PENGANTAR SOSIOLOGI
Oleh :
- Ainaini Fatimatuz Zahra (10821049)
- Eva Widia Safitri (10821298)
- Ibnu Sina Yusuf (10821414)
KELAS 1MA11
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jl. Akses UI Kelapa Dua, Cimanggis, Depok 16951 Jawa Barat
Telp (021) 78881112
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 KEKUASAAN
Kekuasaan merupakan suatau kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Pengertian
kekuasaan dirumuskan secara umum sebagai kemampuan seseorang untuk
memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang sehingga sesuai dengan
keinginan pelaku yang memiliki kekuasaan. Menurut max Webber kekuasaan
ialah suatu kemampuan didalam hubungan social untuk melaksanakan
kemampuan sendiri walaupun mengalami sebuah perlawanan dan juga apapun
dasar dari kemampuan tersebut. Maksudnya adalah sebuah keegoisan didalam
suatu kelompok meski begitu keegoisannya itu mempunyai pertentanagn, akan
tetapi tidak mampu melawan karena adanya sebuah kekuasaan tersebut.
Adanya kekuasaan cenderung tergantung pada hubungan antara pihak
yang memiliki kemampuan untuk melncarkan pengaruh dengan pihak lain yang
menerima pengaruh itu baik secara rela maupun karena terpaksa. Apabila
kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang, biasanya orang itu dinamakan
pemimpin dan mereka yang menerima pengaruh adalah pengikut.
Perbedaan antara kekuasaan dengan wewenang ialah setiap kemampuan
untuk mempengeruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedangkan
wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang,
yang mendapat dukungan atau pengekuan dari masyarakat. Wewenang
biasanya terbatas pada hal-hal yang diliputinya, waktunya dan cara
menggunakan kekuasaan itu. Pengertian wewenang timbul pada waktu
masyarakat mulai mengatur pembegian kekuasaan dan menentukan
penggunaaannya. Apabila setiap macam kekusaan menjelma menjadi
wewenang, susuan kekuatan masyarakat akan menjadi kaku karena tidak dapat
mengikuti perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi didalam masyarakat.
Adanya wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung
dengan kekuasaan yang nyata. Misalnya dalam masyarakat kecil dan yang
susunannya bersahaja, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh
seseorang atau kelompok orang, sudah meliputi berbagai macam bidang.
Kekuasaan itu lambat lalu diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya.
Contoh dalam masyarakat Indonesia terdapat masyarakat hukum adat
(misalnya desa) yang letaknya terpencil,dimana semua kekuasaan pemerintah,
ekonomi dan sosial dipercayakan kepada kepala masyarakat hukum adat
tersebut untuk menjalankannya.
2. ASIMETRIS
a. Popilaritas
b. Peniruan
c. Mengikuti perintah
d. Tunduk pada pimpinan formal atau informal
e. Tunduk pada seorang ahli
f. Pertentangan anatar mereka yang tidak sejajar kedudukannya
g. Hubungan sehari-hari.
a. Unsur-unsur kekuasaan
1. Rasa takut
Perasaan takut pada seseorang yang merupakan penguasa menimbulkan
suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan atas penguasa
tersebut. Rasatakut merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk
pada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa takut
akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang
ditakutinya agar terhindar dari ancaman yang akan menimpa dirinya,
seandainya dia tidak patuh.
2. Rasa cinta
Rasa cinta menghasilkan perbuatan yang pada umumnya positif. Dimana
orang lain bertindak sesuai dengan kehendak yang berkuasa untuk
menyenangkan semua pihak. Artinya ada titik pertemuan antara pihak yang
bersangkutan. Rasa cinta yang efisien harusnya dimulai dari pihak
penguasa. Apabila ada suatu reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai,
kekuasaan akan berjalan dengan baik dan teratur.
3. Kepercayaan
Kepercayaan dapat timbul karena hasil hubungan langsung antara dua orang
ataulebih yang bersifat asosiatif. Hubungan yang terjadi bersifat pribadi,
tetapi mungkinsaja hubungan demikian akan berkembang didalam suatu
organisasi atau masyarakat secara luas. Karena kepercayaan memang
sangat penting demi kelanggengan suatu kekuasaan.
4. Pemujaan
Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain.
Akantetapi, didalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang
yang memegang kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang lain. Hal
ini menyebabkan segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidaknya
dianggap benar.
b. Saluran kekuasaan
1. Saluran militer
Dalam saluran ini penguasa akan lebih banyak menggunakan paksaan
serta kekuatan militer didalam melaksanakan kekuasaannya. Tujuan
utamanya untuk menimbulkan rasa takut pada masyarakat sehingga
mereka tunduk pada penguasa.
2. Saluran ekonomi
Dengan menggunakan saluran di bidang ekonomi, penguasa berusaha
untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan jalan menguasai
ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut.
3. Saluran Tradisional
Saluran traisional biasanya merupkana saluran yang paling disukai.
Dengan cara menguasai tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi
yang dikenal dalam masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat
berjalan lebih lancer.
4. Saluran politik
Memalui saluran pilitik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk
membuat peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya dengan
meyakinnkan atau memaksamasyarakat untuk menaati peraturan yang
telah dibuat oleh badan berwenang yang sah.
5. Saluran Idiologi
Penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian
ajaran atau dokrin yang bertujuan menerangakan dan sekaligus
memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaan.
c. Dimensi kekuasaan
1. Jabatan dan pribadi
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung
erat dalam jabatan, seperti presiden, Perdana Menteri, raja, dan lain-
lain, yang penggunaannya terkandung dalam jabatan itu secara efektif
bergantung sekali pada kualitas pribadiyang dimiliki dan ditampilkan
oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.
2. Implisit dan Eksplisit
Kekuasaan implisit adalah pengaruh yang tidak dapat dilihat, tetapi
dapat dirasakan, kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang secara jelas
terlihat dan dapat dirasakan.
3. Langsung dan tidak langsung
Kekuasaan langsung ialah penggunaan sumber untuk mempengaruhi
pembuat dan pelaksana keputusan dengan melakukan hubungan secara
langsung, tanpa melalui perantara. Kekuasaan tidak langsung ialah
penggunaan sumber dan pelaksana keputusan melalui perantara pihak
lain.
4. Positif dan negative
Yang dimaksud dengan positif adalah penggunaan sumber kekuasaan
untuk mencapai tujuan yang dipandang penting dan diharuskan,
sedangkan negatif adalah penggunaan sumber kekuasaan untuk
mencegah pihak lain dalam mencapai tujuannya yang tidak perlu dan
juga dapat merugikan.
5. Konsensus dan paksaan
Kekuasaan konsensus pada umumnya berupa persetujuan secara sadar
dari pihak yang dipengaruhi sendangkan paksaan berupa rasa takut,
dalam hal ini takut akan ancaman-ancaman yang akan diterimanya.
2.1.1 WEWENANG
▪ Wewenang kharismatis
Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan
pada charisma, yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu) yang ada pada
diri seseorang. Orang-orang disekitarnya mengakui akan adanya
kemampuan tersebut atas dasar kepercayaan dan pemujaan karena
mereka menganggap bahwa sumber kemampuan tersebut merupakan
sesuatu yang berada diatas kemampuan manusia umumnya. wewenang
kharismatis tersebut akan dapat bertahan selama dapat dibuktikan
keampuhannya bagi seluruh masyarakat. Contohnya nabi, para rasul dan
penguasa terkemuka dalam sejarah.
▪ Wewenang Tradisional
Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun
sekelompok orang. Dengan kata lain, wewenang tersebut dimiliki oleh
orang-orang yang menjadi anggota kelompok yang sudah lama.
Wewenang yang dimiliki tersebut bukan karena memiliki kemampuan
khusus seperti kharismatis, tetapi karena kelompok tadi mempunyai
kekuasaan yang telah melembaga dan bahkan menjiwai masyarakat.
Demikian lamanya kekuasaan tersebut membuat masyarakat percaya
dan mengakui kekuasaannya.
• Wewenang rasional
Wewenang rasional atau legal merupakan wewenang yang
disandarkan padasistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem
hukum disini dipaham kansebagai kaidah-kaidah yang telah diakui serta
ditaati masyarakat dan bahkan telahdiperkuat oleh negara. Pada
wewenang yang didasarkan pada sistem hukum, harus dilihat juga
apakah sistem hukumnya bersandar pada tradisi, agama, atau faktor-
faktor lain, Kemudian, harus ditelaah pula hubungannya dengan sistem
kekuasaan serta diuji pula apakah sistem hukum tadi cocok atau tidak
dengan system kebudayaan masyarakat supaya kehidupan dapat
berjalan dengan tenang dan tentram.
2.1.2 KEPEMIMPINAN
B. KEKUASAAN LEGAL
Kekuasaan legal-formal; kekuasaan yang bersumber dari otoritas legal.
Asas Legalitas (Due Process of Law): 10 Dalam setiap Negara Hukum,
dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya (due
process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus
didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis.
Peraturan perundang-undangan tertulis tersebut harus ada dan berlaku
lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan administrasi yang
dilakukan. Dengan demikian, setiap perbuatan atau tindakan
administrasi harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’
(regels). Prinsip normative demikian nampaknya seperti sangat kaku
dan dapat menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Oleh karena itu,
untuk menjamin ruang gerak bagi para pejabat administrasi negara
dalam menjalankan tugasnya, maka sebagai pengimbang, diakui pula
adanya prinsip ‘frijs ermessen’ yang memungkinkan para pejabat tata
usaha negara atau administrasi negara mengembangkan dan
menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ (‘policy rules’) ataupun peraturan-
peraturan yang dibuat untuk kebutuhan internal (internal regulation)
secara bebas dan mandiri dalam rangka menjalankan tugas jabatan yang
dibebankan oleh peraturan yang sah.
C.WIBAWA
Arti wibawa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi, dihormati
orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung
kepemimpinan dan penuh daya tarik. Wibawa sudah menjadi
keharusan yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
wibawa/wi·ba·wa/ n 1 pembawaan untuk dapat menguasai dan
mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku
yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik: dengan penuh
-- pemimpin itu berhasil menenangkan massa yang
gelisah; 2 kekuasaan;
berwibawa/ber·wi·ba·wa/ v mempunyai wibawa (sehingga disegani dan
dipatuhi): seorang pemimpin haruslah ~;
kewibawaan/ke·wi·ba·wa·an/ n 1 hal yang menyangkut wibawa; yang
mempunyai sifat wibawa: peristiwa pemogokan pekerja pabrik itu
dapat mengurangi ~ direkturnya; 2 Huk kekuasaan yang diakui dan
ditaati
BAB III
EVALUASI
3.1 Kesimpulan
wewenang merupakan hak moral yang sejalan dengan nilai dan norma
Pemimpin yang efektif harus berurusan dengan tujuan individu, kelompok, dan
atau tidak efektif dari sudut kepuasan yang mereka peroleh selama pengalaman
seorang pemimpin sebagian besar terletak pada harapan para pengikut dimana
Sekian materi makalah yang kami kerjakan jika ada kekurangan mohon di
maafkan karena manusia tidak lepas dari kesalahan. Terimakasih juga untuk ibu
Rahmayanti atas materi yang Ibu sampaikan kepada kami.
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono, Soekanto., dan Budi, Sulistyowati. 2013. Sosiologi SuatuPengantar (Edisi Revisi).
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Yudiaatmaja, fridayana. “Konsep dan Teori kepemimpinan” Jurnal kepemimpinan. Vol. 12,
no.2, 2013. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MKFIS/article/view/1681/1469.
https://www.academia.edu/36479376/Kekuasaan_dan_Wewenang
(Perancis) Curzio Malaparte, Technique du coup d'État (1[[Pembicaraan
pengguna:{{{1}}}|@]][[Pengguna:{{{1}}}|{{{1}}}]] édition française en 1931), Paris, Éd.
10/18, 1964
https://pn-gunungsitoli.go.id
https://media.neliti.com/media/publications/130355-ID-kekuasaan-dan-kepemimpinan-
sebagai-prose.pdf
https://kbbi.web.id