Anda di halaman 1dari 29

NILAI, HUKUM, DAN MORAL

Dosen pengampu : Dra. Trisni Andayani, M. Si.

KELOMPOK IV

Angela Glorya Marito Br. Samosir (4191220014)

Anisa atika putri (4193220011)

Rangga Adinata (4193220013)

Ladypa apriliani br. Ginting (4193220015)

BIOLOGI NONDIK C 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
Nilai, Moral, Hukum tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu tugas
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Penulis menyadari dalam penyusunan tugas ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa didalam tugas makalah ini
terdapat berbagai kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, penulis
berharap adanya kritik,saran,dan usulan terhadap tugas ini agar tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Akhir kata penulis menyampaikan ribuan terimakasih kepada seluruh pihak


yang telah membantu menyelesaikan tugas ini dan penulis berharap semoga tugas ini
dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

a. Latar belakang.................................................................................................................1

b. Rumusan masalah............................................................................................................1

c. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

b. Manfaat Penulisan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

a. Pengertian Manusia, Nilai, Moral, Hukum......................................................................3

b. Fungsi Nilai, Moral, Hukum.........................................................................................10

c. Hubungan Hukum dan Moral........................................................................................16

d.Permasalahan Nilai, Moral, dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara.......................17

e. Analisis Suatu Kasus dan Pembahasannya....................................................................20

BAB III PENUTUP..........................................................................................................23

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................23

3.2 Saran............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Manusia merupakan makhluk yang tidak dapat dengan segera
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Dengan adanya nilai, sebagai sesuatu
yang terpenting bagi manusia dalam subjek menyangkut segala sesuatu yang
baik atau yang buruk. Begitu juga moral, yang merupakan sebagai kualitas
perbuatan manusia dengan sesuai perbuatan yang dilakukan baik itu benar
atau salah. Dengan keterkaitan diantaranya, maka suatu sistem yang
dibutuhkan sebagai sistem peraturan yang teratur dengan tersusun baik dalam
pelaksanaan rangkaian kehidupan bagi setiap manusia untuk bimbingan dalam
dirinya adalah hukum.

Keterkaitan antara nilai, moral dan hukum merupakan aspek-aspek


terpenting di dalam diri setiap manusia dalam pembentukan kepribadian dan
jati diri di lingkungan sosial dan kehidupan setiap manusia. Selain itu, nilai,
moral dan hukum menjadi aspek terpenting dalam masyarakat sebagai sebuah
perangkat, untuk mengontrol setiap permasalahan dalam pelaksanaanya yang
menimbulkan terjadinya masalah pelanggaran yang terjadi didalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Maka aspek-aspek ini yang akan mengatasinya,
supaya kehidupan bermasyarakat dan bernegara berjalan dengan baik.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian manusia, nilai, moral dan hukum?
2. Apa fungsi nilai, moral dan hukum?
3. Hubungan hukum dan Moral
4. Apa permasalahan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan
negara
5. Bagaimana cara menyelesaikan suatu kasus dalam permasalahan
nilai, moral dan hukum?

1
c. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Makalah ini adalah :
1. Mengetahui maksud dari manusia, nilai, moral dan hukum.
2. Mengetahui fungsi dari nilai, moral dan hukum.
3. Mengetahui hubungan hukum dan moral
4. Mengetahui permasalahan nilai, moral dan hukum dalam
masyarakat dan negara.
5. Menjelaskan pemecahan suatu kasus serta memberikan pembahasan
dalam mengatasi permasalahan kasus tersebut.

d. Manfaat Penulisan
Manusia didasari sebagai makhluk sosial yang tidak pernah sendirian
dan tidak luput dari bersosialisasi ketika mereka sedang terjun ke dunia
masyarakat, terdapat perbedaan dari segi fisik maupun karakter, namun
sebagian dari mereka masih kurang memahami konsep dan manfaat dari
nilai, moral dan hukum ketika mereka melakukan aktivitas sehari-hari.
Maka dengan disusunnya penulisan ini, supaya kami dan para
pembaca dapat mengetahui yang dimaksud dengan manusia, nilai, moral dan
hukum serta fungsi dan permasalahnnya dalam masyarakat dan negara,
dengan memecahkan suatu kasus dalam permasalahan yang terjadi dan
membuat suatu pembahasan yang dapat diterima dalam pemecahan
masalahnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Manusia, Nilai, Moral dan Hukum

1) Pengertian Manusia

Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya pada dasarnya dipengaruhi


oleh nilai-nilai kemanusiaan. Nilai tersebut berupa etika yang erat hubunganya
dengan moralitas, maupun estetika yang erat hubungannya dengan keindahan.

Terdapat pengertian manusia dari segi fisiologi yang mengatakan bahwa,


manusia adalah makhluk yang mempunyai fisik hampir sama dengan hewan, hewan
mempunyai kepala, telinga, dan juga kaki, maka manusia pun juga memilikinya,
namun yang membedakan dari kedua makhluk tersebut adalah akal. Maka dari itu ada
yang berpendapat bahwa manusia adalah hewan yang berakal.

Manusia adalah satu-satunya makhluk di dunia ini yang dapat berpikir, tetapi
apabila pikiran-pikirannya itu berjalan demikian saja karena asosiasi tanpa
pengarahan dan pengontrolan yang sadar, pikiran-pikiran semacam itu hanyalah
perbuatan manusia, bukanya perbuatan manusiawi, meskipun perbuatan-perbuatan ini
perbuatan-perbuatan dari tata susunan rasional.

Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau
tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan
dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan
manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya.
Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.

Manusia dalam pandangan agama adalah makhluk yang memiliki potensi


untuk berakhlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi buruk akan senantiasa eksis
dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawaa nafsu,
seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman.

2) Pengertian Nilai
Dalam kehidupan sehari, manusia selalu berkaitan dengan nilai, misalnya kita
mengatakan bahwa orang itu baik atau lukisan itu indah, berarti kita melakukan
penilaian terhadap suatu objek. Manusia memberikan nilai pada sesuatu yang bisa
dikatakan adil, baik, indah, cantik, anggun, dan sebagainya.

Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan (das solen) oleh manusia dan
sesuatu yang baik yang diciptakan oleh manusia. Nilai menjadikan dorongan manusia
untuk melakukan tindakan agar harapan itu terwujud dalam kehidupannya. Selain itu,
nilai juga merupakan sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek astraksi,
pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang
ketat.

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian nilai dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Allport (Rokeach, 1973) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu keyakinan


yang melandasi seseorang untuk bertindak berdasarkan pilihannya.
b. Kimball Young (Agung S. S Raharjo, 2009) mengemukakan bahwa nilai
adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang
dianggap penting dalam masyarakat.
c. W. Green (Vicentius Satu, 2009) menyatakan bahwa nilai adalah kesadaran
yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
d. Woods (dalam Vicentius Satu, 2009) menyatakan bahwa nilai merupakan
petunjuk umum yang telah berlangsung lama, serta mengarahkan tingkah laku
dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
e. M. Z Lawang (Janu Murdiyatmoko, 2007) menyatakan bahwa nilai adalah
gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan dapat
memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.
f. Bambang Daroeso menyatakan bahwa nilai adalah suatu kualitas atau
penghargaan terhadap sesuatu yang menjadi dasar penentu tingkah laku
seseorang. Menurut Bambang Daroeso, nilai memiliki beberapa ciri, antara
lain:
1. Suatu realitas yang abstrak (tidak dapat ditangkap melalui indra, tetapi ada)
2. Normatif (yang seharusnya, ideal, sebaiknya, diinginkan)
3. Berfungsi sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator)
g. Darji Darmodiharjo menyatakan bahwa nilai adalah kualitas atau keadaan
yang bermanfaat bagi manusia baik lahir ataupun batin
h. Pepper menyatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik dan
yang buruk.
i. Perry menyatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi
manusia sebagai subjek.
j. Kluckhon menyatakan bahwa nilai adalah hasil pengaruh seleksi perilaku.
Batasan nilai yang sempit adalah adanya suatu perbedaan penyusunan antara
apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan dengan apa yang seharusnya
dibutuhkan; nilai-nilai tersusun secara hierarkis dan mengatur rangsangan
kepuasan hati dalam mencapai tujuan kepribadiannya.
Selain dari beberapa pendapat tersebut, ada beberapa pendapat lain yang
menyangkut bahwa nilai berhubungan dengan aliran subjektivisme dan objektivisme,
yang mengatakan bahwa nilai merupakan suatu objek yang terletak pada subjek yang
menilainya dan juga mengatakan bahwa adanya nilai ditentukan oleh subjek yang
menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek yang menilai maka barang atau
objek itu tidak akan dinilai.

Adapun Ciri-Ciri Nilai :

Menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai berikut:

a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
b. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita,
dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (das sollen).

Macam-Macam Nilai

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam,yaitu:

1. Nilai logika adalah nilai benar salah


2. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah
3. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk

Notonegoro (dalam Kaelan, 2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi aktivitas manusia
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Terdiri dari nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan, dan nilaireligius.

Jenis-Jenis Nilai

Nilai terbagi atas 2, yaitu:

1. Nilai Estetika : Estetika berhubungan dengan keindahan.


2. Nilai Etika :berhubungan dengan kajian baik buruk dan benar
salah. Menurut Bertens (2001, hal 6) menyebutkan ada tiga jenis etika,
yaitu :

1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah
lakunya
2. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini
adalah kode etika
3. Etika mempunyai arti lagi ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Etika disini
sama artinya filsafat moral.

Menurut Max Schelle (dalam Kaelan, 2002, hal 175), hierarki nilai terdiri dari:

1. Nilai Kenikmatan, nilai yang mengenakkan atau tidak mengenakkan berkaitan


dengan indra manusia yang menyebabkan manusia senang atau menderita.
2. Nilai Kehidupan, yaitu nilai yang penting bagi kehidupan.
3. Nilai Kejiwaan, yaitu nilai yang tidak tergantung pada keadaan jasmani
maupun lingkungan
4. Nilai Kerohanian, yaitu moralitas nilai yang suci atau tidak suci.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut :

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia. Contoh: mobil, rumah, televisi, dan
lain-lain.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas. Contoh: air, makanan, minuman,
pakaian, dan lain-lain.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian meliputi :
a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
Contoh: adat istiadat.
b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan
(emotion) manusia. Contoh: seni tari, seni musik, dan seni gambar.
c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
(karsa,Will) manusia. Contoh: etika makan, etika berbicara, etika duduk, dan
lain-lain.

3) Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa Latin yaitu “mores” yang berarti adat kebiasaan.
Kata mores ini mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau manners, morals.
Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti “akhlak” (Bahasa Arab) atau kesusilaan
yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.
Moral atau Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan
itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas
mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia.

Moralitas dapat dibagi menjadi objektif atau subjektif. Moralitas objektif


memandang perbuatan semata sebagai suatu perbuatan yang telah sukarela pihak
pelaku. Dan moralitas subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai
perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan si pelaku sebagai individu.

Moral pada hakikatnya adalah istilah manusia untuk manyebut ke manusia


lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Sedangkan manusia yang tidak
memiliki moral disebut “amoral” artinya dia tidak bermoral, yang tak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Oleh karena itu, moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia. Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu. Manusia harus memiliki moral jika ia ingin
dihormati oleh sesamanya.

Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.


Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. Moral diartikan juga sebagai sikap,
perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan
sesuatu berdasarkan pengalaman, suara hati, serta nasihat dan lain-lain. Moral sama
dengan etika, etik, akhlak, kesusilaan dan budi pekerti.

Jenis moral

Ada dua macam moral dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia,
yaitu:

1. Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta sebagai
dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau
diambil.
2. Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Moral normatif
memberikan penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.

4) Pengertian Hukum

Hukum adalah suatu aturan atau ukuran perbuatan-perbuatan dan


menjuruskan perbuatan-perbuatan tersebut ke arah tujuan masing-masing yang
sebenarnya. Dalam keharusan hukum terbagi menjadi dua bagian, antara lain:

a. Hukum fisik adalah dapat membedakan keharusan suatu fisik dan


mengarahkan makhluk yang tidak merdeka dengan gerakan seragam ke arah
tujuan mereka melalui keniscayaan batin kodrat mereka..
b. Hukum moral adalah dapat membedakan keharusan suatu moral dan
mengarahkan makhluk-makhluk yang merdeka dengan perbuatan yang
mengarahkan tujuan akhir mereka dengan cara membebankan kewajiban pada
kehendak merdeka mereka.
Terdapat pengertian Hukum yang mengatakan bahwa, “Law is nothing else
than an ordinance of reason for the common good, promulgated by him who has the
care of community”. Dalam difinisi ini dapat membedakan hukum dari nasihat atau
saran membuat suatu hal lebih mudah, tetapi tanpa kekuatan pengikat suatu pun.
Suatu hukum mesti dibebankan atas kehendak pembesar, tetapi dirumuskan oleh
inteleknya kemampuan yang merencanakan dan mengarahkan.

Sebagai sesuatu yang mengarahkan makhluk ke arah tujuan mereka, hukum


haruslah sebagai suatu yang pendiktean akal sehat dan benar. Harus masuk akal-
beralasan. Harus konsisten, baik dengan diri sendiri maupun dengan hukum-hukum
lain. Selain itu, hukum harus adil, seperti menghormati hak-hak yang ada yang
dijamin oleh hukum yang lebih tinggi, membagikan beban secara sama. Dan juga,
hukum harus dapat dijalankan karena tidak ada hal yang tidak mungkin atau tidak ada
yang bisa diharapkan mengerjakan sesuatu yang sangat sulit.

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu
kepastianhukum, kemanfaatan dan keadilan. Friedmann berpendapat bahwa
efektifitas hukumditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
a. Substansi hukumYaitu materi atau muatan hukum. Dalam hal ini peraturan
haruslah peraturan yang benar- benar dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mewujudkan ketertiban bersama.
b. Aparat Penegak HukumAgar hukum dapat ditegakkan, diperlukan
pengawalan yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum yang memiliki
komitmen dan integritas tinggi terhadap terwujudnya tujuanhukum.
c. Budaya HukumBudaya hukum yang dimaksud adalah budaya masyarakat
yang tidak berpegang pada pemikiran bahwa hukum ada untuk dilanggar,
sebaliknya hukum ada untuk dipatuhi demi terwujudnya kehidupan bersama
yang tertib dan saling menghargai sehingga harmonisasikehidupan bersama
dapat terwujud

B. Fungsi Nilai, Moral dan Hukum

1) Fungsi Nilai

Sesuatu yang dianggap bernilai apabila memiliki nilai, menyenangkan,


berguna, memuaskan, menguntungkan, menarik dan keyakinan. Artinya, sesuatu
dapat dikatakan bernilai bila menyenangkan bagi manusia, berguna bagi manusia,
dapat memuaskan manusia, menarik bagi manusia dan menimbulkan keyakinan bagi
manusia terhadap nilai dari sesuatu.

Menurut Rokeach (1973) dalam Budi Juliardi (2014), nilai itu sendiri
berfungsi antaralain sebagai berikut :

a. Fungsi nilai sebagai standar, meliputi 1). Membimbing individu dalam


mengambil posisi tertentu dalam isu sosial tertentu dan mengevaluasinya.
Jadi, apa pendapat seseorang tentang suatu topik tertentu dan bagaimana ia
mengevaluasi topik tersebut, dapat menggambarkan nilai-nilainya, 2).
Memengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu
dibanding ideologi politik yang lain, 3). Mengarahkan cara menampilkan diri
pada orang lain, 4). Melakukan evaluasi dan membuat keputusan, 5).
Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan memengaruhi orang lain,
memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu
lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, serta bisa dipengaruhi dan
diubah.
b. Fungsi nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan
pengambilan keputusan. Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi
beberapa nilai dalam sistem nilai individu. Pada umumnya, nilai-nilai yang
teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang bersangkutan.
c. Kunci Motivasi. Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku
individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah
untuk mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki
fungsi motivasi.
Nilai dapet memotivasi individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu,
memberi arah dan intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku (Schwartz,
1994). Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa nilai juga
merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara biologis) dan keinginan selain
tuntutan sosial (Grube, dkk., 1994).

2) Fungsi Moral

Moral berfungsi sebagai landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang
dalam kehidupan sehari-hari di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun
dalam lingkungan keluarga. Suatu hal yang paling penting adalah bahwa moral
berada pada batin atau pikiran setiap insan sebagai fungsi kontrol penyeimbang bagi
pikiran negatif yang akan direalisasikan.

Moral merupakan nilai-nilai yang diperlukan dalam proses interaksi sebagai


petunjuk arah, cara berpikir, berperasaan dan bertindak serta panduan menentukan
pilihan dan juga sebagai sarana untuk menimbang penilaian masyarakat terhadap
sebuah tindakan yang akan diambil, dan nilai-nilai moralitas juga penting untuk
menjaga rasa solidaritas di kalangan kelompok atau masyarakat serta dapat menjadi
banteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya kelompok atau masyarakat
tertentu.
3) Fungsi Hukum

Hukum sangat penting dan memang harus ada dalam sebuah masyarakat
(negara), karena hukum dalam kehidupan bermasyarakat memiliki fungsi sebagai
berikut :

a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat. Hukum berfungsi


untuk menunjukan manusia mana yang baik dan yang buruk sehingga segala
sesuatu dapat berjalan tertib dan teratur.
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin. Hukum
dapat memberi keadilan untuk menentukan siapa yang salah, siapa yang
benar, dan dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan ancaman saksi
bagi pelanggarnya.
c. Sebagai sarana penggerak pembangunan. Daya mengikat dan memaksa dari
hukum dapat digunakan atau didayagunakan untuk menggerakkan
pembangunan. Disini hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke
arah yang lebih maju.
d. Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci, antara lain siapa yang
boleh melakukan pelaksanaan (penegak) hukum, sikap yang harus
menaatinya, siapa yang memilih sanksi yang tepat dan adil dan, lain-lain.
e. Sebagai alat penyelesaian sengketa. Contohnya, persengketaan harta waris
dapat segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam
hukum perdata.
f. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan-
hubungan esensial di antara anggota masyarakat.
Jenis Hukum

Jenis hukum berdasarkan sumber, yaitu:

