Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Kelompok 3 :
Intan Sri Rahayu Putri
Nilam sari
Shyfa nabilla
Lutfi ferliansyah
Irvan sahrul Ramadhan
Hikmat Dwi Tresna

FAKULTAS ADMINISTRASI BISNIS


UNIVERSITAS YUPPENTEK INDONESIA
TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pancasila Sebagai Etika Politik” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Nana Indriati,S.Sos.,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila, tugas yang
telah di berikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami mengenai bagaimana
rasa keadilan sebagai cita-cita dalam penegakan hukum.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran untuk makalah ini dengan harapan sebagai masukan dalam
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya.

Tangerang, 22 Oktober 2022


DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma ..................................................................................... 2
1. Pengertian Nilai .............................................................................................................. 2
2. Pengertian Moral ............................................................................................................ 2
3. Pengertian Norma ........................................................................................................... 2
B. Pengertian Etika ....................................................................................................................3
C. Pengertian Politik ..................................................................................................................3
D. Pengertian Etika Politik.........................................................................................................4
E. Pancasila Sebagai Etika Politik ............................................................................................ 4
BAB III ...................................................................................................................................... 5
CONTOH KASUS..................................................................................................................... 5
A. Kronologi Kasus ................................................................................................................... 5
B. Analisa................................................................................................................................... 6
1. Dasar Hukum .................................................................................................................. 6
2. Analisis berdasarkan Teori Pancasila sebagai Etika Politik ........................................... 6
BAB IV ...................................................................................................................................... 8
PENUTUP.................................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan suatu nilai yang
bersumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma sosial, maupun norma
kenegaraan lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila memberikan dasar-dasar
yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia, baik dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai tersebut sifatnya praksis atau nyata dalam masyarakat,
bangsa maupun negara, yang kemudian dijabarkan dalam suatu norma- norma yang jelas
hingga menjadi suatu pedoman. Jadi sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai- nilai
etika yang merupakan sumber norma yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut
dalam norma-norma etika, moral, maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun
kebangsaan.
Politik secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mencapaicita-cita
yang berhubungan dengan kekuasaan. Pancasila sebagai dasar negara, menjadipedoman tolak
ukur kehidupan berbangsa dan bernegara harus dipahami, dihayati dandiamalkan dalam tata
kehidupan berpolitik. Oleh karena itu, setiap warga Negara danpenyelenggara Negara harus
mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila. Dalam segala bidang
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat, karena Pancasila merupakan suatu
landasan moral etik dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Etika
berkaitan dengan berbagai masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan “buruk”,
sifat seseorang dikatakan susila atau bijak apabila ia melakukan kebaikan, sebaliknya
seseorang dikatakan tidak susila apabila ia melakukan kejahatan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika
2. Untuk mengetahui pengertian dari nilai, norma, dan moral.
3. Untuk mengetahui pengertian politik
4. Untuk mengetahui apa itu etika politik
5. Untuk mengetahui peranan Pancasila sebagai etika politik di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma


1. Pengertian Nilai
Nilai dalam Dictionary of sosiology and Related Sciences dikemukakan bahwa
nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
kelompok, (the believed capacity of any object to statistfy a human desire). Jadi nilai itu
pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek itu sendiri.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Di dalam nilai itu
sendiri terkandung cita-cita, harapan dambaan dan keharusan.

2. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma
yang berlaku dalam masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
Jika sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar,
baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan
norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral, filsafat,
moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma dan moral secara
bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.

3. Pengertian Norma
Kesadaran akan hubungan yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap
peraturan atau norma. Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam
kehidupan sehari hari berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya perwujudkan
martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan
suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh
sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma

2
kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat
dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi, misalnya:
a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan
b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri,
c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan
masyarakat,
d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang
dipaksakan oleh alat Negara.

B. Pengertian Etika
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang berhadapan dengan
berbagai ajaran moral. Etika murupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu etika umum dan etika khusus.
a. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.
b. Etika Khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek
kehidupan manusia. Etika khusus dibagi menjadi dua yaitu :
1. Etika Individual membahas tentang kewajiban manusia terhadap diri sendiri.
2. Etika sosial membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam
hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.

C. Pengertian Politik
Politik berasal dari kosa kata ‘politics’, yang memiliki makna bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik atau ‘negara’, yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari
sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan itu. Pengertian politik secara sempit, yaitu
bidang politik lebih banyak berkaitan dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga -
lembaga tinggi negara, kalangan aktivis politik serta para pejabat serta birokrat dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Pengertian politik yang lebih luas, yaitu menyangkut
seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara.
Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk mencapai cita-cita
yang berhubungan dengan kekuasaan

3
D. Pengertian Etika Politik
Etika politik merupakan sebuah cabang dan ilmu etika yang membahas hakikat manusia
sebagai makhluk yang berpolitik dan dasar-dasar norma yang dipakai dalam kegiatan politik.
Etika politik sangat penting, karena mempertanyakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial
dan mempertanyakan atas dasar apa sebuah norma digunakan untuk mengontrol perilaku
politik. Etika politik menelusuri batas-batas ilmu politik, kajian ideologi, asas-asas dalam
ilmu hukum, peraturan-peraturan ketatanegaraan dan kondisi psikologis manusia sampai ke
titik terdalam dari manusia melalui pengamatan terhadap perilaku, sikap, keputusan, aksi, dan
kebijakan politik

E. Pancasila Sebagai Etika Politik


Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism, karenanya
Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Sekalipun Pancasila memiliki sifat
universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima oleh semua bangsa.
Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai dan disahkan
menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa.
Dalam arti bahwa Pancasila adalah milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi
identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai
khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya.

4
BAB III
CONTOH KASUS

A. Kronologi Kasus

Kronologi Rektor Unila Jadi Tersangka Suap Penerimaan Mahasiswa Baru

Rektor Universitas Lampung (Unila) Karomani ditetapkan sebagai tersangka kasus suap
penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik 2022. Karomani ditetapkan sebagai
tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam operasi tangkap tangan (OTT).
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyebut, informasi korupsi di lingkungan pendidikan ini
pertama kali diketahui pihaknya setelah menerima laporan dari masyarakat.
Penyelidikan pun dilakukan, hingga akhirnya pada Jumat (19/8) malam, KPK berhasil
mengamankan delapan orang di tiga tempat yang berbeda, yakni Lampung, Bali, dan Bandung.
Delapan orang yang diamankan ini kemudian diperiksa. KPK kemudian menetapkan empat
dari delapan orang tersebut sebagai tersangka suap di lingkungan kampus Unila. Mereka adalah
Rektor Unila Karomani, Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila Heryadi, Ketua Senat Unila
Muhammad Basri, dan pihak swasta Andi Desfiandi.
Karomani, kata Nurul, diduga aktif menyeleksi calon mahasiswa yang mendaftar secara
mandiri ke universitas yang dipimpinnya itu. Selaku rektor, Karomani juga memerintahkan
bawahannya untuk bertanya soal kesanggupan orang tua membayar sejumlah uang tambahan
di luar kewajiban jumlah dana yang harus dibayarkan ke kampus secara resmi. Proses seleksi
berbayar ini dilakukan melalui sistem penerimaan mandiri yang diadakan di kampus tersebut,
yakni Seleksi Mandiri Masuk Universitas Lampung (SIMANILA).
Dana yang disepakati harus dibayar orang tua demi menjamin anak-anaknya bisa lulus
seleksi penerimaan mahasiswa baru Unila sendiri bervariasi. Kisarannya antara Rp100-350
juta. "Terkait besaran nominal uang yang disepakati antara pihak KRM diduga jumlahnya
bervariasi dengan kisaran minimal Rp100 juta sampai Rp350 juta untuk setiap orang tua peserta
seleksi yang ingin diluluskan," katanya.
Saat penangkapan dilakukan, KPK juga mengamankan sejumlah barang bukti. Beberapa
barang bukti tersebut diantaranya uang sejumlah Rp 414,5 juta, slip setoran deposito di salah
satu bank sebesar Rp800 juta, dan kunci safe deposit box yang diduga berisi emas senilai Rp1,4
Miliar turut diamankan. "Kemudian pihak yang ditangkap di Bandung kartu ATM dan buku
tabungan sebesar Rp1,8 Miliar," kata Nurul.

5
B. Analisa
1. Dasar Hukum
Atas perbuatannya tersebut, para tersangka disangkakan melanggar pasal sebagai berikut:
AD selaku pemberi disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat
1 huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Korupsi.
Kemudian KRM, HY, dan MB selaku penerima disangkakan melanggar Pasal 12
huruf a atau huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
199 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Dari kejauan ini modus suap penerimaan mahasiswa baru telah mencoreng marwah
dunia pendidikan, yang punya tanggung jawab moral tinggi untuk menghasilkan generasi
masa depan bangsa yang berkualitas unggul dan berintegritas.

2. Analisis berdasarkan Teori Pancasila sebagai Etika Politik

Dalam hal ini sangat terlihat jelas bahwa tindakannya itu menyalahi aturan etika
politik. Korupsi adalah salah satu tindakan atau penyakit berbahaya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia karena sudah masuk ke dalam berbagai sendi kehidupan bangsa
Indonesia baik masyarakat atas maupun bawah, masuk ke dalam struktur pemerintahan
baik eksekutif, legislative dan yudikatif. Dengan adanya korupsi dapat menghambat
pembangunan sosial, ekonomi, memperlemah karakter bangsa dan menghasilkan banyak
dampak negatif lainnya.
Usaha untuk menghadapi korupsi, rakyat Indonesia harus kembali memperkuat dan
menginternalisasikan nilai Pancasila dalam kepribadian dan sikap kesehariannya. Setiap
orang beragama pasti menolak perbuatan korupsi karena merusak nilai keadilan dan

6
keadaban sebagai makhluk Tuhan yang memiliki nilai kemanusiaan untuk tidak mudah
merampas hak orang lain.
Dengan adanya korupsi pula sisi keadilan sosial masyarakat Indonesia terusik
karena menciptakan kesenjangan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjauhkan
kita dari cita-cita negara adil dan Makmur sebagaimana mimpi para pendiri bangsa ketika
mendeklarasikan negara Indonesia.

7
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika politik termasuk lingkup etika sosial yang berkaitan dengan bidang kehidupan
politik, politik juga memiliki makna dan bermacam-macam kegiatan, dalam sistem politik
negara dan politik lainnya harus berpedoman dan mengacu pada butir- butir yang terdapat
dalam Pancasila, dengan tujuan demi kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat
(publik) dan bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi atau individu. Dalam hubungan
dengan etika politik bahwa pengertian politik harus dipahami secara lebih luas yaitu yang
menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut Negara dan
Masyarakat. Dalam kapasitas berhubungan dengan moral, maka kebebasan manusia dalam
menentukan tindakan harus bisa dipertanggungjawabkan, sesuai aturan yang telah ditetapkan
dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat sekelilingnya. Sifat serta ciri khas kebangsaan
dan kenegaraan Indonesia bukanlah totalitas individualitas ataupun sosialistis melainkan
segala keputusan kegiatan dan kebijakan serta arah dari tujuan politik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.

B. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat serta berpolitik dalam berbagai segi kegiatan dapat
terwujud dengan baik dan lancar. Untuk Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
pemerintah selaku pemegang amanat rakyat dan penyelenggara Negara harus mentaati
peraturan yang telah ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi
pemerintah yang absolut, pemerintah yang didukung penuh oleh rakyat, karena kedaulatan
tertinggi berada ditangan dan rakyat merupakan bagian terpenting dari terbentuknya suatu
negara.

Anda mungkin juga menyukai