Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala  puji penulis panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat  serta  salam  selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Dan Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis  mampu  menyelesaikan  tugas 
makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan dapat  dikaji  melalui  berbagai  sudut  pandang.  Pendidikan


kewarganegaraan bermanfaat sebagai  acuan untuk mengetahui bagaimana hidup berbangsa dan
bernegara serta mengetahui apakah itu negara hukum, hak asasi manusia, adat istiadat, dan
karakter bangsa dan sebagainya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan dosen pengajar penulis yang bernama Muhammad Adib, Drs., MA.
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Negara Hukum dan Hak Asasi
Manusia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber mulai dari mencari
informasi di internet, serta referensi. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Airlangga yang berlokasi Surabaya. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Kepada  dosen 
pembimbing,  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa 
yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Tondano 23 Nov 2020

Penulis

 
Daftar Isi

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ………………………………………….  i

ABSTRAKSI…………………………......……….………………………………. ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………........iii

DAFTAR ISI ……………….………………………………………………….......iv

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………….....1

BAB II. PEMBAHASAN …………………………………………………………. 2

Makna Negara Indonesia Sebagai Negara Hukum………………………….....2

Hubungan Negara Hukum dan HAM ………………………………………..         3

Prinsip Negara Hukum dalam Kehidupan Sebagai Warga Negara ……10

Upaya Penegakkan HAM di Indonesia ………………………………………........10

Contoh Kasus yang Melanggar HAM ………………………………………..........12

BAB III. PENUTUP ………………………………………………………………….14

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...16

BAB I
PENDAHULUAN

 A.   LATAR BELAKANG

Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia, meskipun


dengan  berbagai macam istilah atau nama. Dengan adanya penyempurnaan kurikulum mata kuliah
pengembangan kepribadian tersebut maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma baru,
yaitu pendidikan kewarganegaraan berbasis Pancasila. Sehingga seluruh penerus bangsa Indonesia
bisa memahami arti dari Negara yang memiliki hukum dan arti dari hak asasi manusia sehingga bisa
saling menghargai satu sama lainnya.

B.   RUMUSAN MASALAH

Apakah makna Indonesia sebagai Negara Hukum ?

Bagaimanakah hubungan Negara Hukum dengan HAM ?

Bagaimana menerapkan Prinsip Negara Hukum dalam kehidupannya  sebagai warga negara ?

Bagaimana mendukung Penegakkan HAM di Indonesia ?

C.   TUJUAN 

Berdasarkan latar belakang, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui pengertian dari pada Hak Asasi Manusia dan seperti apa praktek pelanggaran Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Serta hukuman apa yang diberlakukan untuk orang yang melanggar Hak Asasi
Manusia.

 D.   MANFAAT

Agar para intelektual khusus nya para mahasiswa bisa lebih memahami lagi tentang sistem Negara
hukum di Indonesia dan prinsip-prinsip Negara hukum dan juga mengerti tentang paradigma hak
asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.

BAB II
PEMBAHASAN

 MAKNA NEGARA INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus dimaknai
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara kesejahteraan (welfare state),
yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan
wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.

Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional
Indonesia  harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu menyerap,
menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan
fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan
dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya selalu berorientasi
kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum
nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat
menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945,
yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini
ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat
negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD
1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut :

1)      Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia berdasar
atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).

2)      Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang kemungkinan
dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental.

Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat pada
Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial
Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.

Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.

Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.

Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD 1945).

Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).


Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.

Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);

Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD 1945).

 B.   HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN HAM

 PENGERTIAN NEGARA HUKUM

Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang sempurna (a perfect
society). Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat  sempurna yang para anggotanya
mentaati aturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki sejumlah
kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan secara internal, yaitu adanya penghargaan
nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat itu. Saling menghargai hak sesama
anggotamasyarakat. Kelengkapan secara eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat
memahami dirinya sebagai bagian dari organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini
pengertian negara seperti halnya masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan internal dan
eksternal, there exists onlyone perfect society in the natural order, namely  the state (Henry J.
Koren(1995:24).

Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam ragam formulasinya, misalnya
menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles. Munculnya keragam konsep teori tentang negara
hanya karena perbedaan cara-cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus merepresentasikan
suatu bentuk masyarakat yang sempurnya. Teori klasik menginspirasikan lahirnya teori modern
tentang negara, kemudian dikenal istilah negara hukum. Istilah negara hukum secara terminologis
terjemahan dari kata Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim
menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon menggunakan istilah Rule of Law.
Di Indonesia, istilah  Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara
Hukum” (Winarno, 2007). Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah dikemukakan
oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak
hampir satu abad yang lalu.

Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan Indonesia (Hindia Belanda)
dengan Netherland. Misalnya melalui gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen,
berpemerintahan sendiri, dimana hak politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara
hukum yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis
kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang mengatakan cita negara hukum yang
demokratis pertama kali dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa menyesatkan. Para
pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara hukum. Ketika para pendiri negara
bersidang dalam BPUPKI tanggal   28 Mei –1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan
konsep Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Melalui sidang-sidang tersebut
dikemukakan istilah rechsstaat (Negara Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusant
ara, 2010:2). Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep alternatif tentang
ketatanegaraan sepert i: negara sosialis, negara serikat dikemukakan oleh para pendiri negara.

Perdebatan pun dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama untuk merdeka, jiwa
dan semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri negara, menjunjung tinggi
azas kepentingan bangsa, secara umum menerima konsep negara hukum dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal
dapatditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 danUUDS 1950.
Dalam konstitusi – konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasalyang termuat  dalam Deklarasi Umum
HAM PBB tahun 1948. Hal itumenunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan,
danperlindungan HAM perlu dan penting unt uk dimasukkan ke dalam konstitusinegara (Abdul
Hakim G Nusantara, 2010:2)Pengertian negara hukum selalu menggambarkan
adanyapenyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah
dan unsur unsur lembaga di dalamnya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh
hukum yang berlaku. Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasihukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketert iban hukum. Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum
tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum” Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis,
dan terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan. Menurut Winarno (2010),
konsepsi negara hukum Indonesia dapat di masukkan dalam konsep negara hukum dalam arti
material atau negara hukum dalam arti luas.

Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai t ujuan bernegara sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945 Alenia IV. Bahwasannya, negara bertugas dan
bertanggungjawab tidak hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut 
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara hukumIndonesia dalam arti
material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif
dan bertanggungjawab atasperekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang
baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan,
keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Apabila melanggar HAM maka seseorang akan bertentangan dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak
asasi manusia yaitu Komnas HAM.

Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas
sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik.
Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat
menuju Belanda dari Indonesia.

1.      Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia:


 Hak Asasi Pribadi / Personal Right:

- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat.

- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.

- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.

- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dankepercayaan yang diyakini
masing-masing.

2.      Hak Asasi Politik / Political Right:

 - Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.

- Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.

- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasipolitik lainnya.

- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3.      Hak Asasi Hukum / Legal Equality Right:

- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan.

-Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns.

- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4.      Hak Asasi Ekonomi / Property Rigths:

- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.

- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.

- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.

- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.

- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5.      Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights:

- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.

- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan   dan penyelidikan di


mata hukum.

6.      Hak Asasi Sosial Budaya / Social Culture Right:

 - Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.

- Hak mendapatkan pengajaran.

- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakatdan minat.

 
Jenis-Jenis HAM

Isi UUD 1945 sebelum dilakukan perubahan (amandemen) mengatur hak asasi manusia dalam 7
pasal antara lain adalah pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34. Namun setelah UUD 1945 dilakukan
perubahan (amandemen) maka ada bagian khusus tentang hak asasi manusia yaitu dengan rincian
sebagai berikut:

Pasal 28 A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Pasal 28 B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah.

(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28 C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Pasal 28 D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja.

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28 E

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak atas kebebasab berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Pasal 28 F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

Pasal 28 H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat

(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapapun.

  Pasal 28 I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.

(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman
dan peradaban.

(4) Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.

Pasal 28 J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
dijalankan.

Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak azasi manusia dan
menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan suatu negara hukum menjadi
prasyarat bagi terselenggaranya hak azasi manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi
perlunya perlindungan hukum terhadap hak azasi manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah
hak dasar kodrati setiap orang yang keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan ada sebagai
pemberian Tuhan, negara wajib melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara
yuridis didasarkan pada UUD Negara RI 1945.

C.   PRINSIP NEGARA HUKUM DALAM KEHIDUPAN SEBAGAI WARGA NEGARA

 Prinsip Negara Hukum yang berkembang pada abad 19 cenderungmengarah pada konsep negara
hukum formal, yaitu pengertian negara hukumdalam arti sempit. Dalam Prinsip ini negara hukum
diposisikan ke dalamruang gerak dan peran yang kecil atau sempit. Seperti dalam uraian
terdahulunegara hukum dikonsepsikan sebagai sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan
negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur - unsur lembaganya dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan pasif.
Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan negara hukum dalam
arti material. Arah tujuannya memperluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika
perkembangan jaman. Prinsip Negara Hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya
memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut :

HAM terjamin oleh undang-undang.

Supremasi hukum.

Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum.

Kesamaan kedudukan di depan hukum.

Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.

Pemilihan umum yang bebas.

Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

 D.   UPAYA PENEGAKKAN HAM DI INDONESIA

Upaya penegakan HAM dapat dilakukan melalui jalur hukum dan politik. Maksudnya terhadap
berbagai pelanggaran HAM maka upaya menindak para pelaku pelanggaran diselesaikan melalui
Pengadilan HAM bagi pelanggaran HAM berat dan melalui KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi). 

Upaya penegakan HAM melalui jalur Pengadilan HAM, mengikuti ketentuan-ketentuan antara lain,
sebagai berikut:

Kewenangan memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat tersebut
di atas oleh Pengadilan HAM tidak berlaku bagi pelaku yang berumur di bawah 18 tahun pada saat
kejahatan dilakukan. 

Terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkan UURI No.26
Tahun 2000, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM adhoc. Pembentukan Pengadilan HAM ad
hoc diusulkan oleh DPR berdasarkan pada dugaan telah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
yang berat yang dibatasi pada tempat dan waktu perbuatan tertentu (locus dan tempos delicti ) yang
terjadi sebelum diundangkannya UURI No. 26 Tahun 2000. 
Agar pelaksanaan Pengadilan HAM bersifat jujur, maka pemeriksaan perkaranya dilakukan majelis
hakim Pengadilan HAM yang berjumlah 5 orang. Lima orang tersebut, terdiri atas 2 orang hakim dari
Pengadilan HAM yang bersangkutan dan 3 orang hakim ad hoc (diangkat di luar hakim karir). Sedang
penegakan HAM melalui KKR penyelesaian pelanggaran HAM dengan cara para pelaku
mengungkapkan pengakuan atas kebenaran bahwa ia telah melakukan pelanggaran HAM terhadap
korban atau keluarganya, kemudian dilakukan perdamaian. Jadi KKR berfungsi sebagai mediator
antara pelaku pelanggaran dan korban atau keluarganya untuk melakukan penyelesaian lewat
perdamaian bukan lewat jalur Pengadilan HAM.

Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukan menghargai upaya penegakan HAM, antara lain :

Membantu dengan menjadi saksi dalam proses penegakan HAM; 

Mendukung para korban untuk memperoleh restitusi maupun kompensasi serta rehabilitasi; 

Tidak mengganggu jalannya persidangan HAM di Pengadilan HAM; 

Memberikan informasi kepada aparat penegak hokum dan lembaga – lembaga HAM bila terjadi
pelanggaran HAM; 

Mendorong untuk dapat menerima cara rekonsiliasi melalui KKR kalau lewat jalan Peradilan HAM
mengalami jalan buntu, demi menghapus dendam yang berkepanjangan yang dapat menghambat
kehidupan yang damai dan harmonis dalam bermasyarakat.

Sebagai negara hukum, maka dalam upaya menegakan HAM diatur pelaksanaannya dalam peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:

UUD 1945

UUD 1945 Pasal 31, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak mendapat pengajaran.
Maka untuk mencapainya Pemerintah membangun gedung-gedung sekolah, mengangkat guru,
memberikan bea siswa pada anak berprestasi tetapi dari segi ekonomi kurang mampu, dan lain-lain.

Ketetapan MPR

TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, menugaskan Presiden dan DPR untuk membentuk lembaga yang
melakukan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian, dan mediasi tentang HAM. Maka
dibentuklah KOMNAS HAM melalu Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.

Undang-Undang

UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 9, menegaskan tentang hak untuk hidup. Maka manakala terjadi
pelanggaran terhadap hak ini, maka pemerintah menggelar peradilan HAM.

 E.   CONTOH KASUS YANG MELANGGAR  HAM

 Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992 yang
berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan
memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut dengan
senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahnya beban pengeluaran
perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong
membahas Surat Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk
unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp1700 menjadi Rp2250.
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Surya yang aktif dalam aksi unjuk rasa
buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang
membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggulangin, Sidoarjo.3 Mei 1993, para
buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun
tangan mencegah aksi buruh. 4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan,
termasuk perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp1.700 per hari menjadi Rp2.250.
Tunjangan tetap Rp550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang
absen.

Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan
unjuk rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan
karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan. Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa
Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer
(Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah
menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat
mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya
dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Mulai tanggal 6,7,8,
keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi
mayat pada tanggal 8 Mei 1993.

Marsinah adalah salah satu korban pelanggaran HAM di negeri ini. Marsinah memperjuangkan
haknya sebagai buruh untuk meningkatkan kesejahteraan seperti tertera dalam surat edaran
gubernur. Namun demikian perusahaan kiranya memiliki pandangan berseberangan dengan kaum
buruh tersebut. Perusahaan cenderung untuk tetap tidak memberikan hak buruh berupa kenaikan
gaji. Atas keadaan tersebut buruh bereaksi dengan berdemonstrasi beberapa kali. Demonstrasi
buruh tersebut direaksi dengan aksi represif oleh pihak perusahaan. Dengan menggandeng pihak
militer mereka memaksa kaum buruh untuk menghentikan aksinya. Tekanan-tekanan dari pihak
perusahaan kiranya tidak menyurutkan langkah mereka, hingga akhirnya perusahaan memutuskan
untuk membunuh para pimpinan yang dianggap sebagai penggerak demonstrasi tersebut.

Sepertinya kasus ini adalah suatu hasil konspirasi tingkat tinggi, karena penyelidikan polisi seolah
membentur tembok. Hingga saat ini, kasus pembunuhan Marsinah menjadi satu kasus misterius tak
terpecahkan. Padahal sebenarnya boleh jadi cukup mudah untuk mengungkap kebenaran kasus ini,
akan tetapi adanya pihak-pihak yang tidak menginginkan kasus ini terungkap berusaha serapat
mungkin menutupi kasus ini. 

  
BAB III

PENUTUP

 A.   KESIMPULAN

Pengertian Negara hukum  yang berbeda beda memiliki makna yang sama yaitu Negara yang
menjamin keamanan warga Negara nya dan Negara yang menjadikan hukum sebagai kekuasaan
tertinggi. Hukum itu ada yang di sebut dengan hukum Formil dan hukum Materil,hukum formil dapat
di sebut juga dengan hukum dasar tertulis (UUD) yang diartikan sebagai hukum yang mengatur
tentang brita cara mengajukan perkara baik gugatan maupun permohonan,memeriksa perkara dan
memberikan putusan dengan tujuan untuk mempertahankan hukum materil sedangkan hukum
Materil dan di sebut juga dengan hukum dasar yang tidak terulis (Convensi) memiliki arti aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya
tidak tertulis.Negara hukum memiliki ciri-ciri yaitu percaya akan adanya tuhan dan pengakuan dari
perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung persamaan di bidang politik,sosial,ekonomi
dan kebudayaan serta peradilan yang bebas dan tidak memihak dan tidak terpengaruhi sesuatu
kekuasaan apapun.

Negara hukum dan HAM adalah satu kesatuan yang tidah di pisahkan satu sama lainnya, karena
kalau salah satunya tidak ada maka tidak akan berjalan dengan semestinya sebab itu yang dapat
membuat warga Negara Indonesia mendapat suatu keadialan,perlindungan dan  pengakuan secara
sah dan sebagai pembentuk suatu Negara yang adil makmur dan sejahtera.

B.     SARAN

Walau masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-negara barat, namun waktu seperti itu
bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada
kenyataannya. Bangsa Indonesia belum menjamin HAM warganya.

Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan HAM di Indonesia. Tentu saja
itu tidak cukup, hanya pemerintah namun,partisipasi dan kerja sama warga nemasih sangat
dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia yang semoga baik-baik saja.

Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah
untuk terus menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan
ditata ulang agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat
mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.

Demikinlah makalah yang dapat kami sampaikan , kami sadar kalau dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami mohon maaf . atas perhatiannya, saya ucapkan terima
kasih

 
DAFTAR PUSTAKA

Adib. MOHAMMAD. DKK. 2014. PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN.

Asshiddiqie, Prof. Dr. Jimly, S.H. Negara Hukum dan HAM. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Kansil, CST.1983. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: balai Pustaka.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Anda mungkin juga menyukai