. KESIMPULAN
INDONESIA AFGANISTAN
Bentuk negara kesatuan Republik Islam Presidensil
Desentralisasi demokratik