1. Hukum adat,
Sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia
dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok.
Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka
hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Contoh:
hukum adat minangkabau.
2. Hukum undang-undang
Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Ada dua jenis
undag-undang yakni dalam arti material (setiap peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum bagi semua warga
negara) dan dalam arti formal (setiap peraturan yang karena bentuknya dapat
disebut UU). Contoh: UU pemilu.
3. Hukum yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur
oleh UU dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan
perkara yang serupa. Contoh: KUHP.
4. Hukum traktat
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-
persoalan tertentu yang emnjadi kepentingan negara bersangkutan. Contoh:
hukum batas negara.
5. Hukum doktrin
6. Yaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-
asas penting dalam hukum dan penerapannya.
Jenis hukum berdasarkan isinya, yaitu:

a. Hukum public
Hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan warga negaranya.
Atau Hukum yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan tentang
masyarakat dan menjadi Hukum perlindungan Publik. Contoh: hukum tata
negara, hukum acara pidana.
b. Hukum privat
Hukum yang mengatur kepentingan pribadi, atau hukum yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lainnya
dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Contoh: hukum
waris, hukum dagang, hukum perdata.
c. Hukum Positif atau ius constitutum
Hukum yang berlaku saat ini di suatu negara. Misalnya, di Indonesia
persoalan perdata diatur dalam KUH Perdata, persoalah pidana diatur melalui
KUH Pidana, dll. Dalam hukum positif atau ius constitutum di indonesia,
berlaku tata hukum sebagai berikut:
1. Hukum Tata Negara adalah Peraturan-peraturan yang mengatur organisasai
Negara dari tingkat atas sampai bawah, sturktur, tugas dan wewenang alat
perlengkapan Negara.
2. Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan
antara individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan
Eropa (civil law) dikenal pembagian hukum menjadi dua yakni hukum publik
dan hukum privat atau Hukum Perdata. Dalam sistem Anglo Sakson (common
law) tidak dikenal pembagian semacam ini.
3. Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan
perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta
menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang
melakukannya.
Menurut Prof. Moeljatno, S.H Hukum Pidana adalah bagian daripada keseluruhan
yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan yang


dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu
bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
4. Hukum Tata Usaha (Administrasi) negara adalah hukum yang mengatur
kegiatan administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan
pemerintah dalam menjalankan tugasnya.
5. Hukum acara atau hukum formal adalah hukum yang mengatur tentang cara
bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum material. Tata
hukum ini terbagi atas:
 Hukum Acara Pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata
cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana.
Hukum Acara Pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.
 Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur tentang
bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan
perantara hakim. Dan ketentuan-ketentuan dari Hukum Acara Perdata pada
dasarnya sama sekali tidak memberatkan hak dan kewajiban yang sering kita
jumpai dalam hukum materiil perdata, akan tetapi pada intinya aturan-aturan
hukum perdata materiil adalah melindungi hak-hak perseorangan dan itu
merupakan sifat dasar dari Hukum Acara Perdata.
C. Hubungan Hukum dan Moral

Hubungan Hukum dan MoralAntara hukum dan moral terdapat hubungan


yang erat sekali. Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa disertai moralitas.
Oleh karenaitu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral, perundang-
undangan yang immoral harus diganti. Disisi lain moral juga membutuhkan hukum,
sebab moral tanpahukum hanya angan-angan saja kalau tidak di undangkan atau di
lembagakan dalammasyarakat.

Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral
tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya „mungkin‟ ada hukum yang bertentangan
dengan moralatau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat
ketidakcocokan antara hukumdan moral. Untuk itu dalam konteks ketatanegaraan
indonesia dewasa ini. Apalagi dalamkonteks membutuhkan hukum.Kualitas hukum
terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas hukumtampak kosong
dan hampa (Dahlan Thaib,h.6). Namun demikian perbedaan antara hukumdan moral
sangat jelas.

Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten :

1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara


sistematisdalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum
lebih memiliki kepastiandan objektif dibanding dengan norma moral.
Sedangkan norma moral lebih subjektif dan akibatnya lebih banyak
„diganggu‟ oleh diskusi yang yang mencari kejelasan tentang yangharus
dianggap utis dan tidak etis.
2. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum
membatasi dirisebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap
batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan
denganmoralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan,pelanggar
akan terkena hukuman.Tapi norma etis tidak bisa dipaksakan, sebab paksaan
hanya menyentuh bagian luar,sedangkan perbuatan etis justru berasal dari
dalam. Satu-satunya sanksi dibidang moralitashanya hati yang tidak tenang.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak
negara.Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum
adat, namun hukum ituharus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai
hukum.moralitas berdasarkan atas norma-norma moral yang melebihi pada
individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis atau dengan cara lain
masyarakat dapat mengubah hukum, tapi masyarakat tidak dapat
mengubahatau membatalkan suatu norma moral. Moral menilai hukum dan
tidak sebaliknya.
Sedangkan Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral :

1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan


hukum alam sedangkanmoral berdasarkan hukum alam.
2. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri
manusia),sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri).
3. Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan,
4. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi
kodrati, batiniah,menyesal, malu terhadap diri sendiri.
5. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam
kehidupan bernegara,sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai
manusia.
6. Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan
tempat, sedangkan moralsecara objektif tidak tergantung pada tempat dan
waktu
D. Permasalahan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara

Moral adalah salah satu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral yang
berkaitan dengan nilai baik-buruk perbuatan manusia. Manusia yang bermoral
tindakannya didasari oleh nilai-nilai moral. Tindakan yang bermoral adalah tindakan
yang dilakukan secara sadar, mau dan tahu serta tindakan itu berkenaan dengan nilai-
nilai moral yang menjunjung tinggi nilai pribadi manusia, harkat dan martabat
bangsa.

Hukum adalah norma yang merupakan perwujudan dari nilai, termasuk nilai
moral. Antara hukum dan moral berkaitan. Hukum harus merupakan perwujudan dari
moralitas. Hukum sebagai norma harus berdasarkan pada nilai moral. Dengan
demikian, maka ketiganya memilikki keterkaitan tersendiri dalam terwujudnya suatu
kehidupan yang damai, tertib, aman dan sejahtera. Namun dalam kenyataannya, suatu
pelanggaran tetap terjadi, sehingga menimbulkan suatu permasalahan didalam
masyarakat dan negara.

1) Permasalahan Nilai Berupa Pelanggaran Nilai

Nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah laku di dalam kehidupan kelompok, tentunya tidak akan terlepas dari
tindakan-tindakan pelanggaran atas nilai itu sendiri. Jika seorang individu atau
kelompok sudah tidak mengindahkan lagi nilai toleransi dan bersikap meremehkan
penganut agama yang berlainan dengan agama yang dianutnya, tentu saja hal ini akan
menimbulkan permasalahan. Kerukunan diantara umat beragama akan hilang, bahkan
akan menjurus ke arah disintegrasi/perpecahan dan konflik antarumat beragama.

Bagi masyarakat profesi, nilai diwujudkan dengan membuat kode etik profesi
yang berisi nilai-nilai yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan berkaitan
dengan profesi yang diembannya. Kode etik biasannya dibuat secara tertulis dan
sistematis berdasarkan sistem moral yang ada, seperti kode etik guru untuk profesi
guru, kode etik jurnalis bagi profesi dalam bidang jurnalis dan sebagainnya. Akan
tetapi, walaupun kode etik sudah ada, tetep saja pelanggaran etik terjadi. Contohnya,
guru memukul siswa. Hal ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai yang seharusnya
melekat dalam diri seorang guru, yaitu guru sebagai panutan dan teladan bagi murid-
muridnya.

2) Permasalahan Moral Berupa Pelanggaran Moral

Moral yang dimiliki seorang individu akan memicu “transfer”

Moral kepada temannya, terutama dalam dunia remaja. Pengaruh pertemanan akan
berdampak positif jika moral yang dimiliki teman itu positif. Sebaliknya, akan
berpengaruh negatif jika moral yang ditampilkan emang buruk, seperti merokok,
menghisap ganja, minum-minuman keras dan perilaku amoral lainnya.

Pelanggaran moral dapat pula dilakukan oleh seorang individu karena adanya
pengaruh “figur otoritas”. Anak-anak cenderung memilih figur orangtua sebagai
panutan moral. Jika moral orangtua baik maka moral anak juga ikut baik, demikian
juga sebaliknya. Orangtua harus bisa menempatkan diri menjadi figur yang benar-
benar dicontoh oleh anak-anak untuk membentuk moral yang baik. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa figur otoritas sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai
moral orang lain.

3) Permasalahan Hukum Berupa Pelanggaran Hukum

Hukum diciptakan untuk ditaati demi terwujudnya ketertiban dan ketentraman


dalam masyarakat. Akan tetapi, pelanggaran hukum dapat terjadi akibat lemahnya
kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa
tekanan, paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku.
Akibat lemahnya kesadaran hukum masyarakat berbagai pelanggaran hukum sering
terjadi, seperti membawa kendaraan tanpa SIM, menghargai sepeda motor tanpa helm
dan pelanggaran lainnya.

Permasalahan hukum selanjutnya adalah hukum selalu digunakan oleh


penguasa sebagai alat legitimasi untuk berbuat semaunya. Hukum diciptakan bukan
untuk kebaikan bersama, tetapi lebih untuk menguntungkan satu pihak atau kelompok
sajadan menyengsarakan masyarakat banyak. Hal ini tidak boleh terjadi, karena
hukum adalah yang tertinggi dalam sebuah negara (supremasi hukum). Hukum
mengatur pemerintah, bukan pemerintah yang mengatur hukum.

Henslin (2006) menyatakan bahwa “menurut para ahli teori konflik, ide
bahwa hukum beroperasi secara tidak memihak dan menerapkan suatu peraturan yang
dianut oleh semua orang merupakan suatu mitos budaya yang dipromosikan oleh
kelas kapitalis”. Para ahli teori itu dijelaskan oleh Henslin yang mengutip pendapat
Spitzer (1975), bahwa hukum sebagai suatu alat yang didesain untuk
mempertahankan orang yang berkuasa dalam kedudukan mereka yang istimewa.

Permasalahan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara yang
berupa pelanggaran terhadap nilai, moral dan hukum diatas memiliki perbedaan
masing-masing. Misalnya, negara berhak memberi sanksi bila warga negara
melakukan pelanggaran hukum, tetapi tidak berwenang menjatuhkan sanksi bagi
pelanggaran moral dan etik/nilai, kecuali jika pelanggaran etik itu sudah menjurus
pada pelanggaran hukum.
E. Analisis Suatu Kasus dan Pembahasannya

1) Analisis Kasus

Beli Mobil Golf Langgar Kode Etik

Samarinda Koordinator Jari Kaltim Sigit Wibowo, Ketua Poja 30 Kahar Al


Bahri, dan Ketua BEM Unmul Supriyadi menilai, pembelian mobil golf oleh Ketua
DPRD Samarinda dengan dana dari PT Shine Hill sudah melanggar kode etik DPRD.
Apalagi sistem yang digunakan untuk mengoprasikan kendaraan itu dengan bagi
hasil. “Sebagai anggota DPRD tidak diperkenankan menggunakan jabatan untuk
memperkaya diri sendiri dan kelompok,” jelas Sigit yang dibenarkan Kahar dan
Supriyadi pada harian ini.

Untuk itu, Jari Kaltim, Pokja 30, dan BEM Unmul memberikan beberapa
rekomendasi serta tuntutan kepada Badan Kehormatan (BK) DPRD Samarinda.
Disebutkannya antara lain BK harus mengusut tuntas kasus dana penggantian
kerusakan Gedung DPRD Samarinda dan PT Shine Hill yang diberikan kepada ketua
DPRD Samarinda yang digunakan untuk membeli mobil golf. “Selain itu, kami
menuntut agar BK mengeluarkan rekomendasi pengusutan secara hukum dan
menyampaikan hasil pengusutan kasus tersebut kepada masyarakat,” tandasnya.

Lebih lanjut Sigit mengatakan, Partai Golkar seharusnya mengambil sikap


tegas terhadap kinerja dan moralitas kadernya. Hal ini untuk mempertahankan dan
menjga nama baik partai yang notabene merekomendasikan Ichsan Rubdy sebagai
utusannya. “Partainya juga harus bertindak tegas. Hal itu justru merugikan prtai
sendiri,” tambahnya.

Mereka mempersilakan kepada masyarakat memberikan penilaian atas kasus


tersebut, terutama yang berada di daerah pemilihan Ichsan Rubdy. Secara moral,
masyarakat yang memilih berhak menyampaikan aspirasi dan keluhan terhadap
kinerja dan moral orang yang dipilihnya sebagai wakil di lembaga legislatif. “Mereka
berhak menuntut dan meminta pertanggungjawaban atas tindakannya,” imbuhnya.
Sementara itu, ketiga lembaga tersebut melampirkan surat pengaduan bersama yang
ditunjukan kepada Bada Kehormatan (BK) DPRD Samarinda. Dalam surat tersebut
juga memuat keinginan dari masyarakat yang disampaikan melalui Jari Kaltim, Pokja
30, dan BEM Unmul dalam menyikapi persoalan yang terjadi. Seperti diberitakan,
ketiga LSM ini berencana akan menyampaikan laporan kinerja DPRD Samarinda
yang berkaitan dengan penggunaan bantuan dana PT Shine Hill sebesar 100 juta
rupiah. “BK akan bertindak jika ada laporan dari masyarakat. Nah, dari Jari, Pokja
30, dan BEM Unmul sudah mengumpulkan dan menyimpulkan laporan-laporan
tersebut serta akan kami sampaikan ke BK,” tegas Sigit beberapa waktu lalu. (psp)

2) Pembahasan Kasus

Dari permasalahan kasus diatas bahwa seorang anggota DPRD yang menggunakan
jabatanya tak sesuai dengan amanahnya, yang seharusnya melaksanakan tugasnya
dengan benar, tetapi menyalahgunakan amanah. Dengan bersikap sombong dan
menggunakan amanahnya hanya untuk keuntungan dirinya, tak mementingkan
masyarakat yang lebih membutuhkan hak yang seharusnya. Ini merupakan
pelanggaran moral yang dimana dalam pengertian moral bahwa “moral adalah suatu
kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu berkata bahwa perbuatan itu benar
atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya
perbuatan manusia.”

Dari pengertian tersebut bahwa moral adalah kualitas setiap manusia, seharusnya
seorang anggota DPRD dapat menjadi panutan serta menjaga kualitas dirinya yang
dimana sedang memegang jabatan atau amanah, seperti dalam pembahasan di bab
permasalahan moral berupa pelanggaran moral, bahwa figur otoritas sangat
berpengaruh dalam perkembangan nilai moral orang lain.

Kemudian permasalahan yang sangat terlihat pada kasus tersebut, bahwa DPRD telah
membeli mobil golf dengan melanggar kode etik. Ini merupakan permasalahan nilai
berupa pelanggaran nilai, yang dimana pelanggarannya harus diserahkan kepada
hukum sesuai dengan pembahasan bahwa “negara berhak memberi sanksi bila warga
negara melakukan pelanggaran hukum, tetapi tidak berwenang menjatuhkan sanksi
bagi pelanggaran moral dan etik/nilai, kecuali jika pelanggaran etik itu sudah
menjurus pada pelanggaran hukum.” Dari penjelasan tersebut bahwa anggota DPRD
tersebut sebaiknya ditindak lanjuti kepada hukum, supaya pelanggaran yang sudah
dilakukan dapat membuatnya jera dan tak melakukanya kembali.

Dalam undang-undang bahwa manusia sejakm lahir sudah memiliki hak dan
kewajiban, termasuk dalam menilai dan memilih sesuatu. Dalam permasalahan
tersebut bahwa BK belum dapat melakukan tindakan terhadap pelanggaran yang
terjadi. Karena BK menunggu keluhan serta survey-survey dari masyarakat terlebih
dahulu, akan tetapi hal tersebut dapat menjadikan terhambatnya suatu penuntasan
hukuman terhadap pihak yang telah melanggar hukum. Kemungkinan BK dapat
menindaklanjuti terhadap penuntasan permasalahan, akan tetapi harus didiskusikan
terlebih dahulu kepada pihak-pihak lembaga yang berwenang, serta yang
bersangkutan dalam penyelesaian permasalahan yang terjadi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam pembahasan diatas adalah ;

1. Manusia adalah makhluk yang mempunyai fisik hampir sama dengan hewan,
hewan mempunyai kepala, telinga, dan juga kaki, maka manusia pun juga
memilikinya, namun yang membedakan dari kedua makhluk tersebut adalah
akal. Maka dari itu ada yang berpendapat bahwa manusia adalah hewan yang
berakal.
2. Nilai menjadikan dorongan manusia untuk melakukan tindakan agar harapan
itu terwujud dalam kehidupannya. Selain itu, nilai juga merupakan sesuatu
yang dipentingkan manusia sebagai subjek astraksi, pandangan, atau maksud
dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. Fungsi nilai
secara langsung adalah mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi
sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk
mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi
motivasi.
3. Moral atau Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan
itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk.
Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia.
Fungsi moral adalah sebagai landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang
dalam kehidupan sehari-hari di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan
maupun dalam lingkungan keluarga. Moral berada pada batin atau pikiran
setiap insan sebagai fungsi kontrol penyeimbang bagi pikiran negatif yang
akan direalisasikan.
4. Hukum adalah suatu aturan atau ukuran perbuatan-perbuatan dan
menjuruskan perbuatan-perbuatan tersebut ke arah tujuan masing-masing
yang sebenarnya. Fungsi hukum adalah untuk menunjukan manusia mana
yang baik dan yang buruk sehingga segala sesuatu dapat berjalan tertib dan
teratur. Selain itu, hukum memiliki tujuan untuk melindungi dan memajukan
kemerdekaan yang benar, membuat manusia menjuruskan mereka ke arah
tujuan terakhir dan menunjukkan jalan yang perlu ke arah tujuan ini.
5. Permasalahan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara yang
berupa pelanggaran terhadap nilai, moral dan hukum memiliki perbedaan
masing-masing. Misalnya, negara berhak memberi sanksi bila warga negara
melakukan pelanggaran hukum, tetapi tidak berwenang menjatuhkan sanksi
bagi pelanggaran moral dan etik/nilai, kecuali jika pelanggaran etik itu sudah
menjurus pada pelanggaran hukum.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan kami selaku pembuat makalah ini. Serta dengan dibuatnya makalah ini kami
meminta saran kepada para pembaca untuk mengoreksi makalah ini apabila ada
kesalahan dalam sistematika penulisan makalah dan isi makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Herimanto, M. d. (2014). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara.

Poespoprodjo, W. (1988). Filsafat Moral, Kesusilaan dalam Teori dan Praktek.


Bandung: Remadja Karya CV.

Rusmin Tumangor, K. R. (2010). ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR. Jakarta:


PRENADAMEDIA GROUP.

Soelaeman, M. M. (1987). ILMU BUDAYA DASAR, Suatu Pengantar. Bandung: PT


ERESCO.

Sri Rahayu, A. (2016). ISBD Perspektif Baru Membangun Kesadaran Global


Melalui Revolusi Mental. Jakarta: Bumi Aksara.

Syukri Albani Nasution, M. d. (2015). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai