Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN SAMPUL

MAKALAH
(HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM)

DISUSUN
OLEH :
1. Aisya Maharai (200403501029)
2. Warda (200403501030)
3. Muhammad Agus (200403501020)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

i
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah
dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Hak asasi manusia dan demokrasi dalam islam”. Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah yang di berikan.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai

yang tidak dapat disebut satu persatu. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih

kepada Bapak Dr. H. Muhaimin B, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan

makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu,

kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki

makala-makalah selanjutnya.

Makassar ,29 September 2020

Penyusun

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Pengertian HAM dan Sejarahnya.......................................................................2
B. Prinsip-prinsip HAM dalam Islam.....................................................................4
C. Perbedaan HAM menurut Barat dan HAM menurut Islam................................6
D. Pengertian Demokrasi dan Sejarahnya...............................................................7
E. Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Islam.............................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

ii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sering kita jumpai maraknya perdebatan yang menyangkut kehidupan
masyarakat Indonesia maupun masyarakat luar negri, beberapa contoh perdebatan
yang terjadi tidak lain mengenai HAM dan demokrasi. Untuk itu, kami selaku
mahasiswa yang berjiwa islam mencoba untuk mengkilas balik ilmu yang mengenai
HAM dan demokrasi islam yang berkaitan dengan konsep umum maupun agama.
Yang melatar belakangi topic bahasan kami adalah tugas dari mata kuliah Pendidikan
Agama Islam mengenai HAM dan demokrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HAM ?

2. Apa saja prinsip HAM dalam islam ?

3. Apa perbedaan HAM menurut barat dan HAM menurut islam ?

4. Apa yang dimaksud demokrasi ?

5. Apa saja prinsip demokrasi dalam islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Megetahui pengertian HAM

2. Mengetahui prinsip-prinsip HAM dalam islam

3. Mengetahui perbedaan HAM menurut barat dan HAM menurut islam

4. Mengetahui pengertian demokrasi

5. Mengetahui prinsip-prinsip demokrasi dalam islam

1
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM dan Sejarahnya


1. Pengertian HAM

HAM merupakan singkatan dari Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia
adalah tuntunan yang secara moral bisa dibenarkan, agar seluruh manusia dapat
menikmati dapt melaksanakan kebebasan mereka, harta benda mereka, dan
pelayanan-pelayanan mereka yang dipandang perlu untuk mencapai harkat
kemanusiaan. Hak Asasi Manusia adalah kebutuhan dasar manusia yang berupa hak-
haknya, dan tanpa hak itu kita tidak dapat hidup layak sebagai manusia.

Menurut istilah Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia merupakan
anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia. Hak asasi manusia disebut hak dasar. Hak asasi manusia pada
hakikatnya merupakan hak yang dimiliki manusia yang melekat padanya karena dia
adalah manusia. Hal itulah yang membedakannya dengan makhluk lain.

Hak asasi manusia dalam Islam telah ada dalam al-Quran dan masyarakat
pada zaman nabi Muhammad SAW. Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara
jelas untuk kepentingan manusia, yaitu lewat syari‟ah Islam yang diturunkan melalui
wahyu. Menurut syari‟ah, manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya
adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang
bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,
sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab
itu sendiri.

Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan,


kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam
memandang semua manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-
satunya keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia lainnya hanya
ditentukan oleh tingkat ketakwaannya.

Terdapat 3 bentuk Hak Asasi Manusia dalam Islam.

a. Hak dharury (hak dasar),


Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya
membuat manusia sengsara, tetapi juga hilang eksistensinya, bahkan hilang

2
harkat kemanusiaannya. Contoh sederhana hak ini diantaranya adalah hak
untuk hidup, hak atas keamanan, dan hak untuk memiliki harta benda.
b. Hak sekunder (hajy),
Yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada hilangnya
hak-hak dasar sebagai manusia. Misalnya, jika seseorang kehilangan haknya
untuk memperoleh sandang pangan yang layak, maka akan berakibat
hilangnya hak hidup.
c. Hak tersier (tahsiny)
Yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder.
2. Sejarah HAM

Sejarah Lahir dan Perkembangan HAM Menurut para pakar HAM bahwa
lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya Piagam Magna Charta. Piagam ini
menyatakan bahwa raja yang semula memiliki kekuasaan absolut (raja yang
menciptakan hukum, akan tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum), kekuasaan
raja tersebut dibatasi dan mulai dapat diminta pertanggungjawabannya di muka
hukum. Dari piagam tersebut kemudian lahir suatu doktrin bahwa raja tidak kebal
hukum lagi serta bertanggung jawab kepada hukum.

Sejak lahirnya piagam ini maka dimulai babak baru bagi pelaksanaan HAM
yaitu jika raja melanggar hukum ia harus diadili dan mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya kepada parlemen. Hal ini menunjukkan bahwa sejak itu sudah
mulai dinyatakan bahwa raja terikat dengan hukum dan bertanggungjawab kepada
rakyat, namun kekuasaan membuat undang-undang pada masa itu lebih banyak
berada di tangannya. Dengan demikian, kekuasaan raja mulai dibatasi.

Sejarah hak-hak asasi manusia tumbuh dan dan berkembang pada waktu hak-
hak asasi manusia mulai diperhatikan dan diperjuangkan. Orang pertama yang
memperhatikan hak-hak asasi manusia ini adalah tokoh-tokoh hukum alam dan dari
pakar-pakar hukum alam atau dengan kata lain pakar pemikir dunia yang
memberikan pengaruh besar kepada hak-hak asasi manusia adalah John Locke dan
Rousseou. Kedua tokoh inilah yang memberikan inspirasi kepada revolusi negara-
negara besar untuk mencantumkan di dalam konstitusinya hak-hak asasi manusia.

Selanjutnya, pada tahun 1789 lahir the french declaration, dimana hak-hak
asasi manusia ditetapkan lebih rinci lagi yang kemudian menghasilkan dasar-dasar
negara hukum atau the rule of law. Dalam dasar-dasar ini antara lain dinyatakan
bahwa tidak boleh terjadi penangkapan dan penahanan yang ssemena-mena, termasuk
ditangkap tanpa alasan yang sah atau ditahan tanpa surat perintah, yang dikeluarkan

3
oleh pejabat yang sah. Didalamnya dinyatakan pula asas presumeption of innocence,
yaitu bahwa orang-orang yang ditangkap, kemudianditahan dan dituduh, berhak
dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap menyatakan ia bersalah. Selanjutnya dipertegas juga dengan asas freedom of
exspression (kebebasan menganut keyakinan/agama yang dikehendaki), the Righ of
property (perlindungan hak milik), dan hak-hak dasar lainnya

Dalam sejarah konstitusi Islam ada dua deklarasi yang memuat hak-hak asasi
manusia yang dikenal dengan Piagam Madinah dan Deklarasi Kairo (Cairo
Declaration).

1. Piagam Madinah
Ada dua ajaran pokok yang berhubungan dengan HAM, yaitu pemeluk
islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku bangsa dan hubungan
antara komunitas muslim dengan nonmuslim, didasarkan pada prinsip:

a. Berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga

b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.

c. Membela mereka yang teraniaya.

d. Saling menasehati.

e. Menghormati kebebasan beragama

2. Deklarasi Kairo (Cairo Declaration)


Ketentuan HAM yang terdapat dalam Deklarasi Kairo adalah sebagai berikut:
1) Hak persamaan dan kebebasan(QS.al-Isra:70, an-Nisa:58,105,107,135, al-
Mumtahanah:8)
2) Hak hidup (QS. al-Maidah: 45 dan al-Isra: 33)
3) Hak perlindungan diri (QS. al-Balad: 12-17 dan al-Taubah: 6)
4) Hak kehormatan pribadi (QS. al-Taubah: 6);
5) Hak berkeluarga (QS. al-Baqarah: 221, ar-Rum: 21, an-Nisa: 1, at-
Tahrim: 6)
6) Hak kesetaraan wanita dengan pria (QS. al-Baqarah: 228, al-Hujurat: 13)
7) Hak anak dari orang tua (QS. al-Baqarah: 233, al-Isra: 23-24)
8) Hak mendapatkan pendidikan (QS. at-Taubah: 122, al-'Alaq: 1- 5)
9) Hak kebebasan beragama (QS. al-Kafirun: 1-6, al-Baqarah: 1, al-Kahfi:
29)
10) Hak kebebasan mencari suaka (QS. an-Nisa: 97, al-Mumtahanah: 9)

4
11) Hak memperoleh pekerjaan (QS. al-Taubah: 105, al-Baqarah: 286, al-
Mulk: 15)
12) Hak memperoleh perlakuan sama(QS. al-Baqarah: 275-278, an-Nisa: 161,
al-Imran: 130)
13) Hak kepemilikan (QS. al-Baqarah: 29, an-Nisa: 29)
14) Hak tahanan (QS. al-Mumtahanah: 8)

B. Prinsip-prinsip HAM dalam Islam


Seorang ahli yaitu Masdar F. Mas’udi, memaparkan ada 5 (lima) prinsip
utama HAM dalam Islam. Pertama, hak perlindungan terhadap jiwa. Kedua, hak
perlindungan keyakinan, Ketiga, hak perlindungan terhadap akal pikiran, Keempat,
hak perlindungan terhadap hak milik, dan Kelima, hak berkeluarga atau hak
memperoleh keturunan dan mempertahankan nama baik.

1) Hak Perlindungan Jiwa


Hak perlindungan terhadap jiwa seseorang merupakan sebuah ketentuan yang
tidak boleh diganggu dan dilanggar oleh siapapun yang hidup didunia ini, kecuali
Allah SWT yang telah menentukannya. Dalam hal ini perlu kita tegaskan yang bahwa
jiwa seseorang itu tidak boleh diganggu apalagi dilakukan hal penganiayaan itu hal
yang sangat melanggar ketentuan Allah SWT. Alah berfirman dalam surat Al-Maidah
ayat 32 :

‫الناس َج ِم ْيعًا‬
َ ‫الناس َج ِم ْيعًا َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكان َمآ اَحْ يَا‬
َ ‫قَتَ َل‬

Artinya: telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang membiarkan
seseorang hidup maka seakan-akan ia membiarkan hidup manusia seluruhnya. (Q.S.
Al-Maidah: 32)

2) Hak perlindungan Keyakinan


Hak perlindungan keyakinan ini merupakan hak setiap manusia, dalam agama
Islam sangat dianjurkan untuk menjaga keyakinan diri sendiri, dan melindungi apa
yang ia yakini dengan kata lain keperyaannya atau agamanya bagi yang muslim
behak menjaga keyakinan agar tidak terjerumus kepada jalan kesesatan dan
kemurtadan (keluar agama Islam).

Dalam surat Al-Bakarah ayat 256 { ‫ } آلاِ ْك َراهَ فِى ال ّد ْي ِن‬artinya: “tidak ada paksaan
ke dalam agama Islam.” dan Al-Kafirun ayat 6. { ‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َولِ ْي ِد ْي ِن‬. } artinya: “bagi
kalian agama kalian dan bagi ku agamaku.” Itu sebagai lndasan yang mendasar dalam
perlindungan keyakinan.

3) Hak Perlindungan Pikiran


Hak perlindungan pikiran ini sudah pernah di terjemahkan dalam hukum,
yang dimana terdapat larangan-larangan meminum yang dapat merusakan akal dan

5
pikiran manusia, sehingga dalam hukum Islam di haramkan meminum minuman yang
dapat merusak akal dan pikiran.

4) Hak Perlidungan Hak Milik


Hak perlidungan terhadap hak milik hak ini yang telah dimaksudkan dalam
hukum yang telah diatur tetang haramnya melakukan pencurian.

5) Hak Berkeluarga
Hak berkeluarga atau hak memperoleh keturunan dan mempertahankan nama
baik, berkeluarga merupakan impian semua orang, pasti semua orang ingin memiliki
keluarga, tidak ada yang tidak mengiginkan berkeluarga kecuali orang yang tidak lagi
waras (gila). Dan berkeluarga merupakan amanah, barang siapa yang tidak sanggup
menahan (ingin menikah), dan dia mampu, kalau tidak dilakukan dengan segera maka
dia takut akan terjerumus dalam lembah kemaksiatan, maka baginya wajib
melangsungkan penikahan.

Kemudian barang siapa yang memiliki kehendak (keinginan menikah) cukup


dalam belanjanya maka baginya merupakan sunah untuk melangsungkan pernikahan.
Dan juga bagi tidak berkeinginan dan tidak mampu maka baginya hanyalah makruh
hukumnya. Dan barang siapa yang mempunyai keinginan menikahi seseorang yang
dikarenakan ada rasa dendam atau rasa ingin menyakiti si perempuan yang ingin
dinikahinya, maka baginya adalah haram hukumnya menikah dan begitu juga dengan
keturunan yang telah diamanahkan kepada orang tua kita bahwa anak yang dilahirkan
merupakan titipan dari Allah SWT, melalui orang tua kita.

D. Perbedaan HAM menurut Barat dan HAM menurut Islam


Terdapat perbedaan yang mendasar antara konsep HAM dalam
Islam dan barat. HAM dalam Islam didasarkan premis bahwa aktifitas manusia
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sedangkan dunia Barat percaya bahwa pola
tingkah laku hanya ditentukan oleh Negara untuk mencapai aturan publik yang aman.

Selain itu, perbedaan mendasar terlihat dari cara memandang HAM itu
sendiri. Di barat perhatian kepada individu timbul dari pandangan yang bersifat
anthroposentris, dimana manusia merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu.
Sedangkan Islam menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan, dan
manusia hanya untuk mengabdi kepadanya.

Berdasarkan pandangan anthoposentris tersebut, maka nilai-nilai utama


kebudayaan Barat seperti demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi
sebagai perangkat yang mendukung tegaknya HAM itu berorientasi pada
penghargaan manusia. Dengan kata lain manusia dijadikan sebagi sasaran akhir dari
pelaksanaan HAM tersebut.

Pemikiran Barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang


menjadi tolok ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-Nya,
Allahlah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu, sedangkan manusia letak perbedaan

6
yang fundamental antara hak-hak asasi menurut pola pemikiran Barat dengan hak-hak
asasi menurut pola ajaran Islam.

Berbeda dengan Islam yang bersifat theosentris, larangan dan perintah lebih
didasarkan ajaran Islam yang bersumber al-Quran dan Hadits. Al-Quran menjadi
transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Mengakui hak-hak manusai adalah
sebuah kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.

Manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada Allah (QS. az-
Zāriyāt/51: 56). Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban mengikuti ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.

Kewajiban yang diperintahkan kepada umat manusia dibagi dalam 2 kategori,


yaitu:

1) Huququllah (hak-hak Allah) yaitu kewajiban-kewajiban manusia terhadap


Allah yang diwujudkan dalam sebuah ritual ibadah.
2) Huququl’ibad (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-kewaajiban
manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-mahkluk Allah lainnya.

E. Pengertian Demokrasi dan Sejarahnya


1. Pengertian Demokrasi

Dalam teori, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan kekuasaan


tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-
wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Lincoln (1863)
menyatakan “Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat”. Dalam sistem demokrasi, rakyatlah yang dianggap berdaulat, rakyat yang
membuat hukum dan orang yang dipilih rakyat harus melaksanakan apa yang telah
ditetapkan rakyat tersebut.

Kedaulatan mutlak dan Ke-Esaan Tuhan yang terkandung dalam konsep


tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan
kerangka yang dengannya para cendekiawan belakangan ini mengembangkan teori
politik tertentu yang dapat dianggap demokratis. Di dalamnya tercakup definisi
khusus dan pengakuan terhadap kadaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat
manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintah.

Penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam, banyak


memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus dari ranah social dan politik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami
yang sudah lama berurat berakar yaitu:

a. Musyawarah (syura)

7
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia.
Oleh karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin terutama
dalam doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran Islam, setiap muslim
yang dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun wanita adalah khalifah Allah di
bumi. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah
ijtihadiyyah, dalam surat Al-syura ayat 3 :

“Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.(QS Asy-
Syura : 38).

b. Persetujuan (ijma)

Ijma atau konsensus telah lama diterima sebagai konsep pengesahan resmi
dalam hukum Islam. Konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan
yang efektif bagi demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar
bagi penerimaan sistem yang mengakui suara mayoritas. Atas dasar inilah konsensus
dapat menjadi legitimasi sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam.

c. Penilaian interpretative yang mandiri (itjihad)

Upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di


suatu tempat atau waktu. Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip utama dan
memberi manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan arah
yang sesuai dengan semangat dan keadaan zamannya. Itjihad dapat berbentuk seruan
untuk melakukan pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis,
pendekatan kitalah yang telah menjadi statis. Oleh karena itu sudah selayaknya
dilakukan pemikiran ulang yang mendasar untuk membuka jalan bagi munculnya
eksplorasi, inovasi dan kreativitas.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musyawarah, konsensus dan itjihad


merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi demokrasi Islam
dalam kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-
Nya. Sehingga antara hukum, Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan tiga
konsep yang tidak dapat dipisahkan.

Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi
adalah adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).
Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum
ditegakkan, karena Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam

8
mengandung ajaran tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam
pengembangan sistem politik Islam.

2. Sejarah Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demokratia “kekuasaan rakyat”,


yang dibentuk dari kata demos “rakyat” dan kratos “kekuasaan”, merujuk pada sistem
politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di kota Yunani Kuno,
khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM. Sebelum istilah
demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk sederhana dari demokrasi telah
ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia. Para rakyat seringkali berkumpul untuk
mendiskusikan suatu permasalahan dan keputusan pun diambil berdasarkan
konsensus atau mufakat.

Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem


pemerintahan yang merupakan cikal bakal dari demokrasi modern. Yunani kala itu
terdiri dari 1.500 kota (poleis) yang kecil dan independen penggagas dari demokrasi
tersebut pertama kali adalah Solon, seorang penyair dan negarawan. Paket pembaruan
konstitusi yang ditulisnya pada 594 SM menjadi dasar bagi demokrasi di Athena
namun Solon tidak berhasil membuat perubahan. Demokrasi baru dapat tercapai
seratus tahun kemudian oleh Kleisthenes, seorang bangsawan Athena.

Demokrasi lahir sebagai anti-tesis terhadap dominasi agama dan gereja


terhadap masyarakat Barat. Karena itu, demokrasi adalah ide yang anti agama, dalam
arti idenya tidak bersumber dari agama dan tidak menjadikan agama sebagai kaidah-
kaidah berdemokrasi.

Orang beragama tertentu bisa saja berdemokrasi, tetapi agamanya mustahil

menjadi aturan main dalam berdemokrasi. Secara implisit, mencoba mengingatkan

mereka yang menerima demokrasi secara buta, tanpa menilik latar belakang dan

situasi sejarah yang melingkupi kelahirannya.

F. Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Islam


1. Syura

Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang


secara eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-
Syura:38 dan Ali Imran:159. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling
dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahlhalliwa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin.
Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau
khalifah.

9
Musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dan tanggung
jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan begitu,
setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi tanggung jawab
bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian penghargaan
terhadap orang lain karena pendapat-pendapat yang disampaikan menjadi
pertimbangan bersama.

2. Al-‘adalah

Al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk


rekrutmen dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan
bijaksana. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah pemerintahan ini
ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain dalam surat an-
Nahl: 90; QS. as-Syura: 15; al-Maidah: 8; An-Nisa’: 58, dan sebagainya.

Prinsip keadilan dalam sebuah negara sangat diperlukan, sehingga ada


ungkapan yang berbunyi “Negara yang berkeadilan akan lestari kendati ia negara
kafir, sebaliknya negara yang zalim akan hancur meski ia negara (yang
mengatasnamakan) Islam”.

3. Al-Musawah

Al-Musawah adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih
tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa
memaksakan kehendaknya terhadap rakyat. Kesejajaran ini penting dalam suatu
pemerintahan demi menghindari hegemoni penguasa atas rakyat.

Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau institusi yang diberi
wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur dan adil untuk
melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undang-undang yang telah dibuat. Oleh
sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar dihadapan rakyat demikian juga
kepada Tuhan.

Dengan begitu pemerintah harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang
dapat dipercaya, jujur dan adil. Sebagian ulama’ memahami al-musawah ini sebagai
konsekuensi logis dari prinsip al-syura dan al-‘adalah. Diantara dalil al-Qur’an yang
sering digunakan dalam hal ini adalah surat al-Hujurat:13.

4. Al-Amanah

Al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang


kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga
dengan baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang diberikan
kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut dengan

10
penuh rasa tanggung jawab. Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil seperti
ditegaskan Allah SWT dalam Surat an-Nisa’:58.

5. Al-Masuliyyah

Al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui bahwa,


kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yangh harus diwaspadai, bukan nikmat
yang harus disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau
penguasa harus dipenuhi.

Dan kekuasaan sebagai amanah ini mememiliki dua pengertian, yaitu amanah
yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga amanah yang harus
dipertenggungjawabkan di depan Tuhan seperti yang dikatakan oleh IbnTaimiyyah,
bahwa penguasa merupakan wakil Tuhan dalam mengurus umat manusia dan
sekaligus wakil umat manusia dalam mengatur dirinya.

Dengan dihayatinya prinsip pertanggungjawaban (al-masuliyyah) diharapkan


masing-masing orang berusaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi
masyarakat luas. Dengan demikian, pemimpin/penguasa tidak ditempatkan pada
posisi sebagai sayyidal-ummah (penguasa umat), melainkan sebagai khadim al-
ummah (pelayan umat). Dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa
menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan oleh para penguasa,
bukan sebaliknya rakyat atau umat ditinggalkan.

6. Al-Hurriyyah

Al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga


masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya.
Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al-akhlaqal-
karimah dan dalam rangka al-amrbi-‘l-ma’rufwaan-nahy ‘anal-‘munkar, maka tidak
ada alasan bagi penguasa untuk mencegahnya.

Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan tidak adanya lagi
pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol sosial bagi tegaknya keadilan. Jika
sudah tidak ada lagi kontrol dalam suatu masyarakat, maka kezaliman akan semakin
merajalela.Ada beberapa alasan mengapa islam disebut sebagai agama demokrasi,
yaitu sebagai berikut:

1) Islam adalah agama hukum, dengan pengertian agama islam berlaku bagi
semua orang tanpa memandang kelas, dari pemegang jabatan tertinggi hingga
rakyat jelatah dikenakan hukum yang sama. Jika tidak demikian, maka hukum
dalam islam tidak berjalan dalam kehidupan.

11
2) Islam memiliki asas permusyawaratan “amruhumsyuraabainahum” artinya
perkara-perkara mereka dibicarakan diantara mereka. Dengan demikian,
tradisi bersama-sama mengajukan pemikiran secara bebas dan terbuka diakhiri
dengan kesepakatan.
3) Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan manusia tarafnya tidak
boleh tetap, harus terus meningkat untuk menghadapi kehidupan lebih baik di
akhirat.

Jadi, prinsip demokrasai pada dasarnya adalah upaya bersama-sama untuk


memperbaiki kehidupan, kareana itulah islam dikatakan sebagai agama perbaikan
“diinulislam” atau agama inovasi. Untuk itu, islam selalu menghendaki demokrasi
yang merupakan salah satu ciri atau jati diri islam sebagai agama hukum.

Hukum, HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi ialah
adanya penegakkan hukum dan perlindungan HAM. Demokrasi akan rapuh apabila
HAM setiap masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM dapat terwujud apabila
hukum ditegakkan. Dalam ajaran Islam, hukum, HAM, dan demokrasi disebutkan
dengan jelas di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan demikian manusia sebagai
khalifah Allah dimuka bumi ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar
apabila ia selalu berpegang pada aturan-aturan pada Al-Quran dan As-Sunnah.

12
BAB IIIPENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan
HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam
kandungan, dalam definisi islam HAM adalah hak yang dimiliki oleh individu dan
kewajiban bagi Negara dan individu tersebut untuk manjaganya.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme pemerintah Negara yang


menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, dalam definisi islam demokrasi adalah
musyawarah, mendengarkan pendapat orang banyak untuk mencapai keputusan
dengan mengedepankan nilai-nilai keagamaan.

G. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami
pentingnya HAM dalam kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya. Serta
dapa membedakan antara demokrasi di Indonesia dan demokrasi islam dan dapat
melihat dari sisi baik dan buruknya.

13
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/intan/Downloads/Buku%20PAI%202020%20(1).pdf

https://www.kompasiana.com/munajat/550b4eb2a3331151102e3ca2/hak-asasi-
manusia-dalam-islam

https://kitadanislamblog.wordpress.com/2016/01/07/ham-dalam-perspektif-islam-
dan-barat/#:~:text=Terdapat%20perbedaan%20yang%20mendasar
%20antara,mencapai%20aturan%20publik%20yang%20aman.

https://www.academia.edu/30824070/MAKALAH_HUKUM_ISLAM_HAK_ASASI
_MANUSIA_DAN_DEMOKRASI_DALAM_ISLAM

14

Anda mungkin juga menyukai