Anda di halaman 1dari 31

NEGARA HUKUM DAN HAM

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. Hilal Qoumi Ramadhan : F22119011

2. Abdillah Muhammad : F22119033

3. Moh Rizal Nursam : F22119042

4. Divani Khairunnisa : F22119044

5. Fandi Aditya Bayangkara : F22119061

6. Fatmel Ibrahim : F22119076

7. Nurul Inayah Dzattillah : F22119125

8. Dian Pramana Putri : F22117171

9. Ni Made Sumiati Sriasih : F22119039

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Atas Berkat dan
rahmatnyalah kami bisa menyelesaikan tugas Makalah ini dengan Tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PKN dan Pancasila. Adapun
topik yang dibahas didalam makalah ini adalah mengenai Hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM). Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang Hukum dan Hak Azasi
Manusia.
Hak Asasi Manusia adalah Hak yang dibawa sejak lahir dan merupakan karunia dari
Yang Maha Kuasa yang tidak boleh direbut oleh siapapun. Melanggar Hak Azasi Manusia
seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia
memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu
Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum
terselesaikan sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke
arah yang lebih baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Resmy Yustie Abdhini, SH, MH
dan Bapak Nasrulla, SH, LL.M . sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis
didalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi untuk tersajinya makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu
dikarenakan keterbatasan yang ada. Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca.
Kiranya makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita semua.
Sehingga permasalahan penegakan Hukum dan Hak Asasi dapat terselesaikan. Atas
perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Palu, 12 November 2020

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

A. Apa yang Dimaksud Negara Hukum? ........................................................................ 2

B. Apa Ciri-Ciri Negara Hukum ? ................................................................................... 3

C. Apa Tipe Dari Negara Hukum .................................................................................... 5

D. Bagaimana Indonesia Sebagai Negara Hukum........................................................ 10

E. Apa yang Dimaksud Hak Asasi Manusia ................................................................. 14

F. Apa saja macam-macam HAM?................................................................................ 15

G. Apa dasar hukum HAM di Indonesia? ..................................................................... 16

H. Bagaimana hubungan Negara Hukum dan HAM ? ................................................ 18

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 26

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 26

B. Saran ............................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Negara Hukum baru dikenal pada abad XIX tetapi konsep Negara Hukum telah
lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntuntan keadaan. Pemerintahan berdasarkan
hukum adalah suatu prinsip dimana menyatakan bahwa hukum adalah otoritas tertinggi dan
bahwa semua warga negara tunduk kepada hukum dan berhak atas perliindungannya. Secara
sederhana supremasi hukum bisa dikatakan bahwa kekuasaan pihak yang kuat diganti dengan
kekuasaan berdasarkan keadilan dan rasional.
HAM merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang berlaku seumur
hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. HAM dilandasi dengan sebuah
kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya namun HAM juga tidak terlepas
dari kontrol bentuk norma-norma yang ada.
Negara hukum dan HAM tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argumentasi hukum
yang dapat diajukan tentang hal ini, ditujukan dengan ciri negara hukum itu sendiri, bahwa
salah satu diantaranya adlah perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dalam negara hukum,
hak asasi manusia terlindungi. Jika dalam suatu negara hak asasi manusia tidak dilindungi,
negara tersebut bukan negara hukum.
B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Negara Hukum?
2.Apa ciri-ciri Negara Hukum?
3.Apa tipe dari Negara Hukum?
4.Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?
5.Apa yang dimaksud Hak Asasi Manusia?
6.Apa saja macam-macam HAM?
7.Apa dasar hukum HAM di Indonesia?
8.Bagaimana hubungan Negara Hukum dan HAM?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk memahami arti dari
Negara Hukum, mengetahui ciri dan tipe Negara hukum, mengetahui Indonesia sebagai
negara hukum, memahami makna dari Hak Asasi Manusia, mengetahui macam dan yang
menjadi dasar hukum HAM di indonesia, mengetahui bagaimana bubungan antara Negara
Hukum dan HAM.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Apa yang Dimaksud Negara Hukum?

1. Makna Negara Hukum


Negara hukum adalah negara yang susunannya diatur dengan sebaik-baiknya dalam dalam
undang-undang sehingga segala kekuasaan dari alat pemerintahan didasarkan pada hukum.
Rakyat tidak boleh bertindak sendiri-sendiri menurut kemauannya yang bertentangan dengan
hukum yang berlaku pada negara tersebut. Negara hukum ialah negara yang diperintahi
bukan oleh orang-orang, melainkan oleh oundang-undang (state the not governed by men, but
by laws). Oleh karena itu, di dalam negara hukum, hak-hak rakyat dijamin sepenuhnya oleh
negara dan sebaliknya kewajiban-kewajiban rakyat harus dipenuhi dengan tunduk dan taat
pada peraturan pemerintah maupun undang-undang negara.
Dalam negara hukun, negara harus melindungi dan mengakui hak asasi manusia setiap
individu tanpa membedakan latar belakang mereka, sehingga semua orang memliki hak untuk
diperlakukan sama dihadapan hukum tanpa terkecuali. Negara hukum itu berkeadilan,
tersusun dalam konstitusi, dimana semua orang dalam negara tersebut baik yang memerintah
maupun yang diperintah. Keadilan harus didapatkan oleh semua rakyatnya dan hukum yang
mempunyai tugas untuk menjaganya agar setiap individu mendapatkan keadilan. Pembatasan
kekuasaan negara dalam suatu negara hukum bertujuan untuk melindungi hak-hak rakyat
agar tidak dilanggar oleh pemerintah.
Pemerintah berfungsi untuk mengatur sedangkan rakyat, diatur. Baik yang mengatur
maupun yang diatur keduanya mempunyai pedoman yang sama yaitu hukum. pemerintah dan
rakyat harus melaksanakan dan tidak boleh melanggar hukum. Siapapun yang melanggar
hukum akan memperoleh sanksi. Dalam negara hukum, pemerintah tidak boleh
mengistimewakan seseorang maupun kelompok tertentu, atau mendeskriminasikan orang
ataupun kelompok tertentu pula. Negara demokrasi dapat pula menganut prinsip demokrasi
atau kedaulatan rakyat yang menjamin peran masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan kenegaraan sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dan
ditegakkan mencerminkan nilai-nilai keadilan ditengah masyarakat. Hukum adalah sarana
untuk mencapai tujuan bersama dan dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.

2
Adanya keterbukaan terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan hukum dalam rangka
menjamin keadilan dan kebenaran.
Menjadikan sebuah negara sebagai negara hukum adalah pilihan negara tersebut dengan
keinginan untuk menciptakan negara yang aman dan sejahtera. Dimana penguasa negara
tidak berbuat sewenang-wenang melainkan mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan
rakyatnya. Selain itu negara hukum merupakan amanat dari sebuah konstitusi suatu negara
tak terkecuali adalah negara kita, Indonesia.
Mengenai amanat negara hukum tersebut ada dalam konstitusi negara kita dalam UUD
1945 pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa "Negara Indonesia adalah negara hukum".
Dalam pasal 1 ayat 3 mengingkan bahwa penguasa diharuskan untuk tidak berbuat sewenang-
wenang karena segala tindakan nya harus berdasarkan undang-undang begitu juga rakyat
diharuskan untuk taat dan patuh terhadap hukum.

2. Makna Indonesia sebagai Negara Hukum


Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus
dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara kesejahteraan
(welfare state), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan
tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional
Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu
menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini
menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya
mampu menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang.
Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti
ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan
kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi
setiap anggota masyarakat.

B. Apa Ciri-Ciri Negara Hukum ?


Ciri-ciri suatu negara hukum adalah sebagai berikut:
1. Adanya sistem ketatanegaraan yang sistematis
Ciri-ciri negara hukum dapat dilihat dimana negara tersebut memiliki susunan sistem
ketatanegaraan atau kelembagaannya yang mengatur urusan kenegaraan secara
3
sistematis. Di setiap lembaga yang ada memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing
dalam menjalankan pemerintahan negara tersebut agar sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
Di Indonesia dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki kelembagaan seperti Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Yudisial
(KY), Makhkamah Agung (MA), Komisi Yudisial (KY) dan lembaga di daerah
lainnya.

2. Hukum sebagai patokan segala bidang atau Supremasi Hukum


Supremasi hukum adalah negara tersebut menggunakan hukum sebagai patokan atau
aturan dalam segala bidang.
Ciri-ciri negara hukum satu ini merupakan upaya untuk menempatkan hukum dalam
tempat tertinggi sebagai alat perlindungan rakyatnya. Tanpa adanya intervensi dan
penyalahgunaan hukum termasuk para petinggi negara.

3. Adanya perlindungan dan pengakuan hak asasi manusia (HAM)


Ciri-ciri negara hukum yang paling utama adalah adanya pengakuan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia bagi seluruh rakyatnya. Hak asasi manusia adalah hak yang
paling mendasar dan fundamental. Bagi para pelanggar HAM bisa dijatuhi hukum secara
tegas.

4. Sistem peradilan yang tidak memihak dan memiliki persamaan kedudukan di hadapan
hokum
Sistem peradilan ini meliputi para hakim dan jaksa serta para anggota administrasi
pengadilan yang telah ditentukan berdasarkan hukum yang berlaku. Tak hanya peradilan
pusat, sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak juga berlaku di peradilan-
peradilan daerah. Peradilan harus berjalan sesuai dengan hukum dan menerapkan hukum
yang sama sehingga tidak adanya berat sebelah antara rakyat dan para petinggi negara.

5. Adanya pembagian kekuasaan yang jelas


Ciri-ciri negara hukum selanjutnya yaitu adanya pembagian kekuasaan yang jelas.
Pembagian kekuasaan ini menjunjung tinggi nilai demokrasi. Setiap lembaga memiliki
tugas dan fungsinya masing-masing sehingga tidak adanya tumpang tindih.
4
Jika muncul permasalahan atau konflik, maka lembaga yang berwenang mampu
menerapkan hukum yang tepat sesuai yang berlaku. Seperti yang disampaikan tokoh
terkenal, John Locke, bahwa kekuasaan dibedakan menjadi tiga yaitu legislatif, eksekutif
dan yudikatif.

6. Adanya peradilan pidana dan perdata


Peradilan pidana adalah peradilan yang mengurusi tentang pelanggaran hukum yang
menyangkut banyak orang, sedangkan perdata yang mengurusi pelanggaran hukum yang
hanya melibatkan perseorangan saja.
Adanya hukum pidana dan hukum perdata inilah yang merupakan ciri-ciri negara hukum
dan negara dapat disebut sebagai negara hukum.

7. Legalitas dalam arti hukum itu sendiri


Legalitas dalam hukum adalah asas yang fundamental untuk mempertahankan kepastian
hukum. Asas legalitas ini ditetapkan dan kemudian digunakan untuk melindungi semua
kepentingan individu.
Legalitas ini pula yang memberikan batasan wewenang para pejabat negara untuk
mempertanggungjawabkan jika mereka melanggar hukum yang berlaku.
Demikian secara umum ciri-ciri negara hukum pada suatu negara. Hampir semua negara
di dunia adalah negara hukum namun menganut konstitusi yang berbeda-beda sesuai
dengan jenis negara hukum yang diberlakukan.
Alasan suatu negara menjadi negara hukum antaralain seperti demi adanya legitimasi
demokrasi, demi kepastian hukum, adanya tuntutan perlakuan yang sama dan tuntutan
akal budi

C. Apa Tipe Dari Negara Hukum


Dalam berbagai tulisan telah dikemukakan adanya dua tipe negara hukum, yaitu negara
hukum formil (sempit) dan negara hukum mateiil (luas). Disamping istilah terbut
ditemukan juga berbagai istilah mengenai tipe negara hukum, yaitu negara penjaga
malam (nachwacthkerstaat) negara polisi (polizeistaat) dan negara kesejahtaraan (welfare
state).

5
Uraian berikut akan menjelaskan tipe negara hukum dimulai dengan tipe ngara polisi
kemudian di akhiri dengan tipe negara kesejahteraan. Kedua tipe negara hukum ini, dalam
berbagai kepustakan disebut sebagai bentuk yang ektsrim dari negara hukum, karena negara
polisi dianggap sebagai bentuk awal dari negara hukum, sedangkan negara kesejahteraan
merupakan tipe negara hukum yang dianggap berlaku sekarang ini.

a. Negara Polisi (Polizei Staat)


Sebelum lahir negara hukum yang berpemahaman Kant dan Ficte, maka yang ada
pada waktu iti adalah negara polisi (polizei staat) sebagai tipe negara. Aliran yang paling
berpengaruh pada saat itu adalah aliran mercantilisme atau aliran yang menghendaki suautu
neraca perdagangan yang positif. Maksudnya adalah seluruh kegiatan perdagangan
pada waktu itu dikontrol dan ditentukan oleh negara.
Aliran mercantilisme ini mempengaruhi cara berpikir para penguasa pada waktu itu.
Sehingga kemakmuran perlu dimasukkan dalam tujuaan negara dan yang melaksanakanyya
bukan rakyat tetapi negara. Aliran ini muncul di Perancis pada masa pemerintahan Lodewijk
XIV, karena Perancis pada waktu itu sangat mmerlukan emas dan perak sebagai alat
penukar dalam lalu lintas perdagangan. Untuk mencapai emas dan perak itu Perancis
berusaha mendapatkakn neraca perdagangangan yang aktif dan positif, dengan politik
eksport melebihi import. Caranya ialah dengan meningkatkan industri dalam negeri untuk
diekspor keluar sebanyak mungkin.
Dalam kaitannya dengan Mercantilisme, mula-mula bentuk pemerintahannya ialah
monarki absolut, tetapi karena raja telah sadar akan kewajibannya akan rakyatnya maka
terjadilah monarki yang dibatasi oleh kemauan raja sendiri (Beperkte Monarkhi, Verlichte
Despotie), karena para despot ini telah menjadi progresif. Asas yang berlaku dalam bentuk
negara dan pemerintahan ini adalah bahwa rajalah yang menetukan segala-galanya untuk
rakyatnya, tapi tidak oleh rakyatynya sendiri, dan kepentingan umum mengatasi semua
undang-undang dan hukum (prinsip legibus solutus est, solus publica suprema lex). Adapun
tipe negaranya adalah negara polisi (polizei staat), yang walaupun raja mau
menyelenggarakan kepentingan rakyat, tetapi rakyat tidak boleh ikut campur. Oleh karena
rakyat tidak mempunyai hak terhadap raja, dan segala sesuatunya ditentukan oleh raja.
Dalam bentuk negara polisi ini kedudukan raja diatas warga negaranya. Hubungan
antara raja dan warga negaranya bisa dianggap hubungan yang sepihak, karena rajalah yang
menentukan segalanya.
6
Rakyat tidak diikutsertakan dalam urusan menentukan hubungan kedua belah pihak.
Dari segi lain, karena semuanya ditetapakan oleh raja (walaupun dalam rangka pelaksanaan
kepenttingan umum), tentu saja rakyat tidak dapat menuntut kepada raja apabila
dalam pelaksanaan pemerintahan raja melakukan suautu perbuatan yang melanggar hukum
ataupun penyalahgunaan kekuasaan. Pada tipe negara polisi ini, kalaupun mungkin ada
hukum administrasinya, barangkali masih terlalu sempit, artinya sama dengan
negara berbentuk monarkhi absolut, dimana hukum admistrasi negara hanya berbebtuk
intruksi-intruksi (insrtuktiefsrecht) yang harus diindahkan oleh aparat negara dalam
melaksanakan tugasnya, sekaligus merupakan aturan yang mengatur tentang cara
bagaimana alat perlengkapan negara melaksanakan fungsinya. Oleh karena itu dalam
negara berbentuk monarki absolut ini, lapangan pekerjaan admistrasi negars hanyalah
sebatas mempertahakan peraturan- peraturan serta keputusan-keputusan yang dibuat oleh
raja.

b. Negara Hukum Formal (Nachwaker staat)


Negara hukum formal seringkali disebut juga dengan negara hukum liberal ataupun
nachwachker staat yaitu negara hukum yang menurut Kant dan Fichte merupakan negara
yang juga biasa disebut dengan negara dalam arti sempit. Tipe negara ini merupakan
reaksiatau antithese dari bentuk pertama yang dikemukakan sebelumnya. sebelum tiba pada
bentuk hukum formal, tipe negara dinamakan negara hukum liberal. Dalam negara
hukum liberal ini negara tidak dibenarkan untuk mencampuri dalam urusan penyelengaraan
kepentingan rakyat. Ini merupakan bentuk negara yang sangat berlawanan dengan bentuk
negara polisi (polizei staat). Akan tetapi tuntutan masyarakat menghendaki faham
liberalisme itu tidak dipertahankan lagi, sehingga negara pada waktu itu terpaksa harus ikut
campur tangan dalam urusan kepentingan rakyat. Hanya saja campur tangan ini masih
menurut saluran-saluran hukum yang sudah ditentukan oleh, sehingga lahirlah negara hukum
formal.
Dikatakan sebagai negara Nachtswakerstaat atau negara dalam ari sempit (sebagaimana
dikemukakan oleh Immanuel Kant dan Ficte) karena negara bertindak sebagai penjaga
malam, artinya bahwa negara hanya menjaga keamanan saja, negara baru bertindak
apabila keamanan dan ketertiban terganggu. Dalam negara hukum yang sempit ini
dipisahkan dengan tegas antara negara dan masyarakat. Negara tidak mencampuri segi-
segi kehidupan masyarakat, baik dalam segi ekonomi, sosial, kebudayaan dan sebagainya,
7
sebab dengn turut campurnya negara kedalam segi-segi kehidupan masyarakat, dapat,
mengakibatkan berkurangnya kemerdekaan seorang individu. Lapangan pekerjaan
administrasi negara dalam negara hokum semacam ini hanyalah membuat dan
mempertahankan hukum saja. jadi dalam negara hukum yang sempit ini hukum admistrasi
negara mulai muncul, meskipun masih terbatas. Oleh sebab itu maka unsur- unsur yang
terdapat dalam negara hukum yang sempit ini memuat adanya peradilan administrasi Negara

c. Negara Hukum Materiil (Walfare state-Negara Kesejahteraan)


Tipe negara hukum ini sering juga disebut sebagai negara hukum dalam arti yang
luas atau disebut pula sebagai negara hukum modern. Negara dalam pengertian ini bukan
saja menjaga keamanan saja tetapi secara aktif turut serta dalam dalam urusan
kemasyarakatan demi mensejahterakan rakyat. Oleh sebab itu pengertian negara hukum
dalam arti luas sangat erat hubungannya dengan pengertian negara kesejahteraan atau
(welfare state).
Dalam negara kesejahteraan sekarang ini tugas negara dalam menyelenggarakan
kepentigan umum menjadi sangat luas, kemungkinan melanggar kepentingan rakyat oleh
perangkat negara menjadi sangat besar. Untuk melaksanakan semua tugas tersebut,
maka administrasi negara memerlukan kemerdekaan, yaitu kemerdekaan untuk dapat
bertindak atas inisiatif sendiri untuk untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri terutama
dalam penyelesaian soal-soal genting yang timbul secara mendadak dan peraturan
penyelesainnya belum ada, yang belum dibuat oleh badan badan kenegaraan yang
diserahi fungsi legislatif. Dalam hal tersebut administrasi negara, dipaksa untuk bertindak
cepat tidak dapat menunggu perintah dari badan-badan kenegaraan yang diserahi fungsi
legislatif.
Luasnya fungsi pemerintahan dalam negara hukum modern ini, maka tentu saja makin
luas pula peranan hukum administasi didalamnya. Dengan demikian maka dalam tipe negara
kesejahteraan sekarang ini peranan hukum administrasi sangat dominan. Sukar untuk
dibayangkan suatu negara modern saat ini tanpa adanya hukum administrasi negara
didalamnya. Bahkan sebagaimana ditunjukkan W.Friedmann serta penulis-penulis lainnnya
juga di Inggris dan Amerika, konsep negara kesejahteran (welfare state) dan perkembangan
sosial telah mendesak perlunya diadakan pemikiran kembali mengenai peradilan administrasi
itu. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa negara-negara tesebut pada mulanya sukar
sekali menerima secara terbuka adanya peradilan administrasi.
8
d. Negara Hukum Indonesia
Konsep negara hukum juga ada di Indonesia yaitu pada UUD tahun 1945 sebelum
amandemen yang dinyatakan dalam pasal 4 ayat (1), “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-undang Dasar.” Tidak hanya itu
keinginan Founding Father untuk menciptakan negara hukum juga tercermin dalam
Pembukaan UUD Tahun

1945 yang menyatakan, “.....yang terbentuk dalam suatu susunan Negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.....”.

Kedaulatan rakyat sendiri memiliki makna bahwasanya kekuasaan penuh berada di


tangan rakyat. Atau bisa dikatakan dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat. Rakyat dianggap
berdaulat baik dibidang politik maupun bidang ekonomi dan sosial. Hal ini sejalan dengan
konsep negara hukum guna menciptakan pemerintahan yang bebas dari penindasan terhadap
rakyat. Bahkan menurut Jimly Asshiddiqie kedaulatan rakyat merupakan satu diantara
konsep-konsep yang pertama-tama dikembangkan dalam persiapan menuju Indonesia
merdeka. Permasalahan mengenai kedaulatan rakyat itu sudah menjadi polemik dikalangan
intelektual pejuang kemerdekaan Indonesia pada Tahun 1930-an. Seperti pada Sidang
Pertama Rapat Besar Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945, Soepomo menyatakan42, “Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah suatu badan yang
memegang kedaulatan rakyat, ialah suatu badan yang paling tinggi dan tidak terbatas
kekuasannya.”
Dapat diartikan bahwa kedaulatan rakyat merupakan tonggak dalam negara hukum,
bahkan sebuah lembaga yang memegang kedaulatan rakyat dikatakan sebagai lembaga yang
tidak terbatas kekuasaannya. Kejelasan terhadap Indonesia sebagai negara hukum terjadi
Pasca Perubahan UUD Tahun 1945. Selain memberikan implikasi terhadap posisi dan
kedudukan MPR, yang menurut UUD Tahun 1945 tidak ada lagi lembaga tertinggi. Juga
kepastian terhadap Indonesia sebagai negara hukum tertuang pada pasal 1 ayat (3) UUD
Tahun 1945 yang merupakan hasil perubahan ketiga yakni, Negara Indonesia adalah Negara
Hukum. Hal ini menjelasakan bahwa Indonesia bukan berdasar atas kekuasaan belaka
(machtstaat).
9
Ketentuan di atas berasal dari Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang ”diangkat” ke dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Negara hukum yang dimaksud ialah negara yang
menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada
kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan (akuntabel). Paham negara hukum
sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) berkaitan erat dengan paham negara
kesejahteraan (welfare state) atau paham negara hukum materiil sesuai dengan bunyi alinea
keempat Pembukaan dan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Dengan demikian, Indonesia sebagai negara hukum memiliki ciri- ciri
“rechtsstaat” yakni sebagai berikut:
a. Adanya Undang-Undang Dasar atau Konstitusi yang memuat ketentuan
tertulis tentang hubungan antara penguasa dengan rakyat.
b. Adanya pemisahan kekuasaan negara, yang meliputi kekuasaan pembuatan
undang-undang yang berada pada parlemen, kekuasaan kehakiman yang bebas dan
merdeka, dan pemerintah mendasarkan tindakannya atas undang-undang (wetmatig
bestuur).
c. Diakui dan dilindunginya hak-hak rakyat yang sering disebut
“vrijhedsrechten van burger”.

D. Bagaimana Indonesia Sebagai Negara Hukum


Di Indonesia, istilah negara hukum secara konstitusional telah disebutkan pada UUD
1945. Penggunaan istila negara hukum mempunyai perbedaan antara sesudah dilakukan
amandemen dan sebelum dilakukan amandemen.

Sebelum amandemen UUD 1945, yang berbunyi bahwa “Indonesia adalah negara yang
berdasar atas negara hukum”. Sedangkan setelah dilakukannya amandemen UUD 1945
yaitu “Negara Indonesia adalah negara hukum.”

Istilah negara tersebut dimuat dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (3). Meskipun ada
perbedaan UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen pada hakikatnya keduanya
mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadikan Negara Indonesia sebagai negara hukum.

Indonesia sebagai negara hukum, memliki karakteristik mandiri yang berarti


kemandirian tersebut terlihat dari penerapan konsep atau pola negara hukum yang

10
dianutnya. Konsep yang dianut oleh negara kita disesuaikan dengan kondisi yang ada di
Indonesia yaitu Pancasila.

NKRI sebagai negara hukum yang berdasarkan pada pancasila, pasti mempunyai
maksud dan tujuan tertentu yaitu bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara kita
sebuah negara yang aman, tentram, aman sejahtera, dan tertib dimana kedudukan hukum
setiap warga negaranya dijamin sehingga bisa tercapainya sebuah keserasian, keseimbangan
dan keselarasan antara kepentingan perorangan maupun kepentingan kelompok
(masyarkat).

Konsep negara hukum pancasila artinya suatu sistem hukum yang didirikan berdasarkan
asas-asas dan kaidah atau norma -norma yang terkandung/tercermin dari nilai yang ad
dalam pancasila sebagai dasar kehidupan bermasyarakat.

Beberapa pernyataan yang mencerminkan bahwa Indonesia sebagai negara hukum


antara lain:

1. UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (3) yang
berbunyi bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.

2. Bab X pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya

3. Dalam pasal 28 ayat (5) yang berbunyi bahwa untuk penegakkan dan melindungi hak
asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundangundangan

Negara berdasarkan atas hukum ditandai dengan beberapa asas diantaranya adalah
bahwa semua perbuatan atau tindakan seseorang baik individu maupun kelompok, rakyat
maupun pemerintah harus didasarkan pada ketentuan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan itu dilakukan atau didasarkan
pada peraturan yang berlaku.

Negara berdasarkan atas hukum harus didasarkan hukum yang baik dan adil tanpa
membeda-bedakan. Hukum yang baik adalah hukum yang demokratis, yaitu didasarkan pada
11
kehendak rakyat sesuai dengan kesadaran hukum rakyat. Sedangkan yang dimaksud dengan
hukum yang adil adalah hukum yang memenuhi maksud dan tujuan hukum yaitu keadilan.

Hukum yang baik dan adil perlu untuk dijunjung tinggi karena bertujuan untuk
melegitimasi kepentingan tertentu, baik kepentingan penguasa, rakyat maupun kelompok.
Oleh karena itu suatu negara yang menyatakan bahwa negaranya merupakan negara hukum.
Negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan hukum.
Negara itu sendiri merupakan subjek hukum, dalam arti rechstaat (Indonesia ialah negara
yang berdasar atas hukum). Ciri-ciri konsep rechstaat antara lain:

1. Adanya perlindungan terhadap HakAsasi Manusia (HAM)

2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk


menjamin perlindungan Hak asasi manusia

3. Pemerintahan berdasarkan peraturan

4. Adanya peradilan administrasi

Di Indonesia yang menggunakan sebuah konsep rechstaat berarti semua yang dilakukan
oleh rakyat tergantung pada bagaimana bunyi atau teks ketentuan hukumnya dalam pasal-
pasal yang telah ada. Supremasi hukum di Indonesia menurut konsep rechstaat adalah
menempatkan negara sebagai subjek sebuah hukum, sehingga konsekuensi hukumnya dapat
dituntut di sebuah pengadilan.

Karena dipandang sebagai subjek hukum, maka jika siapapun yang melanggar hukum
tersebut atau bersalah dapat dituntut didepan pengadilan. Didalam negara hukum, setiap
aspek tindakan pemerintah baik dalam lapangan pengaturan maupun pelayanan harus
dengan sangat didasarkan pada peraturan perundang-undangan. Artinya pemeribtah tidak
dapat melakukan tindakan sewenang-wenang. Bbeberapa unsur yang harus berlaku dalam
negara hukum adalah:

1. Adanya suatu sistem pemerintahan sebuah negara yang didasarkan pada kedaulatan
rakyat

2. Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus berdasarkan hukum atau peraturan


perundangundangan yang telah ditetapkan

12
3. Adanya pengawasan dari badan atau lembaga peradilan yang bebas dan mandiri,
dalam artian lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak siapapun

4. Adanya peran yang nyata dari anggota masyarakat maupun warga negara untuk
berpartisipasi atau ikut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah tersebut

Negara Indonesia sebagai negara hukum, begitu yang dinyatakan dalam UUD Negara
Republik Indonesia 1945 pasal 1 ayat (3). Sehingga seluruh sendi kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan pada norma-norma hukum
berdasarkan pada norma-norma hukum. Artinya, hukum harus dijadikan sebagai jalan keluar
dalam penyelesaian masalah-masalah yang berkenaan dengan perorangan maupun
kelompok, baik masyarakat maupun negara.

Norma hukum bukanlah satu-satunya kaidah yang bersifat mengatur terhadap manusia
dalam hubungannya dengan sesama manusia. Hukum tidak dibuat tetapi hidup, tumbuh dan
juga berkembang bersama masyarakat. Hukum harus tetap memuat nilai-nilai yang ideal dan
harus pula dijunjung tinggi oleh segenap elemen masyarakat.

Karena dipandang sebagai subjek hukum, maka jika siapapun yang melanggar hukum
tersebut atau bersalah dapat dituntut didepan pengadilan. Didalam negara hukum, setiap
aspek tindakan pemerintah baik dalam lapangan pengaturan maupun pelayanan harus
dengan sangat didasarkan pada peraturan perundang-undangan. Artinya pemeribtah tidak
dapat melakukan tindakan sewenang-wenang. Bbeberapa unsur yang harus berlaku dalam
negara hukum adalah:

1. Adanya suatu sistem pemerintahan sebuah negara yang didasarkan pada kedaulatan
rakyat

2. Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus berdasarkan hukum atau peraturan


perundangundangan yang telah ditetapkan

3. Adanya pengawasan dari badan atau lembaga peradilan yang bebas dan mandiri,
dalam artian lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak siapapun

13
4. Adanya peran yang nyata dari anggota masyarakat maupun warga negara untuk
berpartisipasi atau ikut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah tersebut

Negara Indonesia sebagai negara hukum, begitu yang dinyatakan dalam UUD Negara
Republik Indonesia 1945 pasal 1 ayat (3). Sehingga seluruh sendi kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan pada norma-norma hukum.
Artinya, hukum harus dijadikan sebagai jalan keluar dalam penyelesaian masalah-masalah
yang berkenaan dengan perorangan maupun kelompok, baik masyarakat maupun negara.

Norma hukum bukanlah satu-satunya kaidah yang bersifat mengatur terhadap manusia
dalam hubungannya dengan sesama manusia. Hukum tidak dibuat tetapi hidup, tumbuh dan
juga berkembang bersama masyarakat. Hukum harus tetap memuat nilai-nilai yang ideal dan
harus pula dijunjung tinggi oleh segenap elemen masyarakat

E. Apa yang Dimaksud Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak dasar yang dimiliki setiap manusia di seluruh
dunia. Hak ini muncul sejak manusia itu terlahir dan hidup di dunia. HAM melekat di diri
manusia. Hak manusia tidak tergantung pada pemberian orang lain, masyarakat, bahkan
negara. Ada beberapa pengertian mengenai HAM yakni :

John Locke mengungkapkan bahwa HAM adalah hak yang langsung diberikan Tuhan
kepada manusia sebagai hak yang di kodrati. Oleh sebab itu tidak ada kekuatan di dunia ini
yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat mendasar dan suci.

Pengertian HAM menurut Jan Materson adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia
yang tanpanya manusia mustahil hidup sebagai manusia.

HAM menurut Miriam Budiarjo adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir di
dunia. Hak itu sifatnya universal, karena hak dimiliki tanpa adanya perbedaan. Baik ras,
gender, budaya, suku, dan agama.

Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, HAM adalah suatu hak yang bersifat
mendasar. Hak yang dimiliki manusia sesuai dengan kodratnya yang pada dasarnya tidak
bisa dipisahkan sehingga bersifat suci.

14
Hak asasi manusia (HAM) menurut Undang-undang nomor 39 tahun 1999 adalah hak
yang melekat pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hak
tersebut merupakan anugerah yang wajib di lindungi dan dihargai oleh setiap manusia.

F. Apa saja macam-macam HAM?


Ada bermacam-macam hak asasi manusia. Secara garis besar, hak-hak asasi manusia
dapat digolongkan menjadi enam macam sebagai berikut.
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-hak
asasi pribadi ini sebagai berikut.
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
 Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing.
2. Hak Asasi Politik (Political Rights)
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak-hak asasi politik
ini sebagai berikut.
 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
 Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik lainnya.
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)
Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan
dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum sebagai
berikut.
 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths)
Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak-hak asasi
ekonomi ini sebagai berikut.
15
 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
 Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak asasi
peradilan ini sebagai berikut.

 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.


 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan
penyelidikan di muka hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)


Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi sosial
budaya ini sebagai berikut.

 Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.


 Hak mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

G. Apa dasar hukum HAM di Indonesia?

Dasar Hukum HAM yaitu :

A. Pancasila
a. Pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Pengakuan bahwa kita sederajat dalam mengemban kewajiban dan memiliki hak
yang sama serta menghormati sesamam manusia tanpa membedakan keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social, warna kulit, suku dan
bangsa.
c. Mengemban sikap saling mencintai sesamam manusia, sikap tenggang rasa, dan
sikap tida sewenang-wenang terhadap orang lain.

16
d. Selalu bekerja sama, hormat menghormati dan selalu berusaha menolong sesame.
e. Mengemban sikap berani membela kebenaran dan keadilan serta sikap adil dan
jujur.
f. Menyadari bahwa manusia sama derajatnya sehingga manusia Indonesia merasa
dirinya bagian dari seluruh umat manusia.
B. Dalam Pembukaan UUD 1945

Menyatakan bahwa “ kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh karena itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan
dan pri keadilan”. Ini adalah suatu pernyataan universal karena semua bangsa ingin
merdeka. Bahkan, didalm bangsa yang merdeka, juga ada rakyat yang ingin merdeka,
yakni bebas dari penindasan oleh penguasa, kelompok atau manusia lainnya.

C. Dalam Batang Tubuh UUD 1945


a. Persamaan kedudukan warga Negara dalam hokum dan pemerintahan (pasal 27
ayat 1.
b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
c. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28)
d. Hak mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan (pasal 28)
e. Kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan
kepercayaanya itu (pasal 29 ayat 2)
f. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1)
g. BAB XA pasal 28 a s.d 28 j tentang Hak Asasi Manusia
D. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
a. Bahwa setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung
jawab untuk menghormati HAM orang lain secara timbale balik.
b. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orangbwajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
E. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan HAM serta
member I perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan aman kepada masyarakat, perlu
segera dibentuk suatu pengadilan HAM untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yan
berat.

17
F. Hukum Internasional tentang HAM yang telah Diratifikasi Negara RI
a. Undang- undang republic Indonesia No 5 Tahun 1998 tentang pengesahan
(Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang
kejam, ridak manusiawi, atau merendahkan martabat orang lain.
b. Undang-undang Nomor 8 tahun 1984 tentang pengesahan Konvensi Mengenai
Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.
c. Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 (Declaration Universal
of Human Rights).

H. Bagaimana hubungan Negara Hukum dan HAM ?


1. Negara Hukum
Dalam berbagai kepustakaan ditemukan secara jelas pengertian negara hukum yang
diberikan oleh para sarjana, antara lain; Wiryono Projodikoro (1971:10), memberikan
pengertian negara hukum sebagai negara dimana para penguasa atau pemerintah sebagai
penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan terikat pada peraturan hukum
yang berlaku. Muhammad Yamin (1925:74) mendefinisikan negara hukum sebagai suatu
negara yang menjalankan pemerintahan yang tidak menurut kemauan orang-orang yang
memegang kekuasaan, melainkan melalui aturan tertulis yang dibuat oleh badan-badan
perwakilan rakyat yang terbentuk secara sah, sesuai dengan asas “the laws and not menshall
govern” joenirto (1968:8) member definisi atau pengertian tentang negara hukum sebagai
negara dimana tindakan penguasanya harus dibatasi oleh hukum yang berlaku. Sudargo
Gautama (1973:73-74) menyatakan bahwa paham negara hukum berasal dari ajaran
kedaulatan hukum, ia member pengertian tentang negara hukum sebagai negara dimana alat-
alat negaranya tunduk pada aturan hukum. Sementara itu sarjana lainnya seperti Soediman
Kartohadiprodjo (1953:13) mendefinisikan negara hukum sebagai negara dimana nasib dan
kemerdekaan orang-orang di dalamnya dijamin sebaik-baiknya oleh hukum.
Inti dari pengertian negara hukum yang dikemukakan oleh para sarjana indonesia yang
cukup terkemuka itu menekankan tentang tunduknya penguasa terhadap hukum sebagai
esensi negara hukum. Esensi negara hukum yang demikian itu menitikberatkan pada
tunduknya pemegang kekuasaan negara pada aturan hukum.
Pada masa Yunani kuno pemikiran tentang negara hukum cukup mendapat perhatian
dari kalangan intelektual dan para pemikir, terutama pemikiran-pemikiran tentang negara dan

18
hukum yang dikembangkan oleh para filsuf besar seperti Sokrates , Plaro, Aristoteles dan
lain-lain.
Dalam bukunya politicos yang ditulis pada penghujung hidupnya, plato menguraikan
bentuk-bentuk pemerintahan yang mungkin dijalankan dalam negara. Menurut plato, pada
dasarnya ada dua macam pemerintahan yang dapat diselenggarakan, yaitu; pertama;
pemerintahan yang dibentuk dan dijalankan berdasarkan hukum, pemerintahan ini dijalankan
dan ditujukan kepada serta mengutamakan kepentingan rakyat. Kedua; pemerintahan yang
berbentuk pemerintahan yang terbentuk tidak melalui jalan hukum, pemerintahan seperti ini
merupakan pemerintahan tiran yang melakukan penindasan terhadap rakyat. Lebih jelas
dalam bukunya The Laws, Plato berpikir sangat realistis mengenai tujuan dan pentingnya
hukum dan undang-undang itu sendiri. Menurut Plato, hukum bukan semata-mata untuk
menjaga ketertiban saja, melainkan sebagai obat untuk menyembuhkan kejahatan manusia
(Rapar, 2002: 83). Hal ini dikarenakan pemikiran Plato yang menganggap bahwa kejahatan
yang dilakukan manusia adalah sebuah penyakit. Tanpa hukum dalam suatu negara maka
kejahatan/penyakit itu akan tersebar pada semua orang dalam negara sehingga kematian atau
kehancuran akan terjadi pada negara yang bersangkutan. Senada dengan plato, konsep negara
hukum menurut Aristoteles, adalah negara berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan
kepada warganya. Aristoteles mendefinisikan hukum sebagai suatu sumber dari kekuasaan
(Rapar, 2002: 192). Bagi Aristoteles suatu negara membutuhkan hukum untuk mengatur
nafsu dan keinginan jahat manusia, karena itu Aristoteles menggagas mengenai kedaulatan
atau supremasi hukum. Menurutnya, hukum adalah sebuah kecerdasan yang paling cerdas,
bahkan bisa dalam tingkat dewa (Rapar, 2002: 193). Atas dasar itulah nampaknya, Aristoteles
memandang hukum sebagai sesuatu yang tempatnya berada di tempat yang paling tinggi,
lebih tinggi daripada pemimpin karena hukum merupakan sumber dari kekuasaan yang
artinya seorang pemimpin menentukan bagaimana ia berkuasa adalah berdasarkan hukum dan
undang-undang yang berlaku. Hal ini dikarenakan menurut Aristoteles, seorang pemimpin
adalah manusia dan manusia itu seperti binatang buas, sebijaksana apapun dia, tetap saja
memiliki nafsu (Rapar, 2002: 193). Hal tersebutlah yang kemudian harus dikendalikan oleh
hukum seperti yang telah diungkapkan oleh Aristoteles.
2. Hak Asasi Manusia
Pengertian hak asasi manusia sering dipahami sebagai hak kodrati yang dibawa oleh
manusia sejak manusia lahir ke dunia. Pemahaman terhadap hak asasi yang demikian ini
merupakan pemahaman yang sangat umum dengan tanpa membedakan secara akademik hak-
19
hak yang dimaksud serta tanpa mempersoalkan asal-usul atau sumber diperolehnya hak
tersebut.
Ditinjau dari berbagai istilah yang ditemukan dalam literature, hak asasi manusia
merupakan terjemahan dari “droits de I’homme” dalam bahasa prancis yang berarti hak
manusia, atau bahasa ingrisnya “human rights” dan dalam bahasa belanda disebut
“mensenrechten” dalam kepustakaan lain digunakan istilah hak-hak dasar yang merupakan
terjemahan dari “basic right” dalam bahasa inggris dan “grondrechten” dalam bahasa
belanda. Sebagian orang menyebutnya dengan hak-hak fundamental sebagai terjemahan dari
“fundamental right” dalam bahas inggris dan”fundamentele rechten” dalam bahasa belanda.
Istilah lain tentang hak asasi manusia sebagaimana dikemukakan oleh Hadjon (1987:38), ada
kepustakaan dalam bahasa nggris yang menggunakan istilah “Natural right” dan dalam
bahasa belanda digunakan istilah “Rechten van den mens” sedang dalam kepustakaan yang
berbahasa indonesia terdapat istilah-istilah seperti hak asasi manusia, hak-hak kodrat dan
hak-hak dasar. Pada sisi lain kepustakaan hukum selain menggunakan istilah hak dasar
sebagai terjemahan dari istilah “groundracten”, “grundrecte”, asasi manusia sebagai
terjemahan dari “fundamental rights”, “droits fundamentaux” juga mempergunakan istilah
“mensenrecthen”, “menchenrechte”, “human rights” dan “droits de I’homme”.
Dari peristilahan diatas, perlu dibedakan pegertian antara hak-hak asasi dengan hak-hak
dasar. Perbedaan pokok antara kedua istilah tersebut adalah bahwa; hak asasi menunjuk pada
hak-hak yang memperoleh pengakuan secara internasional sedang hak dasar diakui melalui
hukum nasional. Konotasi hak asasi manusia terkait erat dengan asas-asas idea dan politis
sedangkan hak dasar merupakan bagian dari hukum dasar. Selanjutnya hak-hak asasi dimuat
dalam dokumen politik sehingga sifatnya lebih dinamis dibandingkan dengan hak-hak dasar
yang dituangkan dalam dokumen yuridis seperti UUD (konstitusi) dan dalam konfensi
internasional. Dengan demikian mengacu pada hal tersebut diatas, pengertian hak asasi
manusia harus dipahami juga sebagai hak dasar. Hal ini tidak lain karena istilah hak dasar
maupun hak asasi manusia yang popular dan lazim dipergunakan di masyarakat, pada
prinsipnya mempunyai pengertian yang sama. Disamping itu pembatasan terhadap hak
tersebut juga dilakukan secara yuridis dan moral, artinya hak asasi manusia selain diatur
melalui norma-norma hukum juga dirumuskan dalam statement-statement politik.
Ada berbagai versi definisi mengenai HAM. Setiap definisi menekankan pada segi-segi
tertentu dari HAM. Berikut beberapa definisi tersebut. Adapun beberapa definisi Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah sebagai berikut:
20
a) UU Nomor 39 Tahun 1999
Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak
itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
b) John Locke
Hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat
kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan
dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.
c) David Beetham dan Kevin Boyle
Hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental adalah hak-hak individual
yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.
d) C. de Rover
Hak asasi manusia adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia.
Hakhak tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya maupun miskin, laki-
laki ataupun perempuan. Hak-hak tersebut mungkin saja dilanggar, tetapi tidak pernah
dapat dihapuskan. Hak asasi merupakan hak hukum, ini berarti bahwa hak-hak tersebut
merupakan hukum. Hak asasi manusia dilindungi oleh konstitusi dan hukum nasional di
banyak negara di dunia. Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang
dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang. Hak asasi manusia bersifat universal dan abadi.
e) Austin-Ranney
Hak asasi manusia adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas dalam
konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.
f) A.J.M. Milne
Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di segala masa
dan di segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusia.
g) Frans Magnis-Suseno
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif yang berlaku, melainkan
berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia memilikinya karena ia manusia.
21
h) Miriam Budiardjo
Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak-hak asasi manusia sebagai hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau
kehadirannya di dalam masyarakat.
i) Oemar Seno Adji
hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan
yang seolah-olah merupakan suatu holy area.
3. Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
Pertanyaan mendasar yang dikemukakan pada bagian ini adalah; apa hubungan negara
hukum dengan hak asasi manusia?. Jawaban atasa pertanyaan ini sudah barang tentu, tidak
begitu sulit mengkajinya dari sudut ilmu hukum, sebab antara negara hukum dan hak asasi
manusia, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argumentasi hukum yang dapat diajukan
tentang hal ini, ditunjukan dengan cirri negara hukum itu sendiri, bahwa salah satu diantranya
adalah perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dalam negara hukum hak asasi manusia
terlindungi, jika dalam suatu negara hak asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut
bukan negara hukum akan tetapi negara dictator dengan pemerintahan yang sangat otoriter.
Perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk
penormaan hak tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya
penegakannya melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan merdeka artinya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam
undang-undang. Konstitusi melarang campur tangan pihak eksekutif atatupun legislative
terhadap kekuasaan kehakiman, bahkan pihak atasan langsung dari hakim yang
bersangkutanpun, tidak mempunyai kewenangan untuk mepengaruhi atau mendiktekan
kehendaknya kepada hakim bawahan. Pada hakekatnya, kebebasan peradilan ini merupakan
sifat bawaan dari setiap peradilan hanya saja batas dan isi kebebasannya dipengaruhi oleh
sistem pemerintahan, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Asas perlindungan dalam negara hukum tampak antara lain dalam Declaration of
Independent, deklarasi tersebut mengandung asas bahwa orang yang hidup di dunia ini,
sebenarnya telah diciptakan merdeka oleh Tuhan, dengan dikaruniai beberapa hak yang tidak
dirampas atau dimusnahkan, hak tersebut mendapat perlindungan secara tegas dalam negara
hukum. Peradilan tidak semata-mata melindungi hak asasi perorangan, melainkan fungsinya
22
adalah untuk mengayomi masyarakat sebagai totalitas agar supaya cita-cita luhur bangsa
tercapai dan terpelihara.
Mengenai asas perlindungan , dalam setiap konstitusi dimuat ketentuan yang menjamin
hak-hak asasi manusia. Ketentuan tersebut antara lain:
a. Kebebasan berserikat dan berkumpul;
b. Kebebasan mengeluarkan pikiran baik lisan dan tulisan;
c. Hak bekerja dan penghidupan yang layak;
d. Kebebasan beragama;
e. Hak untuk ikut mempertahankan negara;
f. Hak lain-lain dalam pasal-pasal tentang hak asasi manusia.
Setiap orang dapat menuntut atau mengajukan gugatan kepada negara, bila negara
melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigadaad), bahwa seorang dapat
melakukan gugatan terhadap penguasa, jika putusan pejabat yang berwenang dirasa tidak
adil. Banyak peraturan-peraturan yang member jaminan kepada para warga negara, untuk
menggunakan hak-haknya mengajukan tuntutan-tuntutan di muka pengadilan, bila hak-hak
dasarnya atau kebebasannya dilanggar.
Dalam pengkajian indonesia, penekanan negara hukum akan diletakan pada pemikiran
bahwa kekuasaan kehakiman indonesia juga tunduk pada hukum. Pemikiran demikian angat
penting untuk mengantarkan persepsi, bahwa tunduknya kekuasaan kehakiman pada hukum
menyebabkan munculnya pemahaman akanadanya batas-batas kebebasan kekuasaan
kehakiman, dalam memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Sehingga dari apa
yang diuraikan diatas sangat jelas hubungan antara negara hukum dengan hak asasi manusia.
Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam
rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis. Terbentuknya negara dan
demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu negara, tidak boleh mengurangi arti atau
makna kebebasan dan hak-hak asasi kemanusiaan itu, oleh karena itu adanya perlindungan
dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia merupakan pilar yang sangat penting
dalam setiap negara yang disebut sebagai negara hukum. Jika dalam suatu negara hak asasi
manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya
tidak dapat diatasi secara adil, negara yang bersangkutan tidak dapat disebut sebagai negara
huku dalam arti sesungguhnya.

23
Untuk melihat lebih lanjut hubungan negara hukum dengan hak asasi manusia, dapat
dikaji dari sudut pandang demokrasi, sebab hak asasi manusia dan demokrasi merupakan
konsepsi kemanusiaan dan relasi social yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia
diseluruh penjuru dunia. Hak asasi manusia dan demokrasi juga dapat dimakna sebagai hasil
perjuangan manusia, untuk mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya, sebab
hingga saat ini hanya konsepsi hak asasi manusia dan demokrasi yang terbuktipaling
mengakui dan menjamin harkat kemanusiaan.
Sebagaimana telah dirumuskan dalam naskah perubahan kedua UUD Tahun 1945,
ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia telah mendapatkan jaminan konstitusional yang
sangat kuat dalam Undang-Undang Dasar. Sebagian besar materi UUD ini sebenarnya berasal
dari rumusan Undang-Undang yang telah disahkan sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Ketentuan-ketentuan yang memberikan jaminan
konstitusional terhadap hak-hak asasi manusia sangat penting dan bahkan dianggap
merupakan salah satu ciri pokok dianutnya prinsip negara hukum di suatu negara.
Bangsa indonesia memahami bahwa The Universal Declaraton of Human Rights yang
dicetuskan pada tahun 1948, merupakan pernyataan umat manusia yang mengandung nilai-
nilai universal yang wajib dihormati. Bersamaan dengan itu, bangsa indonesia juga
memandang bahwa The Universal Declaration of Human Responsibility yang dicetuskan oleh
Inter Action Council pada tahun 1997 juga mengandung nilai universal yang wajib dijunjung
tinggi untuk melengkapi The Universal Declaraton of Human Rights tersebut.
Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu menjiwai
keseluruhan sistem hukum dan konstitusi indonesia, oleh karena itu perlu diadopsikan
kedalam rumusan Undang-Undang Dasar atas pengertian-pengertian dasar yang
dikembangkan sendiri oleh bangsa indonesia. Sehingga dengan demikian perumusannya
dalam Undang-Undang Dasar ini mencakup warisan-warisan pemikiran yang masih terus
akan berkembang dimasa-masa yang akan datang.
Dari uraian diatas terlihat jelas hubungan antara negara hukum dan hak asasi manusia,
hubungan mana bukan hanya dalam bentuk formal semata-mata, dalam arti bahwa
perlindungan hak asasi manusia merupakan cirri utama konsep negara hukum, tapi juga
hubungan tersebut dilihat secara materil. Hubungan secara materil ini dilukiskan atau
digambarkan dengan setiap sikap tindak penyelenggara negara harus bertumpuh pada aturan
hukum sebagai asas legalitas. Konstruksi yang demikian ini menunjukan pada hakekatnya
semua kebijakan dan sikap tindak penguasa bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia.
24
Pada sisi lain, kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka, tanpa dipengaruhi oleh
kekuasaan manapun, merupakan wujud perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia dalam negara hukum.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara Hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan
dan pemerintahnya tidak berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar) bukan absolute
(kekuasaan yang tidak terbatas).
Ciri-ciri suatu negara hukum adalah sebagai berikut:
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaandalam
bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jamian bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami,
dapat dilaksanakan, dan aman dalam melaksanakannya.
Tipe negara hukum diantaranya: Negara Hukum Liberal, Negara Hukum Formil, Negara
Hukum Materiil. Indonesia sebagai Negara Hukum tertera pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945
yang menyebutkan bahwa "Negara Indonesia adalah Negara Hukum".
HAM adalah hak yang sudah melekat dalam diri manusia yang keberadaannya harus
dihormati, dijunjung tinggi, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu. Hak itu meliputi hak
personal, hukum, ekonomi, politik, sosial dan budaya maupun hak peradilan. Di Indonesia
HAM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999.
Antara Negara Hukum dan HAM tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argumentasi
hukum yang dapat diajukan tentang hal ini, ditunjukkan dengan ciri negara hukum itu sendiri,
bahwa salah satu diantaranya adalah perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.

B. Saran
Kita sebaiknya mencari informasi lebih tentang Negara Hukum dan HAM agar lebih
memahami kedua bahan pembahasan di atas. Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus
bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia.
Rakyat juga harus membantu mewujudkannya dengan mematuhi segala peraturan perundang-
undangan yang ada dalam negara Indonesia, serta membantu pemerintah dalam mewujudkan
negara aman dan makmur.

26
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.kompasiana.com/alfinafajrin/59b80b71941c202012739722/indonesia-
sebagai-negara-hukum?page=all
2. https://arulsyahrul26.blogspot.com/2017/01/makalah-negara-hukum-dan-
ham.html?m=1
3. Meilabalwell.wordpress.com/negara/hukum-konsep-dasar-dan-implementasinya-di-
indonesia/
4. Ayu.b15on,com/ham/

Pertanyaan dan Jawaban

Pertanyaan Nurlela (F 221 19 028)

1. Jelaskan tentang Bagan Eksekutif, Legislatif, Yudikatif!

Jawaban :

Lembaga Eksekutif

Lembaga Eksekutif adalah presiden dan wakil presiden beserta dengan menteri-
menterinya yang turut membantunya dalam menjalankan tugasnya di sebuah negara.
Presiden merupakan lembaga negara yang memiliki kekuasaan eksekutif yaitu,
kekuasaan yang menjalankan roda pemerintahan. Di negara Indonesia, presiden
memiliki kedudukan sebagai kepala pemerintahan serta sebagai kepala negara.

Lembaga Legislatif

Lembaga Legislatif merupakan lembaga atau dewan yang mempunyai tugas serta
wewenang membuat atau merumuskan UU yang ada di sebuah negara. Selain itu,
lembaga legislative juga diartikan sebagai lembaga legislator, yang mana jika di
Indonesia lembaga ini dijalankan oleh DPD, DPR, dan MPR.

27
Lembaga Yudikatif

Lembaga yudikatif adalah lembaga negara yang tugas utamanya sebagai pengawal,
pengawas, dan pemantau proses berjalannya UUD, fan juga pengawasan hukum di
sebuah negara. Di Indonesia, fungsi lembaga yudikatif dijalankan oleh MA, MK, yang
mana keduanya memiliki peran sebagai pengawas dan pemantau berjalannya UUD dan
hukum yang ada di Indonesia.

Pertanyaan Muh. Fadli (F 221 19 062)

2. Apakah dasar hukum HAM sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh
masyarakat Indonesia?

Jawaban :

Dasar hukum HAM hanya dijadikan sebagai landasan dalam berpikir akan HAM.
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak juga masyarakat yang melanggar akan
HAM. Sebagai contoh, beberapa kasus dalam penculikan, pembunuhan, perampasan
hak, dan lain-lain. Masih banyak terjadi di Indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai