Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA dan ETIKA POLITIK


Oleh :
Antonius Erlangga Tandirura
Jeiry Valentino Tanriawan

Wiranda
Alder Pawarrangan
Kalvin Kinda

Fakultas Teknik
Prodi Teknik Pertambangan
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pancasila dan Etika Politik” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ardy M. Jusuf
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila, tugas yang telah di berikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami mengenai bagaimana rasa
keadilan sebagai cita-cita dalam penegakan hukum.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata
bahasa. Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran untuk
makalah ini dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan dan
penyempurnaan pada makalah berikutnya.

Makassar, 13 Oktober 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 3
C. Tujuan................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 5
A. Pengertian Etika.................................................................................................. 6
B. Sistem Etika Politik Indonesia............................................................................. 7
C. Perlunya Pancasila sebagai Sistem Etika............................................................. 8
D. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika ........................................................... 9
E. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika.......................................................... 10
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 11
A.Kesimpulan.......................................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan
suatu nilai yang bersumber dari segala penjabaran norma, baik norma
hukum, norma sosial, maupun norma kenegaraan lainnya. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila memberikan dasar-dasar yang
bersifat fundamental dan universal bagi manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai tersebut sifatnya
praksis atau nyata dalam masyarakat, bangsa maupun negara, yang
kemudian dijabarkan dalam suatu norma- norma yang jelas hingga
menjadi suatu pedoman. Jadi sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem nilai- nilai etika yang merupakan sumber norma yang pada
gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral,
maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun
kebangsaan.
Politik secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mencapai cita-cita yang berhubungan dengan kekuasaan. Pancasila
sebagai dasar negara, menjadi pedoman tolak ukur kehidupan berbangsa
dan bernegara harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam tata
kehidupan berpolitik. Oleh karena itu, setiap warga Negara dan
penyelenggara Negara harus mempelajari, memahami, menghayati
dan mengamalkan Pancasila Dalam segala bidang kehidupan
berbangsa bernegara dan bermasyarakat, karena Pancasila Merupakan
suatu landasan moral etik dalam kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat. Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai,
karena etika pada pokoknya membicarakan masalah- masalah yang
berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan
“buruk”, sifat seseorang dikatakan susila atau bijak apabila ia melakukan
kebaikan, sebaliknya seseorang dikatakan tidak susila apabila ia
melakukan kejahatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Etika?
2. Bagaimana Sistem Etika Politik di Indonesia?
3. Mengapa Pancasila perlu sebagai Sistem Etika?
4. Apa saja yang menjadi Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika?
5. Apa saja Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika?
C. Tujuan
1. Untuk memahami apa itu Etika.
2. Untuk mengetahui Sistem Etika Politik di Indonesia.
3. Untuk mengetahui perlunya Pancasila sebagai Sistem Etika.
4. Untuk memahami Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika.
5. Untuk mengetahui Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika merupakan salah satu cabang filsafat. Etika merupakan cabang
aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai
“betul” (right) dan “salah” (wrong) dalam arti “susila” (immoral). Sebagai
pokok bahasan yang khusus, etika membicarakan sifat-sifat yang
menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak (Kattsoff, 2004). Etika
termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
etika umum dan etika khusus. Etika adalah suatu ilmu yang membahas
tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu,
atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987 dalam Kaelan,
2008).
Kata Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni “ethos” berarti “timbul
dari kebiasaan” adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral (Wikipedia). Berdasarkan kamus bahasa
Indonesia (1988) etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika harus dibedakan dengan etiket. Etika adalah kajian ilmiah terkait
dengan etiket atau moralitas. Etiket secara sederhana dapat diartikan
sebagai aturan kesusilaan/sopan santun. Seperti yang dijelaskan dalam KBBI
(Moeljono,dkk.,: 1988) membedakan antara etiket dengan etika. Etiket tata
cara dalam masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara
sesama manusia, sedangkan etika adalah (a) ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); (b)
kesimpulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak; dan (c) nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Jika etika berhubungan dengan moralitas, maka istilah “etika” dapat
dilakukan melalui bermacam-macam pendekatan untuk memahaminya yaitu
etika deskriptif, etika normatif dan metaetika (Bertens, 2013).
1. Etika deskriptif, yaitu bidang etika yang berusaha menjelaskan
pengalaman secara deskriptif melukiskan dan tidak memberikan
penilaian. Uraiannya dilakukan melalui gambaran-gambaran untuk
menjelaskan nilai baik buruk, susila tidak susila, dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial.
2. Etika normatif, yaitu membahas tentang perkembangan yang dapat
diterima, tentang apa yang harus dilakukan, berhubungan dengan
penilaian tentang perilaku manusia. Etika tidak hanya melukiskan tapi
juga berusaha melibatkan diri dalam penilaian. Etika ini berkaitan dengan
aturan-aturan yang berlaku serta keharusan berlaku dalam masyarakat.
3. Metaetika, yaitu pemahaman tentang istilah-istilah atau bahasa yang
dipakai dalam memberikan penjelasan tentang etika. Awalan meta (dari
bahasa Yunani) mempunyai arti “melebihi”, “melampaui”. Istilah ini
diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas di sini bukanlah
moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang
moralitas. Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi
daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang
kita gunakan di bidang moral.

B. Sistem Etika Politik Indonesia


Sebagai salah satu cabang etika, etika politik merupakan salah satu
bentuk filsafat praktis. Secara sederhana etika politik dapat diartikan sebagai
cabang etika yang mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia
dalam menjalankan kehidupannya. Jadi, etika politik tidak hanya
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai warga
negara saja, melainkan seluruh aktivitas hidupnya. Hal ini dikarenakan ruang
lingkup kehidupan politik yang mencakup bidang kehidupan lainnya. Dengan
kata lain, etika politik berkenan dengan dimensi politis kehidupan manusia
(Suseno, 2001).
Etika politik Indonesia mengacu berdasarkan Ketetapan MPR
No.VI/MPR/Tahun 2001 tentang etika kehidupan berbangsa. Pokok-pokok
etika kehidupan berbangsa yang mengacu kepada cita-cita persatuan dan
kesatuan, ketahanan, kemandirian keunggulan dan kejayaan, serta
kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa. Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa
mendepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos
kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga
kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.
Adapun uraian Etika Politik dan Pemerintahan sebagai salah satu bagian
dari Etika Kehidupan Berbangsa adalah sebagai berikut.
1. Etika politik dan pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan
suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa
tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan,
jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih
benar, serta menjunjung tinggi HAM dan keseimbangan hak dan
kewajiban dalam kehidupan berbangsa.
2. Etika pemerintahan mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki
rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap
mundur apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai
ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa,
dan negara.
3. Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan
pertentangan diselesaikan secara musyawarah dengan penuh kearifan
dan kebijaksanaan sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur
budaya, dengan tetap menjunjung tinggi perbedaan sebagai sesuatu yang
manusiawi dan alamiah.
4. Etika politik dan pemerintahan diharapkan mampu menciptakan suasana
harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik serta
antarkelompok kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besar
kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan.
5. Etika politik dan pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat
dan elit politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani,
berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap untuk mundur
dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara
formal kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
6. Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam
perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari
sikap munafik serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak
manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.

C. Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pancasila Merupakan suatu sistem karena Pancasila memenuhi syarat
disebut sebagai suatu sistem. Sebagai suatu sistem, Pancasila Merupakan
suatu kesatuan yakni disebut sebagai Pancasila yang terdiri dari bagian-
bagian silanya, antara satu sila memiliki kaitan dan berhubungan dengan sila
lain sehingga antara sila yang satu dengan sila yang lain tidak bisa dipisahkan
dan memiliki suatu tujuan yang sama.
Pancasila pada hakikatnya adalah suatu kesatuan nilai yang di dalamnya
mengandung nilai dasar yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Demokrasi Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai Pancasila itu merupakan
pilihan-pilihan nilai yang digunakan dasar atau landasan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia. Pancasila sebagai sistem etika artinya
Pancasila sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia Indonesia untuk
menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental: bagaimana saya harus
hidup dan bertindak dalam berinteraksi dengan sesama manusia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara (Margono, dkk., : 2002).
Pancasila sebagai Sistem Etika berarti Pancasila Merupakan kesatuan sila-
sila Pancasila, sila-sila Pancasila itu saling berhubungan, saling bekerja sama
untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Pancasila sebagai sistem etika, bertujuan untuk
mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara (Taniredja, 2012).
Sebagai suatu sistem etika, Pancasila memberi pandangan, memberi
prinsip-prinsip tentang harkat kemanusiaan dan kultur dapat dijamin
berhadapan dengan kekuasaan negara modern, menghadapi era globalisasi
dalam dinamika era reformasi saat ini. Pancasila dapat dijadikan tolak ukur
suatu perbuatan manusia sebagai manusia yang baik atau buruk, dengan
pedoman moral langsung yang bersifat objektif dan subjektif, dan juga
pedoman moral tidak langsung yang mendalam dari Illahi (Adnan, 2003).
D.Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika
Dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Orde Lama. Pada masa orde lama tidak dapat dikatakan bahwa
pemerintahan di zaman Orde Lama mengikuti sistem etika Pancasila,
bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum pada
zaman orde lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno
menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.
2. Orde Baru. sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk penataran P-
4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia
seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak
mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya
dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu
makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu
sekaligus makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki
pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan tanggapan
emosional dari manusia lain dalam kebersamaan hidup. Manusia sebagai
makhluk sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan
sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui kerja sama
dengan orang lain, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itulah, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial harus
dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang.
Manusia Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-pluralis yang
terdiri atas susunan kodrat: jiwa dan raga; Kedudukan kodrat: makhluk
Tuhan dan makhluk berdiri sendiri; sifat kodrat: makhluk sosial dan
makhluk individual. Keenam unsur manusia tersebut saling melengkapi
satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia
Indonesia menjadi pusat persoalan, pokok dan pelaku utama dalam
budaya Pancasila.
3. Era reformasi. Sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam
euforia demokrasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari
bahwa demokrasi tanpa dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada
penyalahgunaan kekuasaan, serta machiavelisme (menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas Gadja
Mada dalam sambutan pembukaan Simposium Nasional Pengembangan
Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan
Nasional mengatakan sebagai berikut:
“Bahwa moral bangsa semakin hari semakin merosot dan semakin
hanyut dalam arus konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, dan
ketamakan karena bangsa Indonesia tidak mengembangkan
blueprint yang berakar pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa”.
E.Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika
Oleh karena Pancasila sebagai sistem etika yang berfungsi sebagai
tuntunan dalam berpikir dan berperilaku setiap warga negara Indonesia, maka
kita harus memahami tantangan etika Pancasila hingga saat ini. Pancasila
sebagai sistem etika akan terus mengalami pasang surut dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Adapun tantangan yang mungkin di hadapi oleh Pancasila sebagai sistem
etika, yaitu, pertama berubahnya tatanan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat Indonesia. Dengan adanya peristiwa tersebut, para generasi muda
akan di hadapkan pada keadaan yang serba berbeda dan mengarah pada hal-
hal yang negatif. Misalnya seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba,
minum minuman keras dan kejahatan-kejahatan lainnya. Hal ini juga merupakan
pengaruh dari adanya arus globalisasi yang dapat merubah pola pikir
masyarakat menjadi kebarat-baratan.
Tantangan selanjutnya yang mungkin akan di hadapi yaitu lunturnya wibawa
pemerintah. Hal ini tentu akan menimbulkan rasa tidak percaya masyarakat
Indonesia kepada pemerintah dan atasan-atasan lainnya. Rasa tidak percaya ini
akan menghambat program-program yang dibuat oleh pemerintah untuk warga
negaranya. Sehingga pemerintah perlu tegas dan meningkatkan wibawanya
agar masyarakat dapat percaya secara penuh kepada pemerintah dan
menjadikannya taat dan patuh terhadap program-program yang dibuat oleh
pemerintah tersebut.
Munculnya konsep ekonomi liberal dan kapitalisme. Ini merupakan salah
satu tantangan yang mungkin akan di hadapi oleh Pancasila yang dapat
menimbulkan dampak ketimpangan dalam kehidupan masyarakat yang mampu
memunculkan keresahan akibat dari meningkatnya kejahatan dan kriminalitas
yang di sebabkan oleh munculnya ketimpangan ekonomi masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika politik termasuk lingkup etika sosial yang berkaitan dengan bidang
kehidupan politik, politik juga memiliki makna dan bermacam-macam
kegiatan, dalam sistem politik negara dan politik lainnya harus berpedoman dan
mengacu pada butir-butir yang terdapat dalam Pancasila, dengan tujuan demi
kepentingan negara dan kepentingan masyarakat (publik) dan bukan
semata-mata untuk kepentingan pribadi atau individu. Dalam hubungan
dengan etika politik bahwa pengertian politik harus dipahami secara lebih
luas yaitu yang menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut Negara dan Masyarakat.
Dalam kapasitas berhubungan dengan moral, maka kebebasan manusia
dalam menentukan tindakan harus bisa dipertanggungjawabkan, sesuai aturan
yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat
sekelilingnya. Sifat serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
bukanlah totalitas individualitas ataupun sosialistis melainkan segala
keputusan kegiatan dan kebijakan serta arah dari tujuan politik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.

B. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat serta berpolitik dalam
berbagai segi kegiatan dapat terwujud dengan baik dan lancar. Untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, pemerintah selaku pemegang
amanat rakyat dan penyelenggara negara harus menaati peraturan yang telah
ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi
pemerintah yang absolut, pemerintah yang didukung penuh oleh rakyat, karena
kedaulatan tertinggi berada di tangan dan rakyat merupakan bagian terpenting
dari terbentuknya suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Ali. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Depok: PT
Rajagrafindo Persada.
Nurdin, Annisa Putri. 2021. Tantangan bagi Pancasila sebagai Sistem Etika di
Indonesia,
https://www.kompasiana.com/putrinurdin/619e0f1a06310e22f7725282/tanta
ngan-bagi-pancasila-sebagai-sistem-etika-di-indonesia.

Anda mungkin juga menyukai