Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGATURAN HAM DALAM KONSTITUSI YANG

PERNAH BERLAKU DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas Hukum dan HAM

Dosen pengampu : Ilhamdi Putra, S.H, M.H.

Disusun oleh :

Muhammad Reyfal

2210112059

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
yang berjudul Pengaturan HAM dalam konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak


Ilhamdi Putra, S.H, M.H. selaku dosen mata kuliah. Tugas yang diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Penulis juga mengucapkan terimakasih tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal


pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin Ya Robbal 'Alamiin

Padang, 15 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang.............................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................5

b. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengaturan HAM dalam UUD 1945............................................................5
b. Pengaturan HAM dalam Konstitusi RIS......................................................6
c. Pengaturan HAM dalam UUDS 1950..........................................................7
d. Pengaturan HAM dalam UUD NRI 1945 Pasca Amandemen...................11
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hak Asasi Manusia dalam bahasa Perancis disebut “Droit L’Homme”, yang
artinya hak-hak manusia dan dalam bahasa Inggris disebut Human Rights. Seiring
dengan perkembangan ajaran negara hukum, dimana manusia atau warga negara
mempunyai hak-hak utama dan mendasar yang wajib dilindungi oleh Pemerintah,
maka muncul istilah Basic Rights atau Fundamental Rights. Apabila diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia adalah merupakan hak-hak dasar manusia atau lebih dikenal
dengan istilah hak asasi manusia.

Hak Asasi Manusia menjadi bahasan penting setelah Perang Dunia II dan pada
waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah HAM
menggantikan istilah Natural Rights. Hal ini karena konsep hukum alam yang
berkaitan dengan hak-hak alam menjadi suatu kontroversial. Hak Asasi Manusia yang
dipahami sebagai Natural Rights merupakan suatu kebutuhan dari realita sosial yang
bersifat universal.

Munculnya istilah HAM adalah produk sejarah. Istilah itu pada awalnya adalah
keinginan dan tekad manusia secara universal agar mengakui dan melindungi hak-hak
dasar manusia. Dapat dikatakan bahwa istilah tersebut bertalian erat dengan realita
sosial dan politik yang berkembang. Para pengkaji HAM mencatat bahwa kelahiran
wacana HAM adalah sebagai reaksi atas tindakan despot yang diperankan oleh
penguasa. Tindakan-tindakan tersebut pada akhirnya memunculkan kesadaran baru
bagi manusia bahwa dirinya memiliki kehormatan yang harus dilindungi. Sebagai
bagian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara maka penegakan HAM sangat
tergantung dari konsistensi lembaga negara. Memang, persoalan HAM bukanlah
berada dalam wilayah politik, namun dalam praktik bernegara, terlaksananya HAM
secara baik dan bertanggung jawab sangat tergantung kepada political will dan
political action dari penyelenggara negara.

Maka dengan itu sudah pasti pengaturan hak asasi manusia ada pada suatu
konstitusi. Begitupun konstitusi di Indonesia sudah seharusnya terdapat pengaturan
hak-hak asasi manusia secara jelas agar tidak terjadinya benturan antar masyarakat
dan membatasi kekuasaan para penguasa.

Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaturan hak asasi manusia dalam konstitusi di Indonesia?
Bagaimana muatan materi mengenai hak asasi manusia dalam UUD 1945, konstitusi
RIS, UUDS 1950 dan UUD NRI 1945 Pasca Amandemen?
Tujuan
1. Mengetahui pengaturan HAM dalam UUD 1945;
2. Mengetahui pengaturan HAM dalam Konstitusi RIS;
3. Mengetahui pengaturan HAM dalam UUDS 1950;
4. Mengetahui pengaturan HAM dalam UUD NRI 1945 Pasca Amandemen.

Pengaturan HAM dalam UUD 1945


Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Indonesia merupakan Negara hukum.
Konsep rechtsstaat dan rule of law didasarkan pada konsep Negara hukum menurut
pandangan Plato, yakni sebuah Negara yang dipimpin oleh orang bijaksana dan warga
negaranya terdiri atas kaum filosof yang bijak, militer dan tehnokrat, petani dan
pedagang. Setelah ratusan tahun, bentuk konkrit Negara hukum diformulasikan oleh
para ahli ke dalam rechtsstaat dan rule of law yang merupakan gagasan konstitusi
untuk menjamin hak asasi dan pemisahan kekuasaan.

Adanya jaminan terhadap hak-hak dasar setiap warga Negara mengandung


artipenting bahwa setiap penguasa dalam Negara tidak dapat dan tidak boleh
bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Bahkan adanya hak-hak
dasar itu juga mempunyai arti keseimbangan dalam Negara, yaitu keseimbangan
antara kekuasaan dalam Negara dan hak-hak dasar warga Negara. Konstitusi
merupakan napas kehidupan ketatanegaraan sebuah bangsa, termasuk Indonesia.
Konstitusi sebagai perwujudan konsesus dan penjelmaan dari kemauan rakyat
memberikan jaminan atas keberlangsungan hidup secara nyata. Oleh karena itu,
jaminan konstitusi atas hak asasi manusia adalah bukti dari hakikat, kedudukan, dan
fungsi konstitusi itu sendiri bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menyikapi jaminan UUD 1945 atas hak asasi manusia, terdapat pandangan yang
beragam. Setidaknya ada tiga kelompok pandangan, yaitu:

b. Mereka yang berpandangan bahwa UUD 1945 tidak memberikan jaminan atas
hak asasi manusia secara komprehensif
c. Mereka yang berpandangan UUD 1945 memberikan jaminan atas hak asasi
manusia secara komprehensif
d. Mereka yang berpandangan bahwa UUD 1945 hanya memberikan jaminan
pokokpokok atas hak asasi manusia

Pengaturan HAM dalam konstitusi RIS


Rumusan mengenai hak asasi manusia dalam konstitusi RIS cukup berbeda
dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam UUD 1945. Konstitusi RIS lebih
memberikan penekanan yang signifikan terhadap pengaturan hak asasi manusia.
Penekanan terhadap jaminan hak asasi manusia yang ada pada Konstitusi RIS, secara
historis banyak dipengaruhi dengan keberadaan DUHAM. Dalam konteks hak-hak
dasar yakni kebebasan berserikat dan berkumpul,

Konstitusi RIS juga memuat pengaturan mengenai hal itu. Pengaturan tersebut
terdapat dalam Pasal 20 yang berbunyi “Hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan
berapat secara damai diakui dan sekadar perlu dijamin dalam peraturan-peraturan
undang-undang”. Hal tersebut maka hak asasi mengenai kebebasan berserikat dan
berkumpul yang dilaksanakan secara damai diakui dalam Konstitusi RIS, meskipun
pengakuan atas hak kebebasan berserikat dan berkumpul hanya diperuntukkan bagi
penduduk.

Pengaturan mengenai kedudukan penduduk, terdapat pada Pasal 6 Konstitusi


RIS, yang menyatakan bahwa yang termasuk dalam istilah penduduk adalah setiap
orang yang berdiam di Indonesia menurut aturan-aturan yang ditetapkan oelh undang-
undang federal. Sedangkan pada masa konstitusi RIS, undang-undang federal yang
mengatur mengenai penduduk belum pernah terwujud. Hal tersebut menyebabkan
ketidakjelasan mengenai siapa saja selain warga Negara RIS yang diakui dan dijamin
kebebasan berserikat dan berkumpulnya.12 Tidak adanya produk hukum yang
mengatur mengenai kedudukan penduduk dan jaminan perlindungan hukum atas
pelaksanaan kebebasan berserikat dan berkumpul pada masa Konstitusi RIS,
merupakan hal cukup beralasan karena Konstitusi RIS merupakan Undang-Undang
Dasar yang bersifat sementara.

Konstitusi RIS mengatur hak-hak dan kebebasan-kebebasan Dasar Manusia (Bab


I, Bagian 5 ) yang terbentang dalam 27 pasal, mengatur kewajiban hak asasi Negara
dalam hubungannya dengan upaya penegakan hak asasi manusia (Bab I, Bagian 6
Asas-asas Dasar) yang terbentang dalam 8 pasal. Berdasarkan hal ini maka secara
keseluruhan perihal hak asasi manusia diatur dalam dua bagian yaitu bagian 5 dan 6
pada Bab I) dengan jumlah 36 pasal.

Pengaturan HAM dalam UUDS 1950


Materi hak asasi manusia salah satunya pernah tercantum di dalam UUDS 1950.
Salah satu perubahan konstitusi adalah disahkannya Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 yang menjadi dasar konstitusi Indonesia melalui ketetapan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1950 yang berlaku mulai tanggal 17 agustus 1950. Pasca
berlakunya konstitusi RIS hasil Konferensi Meja Bundar yang berlaku sejak tanggal
27 Desember 1949 sampai dengan tanggal 17 Agustus 1950 terdiri atas 6 bagian dan
43 pasal dengan ketentuan hak asasi manusia diatur pada bagian V (Hak-hak dan
Kebebasankebebasan Dasar Manusia) dari mulai Pasal 7 sampai dengan Pasal 33.
Pemerintah juga memiliki kewajiban dasar konsitusional yang diatur pada bagian VI
(Asas-asas Dasar), Pasal 35 sampai Pasal 43.

Muatan hak asasi manusia dalam UUDS 1950 setidaknya ada sekitar 27 hak
yang diakui oleh konstitusi yang termuat dalam 31 pasal. Materi muatan dalam UUDS
1950 yaitu:

Pasal 7

1) Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi terhadap undang-undang.


2) Sekalian orang berhak menuntut perlakuan dan perlindungan yang sama oleh
undang-undang
3) Sekalian orang berhak menuntut perlindungan yang sama terhadap tiap-tiap
pembelakangan dan terhadap tiap-tiap penghasutan untuk melakukan
pembelakangan demikian.
4) Setiap orang berhak mendapat bantuan-bantuan yang sungguh dari hakim-
hakim yang ditentukan untuk itu, melawan perbuatan-perbuatan yang
berlawanan dengan hak-hak dasar yang diperkenankan kepadanya menurut
hukum.
Pasal 8

Setiap orang yang ada di daerah Negara sama berhak menuntut perlindungan untuk
diri dan harta bendanya.

Pasal 9

c. Setiap orang berhak dengan bebas bergerak dan tinggal dalam perbatasan
Negara.
d. Setiap orang berhak meninggalkan negeri dan jika ia warga Negara atau
penduduk kembali kesitu.

Pasal 10

Tiada seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba. Perbudakan,


perdagangan dan segala perbuatan berupa apapun yang tujuannya kepada itu,
dilarang.

Pasal 11

Tiada seorang juapun akan disiksa ataupun diperlakukan atau dihukum secara ganas,
tidak menganal perikemanusiaan atau menghina.

Pasal 12
Tiada seorang juapun boleh ditangkap atau ditahan, selain atas perintah untuk itu oleh
kekuasaan yang sah menurut aturan undang-undang dalam hal-hal dan dengan
kemauannya tiada seorang juapun dapat dipisahkan dari para hakim. Yang diberikan
kepadanya oleh aturan-aturan hukum yang berlaku.

Pasal 14

1) Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan sesuatu peristiwa


pidana berhak dianggap tak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya dalam
suatu sidang pengadilan, menurut aturan-aturan hukum yang berlaku, dan ia
dalam sidang itu diberikan segala jaminaan yang telah ditentukan dan yang
perlu untuk pembelaan.
2) Tiada seorang juapun boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi hukuman,
kecuali karena suatu aturan hukum yang sudah ada dan berlaku terhadapnya.
3) Apabila ada perubahan dalam aturan hukum seperti tersebut dalam ayat diatas,
maka dipakailah ketentuan yang lebih baik bagi si tersangka.
Pasal 15

1) Tiada suatu pelanggaran atau kejahatan apapun boleh diancamkan hukuman


berupa rampasan semua barang kepunyaan yang bersalah.
2) Tiada suatu hukuman mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan segala
hak-hak kewarganegaraan.
Pasal 16

1) Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu-gugat


2) Menginjak suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah
bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya dibolehkan
dalam hal-hal yang ditetapkan dalam sutau aturan hukum yang berlaku
baginya.
Pasal 17

1) Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan surat-menyurat tidak boleh


diganggugugat, selainnya dari atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang
telah disahkan untuk itu menurut peraturan-peraturan dan undang-undnag
dalam hal-hal yang diterangkandalam peraturan itu.
Pasal 18

Setiap orang berhak atas kebebasan agama, keinsyafan batin dan pikiran.

Pasal 19

Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat.

Pasal 20

Hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat diakui dan diatur dengan
undangundang.
Pasal 21

Hak berdemonstrasi dan mogok diakui dan diatur dengan undang-undang

Pasal 22

1) Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak dengan


bebas memajukan pengaduan kepada penguasa, baik dengan lisan ataupun
tulisan
2) Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak memajukan
permohanan kepada penguasa.
Pasal 23

1) Setiap warga Negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung
atau dengan perantaraan wakil-wakil yang dipilih dengan bebas menurut cara
yang ditentukan oleh undang-undang
2) Setiap warga Negara dapat diangkat dalam tiap tiap jabatan pemerintah. Orang
asing boleh diangkat dalam jabatan-jabatan pemerintah menurut aturan-
aturanyang ditetapkan oleh undang-undang.
Pasal 24

Setiap warga Negara dapat diangkat dalam tiap tiap jabatan pemerintah. Orang asing
boleh diangkat dalam jabatan-jabatan pemerintah menurut aturan-aturan yang
ditetapkan oleh undang-undang.

Pasal 25

1) Penguasa tidak akan mengikatkan keuntungan atau kerugian kepada


termasuknya warga Negara dalam seuatu golongan rakyat.
2) Setiap warga Negara dapat diangkat dalam tiap tiap jabatan pemerintah. Orang
asing boleh diangkat dalam jabatan-jabatan pemerintah menurut aturan-
aturanyang ditetapkan oleh undang-undang.undang-undan
Pasal 26

1) setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama


orang lain.
2) Seorangpun tidak boleh dirampas miliknya dengan semena-mena
3) Hak milik itu adalah suatu fungsi sosial.
Pasal 27

1) Pencabutan hak milik untuk kepentingan umum atas sesatu benda atau hak
tidak dibolehkan, kecuali dengan mengganti kerugian dan menurut aturan
undang-undang.
2) Apabila sesuatu benda harus dibinasakan untuk kepentingan umum, ataupun,
baik untuk selama-lamanya, maupun untuk beberapa lama, harus dirusakkan
sampai tak terpakai lagi, oleh kekuasaan umum, maka hal itu
dilakukanandengan mengganti kerugian dan menurut aturan-aturan undang-
undang, kecuali jika ditentukan yang sebaiknya oleh aturan-aturan.
Pasal 28

1) Setiap warga negara, sesuai dengan kecakapannya, berhak atas pekerjaan,


yang layak bagi kemanusiaan.
2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan dan berhak atas
syaratsyarat perburuhan yang adil.
3) Setiap orang yang melakukan pekerjaan yang sama dalam hal-hal yang sama,
berhak atas pengupahan yang sama dan atas perjanjian-perjanjian yang sama
baiknya.
4) Setiap orang yang melakukan pekerjaan, berhak atas pengupahan adil yang
menjamin kehidupannya bersama keluarganya, sepadan dengan martabat
manusia.
Pasal 29

Setiap orang berhak mendirikan serikat pekerja dan masuk kedalamnya untuk
melindungi dan memperjuangkan kepentingannya.

Pasal 30

1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran


2) Memilih pengajaran yang akan diikuti, adalah bebas
3) Mengajar adalah bebas, dengan tiada mengurangi pengawasan penguasa yang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan undang-undang.
Pasal 31

Kebebasan melakukan pekerjaan sosial dan amal, mendirikan organisasi-organisasi


untuk itu, dan juga untuk pengajaran partikelir, dan mencari dan mempunyai harta
untuk maksud-maksud itu, diakui, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa
yang dilakukan terhadap itu menurut peraturan undang-undang.

Pengaturan HAM dalam UUD NRI 1945 Pasca Amandemen


Pengaturan mengenai hak asasi manusia dalam UUD NRI 1945 yaitu bahwa
antara hak dan kewajiban warga Negara adalah seimbang. Kebebasan hak asasi
manusia terhadap manusia lainnya dibatasi oleh undang-undang dengan maksud
untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat demokratis. Hak asasi
manusia di Indonesia bersumber dari Pancasila, maka harus sesuai dengan falsafah
pada Pancasila.
Eksistensi UUD 1945 sebagai konstitusi, menurut A.A.H. Struycken
UndangUndang Dasar (grondwet) sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah
dokumen formal yang berisi:

1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau


2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik sekarang
maupun untuk masa yang akan datang
4) Suatu keinginan, dengan nama perkembangan kehidupan ketatanegaraan
bangsa hendak dipimpin.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pengaturan tentang hak asasi manusia sebelum amandemen UUD 1945 diatur
sebagai hak dan kewajiban warga Negara Republik Indonesia yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai hak asasi manusia dan diatur dalam Pasal 27 sampai dengan 34.
Pengaturan hak asasi manusia setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 diatur
dalam Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J.

Hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia diatur seimbang antara hak dan
kewajiban setiap orang sehingga tercipta suatu kehidupan yang harmoni. Selain itu
terdapat pembatasan bagi setiap orang dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
Pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat yang demokratis.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, A. Masyhur. 2005. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia


(HAM) & Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia
(HAKHAM). Bogor. Ghalia Utama.
Irmansyah, Rizky Ariestandi. 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan
Demokrasi.Yogyakarta. Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai