Anda di halaman 1dari 19

ALASAN DIPERLUKANNYA NEGARA HUKUM

DAN HAK ASASI MANUSIA

Mata Kuliah
Pendidikan Kewarnegaraan dan Anti Korupsi

Di Susun Oleh :
NAMA : FAZLUR RAHMAN
NIM : 310121023601

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATKA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
(STMIK) BANJARBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “ALASAN DIPERLUKANNYA
NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA” dapat diselesaikan tepat waktu. Saya
berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tantang fakta dan
pentingnya penerapan hukum dalam sebuah negara dan hak asasi manusia.
Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budi Susarianto, S.Sos,
M.A.P selaku dosen Pendidikan Kewarnegaraan dan Anti Korupsi yang telah memberikan
tugas ini sehingga saya dapat lebih memahami materi yang ada.
Demikian makalah ini dibuat, apabila terdapat kesalahan penulisan, atau pun adanya
ketidaksesuaian materi yang diangkat pada makalah ini maka saya mohon maaf. Mohon saran
dan kritik terhadap makalah ini sehingga saya dapat membuat makalah yang lebih baik
dikemudian hari.

Banjarmasin, 26 September 2021

Fazlur Rahman

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I..................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................... 3
KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 3
A. Teori Negara Hukum ........................................................................... 3
B. Teori Hak Asasi Manusia ....................................................................... 6
BAB III................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ......................................................................................... 9
A. Pengertian Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia ......................................... 9
B. Alasan Adanya Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia ................................... 11
1. Fungsi dan Tujuan Negara Hukum ....................................................... 11
2. Fungsi dan Tujuan Hak Asasi Manusia ................................................... 13
BAB IV .................................................................................................. 15
PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara hukum adalah negara berdasarkan hukum dan keadilan pada warganya.
Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara atau dengan
kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan bagi pergaulan
hidup warganya.1
Pemikiran negara hukum dimulai sejak Plato dengan konsepnya bahwa
penyelenggaraan negara yang baik adalah didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang
disebut “nomoi”. Kemudian ide tentang negara hukum populer pada abad ke-17 sebagai akibat
dari situasi politik di Eropa yang didominasi oleh absolutisme. Dalam perkembangannya,
paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari gagasan dan paham hak asasi manusia.
Awal perkembangan hak asasi manusia (HAM) dimulai ketika ditandatangani Magna
Charta (1215), oleh Raja Jhon Lacklaand. Kemudian juga penandatanganan Petition of Right
pada tahun 1628 oleh Raja Charles I. Hingga pada tanggal 10 Desember 1948, ditetapkanlah
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) atau yang juga disebut sebagai Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948.
Hak asasi manusia (HAM) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. Orang lain tidak dapat
mengganggu hak asasi masing-masing individu. Oleh karena itu, hak asasi harus dipahami oleh
setiap orang. Karena begitu pentingnya, hak asasi manusia (HAM) dijadikan sebagai salah satu
materi dalam perkuliahan. Itu sebabnya untuk menjadi warga negara yang baik harus
memahami dan menyadari tentang pentingnya hak asasi manusia (HAM).
Semenjak ditetapkannya Universal Declation of Human Rights (UDHR) atau Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948, manusia hidup dalam kebebasan, persamaan
dan perlindungan. Setiap orang diakui hak dasarnya. Hal ini mengharuskan bagi semua orang
tanpa terkecuali untuk mengakui hak dasar atau kodrat orang lain, termasuk negara beserta
penguasanya sekalipun. Sebagaimana yang diungkapkan Muhtaj (2008:19), “DUHAM adalah

1
Abdul Azis Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2011), hlm.8

1
puncak konseptualisasi HAM universal”, artinya isi DUHAM berlaku untuk semua bangsa di
dunia, termasuk Bangsa Indonesia sendiri.
Indonesia merupakan negara hukum yang mana didalam negara hukum selalu ada
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Semua manusia akan mendapat
perlakuan yang sama kedudukannya dalam hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Dalam
hal ini dapat dibuktikan bahwa hukum dalam sebuah negara selalu selaras dengan hak asasi
manusia (HAM), karena tanpa adanya HAM dalam sebuah negara maka para rakyat dalam
negara tersebut tidak dapat memenuhi tuntutan (hak dan kewajiban) dari pemerintahan negara
tersebut.
Setiap negara bertanggungjawab terhadap hak asasi tiap rakyatnya, sebagaimana dalam
Pasal 71 UU RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagai berikut: “
Pemerintah wajib dan bertanggungjawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan
memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang ini, peraturan perundang-
undangan lain, dan hukum internasional, tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara
Republik Indonesia”.
Pemerintah harus senantiasa menjamin eksistansi hak-hak dasar setiap warga
negaranya. Tidak boleh membiarkan begitu saja dan lepas tanggung jawab terhadap hak asasi
setiap warga negaranya. Sebisa mungkin untuk memenuhinya karena sudah tercantum dalam
konstitusi. Pembiaran terhadap hak asasi warga negara dapat dikatakan sebagai pelanggaran
HAM.

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini diantaranya, yaitu :


1. Mengatahui dan memahami alasan diperlukannya negara hukum dan hak asasi manusia
(HAM)
2. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan negara hukum dan hak asasi manusia (HAM)
3. Mengetahui upaya yang diperlukan dalam melaksanakan negara hukm dan hak asasi
manusia (HAM)

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Negara Hukum

Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari istilah “Rechtsstaat”.2 Istilah lain
yang digunakan dalam alam hukum Indonesia adalah the rule of law, yang juga digunakan
untuk maksud “negara hukum”. Notohamidjojo menggunakan kata-kata “….maka timbul juga
istilah negara hukum atau rechtsstaat.”3 Djokosoetono mengatakan bahwa “negara hukum
yang demokratis sesungguhnya istilah ini adalah salah, sebab kalau kita hilangkan
democratische rechtsstaat, yang penting dan primair adalah rechtsstaat.”4
Sementara itu, Muhammad Yamin menggunakan kata negara hukum sam dengan
rechtsstaat atau government of law, sebagaimana kutipan pendapat berikut ini :
“Polisi atau negara militer, tempat polisi dan prajurit memegang pemerintah dan
keadilan, bukanlah pula Negara Republik Indonesia ialah negara hukum (rechtsstaat,
government uf law) tempat keadilan yang tertulis berlaku, bukanlah negara kekuasaan
(machtsstaat) tempat tenaga senjata dan kekuatan badan melakukan sewenang-wenang.”5
Berdasarkan uraian penjelasan diatas, dalam literatur hukum Indoneisa, selain istilah
rechtsstaat untuk menunjukkan makna negara hukum, juga dikenal istilah the rule of law.
Namun istilah the rule of law yang paling banyak digunakan hingga saat ini.
Menurut pendapat Hadjon,6 kedua terminologi yakni rechtsstaat dan the rule of law
tersebut ditopang oleh latar belakang sistem hukum yang berbeda. Istilah rechtsstaat
merupakan buah pemikiran untuk menentang absolutisme, yang sifatnya revolusioner dan
bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut civil law. Sebaliknya, the rule of law
berkembang secara evolusioner, yang bertumpu atas sistem hukum common law. Walaupun
demikian perbedaan keduanya sekarang tidak dipermasalhkan lagi, karena mengarah pada
sasaran yang sama, yaitu perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.

2
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat- Sebuah Studi Tentang Prinsip-prinsipnya
Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum Dan Pembentukan Peradilan
Administrasi Negara, Surabaya: Bina Ilmu, 1987, hlm.30
3
O. Notohamidjojo, Makna Negara Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1970, hlm. 27
4
Padmo Wahyono, Guru Pinandita, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1984,
hlm.67
5
Muhammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hlm. 72
6
Philipus M. Hodjon, Perlindungan Hukum …op. cit., hlm. 72

3
Meskipun terdapat perbedaan latar belakang paham antara rechtsstaat dan the rule of
law, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran istilah “negara hukum” atau dalam
penjelasan UUD 1945 disebut dengan “negara berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)”, tidak
terlepas dari pengaruh kedua paham tersebut. Keberadaan the rule of law adalah mencegah
penyalahgunaan kekuasaan diskresi. Pemerintah juga dilarang menggunakan privilege yang
tidak perlu atau bebas dari aturan hukum biasa. Paham negara hukum (rechtsstaat atau the rule
of law), yang mengandung asas legalitas, asas pemisahan (pembagian) kekuasaan, dan asas
kekuasaan hakim yang merdeka tersebut, kesemuanya bertujuan untuk mengendalikan negara
atau pemerintah dari kemungkinan bertindak sewenang-wenang, tirani, atau penyalahgunaan
kekuasaan.
Pada zaman modern, konsep negara hukum di Eropa Kontinental dikembangkan antara
lain oleh Immanuel Kent, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan menggunakan
istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat”. Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konsep negara
hukum dikembangkan atas kepeloporan A. V. Dicey dengan sebutan “the rule of law”. Menurut
Julius Stahl, konsep negara hukum yang disebutnya dengan istilah “rechtsstaat” itu mencakup
empat elemen penting, yaitu :
1. Perlindungan Hak Asasi Manusia
2. Pembagian kekuasaan
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang
4. Peradilan tata usaha negara
Sedangkan A. V. Dicey menguraikan adanya 3 ciri penting dalam setiap negara hukum
yang disebutnya dengan istilah “the rule of law”, yaitu :
1. Supremecy of law
2. Equality before yhe law
3. Due process of law
Keempat prinsip rechtsstaat yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut pada
pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip the rule of law yang dikembangkan oleh
A. V. Dicey untuk menandai ciri-ciri negara hukum modern di zaman sekarang. Bahkan, oleh
“The International Commision of Jurist”, prinsip-prinsip negara hukum ini ditambah lagi
dengan prinsip peradilan bebas dan tidak memihak (independence and impartiality of
judiciary) yang dizaman sekarang makin dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara
demokrasi. Prisip-prinsip yang dianggap ciri penting negara hukum menurut “The
International Commission of Jurists” itu adalah :
1. Negara harus tunduk pada hukum

4
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
Berdasarkan uraian diatas, terdapat dua belas prinsip pokok negara hukum
(rechtsstaaat) yang berlaku dizaman sekarang. Kedua belas prinsip pokok tersebut merupakan
pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu negara modern sehingga dapat disebut
sabagai negara hukum (the rule of law ataupun rechtsstaat) dalam arti sebenarnya.
Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut :7
1. Supremesi Hukum (Supremecy of Law); Adanya pengakuan normatif dan
empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan
hukum sebagai pedoman tertinggi.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law); Adanya persamaan
kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normative dan
dilaksanakan secara empirik.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law); Dalam setiap negara hukum,
dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu
bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan
yang sah dan tertulis.
4. Pembatas Kekuasaan; Adanya pembatas kekuasaan negara dan organ-organ
negara dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisah
kekuasaan secara horizontal.
5. Organ-Organ Eksekutif Independen; Dalam rangka membatasi kekuasaan itu,
di zaman sekarang berkembang pula adanya pengaturan kelembagaan pemerintah yang bersifat
independen, seperti bank sentral, organisasi tentatara, organisasi kepolisian dan kejaksaan.
Selain itu, ada pula lembaga-lembaga baru seperti Komisi Hak Asasi Manusia, Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Penyiaran, dan lain sebagainya. Lembaga, badan atau organisasi-
organisasi ini sebelumnya dianggap sepenuhnya berada dalam kekuasaan eksekutif, tetapi
sekerang berkembang menjadi independen sehingga tidak lagi sepenuhnya merupakan hak
mutlak seorang kepala eksekutif untuk menentukan pegangkatan ataupun pemberhentian
pimpinannya. Independensi lembaga atau organ-organ tersebut dianggap penting untuk
menjamin demokrasi, karena fungsinya dapat disalahgunakan oleh pemerintah untuk
melanggengkan kekuasaan.

7
Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Papper. Disampaikan dalam Wisuda Sarjana
Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang, 23 Maret 2004 dalam Simbur Cahaya No. 25 Tahun
IX Mei 2004 ISSN No. 14110-0614

5
6. Peradilan bebas dan Tidak Memihak; Adanya peradilan yang bebas dan tidak
memihak (independent and impartial judiciary). Peradilan bebas dan tidak memihak ini mutlak
harus ada dalam setiap negara hukum. Dalam menjalankan tugas judisialnya, hakim tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan
uang (ekonomi).
7. Peradilan Tata Usaha Negara; Meskipun peradilan tata usaha negara juga
menyangkut prinsip peradilan bebas dan tidak memihak, tetapi penyebutannya secara khusus
sebagai pilar utama negara hukum tetapi perlu ditegaskan tersendiri. Dalam setiap negara
hukum, harus terbuka kesmpatan bagi tiap-tiap warga negara untuk menggugat keputusan
pejabat administrasi negara dan dijalankannya putusan hakim tata usaha negara (administrative
court) oleh pejabat administrasi negara.
8. Peradilan Tata Negara (Constutional Court); Disamping adanya pengadilan tata
usaha negara yang diharapkan memberikan jaminan tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga
negara, negara hukum modern juga lazim mengadopsikan gagasan pembentukan mahkamah
kontitusi dalam sistem ketatanegaraannya.
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia; Adanya perlindungan kontitusional terhadap
hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang
adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam
rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
sebagai ciri penting suatu negara hukum yang demokratis.
10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaaat); Dianut dan dipraktekannya
prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang menjamin peran serta masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan kenegaraan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan dan ditegakkan mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah masyarakat.
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare
Rechtsstaat); Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama.
12. Transparansi dan Kontrol Sosial; Adanya tranparansi dan kontrol sosial yang
terbuka terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan
kekurangan yang terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara
komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung dalam rangka menjamin keadilan
dan kebenaran.

B. Teori Hak Asasi Manusia

6
Secara definif “hak” merupakan unsur normatif yang berfunsi sebagai pedoman
berprilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia
dalam menjaga harkat dan martabatnya.8 Hak sendiri mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:9
a. Pemilik hak
b. Ruang lingkup penerapan hak
c. Pihak yang bersedia dalam penerapan hak
Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak. Dengan demikian
hak merupaka unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusiayang dalam penerapannya
berada pada ruang lingkup hakpersamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya
antara individu atau dengan instansi.
Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Dalam kaitannya dengan pemorelehan
hak ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori Joel Feinberg. Menurut teori McCloskey
dinyatakan bahwa pemberian hak adalah untuk dilakukan , dimiliki, atau sudah dilakukan.
Sedangkan dalam teori Joel Feinberg dinyatakan bahwa pemberian hak penuh merupakan
kesatuan dari klaim yang absah (keuntungan yang didapat dari pelaksanaan hak yang disertai
pelaksaan kewajiban). Dengan demikian keuntungan dapat diperoleh dari pelaksanaan hak bila
disertai dengan pelaksanaan kewajiban. Hal itu berarti antara hak dan kewajiban merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perwujudannya. Karena itu, ketika seseorang
menuntut hak juga harus melakukan kewajiban.10 Jhon Locke menyatakan bahwa hak asasi
manusia merupakan hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai hak kodrati. Oleh sebab
itu, tidak ada kekuasaan apapun didunia yang dapat mencabutnya. Hak ini bersifat sangatlah
mendasar atau fundamental bagi hidup dan kehidupan manusia dan merupakan hak kodrati
yang tidak terlepas dari dan dalam kehidupan manusia.11
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
pasal 1 disebutkan bahwa:
“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”

8
TIM ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media,
2003), hlm. 199
9
Ibid,. hlm. 199
10
Op., Cit., hlm. 200
11
Masyhur Effendi, Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), hlm. 3

7
Berdasarkan rumusan defini HAM tersebut, diperoleh suatu konklusi bahwa HAM
merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai
suatu anugerah Tuhan yang harus dilindungi, dihormati dan dijaga oleh setiap individu,
masyarakat bahkan negara. Maka hakikat sebuah penghormatan dan perlindungan HAM
adalah menjaga keselamatan dari sebuah eksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta kepentingan perorangan dan kepentingan
umum.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

1. Pengertian Negara Hukum


Negara Hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam
melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan
kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban
hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003)
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi (supreme)
sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga
ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian (Achmad Ali, 2002). Apabila
Negara berdasar atas hukum, pemerintahan Negara itu juga harus berdasar atas suatu konstitusi
atau undang-undang dasar sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan. Konstitusi dalam
negara hukum adalah konstitusi yang bercirikan gagasan kostitusionalisme yaitu adanya
pembatasan atas kekuasaan dan jaminan hak dasar warga negara.
 Unsur-unsur Negara Hukum
a. Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
b. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
c. Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan
d. Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan antara rakyat dengan pemerintahannya
 Ciri-ciri Negara Hukum
a. Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku
b. Kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif
c. Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
d. Menuntut pembagian kekuasaan
2. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagi anugerah tuhan yang maha esa.kesadaran akan hak asasi manusia didasaarkan pada

9
pengakuan bahwa semua manusia sebagai makhluk tuhan memilki drajat dan martabat yang
sama, maka setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut hak asai manusia.jadi kesadaran
akan adanya hak asai manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah
sama dan sederajat.
Macam Hak Asasi Manusia berdasarkan pengertian HAM, ciri pokok dari hakikat
HAM adalah:
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun diwarisi.
b. HAM berlaku bagi semua orang
c. HAM tidak boleh dilanggar
HAM meliputi berbagai bidang, sebagai berikut:
a. Hak asasi pribadi (personal rights)
b. Hak asasi politik (political rights)
c. Hak asasi ekonomi (property rights)
d. Hak asasi social dan kebudayaan (social and cultural rights)
e. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of
legal equality)
f. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tatacara peradilan dan perlindungan
(procedural rights)
3. Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa negara itu melindungi
dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya. Dengan demikian jelas sudah keterkaitan
antara Negara hukum dan Hak Asasi Manusia, dimana Negara Hukum wajib menjamin dan
melindungi Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang kemudian
ditinjau ulang oleh International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan
di Bangkok tahun 1965, yang memberikan ciri-ciri sebagai berikut:
Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi harus
pula menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
a) Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
b) Pemilihan Umum yang bebas;
c) Kebebasan menyatakan pendapat;
d) Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;
e) Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Dasar Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia

10
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia,yakni:
1. Undang – Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Ketetapan MPR RI yang diharapkan memuat secara adanya HAM itu dapat diwujudkan
dalam masa Orde Reformasi, yaitu selama Sidang Istimewa MPR yang berlangsung dari
tanggal 10 sampai dengan 13 November 1988. Dalam rapat paripurna ke-4 tanggal 13
November 1988, telah diputuskan lahirnya Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1988 tentang
Hak Asasi Manusia.
3. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Adapun
hak-hak yang ada dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199 tersebut antara lain sebagai
berikut:
a. Hak untuk hidup (Pasal 4)
b. Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)
c. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
d. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)
e. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)
f. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)
g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)
h. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)
i. Hak wanita (Pasal 45-51)
j. Hak anak (Pasal 52-66)

B. Alasan Adanya Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

1. Fungsi dan Tujuan Negara Hukum


Negara hukum didasarkan atas hukum yang berlaku di negara tersebut. Hukum sendiri
merupakan serangkaian peraturan yang bersifat mengikat dan memaksa. Jika tidak mematuhi
atau melanggarnya, maka akan dikenai sanksi. Hukum dibuat untuk menciptakan kondisi
lingkungan masyarakat yang tertib, aman dan nyaman. Hukum bersifat wajib untuk dipatuhi
seluruh lapisan masyarakat tanpa pandang bulu. Menurut H. Ishaq dalam buku Dasar-Dasar
Ilmu Hukum (2016), hukum berisikan serangkaian peraturan yang sifatnya umum serta

11
normatif. Umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Ada empat unsur dalam hukum, yakni:
a) Mengatur tingkah laku manusia
b) Dibuat atau dibentuk oleh badan resmi yang berwenang
c) Sifatnya memaksa
d) Menimbulkan sanksi tegas bagi yang melanggarnya
 Fungsi Negara Hukum
Fungsi utama hukum ialah untuk menertibkan serta mengatur masyarakat. Harapannya
hukum bisa menciptakan lingkungan masyarakat yang aman dan tertib. Selain itu, hukum juga
memiliki fungsi lainnya. Menurut Lawrence M. Friedman, hukum memiliki fungsi pengawasan
sosial atau social control. Artinya hukum berperan untuk mengawasi dan mengendalikan
lingkungan sosial di masyarakat. Hukum sebagai social control juga berarti memaksa warga
masyarakat untuk mau berperilaku sesuai dengan hukum. Jika tidak mematuhinya atau
melanggar, maka sanksi akan diberikan. Hukum juga berfungsi untuk menyelesaikan sengketa
atau permasalahan. Artinya hukum menjadi penengah bagi kedua belah pihak yang sedang
berselisih. Tentunya dalam penyelesaian sengketa ini didasarkan pada ketentuan atau peraturan
yang berlaku.
Sedangkan menurut Theo Huijibers, hukum berfungsi untuk memelihara kepentingan
umum di masyarakat. Kepentingan ini menyangkut kepentingan orang banyak dan bukan
hanya pada golongan atau individu tertentu saja. Karena hukum bersifat umum atau berlaku
untuk semua orang. Hukum berfungsi untuk menjaga hak manusia. Artinya hukum berperan
dalam melindungi hak manusia. Contohnya perlindungan hak anak, hak pekerja, hak warga
negara, dan lain-lain. Jika ada yang melanggar, maka sanksi tegas akan diberikan. Terakhir,
hukum berfungsi untuk mewujudkan keadilan bersama. Artinya sifat umum pada hukum
menjadi sarana perwujudan keadilan masyarakat. Contohnya setiap masyarakat memiliki
perlindungan hukum yang sama. Contoh lainnya setiap masyarakat yang melanggar hukum
akan dikenai sanksi, tanpa memandang suku, agama, jabatan, ras dan golongannya.
Maka jika dirangkum, fungsi hukum ialah:
a) Menertibkan dan mengatur masyarakat
b) Pengawasan dan pengendali sosial
c) Penyelesaian sengketa
d) Memelihara kepentingan umum
e) Menjaga hak asasi manusia
f) Mewujudkan keadilan bersama
12
 Tujuan Hukum
Berikut beberapa tujuan hukum menurut para ahli:
a) Aristoteles
Menurut Aristoteles, hukum bertujuan untuk mencapai keadilan di lingkungan
masyarakat. Artinya setiap warga negara akan diberikan apa yang sudah menjadi haknya.
Konsep milik Aristoteles ini dikenal pula sebagai teori etis.
b) Sudikno Mertokusumo
Menurut Sudikno Mertokusumo, tujuan pokok hukum ialah menciptakan tatanan
masyarakat yang tertib dan seimbang. Artinya hukum dijadikan sarana atau alat untuk
membentuk tatanan masyarakat yang lebih tertib.
c) Jeremy Bentham
Menurut Jeremy Bentham, hukum bertujuan untuk mencapai kemanfaatan tertentu.
Artinya hukum dibuat dan diterapkan untuk menjamin kebahagaian bagi banyak orang. Konsep
milik Jeremy Bentham juga dikenal sebagai teori utilities.
d) Soedjono Dirdjosisworo
Menurut Soedjono Dirdjosisworo, tujuan hukum yang sebenarnya ialah untuk
menciptakan kerukunan dan perdamaian dalam hidup bersama. Artinya hukum dijadikan
sarana untuk membuat lingkungan masyarakat lebih damai dan rukun.
e) Geny
Menurut Geny, hukum bertujuan untuk mencapai keadilan dan sebagai unsur keadilan.
Artinya hukum diciptakan untuk mencapai keadilan di lingkungan masyarakat. Hukum dalam
hal ini juga menjadi bagian dari unsur keadilan, yakni kepentingan yang berdaya guna serta
kemanfaatan.

2. Fungsi dan Tujuan Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada diri manusia sejak ia lahir ke
dunia. Hak asasi berasal dari Tuhan sebagai anugerah yang kodrati dan tidak dapat diberi atau
dicabut oleh pihak lain. Fungsi hak asasi manusia yaitu untuk menegakkan keadilan dan
kebebasan alamiah dalam menjalani kehidupan.
Dikutip dari jurnal Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan Yuridis oleh
S.R. Wilujeng (2013: 1), hak asasi manusia yang dianut di Indonesia mengacu pada Pancasila
sebagai filsafat negara dan bangsa. Hak asasi yang terkandung dalam Pancasila mampu
melingkupi aspek kemanusiaan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Oleh
karena itu, konsep HAM ini dinilai sebagai konsep yang paling tepat diterapkan di Indonesia.

13
 Fungsi Hak Asasi Manusia
Fungsi hak asasi manusia yaitu agar setiap individu dapat merasa aman dan terjamin
hak-haknya sebagai manusia yang bebas dan merdeka. Oleh karena itu, untuk menegakkan
nilai-nilai hak asasi manusia, dibentuklah berbagai lembaga atau organisasi yang menjaga dan
menegakkan stabilitas HAM.
Di Indonesia, terdapat salah satu lembaga yang menangani penegakan HAM, yaitu
Komisi Hak Asasi Manusia atau KOMNAS HAM. Adapun fungsi KOMNAS HAM yaitu
sebagai berikut:

a) Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan HAM.


b) Pengawasan di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM
c) Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab HAM
d) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan urusan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia di daerah
e) Pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasional
f) Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat hingga daerah

 Tujuan Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia memiliki beberapa tujuan, beberapa di antaranya sebagai berikut:

a) Melindungi individu dari kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pihak manapun.


b) Menumbuhkan semangat saling menghargai antarmanusia.
c) Memberi batasan yang jelas agar hak-hak orang lain tidak dilanggar.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa negara hukum dan hak
asasi manusia (HAM) saling berkaitan sehingga jikalau tidak ada negara hukum maka tiada
juga yang namanya HAM dan sebaliknya. Maka dari itu, alasan dipelukannya negara hukum
dan hak asasi manusia adalah untuk menciptakan keadaan yang tertib dan damai dalam
kehidupan sehari-hari kita sehingga kita dapat merasakan yang namanya kebebasan dalam
menjalankan aktivitas kita masing-masing sesuai hukum negara kita.

B. Saran
Kita sebagai warga negara yang baik wajib mengikuti hukum-hukum ysng berlaku di
negara kita baik hukum tertulis maupun hukum non-tertulis dan juga kita sebagai individu perlu
ingat untuk tidak melanggar atau menindas hak orang lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2011

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat- Sebuah Studi Tentang Prinsip-
prinsipnya Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum Dan
Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Surabaya: Bina Ilmu, 1987

Notohamidjojo, Makna Negara Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1970

Padmo Wahyono, Guru Pinandita, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1984

Muhammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1982

Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Papper. Disampaikan dalam
Wisuda Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang, 23 Maret 2004
dalam Simbur Cahaya No. 25 Tahun IX Mei 2004 ISSN No. 14110-0614

TIM ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta:
Prenada Media, 2003

Masyhur Effendi, Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan
Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994

Zakaria, Nooraihan. Konsep Hak Asasi Manusia. Jakarta: DBP, 2005

Lubis, Todung Mulya. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2005

Azhary. 1995. Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya.
Jakarta: UI Press.

Gautama, Sudargo. 1973. Pengertian tentang Negara Hukum. Bandung: Alumni

16

Anda mungkin juga menyukai