Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

DISUSUN OLEH:

1. MUHAMAD LAMPIRON(C1G01232)
2. NILA FITRIA UTAMI (C1G021232)
3. NOVIA SUCI LESTARI(C1G021239)
4. QORIA FISTA TIARANY(C1G021232)
5. RAKHAN QURAINI H (C1G021243)
6. ULFATU RAHMAH(C1G021232)
7. WAHYU PRAJAKA (C1G021232)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT. Atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar kami yang berjudul “Manusia, Nilai, Moral, Dan
Hukum” tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Manusia Nilai Moral dan Hukum ini dapat
memperluas informasi untuk pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................2


DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................4
Latar belakang...............................................................................................................................4
Rumusan masalah.........................................................................................................................4
Tujuan penulisan ..........................................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................................5
Pengertian Manusia, Nilai, Moral dan Hukum.............................................................................5
Fungsi Nilai, Moral dan Hukum...................................................................................................7
Permasalahan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara......................................9
Hakikat Fungsi Perwujudan nilai, moral dan hukum....................................................................10
Problematika Nilai, Moral, Dan Hukum Dalam Masyarakat........................................................15
BAB III.........................................................................................................................................16
KESIMPULAN............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri
terhadap lingkungan. Dengan adanya nilai, sebagai sesuatu yang terpenting bagi manusia
dalam subjek menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk. Begitu juga moral, yang
merupakan sebagai kualitas perbuatan manusia dengan sesuai perbuatan yang dilakukan baik
itu benar atau salah. Dengan keterkaitan diantaranya, maka suatu sistem yang dibutuhkan
sebagai sistem peraturan yang teratur dengan tersusun baik dalam pelaksanaan rangkaian
kehidupan bagi setiap manusia untuk bimbingan dalam dirinya adalah hukum.
Keterkaitan antara nilai, moral dan hukum merupakan aspek-aspek terpenting di
dalam diri setiap manusia dalam pembentukan kepribadian dan jati diri di lingkungan sosial
dan kehidupan setiap manusia. Selain itu, nilai, moral dan hukum menjadi aspek terpenting
dalam masyarakat sebagai sebuah perangkat, untuk mengontrol setiap permasalahan dalam
pelaksanaanya yang menimbulkan terjadinya masalah pelanggaran yang terjadi didalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Maka aspek-aspek ini yang akan mengatasinya,
supaya kehidupan bermasyarakat dan bernegara berjalan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manusia, nilai, moral dan hukum ?
2. Apa fungsi nilai, moraldan hukum ?
3. Apa permasalahan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui maksud dari manusia, nilai, moral dan hukum.
2. Mengetahui fungsi dari nilai, moral dan hukum.
3. Mengetahui permasalahan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara.

D. Manfaat Penulisan
Manusia didasari sebagai makhluk sosial yang tidak pernah sendirian dan tidak luput
dari bersosialisasi ketika mereka sedang terjun ke dunia masyarakat, terdapat perbedaan dari
segi fisik maupun karakter, namun sebagian dari mereka masih kurang memahami konsep
dan manfaat dari nilai, moral dan hukum ketika mereka melakukan aktivitas sehari-hari.
Maka dengan disusunnya penulisan ini, supaya kami dan para pembaca dapat mengetahui
yang dimaksud dengan manusia, nilai, moral dan hukum serta fungsi dan permasalahnnya
dalam masyarakat dan negara, dengan memecahkan suatu kasus dalam permasalahan yang
terjadi dan membuat suatu pembahasan yang dapat diterima dalam pemecahan masalahnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia, Nilai, Moral dan Hukum

1) Pengertian Manusia
Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya pada dasarnya dipengaruhi oleh nilai-
nilai kemanusiaan. Nilai tersebut berupa etika yang erat hubunganya dengan moralitas,
maupun estetika yang erat hubungannya dengan keindahan.
Terdapat pengertian manusia dari segi fisiologi yang mengatakan bahwa, manusia
adalah makhluk yang mempunyai fisik hampir sama dengan hewan, hewan mempunyai
kepala, telinga, dan juga kaki, maka manusia pun juga memilikinya, namun yang
membedakan dari kedua makhluk tersebut adalah akal. Maka dari itu ada yang berpendapat
bahwa manusia adalah hewan yang berakal.
Manusia adalah satu-satunya makhluk di dunia ini yang dapat berpikir, tetapi apabila
pikiran-pikirannya itu berjalan demikian saja karena asosiasi tanpa pengarahan dan
pengontrolan yang sadar, pikiran-pikiran semacam itu hanyalah perbuatan manusia, bukanya
perbuatan manusiawi, meskipun perbuatan-perbuatan ini perbuatan-perbuatan dari tata
susunan rasional. Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau
tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan
raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan manusia tidak
semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya. Manusia mengerahkan
seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.
Manusia dalam pandangan agama adalah makhluk yang memiliki potensi untuk
berakhlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi buruk akan senantiasa eksis dalam diri
manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawaa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman.

2) Pengertian Nilai
Dalam kehidupan sehari, manusia selalu berkaitan dengan nilai, misalnya kita
mengatakan bahwa orang itu baik atau lukisan itu indah, berarti kita melakukan penilaian
terhadap suatu objek. Manusia memberikan nilai pada sesuatu yang bisa dikatakan adil, baik,
indah, cantik, anggun, dan sebagainya.
Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan (das solen) oleh manusia dan sesuatu yang
baik yang diciptakan oleh manusia. Nilai menjadikan dorongan manusia untuk melakukan
tindakan agar harapan itu terwujud dalam kehidupannya. Selain itu, nilai juga merupakan
sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek astraksi, pandangan, atau maksud dari
berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.
Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian nilai dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Allport (Rokeach, 1973) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu keyakinan yang
melandasi seseorang untuk bertindak berdasarkan pilihannya.
b. Kimball Young (Agung S. S Raharjo, 2009) mengemukakan bahwa nilai adalah
asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap penting
dalam masyarakat.
c. A. W. Green (Vicentius Satu, 2009) menyatakan bahwa nilai adalah kesadaran yang
secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
d. Woods (dalam Vicentius Satu, 2009) menyatakan bahwa nilai merupakan petunjuk
umum yang telah berlangsung lama, serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
dalam kehidupan sehari-hari.

5
e. M. Z Lawang (Janu Murdiyatmoko, 2007) menyatakan bahwa nilai adalah gambaran
mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan dapat memengaruhi perilaku
sosial dari orang yang bernilai tersebut.
f. Bambang Daroeso menyatakan bahwa nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan
terhadap sesuatu yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.
1. Suatu realitas yang abstrak (tidak dapat ditangkap melalui indra, tetapi ada)
2. Normatif (yang seharusnya, ideal, sebaiknya, diinginkan)
3. Berfungsi sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator)
g. Darji Darmodiharjo menyatakan bahwa nilai adalah kualitas atau keadaan yang
bermanfaat bagi manusia baik lahir ataupun batin.
h. Pepper menyatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik dan yang
buruk.
i. Perry menyatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia
sebagai subjek.
j. Kluckhon menyatakan bahwa nilai adalah hasil pengaruh seleksi perilaku. Batasan
nilai yang sempit adalah adanya suatu perbedaan penyusunan antara apa yang
dibutuhkan dan apa yang diinginkan dengan apa yang seharusnya dibutuhkan; nilai-
nilai tersusun secara hierarkis dan mengatur rangsangan kepuasan hati dalam
mencapai tujuan kepribadiannya.
Selain dari beberapa pendapat tersebut, ada beberapa pendapat lain yang menyangkut
bahwa nilai berhubungan dengan aliran subjektivisme dan objektivisme, yang
mengatakan bahwa nilai merupakan suatu objek yang terletak pada subjek yang
menilainya dan juga mengatakan bahwa adanya nilai ditentukan oleh subjek yang
menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek yang menilai maka barang atau
objek itu tidak akan dinilai.
k. Menurut John Dewey , value is object of social interest
Sosiologi tidak berbicara tentang nilai itu sendiri, tetapi lebih menekankan sejauh
mana suatu nilai akan mempengaruhi perilaku seseorang dan hubungannya dengan
orang lain (Irene, 1993:21). Menurut Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi 3
yakni:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
kegiatan dan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas 4 macam yakni:
1. Nilai kebenaran yang bersumer pada unsur akal.
2. Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa indah.
3. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kodrat manusia.
4. Nilai religius, yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan
mutlak.
Dengan demikian, nilai itu tidak hanya sesuatu yang berwujud benda material saja, akan
tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud benda material. Bahkan sesuatu yang bukan benda
material itu dapat menjadi nilai yang sangat tinggi nilainya

3) Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa Latin yaitu “mores” yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini
mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau manners, morals. Dalam bahasa
Indonesia, kata moral berarti “akhlak” (Bahasa Arab) atau kesusilaan yang mengandung
makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku
batin dalam hidup.

6
Moral atau Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata
bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian
tentang baik-buruknya perbuatan manusia.
Moralitas dapat dibagi menjadi objektif atau subjektif. Moralitas objektif memandang
perbuatan semata sebagai suatu perbuatan yang telah sukarela pihak pelaku. Dan moralitas
subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai perbuatan yang dipengaruhi
pengertian dan persetujuan si pelaku sebagai individu.
Moral pada hakikatnya adalah istilah manusia untuk manyebut ke manusia lainnya
dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Sedangkan manusia yang tidak memiliki moral
disebut “amoral” artinya dia tidak bermoral, yang tak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Oleh karena itu, moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral
secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Manusia
harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Setiap
budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku
dan telah terbangun sejak lama. Moral diartikan juga sebagai sikap, perilaku, tindakan,
kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman, suara hati, serta nasihat dan lain-lain. Moral sama dengan etika, etik, akhlak,
kesusilaan dan budi pekerti.

4) Pengertian Hukum
Hukum adalah suatu aturan atau ukuran perbuatan-perbuatan dan menjuruskan perbuatan-
perbuatan tersebut ke arah tujuan masing-masing yang sebenarnya. Dalam keharusan hukum
terbagi menjadi dua bagian, antara lain:
a. Hukum fisik adalah dapat membedakan keharusan suatu fisik dan mengarahkan makhluk
yang tidak merdeka dengan gerakan seragam ke arah tujuan mereka melalui keniscayaan
batin kodrat mereka..
b. Hukum moral adalah dapat membedakan keharusan suatu moral dan mengarahkan
makhluk-makhluk yang merdeka dengan perbuatan yang mengarahkan tujuan akhir mereka
dengan cara membebankan kewajiban pada kehendak merdeka mereka.
Terdapat pengertian Hukum yang mengatakan bahwa, “Law is nothing else than an ordinance
of reason for the common good, promulgated by him who has the care of community”.
Dalam difinisi ini dapat membedakan hukum dari nasihat atau saran membuat suatu hal lebih
mudah, tetapi tanpa kekuatan pengikat suatu pun. Suatu hukum mesti dibebankan atas
kehendak pembesar, tetapi dirumuskan oleh inteleknya kemampuan yang merencanakan dan
mengarahkan.
Sebagai sesuatu yang mengarahkan makhluk ke arah tujuan mereka, hukum haruslah sebagai
suatu yang pendiktean akal sehat dan benar. Harus masuk akal-beralasan. Harus konsisten,
baik dengan diri sendiri maupun dengan hukum-hukum lain. Selain itu, hukum harus adil,
seperti menghormati hak-hak yang ada yang dijamin oleh hukum yang lebih tinggi,
membagikan beban secara sama. Dan juga, hukum harus dapat dijalankan karena tidak ada
hal yang tidak mungkin atau tidak ada yang bisa diharapkan mengerjakan sesuatu yang
sangat sulit.

B. Fungsi Nilai, Moral dan Hukum

1) Fungsi Nilai
Sesuatu yang dianggap bernilai apabila memiliki nilai, menyenangkan, berguna,
memuaskan, menguntungkan, menarik dan keyakinan. Artinya, sesuatu dapat dikatakan

7
bernilai bila menyenangkan bagi manusia, berguna bagi manusia, dapat memuaskan manusia,
menarik bagi manusia dan menimbulkan keyakinan bagi manusia terhadap nilai dari sesuatu.
Menurut Rokeach (1973) dalam Budi Juliardi (2014), nilai itu sendiri berfungsi
antaralain sebagai berikut :
a. Fungsi nilai sebagai standar, meliputi
1). Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam isu sosial tertentu dan
mengevaluasinya. Jadi, apa pendapat seseorang tentang suatu topik tertentu dan bagaimana ia
mengevaluasi topik tersebut, dapat menggambarkan nilai-nilainya,
2). Memengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi
politik yang lain,
3). Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain,
4). Melakukan evaluasi dan membuat keputusan,
5). Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan memengaruhi orang lain,
memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang
berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, serta bisa dipengaruhi dan diubah.
b. Fungsi nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan
keputusan. Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistem nilai
individu. Pada umumnya, nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada
individu yang bersangkutan.
c. Kunci Motivasi. Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu
dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk mengekspresikan
kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi motivasi.
Nilai dapet memotivasi individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu, memberi arah dan
intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku (Schwartz, 1994). Hal ini didasari oleh
teori yang menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara
biologis) dan keinginan selain tuntutan sosial (Grube, dkk., 1994).

2) Fungsi Moral
Moral berfungsi sebagai landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam lingkungan
keluarga. Suatu hal yang paling penting adalah bahwa moral berada pada batin atau pikiran
setiap insan sebagai fungsi kontrol penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan
direalisasikan.
Moral merupakan nilai-nilai yang diperlukan dalam proses interaksi sebagai petunjuk arah,
cara berpikir, berperasaan dan bertindak serta panduan menentukan pilihan dan juga sebagai
sarana untuk menimbang penilaian masyarakat terhadap sebuah tindakan yang akan diambil,
dan nilai-nilai moralitas juga penting untuk menjaga rasa solidaritas di kalangan kelompok
atau masyarakat serta dapat menjadi banteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya
kelompok atau masyarakat tertentu.

3) Fungsi Hukum
Hukum sangat penting dan memang harus ada dalam sebuah masyarakat (negara),
karena hukum dalam kehidupan bermasyarakat memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat. Hukum berfungsi untuk
menunjukan manusia mana yang baik dan yang buruk sehingga segala sesuatu dapat berjalan
tertib dan teratur. b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin.
Hukum dapat memberi keadilan untuk menentukan siapa yang salah, siapa yang benar, dan
dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan ancaman saksi bagi pelanggarnya.

8
c. Sebagai sarana penggerak pembangunan. Daya mengikat dan memaksa dari hukum
dapat digunakan atau didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Disini hukum
dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju.
d. Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci, antara lain siapa yang boleh
melakukan pelaksanaan (penegak) hukum, sikap yang harus menaatinya, siapa yang memilih
sanksi yang tepat dan adil dan, lain-lain.
e. Sebagai alat penyelesaian sengketa. Contohnya, persengketaan harta waris dapat segera
selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam hukum perdata.
f. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan-hubungan
esensial di antara anggota masyarakat.

C. Permasalahan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara

Moral adalah salah satu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral yang berkaitan dengan nilai
baik-buruk perbuatan manusia. Manusia yang bermoral tindakannya didasari oleh nilai-nilai
moral. Tindakan yang bermoral adalah tindakan yang dilakukan secara sadar, mau dan tahu
serta tindakan itu berkenaan dengan nilai-nilai moral yang menjunjung tinggi nilai pribadi
manusia, harkat dan martabat bangsa.
Hukum adalah norma yang merupakan perwujudan dari nilai, termasuk nilai moral. Antara
hukum dan moral berkaitan. Hukum harus merupakan perwujudan dari moralitas. Hukum
sebagai norma harus berdasarkan pada nilai moral. Dengan demikian, maka ketiganya
memilikki keterkaitan tersendiri dalam terwujudnya suatu kehidupan yang damai, tertib,
aman dan sejahtera. Namun dalam kenyataannya, suatu pelanggaran tetap terjadi, sehingga
menimbulkan suatu permasalahan didalam masyarakat dan negara.

1) Permasalahan Nilai Berupa Pelanggaran Nilai


Nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
laku di dalam kehidupan kelompok, tentunya tidak akan terlepas dari tindakan-tindakan
pelanggaran atas nilai itu sendiri. Jika seorang individu atau kelompok sudah tidak
mengindahkan lagi nilai toleransi dan bersikap meremehkan penganut agama yang berlainan
dengan agama yang dianutnya, tentu saja hal ini akan menimbulkan permasalahan.
Kerukunan diantara umat beragama akan hilang, bahkan akan menjurus ke arah
disintegrasi/perpecahan dan konflik antarumat beragama.
Bagi masyarakat profesi, nilai diwujudkan dengan membuat kode etik profesi yang
berisi nilai-nilai yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan berkaitan dengan profesi
yang diembannya. Kode etik biasannya dibuat secara tertulis dan sistematis berdasarkan
sistem moral yang ada, seperti kode etik guru untuk profesi guru, kode etik jurnalis bagi
profesi dalam bidang jurnalis dan sebagainnya. Akan tetapi, walaupun kode etik sudah ada,
tetep saja pelanggaran etik terjadi. Contohnya, guru memukul siswa. Hal ini tentu
bertentangan dengan nilai-nilai yang seharusnya melekat dalam diri seorang guru, yaitu guru
sebagai panutan dan teladan bagi murid-muridnya.

2) Permasalahan Moral Berupa Pelanggaran Moral


Moral yang dimiliki seorang individu akan memicu “transfer”
Moral kepada temannya, terutama dalam dunia remaja. Pengaruh pertemanan akan
berdampak positif jika moral yang dimiliki teman itu positif. Sebaliknya, akan berpengaruh
negatif jika moral yang ditampilkan emang buruk, seperti merokok, menghisap ganja,
minum-minuman keras dan perilaku amoral lainnya.

9
Pelanggaran moral dapat pula dilakukan oleh seorang individu karena adanya
pengaruh “figur otoritas”. Anak-anak cenderung memilih figur orangtua sebagai panutan
moral. Jika moral orangtua baik maka moral anak juga ikut baik, demikian juga sebaliknya.
Orangtua harus bisa menempatkan diri menjadi figur yang benar-benar dicontoh oleh anak-
anak untuk membentuk moral yang baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa figur
otoritas sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai moral orang lain.

3) Permasalahan Hukum Berupa Pelanggaran Hukum


Hukum diciptakan untuk ditaati demi terwujudnya ketertiban dan ketentraman dalam
masyarakat. Akan tetapi, pelanggaran hukum dapat terjadi akibat lemahnya kesadaran hukum
masyarakat. Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan, atau
perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Akibat lemahnya kesadaran
hukum masyarakat berbagai pelanggaran hukum sering terjadi, seperti membawa kendaraan
tanpa SIM, menghargai sepeda motor tanpa helm dan pelanggaran lainnya.
Permasalahan hukum selanjutnya adalah hukum selalu digunakan oleh penguasa
sebagai alat legitimasi untuk berbuat semaunya. Hukum diciptakan bukan untuk kebaikan
bersama, tetapi lebih untuk menguntungkan satu pihak atau kelompok sajadan
menyengsarakan masyarakat banyak. Hal ini tidak boleh terjadi, karena hukum adalah yang
tertinggi dalam sebuah negara (supremasi hukum). Hukum mengatur pemerintah, bukan
pemerintah yang mengatur hukum.
Henslin (2006) menyatakan bahwa “menurut para ahli teori konflik, ide bahwa hukum
beroperasi secara tidak memihak dan menerapkan suatu peraturan yang dianut oleh semua
orang merupakan suatu mitos budaya yang dipromosikan oleh kelas kapitalis”. Para ahli teori
itu dijelaskan oleh Henslin yang mengutip pendapat Spitzer (1975), bahwa hukum sebagai
suatu alat yang didesain untuk mempertahankan orang yang berkuasa dalam kedudukan
mereka yang istimewa.
Permasalahan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara yang berupa
pelanggaran terhadap nilai, moral dan hukum diatas memiliki perbedaan masing-masing.
Misalnya, negara berhak memberi sanksi bila warga negara melakukan pelanggaran hukum,
tetapi tidak berwenang menjatuhkan sanksi bagi pelanggaran moral dan etik/nilai, kecuali jika
pelanggaran etik itu sudah menjurus pada pelanggaran hukum.

D. Hakikat Fungsi Perwujudan nilai, moral dan hukum

Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara manusia
mencari hakikat sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat nilai) yang mempunyai
dua kajian utama yakni estetika dan etika. Keduanya berbeda karena estetika berhubungan
dengan keindahan sedangkan etika berhubungan dengan baik dan salah, namun karena
manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan, baik, dan buruk bahkan dengan
persoalan-persoalan layak atau tidaknya sesuatu, maka pembahasan etika dan estetika jauh
melangkah ke depan meningkatkan kemampuannya untuk mengkaji persoalan nilai dan moral
tersebut sebagaimana mestinya.
Menurut Bartens ada tiga jenis makna etika, yaitu:
Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral). Norma sosial
adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-

10
kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma
menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun
agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana
yang diharapkan.

Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia


Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika. Manusia
sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan
memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada
meskipun tanpa ada yang menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang
subjektif, artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya.

Dua kategori nilai itu subjektif atau objektif:


Pertama, apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau kita
mendambakannya karena objek itu memiliki nilai Kedua, apakah hasrat, kenikmatan,
perhatian yang memberikan nilai pada objek, atau kita mengalami preferensi karena
kenyataan bahwa objek tersebut memiliki nilai mendahului dan asing bagi reaksi psikologis
badan organis kita (Frondizi, 2001, hlm. 19-24).

Nilai di Antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder


Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat menjadi ada,
sama seperi kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidup manusia, sedangkan
kualitas sekunder merupakan kualitas yang dapat ditangkap oleh pancaindera seperti warna,
rasa, bau, dan sebagainya, jadi kualitas sekunder seperti halnya kualitas sampingan yang
memberikan nilai lebih terhadap sesuatu yang dijadikan objek penilaian kualitasnya.
Perbedaan antara kedua kualitas ini adalah pada keniscayaannya, kualitas primer harus ada
dan tidak bisa ditawar lagi, sedangkan kualitas sekunder bagian eksistesi objek tetapi
kehadirannya tergantung subjek penilai. Nilai bukan kualitas primer maupun sekunder sebab
nilai tidak menambah atau memberi eksistensi objek. Nilai bukan sebuah keniscayaan bagi
esensi objek. Nilai bukan benda atau unsur benda, melainkan sifat, kualitas, yang dimiliki
objek tertentu yang dikatakan “baik”. Nilai milik semua objek, nilai tidaklah independen
yakni tidak memiliki kesubstantifan.

Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan


Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil sebuah keputusan, nilai memiliki polaritas dan
hierarki, yaitu:
Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai (polaritas) seperti
baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.
Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas pengakuan, objek
yang dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan yang akan dicapai, hubungan
antara pengembangan nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang dihasilkan nilai itu
sendiri dengan hal lain yang lebih baik.
Sedangkan Max Scheller berpendapat bahwa hierarki terdiri dari, nilai kenikmatan,
kehidupan, kejiwaan, dan nilai kerohanian. Dan masih banyak lagi klasifikasi lainnya dari
para pakar, namun adapula pembagian hierarki di Indonesia (khususnya pada masa dekade
Penataran P4), yakni, nilai dasar, nilai instrumental, dan yang terakhir nilai praksis.

11
Makna Nilai bagi Manusia
Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat mendorong manusia
karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar
manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan menilai.
Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam
perbuatan.

Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral


Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta terputusnya
komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak, mengakibatkan merosotnya fungsi
keluarga dalam pembinaan nilai moral anak. Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat
untuk memperjelas nilai yang harus dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan
nilai bagi si anak.

Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral


Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan yang
dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif jika isu dan kebiasaan teman
itu positif juga, sebaliknya akan berpengaruh negatif jika sikap dan tabiat yang ditampikan
memang buruk, jadi diperlukan pula pendampingan orang tua dalam tindakan anak-anaknya,
terutama bagi para orang tua yang memiliki anak yang masih di bawah umur.

Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu


Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam menjalin hubungan
dengan anak-anak adalah memberi tahu sesuatu kepada mereka: memberi tahu apa yang
harus mereka lakukan, kapan waktu yang tepat untuk melakukannya, di mana harus
dilakukan, seberapa sering harus melakukan, dan juga kapan harus mengakhirinya. Itulah
sebabnya seorang figur otoritas (bisa juga seorang public figure) sangat berpengaruh dalam
perkembangan nilai moral.

Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral


Setiap orang berharap pentingnya memerhatikan perkembangan nilai anak-anak. Oleh
karena itu dalam media komunikasi mutakhir tentu akan mengembangkan suatu pandangan
hidup yang terfokus sehingga memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak
dipenuhi oleh kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar
bagi peserta didiknya dengan pendekatan klarifikasi nilai.

Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral


Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan berpikir dan lebih
berorientasi pada upaya-upaya untuk mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila
melihat eratnya hubungan antara berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada
pendekatan lain dalam pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.

Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral


Munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi itu sama kuatnya maka akan
mempengaruhi disonansi kognitif yang sama, misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya
dengan tuntutan aturan keluarga dan aturan agama akan menjadi konflik internal pada
individu yang akhirnya akan menimbulkan kebingungan nilai bagi individu tersebut.

Manusia Dan Hukum

12
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin
menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka manusia,
masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai
ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia
dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan
tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living
law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam
ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana
ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu
bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang
bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu,
dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur
tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order)
yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial
masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari
dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).

Hubungan Hukum Dan Moral


Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa
moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral dan
perundang-undangan yang immoral harus diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap
berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang bertentangan dengan moral
atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum
dengan moral.

KEADILAN, KETERTIBAN, DAN KESEJAHTERAAN

Keadilan adalah pengakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Pengakuan atas
hak hidup individu harus diimbangi melalui kerja keras tanpa merugikan pihak lain, karena
orang lain punya hak hidup seperti kita. Jadi kita harus member kesempatan pada orang lain
untuk mempertahankan hidupnya. Prinsipnya keadilan terletak apada keseimbangan atau
keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Tindakan-tindakan yang
menuntut hak dan lupa pada kewajiban merupakan pemerasan. Sedangkan tindakan yang
hanya menjalankan kewajiban tanpa menuntut hak berakibat pada mudah diperbudak atau
dipengaruhi orang lain.

Jadi keadilan bila disimpulkan adalah :

1. Kesadaran adanya hak yang sama bagi setiap warga Negara


2. Kesadaran adanya kewajiban yang sama bagi setiap warga Negara
3. Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang merata.
Ciri-ciri keadilan adalah :

1. Tidak memihak
2. Sama hak

13
3. Sah menurut hokum
4. Layak dan wajar
5. Benar secara moral
Sedangkan akibat dari ketidakadilan adalah

1. Kehancuran : diri, keluarga, perusahaan, masyarakat, bangsa dan Negara


2. Kezaliman yaitu keadaan yang tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak orang lain,
sewenang-wenang merampas hak orang lain demi keserakahan dan kepuasan nafsu.
Macam-macam Keadilan :

Keadilan Legal (keadilan moral)


Dalam suatu komunitas yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasar
yang paling cocok baginya (the man behind the gun). Rasa keadilan akan terwujud bila setiap
individu melakukan fungsinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, keadilan tidak
akan terjadi bila ada intervensi pada pihak lain dalam melaksanakan tugas kemasyarakatan
dan hal ini dapat memicu pertentangan, konflik dan ketidakserasian.

Keadilan Distributive
Keadilan akan terlaksana bila hal yang sama diperlukan secara sama dan hal yang tidak sama
diperlakukan secara tidak sama diperlakukan secara tidak sama (justice is done when equals
are treated equally). Contoh : gaji pegawai lulusan smu dan sarjana harus dibedakan.

E. Problematika Nilai, Moral, Dan Hukum Dalam Masyarakat

Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap manusia


terhadap nilai dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang merupakan modal dasar
dalam menjalin kehidupan manusia. Dengan menilai dapat menentukan moral seseorang,
apakah baik buruknya sepanjang niali itu dalam arti positif berarti perubahan bermoral ,
begitu juga sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang amoral.
Perbuatan yang bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek lahiriah
yaitu untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari aspek batiniah yaitu
untuk mencapai ketenangan atau ketentraman. Statu contoh adalah masalah perkawinan.
Semua orang tahu bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah
mawadah warahmah, akan tetapi kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang terjadi
dalam keluarga, misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga, seorang suami tidak
bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain sebagainya. Dengan nilai dari perkawinan
tidak terwujud sebagaimana yang kita dambakan.

Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui oleh negara apanila dilakukan
dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat di Kantor Urusan Agama
(KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya masih banyak istilah kawin sirih (kawin
di bawah tangan), bahkan ada juga yang dikenal dengan “kawin kontrak”. Problema yang
demikian harus diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan bijaksana baik oleh
kalangan masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat perkawinan yang demikian
ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak.

14
Karena dengan perkawinan sirih dan perkawinan sirih dan perkawinan kontrak ini,
dengan begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya, bahkan ingin terlepas dari
tanggung jawabnya.

Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut aturan-aturan yang
ada dalam suatu masyarakat, maka orang yang melaksanakan perkawinan demikian dikatakan
yang bermoral. Juga sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau
tidak dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu maka
perkawinan itu dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka yang perlu kita ketahui dalam hal
ini di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum yang tidak tertulis, yaitu misalnya
“hukum adat perkawinan” yang setiap daerah mempunyai adat masing-masing.

Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk terwujudnya apa yang
dikatakan ketertiban atau keamanan, dan ketenangan atau ketentraman maka harus patuh
lepada hukum yanng berlaku dan mennjalani nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan baik
dan sempurna.

15
BAB III
KESIMPULAN

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling
menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan melaksanakan
dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan dan harmoni
kehidupan.

Manusia adalah individu yg terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang paling sempurna,
paling tertinggi derajatnya, dan menjadi khalifah di permukaan bumi.

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting
oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti
sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

Demikian postingan singkat tentang Manusia, Nilai, Moral dan Hukum semoga dapat
menjadi referensi bagi anda, dan jika postingan ini dirasa bermanfaat bagi anda silahkan
bagikan postingan ini. Terima kasih telah berkunjung.
.
Moral atau Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata
bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian
tentang baik-buruknya perbuatan manusia. Fungsi moral adalah sebagai landasan dan patokan
bertindak bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari di tengah kehidupan sosial
kemasyarakatan maupun dalam lingkungan keluarga. Moral berada pada batin atau pikiran
setiap insan sebagai fungsi kontrol penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan
direalisasikan.
Hukum adalah suatu aturan atau ukuran perbuatan-perbuatan dan menjuruskan perbuatan-
perbuatan tersebut ke arah tujuan masing-masing yang sebenarnya. Fungsi hukum adalah
untuk menunjukan manusia mana yang baik dan yang buruk sehingga segala sesuatu dapat
berjalan tertib dan teratur. Selain itu, hukum memiliki tujuan untuk melindungi dan
memajukan kemerdekaan yang benar, membuat manusia menjuruskan mereka ke arah tujuan
terakhir dan menunjukkan jalan yang perlu ke arah tujuan ini.
Permasalahan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara yang berupa pelanggaran
terhadap nilai, moral dan hukum memiliki perbedaan masing-masing. Misalnya, negara
berhak memberi sanksi bila warga negara melakukan pelanggaran hukum, tetapi tidak
berwenang menjatuhkan sanksi bagi pelanggaran moral dan etik/nilai, kecuali jika
pelanggaran etik itu sudah menjurus pada pelanggaran hukum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Huda F.A.,(2016). Manusia, Nilai, Moral, Dan Hukum: Diakses pada 12 April 2022, dari
https://fatkhan.web.id/manusia-nilai-moral-dan-hukum/
https://catatananakdakwah.blogspot.com/2018/08/makalah-manusia-nilai-moral-dan-
hukum.html?m=1
Hasannah F.N., dkk.,(2018). Manusia, Nilai, Moral, Dan Hukum: Diakses pada 12 April
2022, dari
https://catatananakdakwah.blogspot.com/2018/08/makalah-manusia-nilai-moral-dan-
hukum.html?m=1

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Manusia%20Nilai,%20Moral%20dan
%20Hukum_0.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai