Disusun Oleh
Baka Sagiri (21130103)
Dewi Rahmah M (21130106)
Tri Budi Jatmiko (21130094)
Muhammad Rikza (21130094)
1
PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kurnia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan
tidak lupa juga shalawat dan salam kita ucapkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang
telah memberikan petunjuk kepada kita semua.
Dalam pembuatan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan beberapa
persoalan namun dengan izin Allah dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat
menyelesaikan setiap persoalan yang menghadang. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini
kami ingin mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi kami sendiri. Akhir kata tak ada gading yang tak retak, untuk segala kekurangan dan
kesalahan yang ada, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Jika ada kritik atau saran yang
bersifat membangun,penulis menerimanya dengan tangan terbuka.
Kelompok 5
2
Daftar Isi
PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan penulisan.......................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Hakikat Fungsi Perwujudan Nilai Moral dan Hukum..............................................................5
B. Keadilan Ketertiban dan Kesejahteraan ..................................................................................8
C. Problematika Nilai Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara...................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................................11
Daftar Pustaka..............................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok
masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan
kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. 3
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu
kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya,
norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib
sebagaimana yang diharapkan.
Nilai di Antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder Kualitas primer yaitu kualitas dasar
yang tanpanya objek tidak dapat menjadi ada, sama seperi kebutuhan primer yang harus ada
sebagai syarat hidup manusia, sedangkan kualitas sekunder merupakan kualitas yang dapat
1
Setiadi, Elly M, dkk.2006.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta:Kencana Prenada Media Grop.
2
Widagdho, Djoko, dkk.2008.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta:PT Bumi Aksara.
3
Supartono W., M.M.2004.Ilmu Budaya Dasar.Bogor:Ghalia Indonesia.
5
ditangkap oleh pancaindera seperti warna, rasa, bau, dan sebagainya, jadi kualitas sekunder
seperti halnya kualitas sampingan yang memberikan nilai lebih terhadap sesuatu yang
dijadikan objek penilaian kualitasnya. Perbedaan antara kedua kualitas ini adalah pada
keniscayaannya, kualitas primer harus ada dan tidak bisa ditawar lagi, sedangkan kualitas
sekunder bagian eksistesi objek tetapi kehadirannya tergantung subjek penilai. Nilai bukan
kualitas primer maupun sekunder sebab nilai tidak menambah atau memberi eksistensi objek.
Nilai bukan sebuah keniscayaan bagi esensi objek. Nilai bukan benda atau unsur benda,
melainkan sifat, kualitas, yang dimiliki objek tertentu yang dikatakan “baik”. Nilai milik
semua objek, nilai tidaklah independen yakni tidak memiliki kesubstantifan.
Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan Menilai berarti menimbang, yaitu
kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya
diambil sebuah keputusan, nilai memiliki polaritas dan hierarki, yaitu:
Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai (polaritas) seperti
baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.
Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas pengakuan,
objek yang dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan yang akan dicapai,
hubungan antara pengembangan nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang dihasilkan
nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih baik. Sedangkan Max Scheller berpendapat bahwa
hierarki terdiri dari, nilai kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, dan nilai kerohanian. Dan masih
banyak lagi klasifikasi lainnya dari para pakar, namun adapula pembagian hierarki di
Indonesia (khususnya pada masa dekade Penataran P4), yakni, nilai dasar, nilai instrumental,
dan yang terakhir nilai praksis.
Makna Nilai bagi Manusia Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat
mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik
manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang
sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan
harus diaplikasikan dalam perbuatan.
Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral Setiap orang yang menjadi teman
anak akan menampilkan kebiasaan yang dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan
berdampak positif jika isu dan kebiasaan teman itu positif juga, sebaliknya akan berpengaruh
negatif jika sikap dan tabiat yang ditampikan memang buruk, jadi diperlukan pula
pendampingan orang tua dalam tindakan anak-anaknya, terutama bagi para orang tua yang
memiliki anak yang masih di bawah umur.
6
Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu Orang dewasa
mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam menjalin hubungan dengan anak-anak
adalah memberi tahu sesuatu kepada mereka: memberi tahu apa yang harus mereka lakukan,
kapan waktu yang tepat untuk melakukannya, di mana harus dilakukan, seberapa sering harus
melakukan, dan juga kapan harus mengakhirinya. Itulah sebabnya seorang figur otoritas (bisa
juga seorang public figure) sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai moral.
Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral Setiap orang berharap
pentingnya memerhatikan perkembangan nilai anak-anak. Oleh karena itu dalam media
komunikasi mutakhir tentu akan mengembangkan suatu pandangan hidup yang terfokus
sehingga memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak dipenuhi oleh
kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar bagi peserta
didiknya dengan pendekatan klarifikasi nilai.
Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral Pendidikan tentang nilai
moral yang menggunakan pendekatan berpikir dan lebih berorientasi pada upaya-upaya untuk
mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat eratnya hubungan antara
berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada pendekatan lain dalam
pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.
Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral Munculnya berbagai informasi,
apalagi bila informasi itu sama kuatnya maka akan mempengaruhi disonansi kognitif yang
sama, misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya dengan tuntutan aturan keluarga dan
aturan agama akan menjadi konflik internal pada individu yang akhirnya akan menimbulkan
kebingungan nilai bagi individu tersebut.
Manusia Dan Hukum Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita
tidak mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka
manusia, masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk
mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-
manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat menjadi
teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum mana yang
melaksanakannya.4
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law)
dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam
ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana
ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu
bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang
bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu,
dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur
tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order)
4
Rafieq, M.2011.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta:Mega Media.
7
yang bernama: m a s y a r a k a t. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial
masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari
dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).
Hubungan Hukum Dan Moral Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan
kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma
moral dan perundang-undangan yang immoral harus diganti.Meskipun hubungan hukum dan
moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya
mungkin ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang
immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral.
8
Adil adalah keadaan yang seimbang. Apabila dilihat suatu sistem atau himpunan yang
memiliki beragam bagian yang dibuat untuk tujuan tertentu,maka mesti ada sejumlah syarat,
ukuran yang tepat pada setiap bagian dan pola kaitan antar bagian tersebut.Dengan
terhimpunnya semua syarat itu, himpunanini bisa bertahan, memberikan pengaruh
yangdiharapkan darinya, dan memenuhi tugas yang telah diletakkan untuknya. Setiap
masyarakat yang seimbang membutuhkan bermacam-macam aktivitas. Di antaranya adalah
aktivitas ekonomi, politik, pendidikan, hukum,dan kebudayaan. Semua aktivitas itu harus
didistribusikan di antara anggota masyarakat dan setiap anggota harus dimanfaatkan untuk
suatu aktivitassecara proporsional.
Jadi keadilan bila disimpulkan adalah :
1. Kesadaran adanya hak yang sama bagi setiap warga Negara
2. Kesadaran adanya kewajiban yang sama bagi setiap warga Negara
3. Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang merata
Ciri-ciri keadilan adalah :
1. Tidak memihak
2. Sama hak
3. Sah menurut hokum
4. Layak dan wajar
5. Benar secara moral
9
C. Problematika Nilai, Moral, Dan Hukum Dalam Masyarakatn Dan Negara
Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap manusia terhadap
nilai dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang merupakan modal dasar dalam
menjalin kehidupan manusia. Dengan menilai dapat menentukan moral seseorang, apakah
baik buruknya sepanjang niali itu dalam arti positif berarti perubahan bermoral , begitu juga
sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang amoral. Perbuatan yang
bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek lahiriah yaitu
untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari aspek batiniah yaitu untuk
mencapai ketenangan atau ketentraman. Statu contoh adalah masalah perkawinan. Semua
orang tahu bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah
mawadah warahmah, akan tetapi kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang terjadi
dalam keluarga, misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga, seorang suami tidak
bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain sebagainya. Dengan nilai dari perkawinan
tidak terwujud sebagaimana yang kita dambakan. Secara hukum suatu perkawinan itu dapat
diakui oleh negara apanila dilakukan dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan
tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya masih
banyak istilah kawin sirih (kawin di bawah tangan), bahkan ada juga yang dikenal dengan
“kawin kontrak”. Problema yang demikian harus diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif
dan bijaksana baik oleh kalangan masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat
perkawinan yang demikian ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak.
Karena dengan perkawinan sirih dan perkawinan sirih dan perkawinan kontrak ini, dengan
begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya, bahkan ingin terlepas dari tanggung
jawabnya.
Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut aturan-aturan yang
ada dalam suatu masyarakat, maka orang yang melaksanakan perkawinan demikian dikatakan
yang bermoral. Juga sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau
tidak dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu maka
perkawinan itu dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka yang perlu kita ketahui dalam hal
ini di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum yang tidak tertulis, yaitu misalnya
“hukum adat perkawinan” yang setiap daerah mempunyai adat masing-masing. Manusia
sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk terwujudnya apa yang dikatakan ketertiban
atau keamanan, dan ketenangan atau ketentraman maka harus patuh lepada hukum yanng
berlaku dan mennjalani nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan baik dan sempurna.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling
menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi
keselarasan dan harmoni kehidupan.
- Manusia adalah individu yg terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang paling
sempurna, paling tertinggi derajatnya, dan menjadi khalifah di permukaan bumi.
- Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap
penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.
- Selain itu manusia juga harus menjalin hubungan baik dengan dua hal. Hubungan
tersebut adalah hubungan dengan TuhanNya dan hubungan dengan manusia lainya,
hal ini yang menyebabkan manusia disebut makhluk sosial. Karena untuk menjalin
hubungan yang baik setiap manusia harus memilik inilai-nilai yang dijadikan landasan
untuk bertindak, serta moral yang baik agar tujuan hubungan yang harmonis juga
tercapai.
- Selain nilai dan moral, manusia harus menaati peraturan yang berlaku atau yang biasa
kita sebut dengan hukum. Tujuanya agar semua berjalan sesuai denganaturan dan
tidak menyalahi hak manusia lainnya. Manusia yang tidak bisa menyeimbangkan
ketiga hal ini baik nilai,moral dan hukum berarti belum bisa menobatkan dirinya
sebagai manusia yang baik bagi dirinya atau orang lain.
3.2 Saran
Kami kelompok 5 mengetahui bahwa banyak kekurangan yang kami miliki, kami juga
mengharapkan saran dari pembaca dan kawan-kawan seperjuangan,kuhususnya ibu
dosen pengampun mata kuliah ini.
Dan kami juga meminta di bukakan pintu maaf selebar-lebarnya apabila dari tulisan
dan kekurangan yang kami miliki, kami sangat menyadari bahwa kami masih banyak
kekurangan,oleh karena itu kami mengharapkan saran, terima kasih.
11
Daftar Pustaka
12