Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ismi Nuranggraeni Guntur

NIM : C111 15 380


Jurusan : Pendidikan Dokter FK-UNHAS
TUGAS INDIVIDU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UUD 1945 (Konstitusi, Amandemen, dan Lembaga Negara)

Pengertian Kekuasaan Yudikatif.


Kekuasaan Yudikatif erat hubungannya dengan kedua kekuasaan lainnya (Legislatif
dan eksekutif) serta erat hubungannya dengan hak dan kewajiban individu. Sedangkan
Lembaga yudikatif adalah merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang
memegang penuh kekuasaan untuk menyeleggarakan peradilan, tidak terkecuali di
Indonesia.

Definisi Kekuasaan Yudikatif


Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan yang dimiliki oleh warga masyarakat untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang melalui wakilnya yang
duduk dalam lembaga Mahkamah Agung (MA). Lembaga ini berperan sebagai alat
pengendali sosial, yang pelaksanaannya dilakukan terhadap lembaga kekuasaan
eksekutif. Lembaga ini mempunyai wewenang untuk menegur, menasihati, atau
memberi saran-saran kepada pemerintah dalam kaitan pelaksanaan GBHN dan
undang-undang hasil produk lembaga legislatif. Lembaga yudikatif ini bersifat
independen, artinya kekuasaannya tidak dibatasi, baik oleh lembaga eksekutif maupun
lembaga legislatif, tetapi dibatasi oleh Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara
yang merupakan sumber dari semua norma-norma hukum yang berlaku di
masyarakat/negara Indonesia.

Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini
dipegang oleh Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK)
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
Mahkamah Konstitusi.

Kekuasaan Yudikatif Di indonesia


Azaz kebebasab badan yudikatif (independent judiciary) juga dikenal diindonesia. Hal
itu terdapat didalam penjelasan (Pasal 24 dan 25 ) UUD 1945 mengenai kekuasaan
kehakiman yang menyatakan : Kekuasaan Kehakiman ialah Kekuasaan yang
merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu
harus diadakan jaminan dalam UU tentang kedudukan Hakim.

Akan tetapi dalam masa demokrasi terpimpin telah terjadi penyelewengan terhadap
azas kebebasan badan yudikatif seperti yang ditetapkan UUD 1945, yaitu dengan
dikeluarkannya UU no 19 tahun 1964 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman,
yang dalam pasal 19 dari UU dinyatakan : Demi kepentingan revolusi, kehormatan
negara dan bangsa atau kepentingan masyarakat yang mendesak, presiden dapat turut
atau campur tangan dalam soal pengadilan. Didalam penjelasan umum UU itu
dinyatakan bahwa trias Politica tidak, mempunyai tempat sama sekali dalam hukum
Nasional Indonesia karena kita berada dalam revolusi, dan dikatakan selanjutnya
bahwa Pengadilan adalah tidak bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif dan
kekuasaan membuat UU.

Kekuasaan Yudikatif berwenang menafsirkan isi undang-undang maupun memberi


sanksi atas setiap pelanggaran atasnya. Fungsi-fungsi Yudikatif yang bisa
dispesifikasikan kedalam daftar masalah hukum berikut:
Criminal law (petty offense, misdemeanor, felonies);
Civil law (perkawinan, perceraian, warisan, perawatan anak);
Constitution law (masalah seputar penafsiran kontitusi);
Administrative law (hukum yang mengatur administrasi negara);
International law (perjanjian internasional).

Criminal Law, penyelesaiannya biasanya dipegang oleh pengadilan pidana yang di


Indonesia sifatnya berjenjang, dari Pengadilan Negeri (tingkat kabupaten), Pengadilan
Tinggi (tingkat provinsi, dan Mahkamah Agung (tingkat nasional). Civil law juga
biasanya diselesaikan di Pengadilan Negeri, tetapi khusus umat Islam biasanya
dipegang oleh Pengadilan Agama.

Constitution Law, kini penyelesaiannya ditempati oleh Mahkamah Konstitusi. Jika


individu, kelompok, lembaga-lembaga negara mempersoalkan suatu undang-undang
atau keputusan, upaya penyelesaian sengketanya dilakukan di Mahkamah Konstitusi.

Administrative Law, penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara,


biasanya kasus-kasus sengketa tanah, sertifikasi, dan sejenisnya.

International Law, tidak diselesaikan oleh badan yudikatif di bawah kendali suatu
negara melainkan atas nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Anda mungkin juga menyukai