BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
2.4 Analisa....................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu
yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa
dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dan pemerintah
Hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan faham individualisme
dan liberalisme. Hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistis sebagai hak-hak yang
inheren dengan harkat dan martabat kemanusiaan, apapun latar belakang ras, etnik, agama,
warna kulit, jenis kelamin dan pekerjaannya. Dewasa ini pula banyak kalangan yang
berasumsi negatif terhadap pemerintah dalam menegakkan HAM. Sangat perlu diketahui
bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM. Hal ini dapat kita
lihat dari upaya pemerintah pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak
asasi manusia , Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih
banyak UU yang lain yang belum tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memberikan asas-asas
tentang pengakuan negara terhadap HAM, bahwa setiap individu dilahirkan bebas dengan
harkat dan martabat yang sama, dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Adapun HAM dan kebebasan dasar manusia dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
UU No. 39 tahun 1999 mengatur kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dalam
masyarakat dalam setiap pembuatan kebijakan. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah
adalah menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM. Hal ini meliputi
langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial budaya,
Selain dari HAM yang diatur dalam UU No. 39 tahun 1999, terdapat juga pengaturan
1. Setiap orang wajib patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, hukum
2. Kewajiban warga negara wajib turut serta dalam upaya pembelaan negara
Hal-hal tersebut sebagai bukti konkret bahwa Indonesia tidak main-main dalam
penegakan HAM.
Pendekatan keamanan yang terjadi di era Orde Baru dengan mengedepankan upaya represif
tidak boleh terulang kembali. Untuk itu, supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan.
Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak
hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada
masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum,
dan menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan
hukum.
masyarakat dengan cara melakukan reformasi struktural, infromental, dan kultural mutlak
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya
berbagai bentuk pelanggaran HAM oleh pemerintah. Kemudian, perlu juga dilakukan
penyelesaian terhadap berbagai konflik horizontal dan konflik vertikal di tanah air yang telah
melahirkan berbagai tindak kekerasan yang melanggar HAM dengan cara menyelesaikan
Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan yang sama di
semua bidang. Anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa harus mendapatkan manfaat
dari semua jaminan HAM yang tersedia bagi orang dewasa. Anak-anak harus diperlakukan
dengan cara yang memajukan martabat dan harga dirinya, yang memudahkan mereka
berinteraksi dalam masyarakat. Anak-anak harus mendapatkan perlindungan hukum dalam
rangka menumbuhkan suasana fisik dan psikologis yang memungkinkan mereka berkembang
Selain hal-hal tersebut, perlu adanya social control (pengawasan dari masyarakat) dan
pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik terhadap setiap upaya penegakan
HAM yang dilakukan oleh pemerintah. Diperlukan pula sikap proaktif DPR untuk turut serta
dalam upaya perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM sesuai yang
pemanfaatan jalur pendidikan dan pelatihan dengan, antara lain, pemuatan HAM dalam
kurikulum pendidikan umum, dalam pelatihan pegawai dan aparat penegak hukum, dan pada
Mengingat bahwa dewasa ini bangsa Indonesia masih berada dalam masa transisi dari rezim
otoriter dan represif ke rezim demokratis, namun menyadari masih lemahnya penguasaan
masalah dan kesadaran bahwa penegakan HAM merupakan kewajiban seluruh bangsa tanpa
kecuali, perlu diterapkan keadilan yang bersifat transisional, yang memungkinkan para
korban pelanggaran HAM di masa lalu dapat memperoleh keadilannya secara realistis.
Pelanggaran HAM tidak saja dapat dilakukan oleh negara (pemerintah), tetapi juga oleh suatu
kelompok, golongan, ataupun individu terhadap kelompok, golongan, atau individu lainnya.
Selama ini perhatian lebih banyak difokuskan pada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
negara, sedangkan pelanggaran HAM oleh warga sipil mungkin jauh lebih banyak, tetapi
kurang mendapatkan perhatian. Oleh sebab itu perlu ada kebijakan tegas yang mampu
pendidikan formal yang nantinya akan menentukan masa depannya. Namun apa jadinya, jika
Itulah yang dialami belasan siswa di SDN 23 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara. Bocah-
bocah kecil itu memilih bolos sekolah karena takut jadi korban pemukulan Ibu R yang
Kepada wartawan yang berkunjung ke sekolah yang terletak di Jalan Kramat Jaya,
Tugu Utara, Koja, Selasa (4/9), beberapa siswa kompak berteriak kalau gurunya kerap
"Saya pernah dipukul di bagian pipi dan kepala," cerita Ajeng yang duduk di kelas
3.Selain kekerasan secara fisik, Ajeng mengaku juga mendapatkan kekerasan secara mental.
Sosial (IPS) di buku catatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)," tambahnya.
Jika Ajeng salah mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan guru kelasnya itu,
"Pernah dipukul karena salah mengerjakan satu soal dari 15 soal pelajaran
matematika," keluhnya.
Tidak hanya Ajeng, Fadli (8) yang juga siswa kelas 3 membenarkan kejadian itu.
Karena trauma dengan ulah guru kelasnya itu, Fadli tidak dapat mengingat hafalan perkalian
Mereka berdua mengaku sebenarnya ingin kembali bersekolah, asalkan ibu guru R itu tidak
"Kita inginnya bu R tidak mengajar kelas 3 lagi," ucap kedua bocah SD itu dengan kompak.
Sampai berita ini diturunkan, pihak kepala sekolah maupun Ibu R belum bisa ditemui dan
memberikan penjelasan.
[lia]
2.4 Analisis
Menurut saya seharusnya guru menjadi contoh yang baik bagi anak muridnya dalam
menanamkan sikap. Selain itu seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan
untuk perkembangan intelektual namun juga dapat membantu membentuk karakter pribadi
anak didiknya baik perkembangan jasmani maupun rohani, agar murid dapat menyerap kedua
hal tersebut maka dibutuhkan hubungan yang harmonis antara guru dan murid di lingkungan
sekolah. Sangat di sayangkan dalam kasus tersebut wujud tersebut tidak terealisasikan bahkan
perlindungan HAM dalam kasus ini banyak sekali anak yang menjadi korban , sejatinya
murid harus mendapat pendidikan yang layak bukan menyebabkan murid enggan untuk pergi
kesekolah karena trauma dengan kejadian pemukulan yang dilakukan oleh gurunya sendiri
Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, Pasal 28 B ayat (2),
yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal pasal 9 ayat (1)
tentang hak asasi manusia, “Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
dan meningkatkan taraf hidupnya”, ayat (2) “Setiap orang berhak hidup tenteram,
aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan bathin”, dan ayat (3) “Setiap orang berhak
Pasal 11 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya
Pasal 58 ayat (1) “Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari
segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan
pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain
Pasal 66 ayat (1) “Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan,
Dengan penjelasan diatas hendaknya penegak hukum lebih fokus lagi terhadap perlindungan
Hak Asasi Manusia khususnya memperhatikan pelanggaran hak terhadap anak untuk
mendapatkan Hak yang dia dapat dan juga seharusnya guru wajib menerapkan etika sebagai
seorang guru dalam kasus tersebut hendaklahmenahan emosinya dan bertindak secara
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI,
dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang
lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM