Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENGANTAR SOSIOLOGI

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Pengantar Sosiologi
Dosen Pembimbing: Sulistiyawati

Oleh :
- Ainaini Fatimatuz Zahra (10821049)
- Eva Widia Safitri (10821298)
- Ibnu Sina Yusuf (10821414)

KELAS 1MA11
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jl. Akses UI Kelapa Dua, Cimanggis, Depok 16951 Jawa Barat
Telp (021) 78881112
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuatu yang dihargai di masyarakat bisa berupa kekuasaan, harta
kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, status darah biru atau keturunan dari keluarga
tertentu yang terhormat atau apapun yang bernilai ekonomis. Di berbagai masyarakat
sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Sementara itu, dilingkungan masyarakat
kota yang modern, yang terjadi seringkali sebaliknya. Dalam masyarakat yang
sederhana, lapisan-lapisan dalam masyarakat, lapisan-lapisan dalam masyarakat pada
awalnya didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dengan yang
dipimpin, perbedaan umur, bahkan perbedaan yang berdasar pada kekayaan.
Pada masyarakat yang demikian, perbedaan kedudukan dan peran masih bersifat
sementara, mengingat warganya masih sedikit dan mereka yang mempunyai
kedudukan tinggi pun tidak banyak jumlahnya. 2 Perwujudannya adalah adanya kelas-
kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Menjelaskan tentang Kekuasaan
b. Menjelaskan tentang Wewenang
c. Menjelaskan tentang Kepemimpinan
d. Hubungan kepemimpinan dan kekuasaan
e. Konsep kekuasaan dan wewenang
f. Menjelaskan berbagai bentuk kekuasaan dan wewenang yang meliputi
- Kekuasaan legal
- Kekuasaan Ilegal
- Wibawa
1.3 Tujuan
a. untuk mengetahui dan memahami tentang Kekuasaan, Wewenang, dan
Kepemimpinan.

b. untuk mengetahui apa saja Hubungan, dan konsep dari kekuasaan,


wewenang, kepemimpinan.

c. untuk mengetahui bentuk- bentuk kekuasaan dan wewenang.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEKUASAAN
Kekuasaan merupakan suatau kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Pengertian
kekuasaan dirumuskan secara umum sebagai kemampuan seseorang untuk
memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang sehingga sesuai dengan
keinginan pelaku yang memiliki kekuasaan. Menurut max Webber kekuasaan
ialah suatu kemampuan didalam hubungan social untuk melaksanakan
kemampuan sendiri walaupun mengalami sebuah perlawanan dan juga apapun
dasar dari kemampuan tersebut. Maksudnya adalah sebuah keegoisan didalam
suatu kelompok meski begitu keegoisannya itu mempunyai pertentanagn, akan
tetapi tidak mampu melawan karena adanya sebuah kekuasaan tersebut.
Adanya kekuasaan cenderung tergantung pada hubungan antara pihak
yang memiliki kemampuan untuk melncarkan pengaruh dengan pihak lain yang
menerima pengaruh itu baik secara rela maupun karena terpaksa. Apabila
kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang, biasanya orang itu dinamakan
pemimpin dan mereka yang menerima pengaruh adalah pengikut.
Perbedaan antara kekuasaan dengan wewenang ialah setiap kemampuan
untuk mempengeruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedangkan
wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang,
yang mendapat dukungan atau pengekuan dari masyarakat. Wewenang
biasanya terbatas pada hal-hal yang diliputinya, waktunya dan cara
menggunakan kekuasaan itu. Pengertian wewenang timbul pada waktu
masyarakat mulai mengatur pembegian kekuasaan dan menentukan
penggunaaannya. Apabila setiap macam kekusaan menjelma menjadi
wewenang, susuan kekuatan masyarakat akan menjadi kaku karena tidak dapat
mengikuti perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi didalam masyarakat.
Adanya wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung
dengan kekuasaan yang nyata. Misalnya dalam masyarakat kecil dan yang
susunannya bersahaja, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh
seseorang atau kelompok orang, sudah meliputi berbagai macam bidang.
Kekuasaan itu lambat lalu diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya.
Contoh dalam masyarakat Indonesia terdapat masyarakat hukum adat
(misalnya desa) yang letaknya terpencil,dimana semua kekuasaan pemerintah,
ekonomi dan sosial dipercayakan kepada kepala masyarakat hukum adat
tersebut untuk menjalankannya.

HAKIKAT DAN SUMBER KEKUASAAN

Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan.


Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi
keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi tindakan pihak lainnya. Kekuasaan mempunyai berbagai
macam bentuk dan sumber. sumber kekuasaan dapat berupa berupa kedudukan,
kekayaan atau kepercayaan.Birokrasi juga merupakan salah satu sumber
kekuasaan, disamping kemampuan khusus dalam bidang ilmu pengetahuan
tertentu ataupun atas dasar peraturan hukum. Jadi kekuasaan terdapat dimana-
mana, baik dalam hubungan social maupun di dalam organisasi sosial. Akan
tetapi, pada umumnya kekuasaan yang tertinggi berada pada organisasi yang
dinamakan “negara”.
Secara formal negara mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan
tertinggi, kalau perlu dengan paksaan. Negaralah yang membagikan kekuasaan
menjadi lebih rendah derajatnya. Itulah yang dinamakan kedaulatan.
Kedaulatan biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat yang
dinamakan the rulingclass Diantara orang-yang merupakan the ruling class
pasti ada pemimpinnya, meskipun menurut hukum dia bukan pemegang
kekuasaan tertinggi. Misal nya pada negara yang berbentuk kerajaan, terlihat
seorang Perdana mentrimempunyai kekuasaan yang lebih besar dari raja dalam
menjalankan kedaulatan negara.
Didalam masyarakat yang baru saja bebas dari penjajahan, biasanya
mengalami kesulitan karena terpadat perbedaan pemikiran antara golongan
yang berkuasa (relatif maju) dengan golongan yang dikuasai yang masih
tradisional dan kurang luas pengetahuannya. Oleh sebab itu, golongan berkuasa
harus berusaha menanamkan kekuasaannya dengan jalan menghubungkannya
dengan perasaan kepercayaan dan perasaan yang kuat didalam masyarakat
bersangkutan. Padadasarnya terwujud dalam nilai dan norma.
Dengan demikian, dapat dikatakan sifat hakikat kekuasaan dapat
terwujud dalam hubungannya yang simetris dan asimetris yang diperoleh
gambaran sebagai berikut.

Sifat dan hakikat kekuasaan


1. SIMETRIS
a. Hubungan persahabtan
b. Hubungan sehari-hari
c. Hubungan yang bersifat ambivalen (bertentanngan)
d. Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya

2. ASIMETRIS
a. Popilaritas
b. Peniruan
c. Mengikuti perintah
d. Tunduk pada pimpinan formal atau informal
e. Tunduk pada seorang ahli
f. Pertentangan anatar mereka yang tidak sejajar kedudukannya
g. Hubungan sehari-hari.

UNSUR-UNSUR, SALURAN DAN DIMENSI KEKUASAAN

a. Unsur-unsur kekuasaan
1. Rasa takut
Perasaan takut pada seseorang yang merupakan penguasa menimbulkan
suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan atas penguasa
tersebut. Rasatakut merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk
pada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa takut
akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang
ditakutinya agar terhindar dari ancaman yang akan menimpa dirinya,
seandainya dia tidak patuh.
2. Rasa cinta
Rasa cinta menghasilkan perbuatan yang pada umumnya positif. Dimana
orang lain bertindak sesuai dengan kehendak yang berkuasa untuk
menyenangkan semua pihak. Artinya ada titik pertemuan antara pihak yang
bersangkutan. Rasa cinta yang efisien harusnya dimulai dari pihak
penguasa. Apabila ada suatu reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai,
kekuasaan akan berjalan dengan baik dan teratur.
3. Kepercayaan
Kepercayaan dapat timbul karena hasil hubungan langsung antara dua orang
ataulebih yang bersifat asosiatif. Hubungan yang terjadi bersifat pribadi,
tetapi mungkinsaja hubungan demikian akan berkembang didalam suatu
organisasi atau masyarakat secara luas. Karena kepercayaan memang
sangat penting demi kelanggengan suatu kekuasaan.
4. Pemujaan
Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain.
Akantetapi, didalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang
yang memegang kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang lain. Hal
ini menyebabkan segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidaknya
dianggap benar.

b. Saluran kekuasaan
1. Saluran militer
Dalam saluran ini penguasa akan lebih banyak menggunakan paksaan
serta kekuatan militer didalam melaksanakan kekuasaannya. Tujuan
utamanya untuk menimbulkan rasa takut pada masyarakat sehingga
mereka tunduk pada penguasa.
2. Saluran ekonomi
Dengan menggunakan saluran di bidang ekonomi, penguasa berusaha
untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan jalan menguasai
ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut.
3. Saluran Tradisional
Saluran traisional biasanya merupkana saluran yang paling disukai.
Dengan cara menguasai tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi
yang dikenal dalam masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat
berjalan lebih lancer.
4. Saluran politik
Memalui saluran pilitik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk
membuat peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya dengan
meyakinnkan atau memaksamasyarakat untuk menaati peraturan yang
telah dibuat oleh badan berwenang yang sah.
5. Saluran Idiologi
Penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian
ajaran atau dokrin yang bertujuan menerangakan dan sekaligus
memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaan.

c. Dimensi kekuasaan
1. Jabatan dan pribadi
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung
erat dalam jabatan, seperti presiden, Perdana Menteri, raja, dan lain-
lain, yang penggunaannya terkandung dalam jabatan itu secara efektif
bergantung sekali pada kualitas pribadiyang dimiliki dan ditampilkan
oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.
2. Implisit dan Eksplisit
Kekuasaan implisit adalah pengaruh yang tidak dapat dilihat, tetapi
dapat dirasakan, kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang secara jelas
terlihat dan dapat dirasakan.
3. Langsung dan tidak langsung
Kekuasaan langsung ialah penggunaan sumber untuk mempengaruhi
pembuat dan pelaksana keputusan dengan melakukan hubungan secara
langsung, tanpa melalui perantara. Kekuasaan tidak langsung ialah
penggunaan sumber dan pelaksana keputusan melalui perantara pihak
lain.
4. Positif dan negative
Yang dimaksud dengan positif adalah penggunaan sumber kekuasaan
untuk mencapai tujuan yang dipandang penting dan diharuskan,
sedangkan negatif adalah penggunaan sumber kekuasaan untuk
mencegah pihak lain dalam mencapai tujuannya yang tidak perlu dan
juga dapat merugikan.
5. Konsensus dan paksaan
Kekuasaan konsensus pada umumnya berupa persetujuan secara sadar
dari pihak yang dipengaruhi sendangkan paksaan berupa rasa takut,
dalam hal ini takut akan ancaman-ancaman yang akan diterimanya.

d. Cara mempertahankan kekuasaan


Cara-cara yang dapat dilakukan penguasa untuk mempertahanka
nkekuasaannya antara lain seperti berikut.
1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama
dalam bidang politik yang merugikan kedudukan penguasa, keadaan tersebut
biasanyaterjadi pada waktu pergantian kekuasaan dari seorang penguasa
kepada penguasayang baru.
2. Mengadakan sistem kepercayaan yang dapat memperkokoh kedudukan
penguasaatau golongannya, yang meliputi agama, ideologi dan seterusnya.
3. Pelaksana administrasi dan birokrasi yang baik.
4. Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertical
Penguasa juga mempunyai beberapa cara untuk memperkuat
kedudukannya (yang khusus), yaitu sebagai berikut.
1. Dengan menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu
2. Penguasaan bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat yang dilakukan
dengan paksa atau kekerasan.

e. bentuk lapisan kekuasaan


1. Tipe pertama (tipe kasta) adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis
pemisah yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada
masyarakat berkasta, dimana hamper tidak terjadi gerak sosial vertical. Pada
puncak piramida, duduk penguasa tertinggi yaitu raja dengan lingkungannya
diduku ngoleh kaum bangsawan, tantara, dan para pendeta. Lapisan kedua
terdiri dari buruh tani yang kemudian diikuti dengan lapisan terendah yaitu
budak.
2. Tipe yang kedua (tipe oligarkis) masih mempunyai garis pemisah yang
tegas, akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh
kebudayaan masyarakat terutama pada kesempatan yang diberikan warga
untuk memperoleh kekuasaan tertentu. Pada puncak piramida duduk
penguasa tertinggi atau raja, lalu lapisan kedua bangsawan dari berbagai
macam tingkatan, lapisan ketiga penguasa tertinggi (sipil dan militer) dan
lapisan terendah yakni buruh, petani dan budak.
3. Tipe yang ketiga (tipe demokrasi) menunjukkan kenyataan akan adanya
garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobile sekali. Kelahiran tidak
menentukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan kadang juga
faktor keberuntungan. Pada puncak piramida duduk pemimpin partai politik,
organisasi besar, dan orang-orang kaya, lalu pada lapisan kedua terdapat
pejabat administratif, lapisan ketiga yaitu ahli teknik, petani dan pedagang
dan yangterakhir pekerja rendahan dan petani rendahan.

2.1.1 WEWENANG

Apabila kekuasaan dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-


sumber untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
publik, maka kewenangan merupakan hak moral yang sejalan dengan nilai
dan norma masyarakat untuk membuat dan melaksanakan keputusan publik
yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan
publik, sehingga keputusan ini mencerminkan keinginan orang ini.
Wewenang dimaksudkan untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan
keputusan mengenai masalah-masalah penting dan untuk menyelesaikan
pertentangan. Hal ini berarti bahwa orang yang mempunyai kekuasaan publik
ini merupakan pembuat dan pelaksana keputusan yang mengikat kepada
anggota-anggota masyarakatnya.

1. Wewenang Kharismatis, Tradisional dan Rasional

Perbedaan antara wewenang kharismatis, tradisional, dan


rasionaldikemukakan oleh Max Webber. Pembedaan tersebut didasarkan
pada hubungan antara tindakan dengan dasar hukum yang berlaku. Didalam
membicarakan ketiga wewenang tadi, Max Webber memerhatikan sifat dasar
wewenang tersebut karena itulah yang menentukan kedudukan penguasa
yang mempunyai wewenang tersebut.

▪ Wewenang kharismatis
Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan
pada charisma, yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu) yang ada pada
diri seseorang. Orang-orang disekitarnya mengakui akan adanya
kemampuan tersebut atas dasar kepercayaan dan pemujaan karena
mereka menganggap bahwa sumber kemampuan tersebut merupakan
sesuatu yang berada diatas kemampuan manusia umumnya. wewenang
kharismatis tersebut akan dapat bertahan selama dapat dibuktikan
keampuhannya bagi seluruh masyarakat. Contohnya nabi, para rasul dan
penguasa terkemuka dalam sejarah.

▪ Wewenang Tradisional
Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun
sekelompok orang. Dengan kata lain, wewenang tersebut dimiliki oleh
orang-orang yang menjadi anggota kelompok yang sudah lama.
Wewenang yang dimiliki tersebut bukan karena memiliki kemampuan
khusus seperti kharismatis, tetapi karena kelompok tadi mempunyai
kekuasaan yang telah melembaga dan bahkan menjiwai masyarakat.
Demikian lamanya kekuasaan tersebut membuat masyarakat percaya
dan mengakui kekuasaannya.

• Wewenang rasional
Wewenang rasional atau legal merupakan wewenang yang
disandarkan padasistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem
hukum disini dipaham kansebagai kaidah-kaidah yang telah diakui serta
ditaati masyarakat dan bahkan telahdiperkuat oleh negara. Pada
wewenang yang didasarkan pada sistem hukum, harus dilihat juga
apakah sistem hukumnya bersandar pada tradisi, agama, atau faktor-
faktor lain, Kemudian, harus ditelaah pula hubungannya dengan sistem
kekuasaan serta diuji pula apakah sistem hukum tadi cocok atau tidak
dengan system kebudayaan masyarakat supaya kehidupan dapat
berjalan dengan tenang dan tentram.

2. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi


Wewenang resmi sifatnya sistematis, dapat diperhitungkan dan
rasional.Biasanya wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-
kelompok besar yang memerlukan aturan tata tertib yang tegas dan
bersifat tetap. Didalam kelompok tadi,karena banyaknya anggota
biasanya hak dan kewajiban para anggotanya,kedudukan serta peranan
siapa-siapa yang menetapkan kebijaksanaan dan siapa pelaksananya,
dan seterusnya ditentukan dengan tegas. Begitupun sebaliknya
wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut
wewenang tidak resmi karena bersifat spontan, situasional, dan faktor
saling kenal. Contohnya pada ciri seorang ayah sebagai kepala keluarga
atau pada diri seorang yang sedang mengajar dikelas.
3. Wewenang Pribadi dan Teritorial
Perbedaan antara wewenang pribadi dengan territorial sebenarnya
timbul dari sifat dan dasar kelompok sosial tersebut. Kelompok tersebut
mungkin timbul karena faktor ikatan darah, atau mungkin juga karena
faktor ikatan tempat tinggal, atau karena faktor gabungan kedua faktor
tersebut. Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara
anggotanya, dan disini unsur kebersamaan sangat memegang peranan.
Struktur wewenang bersifat konsentris yaitu dari satu titik pusat lalu
meluas melalui lingkaran-lingkaran wewenang tertentu. Setiap
lingkaran mempunyai kekuasaan penuh di wilayahnya masing-masing.
pada wewenang teritorial, wilayah tempat tinggal memegang peranan
yangsangat penting. Pada kelompok-kelompok teritorial unsur
kebersamaan cenderung berkurang karena desakan faktor
individualisme. Hal ini tidaklah berarti bahwa kepentingan perorangan
diakui dalam rangka kepentingan bersama.
Pada wewenang teritorial ada kecenderungan untuk mengadakan
sentralisasi wewenang yang memungkinkan hubungan langsung dengan
warga kelompok. Walaupun disini dikemukakan pembedaan antara
wewenang pribadi dengan teritorial, didalam kenyataannya kedua
bentuk wewenang tadi dapat saja hidup berdampingan.

4. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh


Suatu dimensi lain dari wewenang adalah pembedaan antara
wewenang terbatas dengan wewenang menyeluruh. Apabila
dibicarakan tentang wewenang terbatas, maksudnya adalah wewenang
tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan, tetapi hanya
terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja. Misalnya, seorang jaksa
di Indonesia, mempunyai wewenang untuk atas nama negara dan
mewakili masyarakat menuntut seorang warga masyarakat yang
melakukan tindak pidana. Namun jaksa tidak berwenang mengadilinya.
Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak
dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh ialah,
setiap negara mempunyai wewenang yang menyeluruh dalam
mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Jadi terbatasnya atau
menyeluruhnya suatu wewenang bersifat tergantung dari sudut
penglihatan pihak-pihak yang ingin menyorotinya.

2.1.2 KEPEMIMPINAN

Menurut Kadarusman (2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga,


yaitu: (1) Self Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational
Leadership. Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar
jangan sampai gagal menjalani hidup. Team Leadership diartikan sebagai
memimpin orang lain. Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader
(pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung jawab
kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya, kesediaannya untuk
meleburkan diri dengan tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab yang
dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk membawa setiap bawahannya
mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga menghasilkan prestasi tertinggi.
Sedangkan organizational leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi
yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin organisasi) yang mampu
memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan
misi pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan dan
konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi untuk
menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi
komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Menurut
Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang leadership (Mullins, 2005). Dari
sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang menyebutkan
kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk memengaruhi orang lain.
Kepemimpinan merupakan suaru proses untuk memengaruhi aktivitas
kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan memeroleh kesepakatan
pada tujuan bersama. Kepemimpinan adalaah suatu upaya untuk mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan yang saling memengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya.
Walaupun cukup sulit menggeneralisir, pada prinsipnya kepemimpinan
(leadership) berkenaan dengan seseorang memengaruhi perilaku orang lain
untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti bahwa setiap orang yang memengaruhi
orang lain untuk suatu tujuan disebut pemimpin.

2.1.3 Hubungan kepemimpinan dan kekuasaan

Dengan kekuasaan, pemimpin dapat memengaruhi perilaku para


bawahannya. Hersey, Blanchard dan Natemeyer (Thoha, 2010) menyatakan
bahwa seorang pemimpin seharusnya tidak hanya menilai perilakunya sendiri
untuk memengaruhi orang lain, tetapi juga harus mengerti posisi mereka dan
bagaimana cara menggunakan kekuasaan untuk memengaruhi orang lain
sehingga menghasilkan kepemimpinan yang efektif. Kekuasaan (power)
seringkali diartikan sebagai pengaruh (influence) atau otoritas (authority).
Seseorang memiliki kekuasaan dikatakan sebagai seseorang yang berpengaruh
atau seseorang mempunyai otoritas/wewenang untuk melakukan sesuatu.
Pengertian kekuasaan seperti yang dikemukakan oleh Walter Nord (Thoha,
2010) adalah kemampuan untuk memengaruhi aliran, energi, dan dana yang
tersedia untuk suatu tujuan yang berbeda secara jelas dengan tujuan lainnya.
Definisi kekuasaan juga banyak dikemukakan oleh para ahli lainnya seperti
Bierstedt yang mengemukakan kekuasaan adalah kemampuan untuk
menggunakan kekuatan, Roger mengemukakan kekuasaan adalah suatu potensi
dari suatu pengaruh. Secara sederhana, kepemimpinan adalah setiap usaha
untuk memengaruhi, sementara itu kekuasaan dapta diartikan sebagai suatu
potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Jadi kekuasaan merupakan salah satu
sumber seorang pemimpin untuk mendapatkan hak untuk mengajak atau
memengaruhi orang lain. Sedangkan otoritas dapat dirumuskan sebagai suatu
bentuk khusus dari kekuasaan yang biasanya melekat pada jabatan yang
ditempati oleh pemimpin. Dengan demikian, otoritas adalah kekuasaan yang
disahkan (legitimatized) oleh suatu peranan formal seseorang dalam suatu
organisasi. Sumber kekuasaan dapat ditelusuri dari pernyataan Machiavelli
pada abad ke-16 yang menyatakan bahwa hubungan yang baik itu tercipta dari
rasa cinta (kekuasaan pribadi) dan rasa takut (kekuasaan jabatan). Dari hal
tersebut lah Amitai Etziomi membahas sumber kekuasaan, yaitu kekuasaan
jabatan (position power) dan kekuasaan pribadi (personal power). Dari sekian
banyaknya pernyataan yang menyatakan sumber kekuasaan, pandangan French
dan Raven (Thoha, 2010) mendapat perhatian yang cukup luas. Mereka
membagi sumber kekuasaan menjadi lima, yaitu: 1. Kekuasaan keahlian (expert
power) Kekuasaan ini ada sebagai akibat dari keahlian atau kepakaran yang
dimiliki oleh seorang pemimpin. Kekuasaan ini didasarkan pada pengetahuan,
keahlian, kecakapan dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu. 2.
Kekuasaan legitimasi (legitimate power) Seseorang akan memiliki kekuasaan
legitimasi bila orang tersebut memiliki jabatan tertentu. Semakin tinggi jabatan
yang dimiliki, maka semakin besar kekuasaan atau pengaruh yang dimilikinya.
Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan legitimasi tinggi akan cenderung
untuk memengaruhi orang lain karena dia merasakan memiliki hak atau
wewenang yang diperoleh dari jabatan dalam suatu organisasi. 3. Kekuasaan
referensi (referent power) Kekuasaan referensi adalah kekuasaan yang dimiliki
oleh pemimpin karena pemimpin tersebut memiliki karisma atau kepribadian
yang menarik. Dengan demikian pemimpin yang memiliki kepribadian menarik
akan mampu memengaruhi bawahannya. 4. Kekuasaan penghargaan (reward
power) Kekuasaan penghargaan adalah kekuasaan yang dimiliki pemimpin
bersumber dari kemampuan pemimpin untuk memberikan hadiah, penghargaan
atau upah kepada bawahannya sehingga semangat kerja bawahannya bisa
meningkat. 5. Kekuasaan paksaan (coercive power) Kekuasaan paksaan adalah
kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin tersebut
memiliki posisi yang sangat kuat. Kekuasaan ini bertentangan dengan
kekuasaan penghargaan karena kekuasaan penghargaan memberikan hadiah
atau penghargaan sedangkan kekuasaan paksaan memberikan hukuman
(punishment) atas kinerja yang buruk dari bawahannya. Setiap pemimpin tentu
harus berhati-hati dalam menggunakan kekuasaan ini karena pada prinsipnya
tidak ada orang yang menginginkan mendapatkan hukuman. Pada
perkembangan pemikiran selanjutnya, Raven menambahkan sumber kekuasaan
yang keenam, yaitu kekuasaan informasi (information power). Kemudian pada
tahun 1979, Hersey dan Goldsmith menambahkan sumber kekuasaan yang
ketujuh yaitu kekuasaan koneksi (connection power).

2.1.4 konsep kekuasaan dan wewenang


kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert
Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan
jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan
menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya
berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah.
Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus objek dari kekuasaan.
Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi
juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan). Kewenangan
(authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang
lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan
tertentu. Kewenangan biasanya dihubungkan dengan kekuasaan.
Penggunaan kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi
efektevitas organisasi. Kewenangan digunakan untuk mencapai tujuan
pihak yang berwenang. Karena itu, kewenangan biasanya dikaitkan
dengan kekuasaan. Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti
kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara.
Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada
pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku
orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan
tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg
tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah
dan ada yg diperintah. Kekuasaan dan wewenang banyak dari kita yang
sulit untuk membedakan atau kita menyamakan keduanya dengan arti
yang tidak jauh berbeda dan tidak memiliki banyak perbedaan, namun
sebenarnya antara kekuasaan dan wewenang memilki pengertian yang
jauh berbeda walaupun ada sedikit persamaan. Seperti kekuasaan yang
merupakan kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain
dengan maksud kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku
individu atau kelompok perbedaan ada pada kata hak dan kemampuan,
jika dalam wewenang kita dapat menggunakan hak kita untuk
memerintah dan mengatur orang lain sedangkan dalam kekuasaan, kita
memang memiliki kemampuan untuk mengatur atau memerintah orang
lain. Wewenang dapat kita artikan sebagai hak untuk melakukan sesuatu
atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu agar mencapai tujuan tertentu.
A. Kekuasaan illegal
Kudeta (bahasa Prancis: coup d'État pengucapan bahasa Prancis: [\ˌkü-
(ˌ)dā-ˈtä\], atau disingkat coup pengucapan bahasa Prancis: [\ˈkōp\],
berarti merobohkan legitimasi atau pukulan terhadap negara)[1][2]
adalah sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang
berwenang dengan cara ilegal dan sering kali bersifat brutal,
inkonstitusional berupa "penggambilalihan kekuasaan", "penggulingan
kekuasaan" sebuah pemerintahan negara dengan menyerang (strategis,
taktis, politis) legitimasi pemerintahan kemudian bermaksud untuk
menerima penyerahan kekuasaan dari pemerintahan yang digulingkan.
Kudeta akan sukses bila terlebih dahulu dapat melakukan konsolidasi
dalam membangun adanya legitimasi sebagai persetujuan dari rakyat
serta telah mendapat dukungan atau partisipasi dari pihak non-militer
dan militer (tentara).
Ilmuwan ilmu politik Samuel P. Huntington mengidentifikasi kudeta
menjadi tiga kelas, yakni;[4]
• Kudeta sempalan, dilakukan oleh kelompok bersenjata yang
dapat terdiri dari militer atau tentara yang tidak puas dengan kebijakan
pemerintahan tradisional saat itu, kemudian melakukan gerakan yang
bertujuan untuk menggulingkan pemerintah tradisional dan kemudian
menciptakan elit birokrasi baru.
• Kudeta wali, dilakukan oleh sekelompok pengkudeta yang akan
mengumumkan diri sebagai perwalian dalam rangka meningkatkan
ketertiban umum, efisiensi, dan mengakhiri korupsi, para pemimpin
kudeta akan menggambarkan tindakan mereka hanyalah tindakan
sementara dan akan menyesuaikan dengan kebutuhan. Pada umumnya,
kudeta wali sering dilakukan dengan cara mengubah bentuk
pemerintahan sipil menjadi bentuk pemerintahan militer.
• Kudeta veto, dilakukan melalui partisipasi dan mobilisasi sosial
dari sekelompok massa rakyat dalam melakukan penekanan berskala
besar yang berbasis luas pada oposisi sipil.
Teknik [sunting | sunting sumber]
• Kerahasiaan agenda, tidak hanya berlaku vis-à-vis (berhadapan)
terhadap kalangan luar, tetapi juga vis-à-vis (berhadapan) terhadap
konspirator lainnya merupakan senjata pertama junta, tanpa persiapan
yang terbaik maka kudeta dipastikan akan gagal.
o Terjadi dalam Kapp Putsch di Berlin pada tahun 1920 karena
kurang matangnya kebijakan dari Jenderal von Luttwitz, komandan
operasi, yang pada tanggal 10 Maret memberikan ultimatum kepada
para pemimpin sosialis untuk melarikan diri dalam waktu 48 jam
sebelum terjadinya kudeta militer yang diumumkan pada malam 12-13
Maret 1920.
o Ketika mempersiapkan pemberontakan 8 November 1942 di
Aljazair (yang memungkinkan keberhasilan Operasi Obor), pemimpin
muda dari Kelompok Aksi Aljazair, José Aboulker, menolak untuk
memberikan nama-nama pemimpin kelompok dua hari sebelum
tindakan kudeta kepada Henri d'Astier de la Vigerie, kepala konspirasi
untuk Afrika Utara, meskipun ia termasuk dalam kelompok perencana
kudeta dan ketika Patriot mulai beraksi malah terjadi kejutan dengan
munculnya tidak kurang dari 400 warga sipil bersenjata berikut perwira
pasukan cadangannya yang kemudian berhasil menetralisir Korps
Angkatan Darat Vichy Aljazair, dan pemerintahan Vichy Prancis
dengan leluasa dapat dibebaskan setelah beberapa jam dan kembali ke
kota, kemudian dapat menguasai kembali dan menangkap para pelaku
kudeta pada saat malam pendaratan di pantai.
• Teknik dasar kudeta, merupakan sebuah operasi untuk
menduduki organ-organ sentral sebuah negara, termasuk melakukan
penetralan kekuasaan dengan menduduki tempat-tempat simbolis
kekuasaan pemimpin negara.
• Pengambilan alihan kekuasaan, selain menduduki organ-organ
sentral oleh para pelaku kudeta, juga disertai dengan pemberhentian
para penjabat pemerintahan atau para pemegang kekuasaan negara,
karena jika hal ini tidak terlaksana, maka akan terjadi perlawanan
terhadap gerakan kudeta tersebut dan kudeta tersebut kemungkinan
besar akan gagal.

B. KEKUASAAN LEGAL
Kekuasaan legal-formal; kekuasaan yang bersumber dari otoritas legal.
Asas Legalitas (Due Process of Law): 10 Dalam setiap Negara Hukum,
dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya (due
process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus
didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis.
Peraturan perundang-undangan tertulis tersebut harus ada dan berlaku
lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan administrasi yang
dilakukan. Dengan demikian, setiap perbuatan atau tindakan
administrasi harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’
(regels). Prinsip normative demikian nampaknya seperti sangat kaku
dan dapat menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Oleh karena itu,
untuk menjamin ruang gerak bagi para pejabat administrasi negara
dalam menjalankan tugasnya, maka sebagai pengimbang, diakui pula
adanya prinsip ‘frijs ermessen’ yang memungkinkan para pejabat tata
usaha negara atau administrasi negara mengembangkan dan
menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ (‘policy rules’) ataupun peraturan-
peraturan yang dibuat untuk kebutuhan internal (internal regulation)
secara bebas dan mandiri dalam rangka menjalankan tugas jabatan yang
dibebankan oleh peraturan yang sah.
C.WIBAWA
Arti wibawa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi, dihormati
orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung
kepemimpinan dan penuh daya tarik. Wibawa sudah menjadi
keharusan yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
wibawa/wi·ba·wa/ n 1 pembawaan untuk dapat menguasai dan
mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku
yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik: dengan penuh
-- pemimpin itu berhasil menenangkan massa yang
gelisah; 2 kekuasaan;
berwibawa/ber·wi·ba·wa/ v mempunyai wibawa (sehingga disegani dan
dipatuhi): seorang pemimpin haruslah ~;
kewibawaan/ke·wi·ba·wa·an/ n 1 hal yang menyangkut wibawa; yang
mempunyai sifat wibawa: peristiwa pemogokan pekerja pabrik itu
dapat mengurangi ~ direkturnya; 2 Huk kekuasaan yang diakui dan
ditaati
BAB III
EVALUASI

3.1 Kesimpulan

Kekuasaan merupakan suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain

menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Sedangkan

wewenang merupakan hak moral yang sejalan dengan nilai dan norma

masyarakat untuk membuat dan melaksanakan keputusan publik yang

mempunyai pengaruh besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan

publik. perbedaan antara kekuasaan dengan wewenang ialah setiap kemampuan

untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedangkan

wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok

orang, yang medapat dukungan atau pengakuan dari masyarakat.

Pemimpin yang efektif harus berurusan dengan tujuan individu, kelompok, dan

organisasi. Individu mungkin memandang seorang pemimpin sebagai efektif

atau tidak efektif dari sudut kepuasan yang mereka peroleh selama pengalaman

kerja secara meyeluruh. Sebenarnya, penerimaan perintah atau permintaan

seorang pemimpin sebagian besar terletak pada harapan para pengikut dimana

tanggapan yang menyenangkan akan menimbulkan hasil yang

menarik. Kesimpulannya, bahwa kepemimpinan tidak hanya banyak


bergantung kepada diri si pemimpin itu, tetapi dari pihak yang dipimpin itupun

dibentuk beberapa syarat tertentu.


BAB IV
PENUTUP

Sekian materi makalah yang kami kerjakan jika ada kekurangan mohon di
maafkan karena manusia tidak lepas dari kesalahan. Terimakasih juga untuk ibu
Rahmayanti atas materi yang Ibu sampaikan kepada kami.
DAFTAR PUSTAKA

Soerjono, Soekanto., dan Budi, Sulistyowati. 2013. Sosiologi SuatuPengantar (Edisi Revisi).
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Bernard, Raho. 2014. SOSIOLOGI. Flores: Ladalero

Yudiaatmaja, fridayana. “Konsep dan Teori kepemimpinan” Jurnal kepemimpinan. Vol. 12,
no.2, 2013. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MKFIS/article/view/1681/1469.

https://www.academia.edu/36479376/Kekuasaan_dan_Wewenang
(Perancis) Curzio Malaparte, Technique du coup d'État (1[[Pembicaraan
pengguna:{{{1}}}|@]][[Pengguna:{{{1}}}|{{{1}}}]] édition française en 1931), Paris, Éd.
10/18, 1964
https://pn-gunungsitoli.go.id
https://media.neliti.com/media/publications/130355-ID-kekuasaan-dan-kepemimpinan-
sebagai-prose.pdf
https://kbbi.web.id

Anda mungkin juga menyukai