Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. LINDA PRISKA
2. ALVIN ASSIDDIQ
3. MUHAMMAD RIFKY ARKANI
4. L FERRY FERDIANSAH
5. M. DANI

KELAS TI-C

TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS HAMZANWADI

FAKULTAS TEKNIK (FT)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya serta berkat petunjuk dan kekuatan-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI
ETIKA POLITIK”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pancasila Sebagai


Etika Politik ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Selong, 08 Oktober 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3

1. Pengertian Etika...................................................................................... 3
2. Pengertian Politik.................................................................................... 5
3. Etika Politik............................................................................................. 7
4. Pancasila Sebagai Etika Politik............................................................... 8

BAB III PENUTUP....................................................................................... 11

1. Kesimpulan......................................................................................... 11
2. Saran ................................................................................................... 11
Daftar Pustaka............................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pada hakikatnya, Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan suatu
nilaiyang bersumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma
sosial, maupunnorma kenegaraan lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal
bagi manusia, baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut sifatnya praksis atau nyata dalam masyarakat, bangsa
maupun negara, yang kemudian dijabarkan dalam suatu norma- norma yang
jelas hingga menjadi suatu pedoman. Jadi sila-sila Pancasilamerupakan suatu
sistem nilai- nilai etika yang merupakan sumber norma yang pada gilirannya
harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral, maupun norma
hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
Politik secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mencapaicita-cita yang berhubungan dengan kekuasaan. Pancasila sebagai
dasar negara, menjadi pedoman tolak ukur kehidupan berbangsa dan bernegara
harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam tata kehidupan berpolitik. Oleh
karena itu, setiap warga Negara dan penyelenggara Negara harus mempelajari,
memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila Dalam segala bidang
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat, karena Pancasila
Merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat. Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai, karena
etika pada pokoknya membicarakan masalah- masalah yang berkaitan dengan
predikatnilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan “buruk”, sifat seseorang
dikatakan susila atau bijak apabila ia melakukan kebaikan, sebaliknya
seseorang dikatakan tidak susila apabilaia melakukan kejahatan.

1
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa yang dimaksud dengan politik?
3. Apa yang dimaksud dengan etika politik?
4. Bagaimana peranan Pancasila sebagai etika politik di Indonesia

III. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian etika.


2. Untuk mengetahui pengertian politik.
3. Untuk mengetahui apa itu etika politik.
4. Untuk mengetahui peranan Pancasila sebagai etika politik di
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika
Pengertian Etika Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani
ethos yang artinya tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi
perspektif objeknya adalah perbuatan, sikap, atau tindakan manusia.
Pengertian etika secara khusus adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu
individu dalam lingkungan pergaulannya yang kental akan aturan dan
prinsip terkait tingkah laku yang dianggap benar. Sedangkan pengertian etika
secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa
digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam
melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat
kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam bermasyarakat.

Menurut K. Bertens, 3 pengertian etika, yaitu yang pertama, etika adalah


nilai moral dan norma yang menjadi pedoman, baik bagi suatu individu
maupun suatu kelompok, dalam mengatur tindakan atau perilaku. Dengan
kata lain, pengertian ini disebut juga sebagai sistem nilai di dalam hidup
manusia, baik perorangan maupun bermasyarakat. Kedua, etika berarti ilmu
mengenai baik dan buruknya manusia(moral). Ketiga, etika juga diartikan
sebagai kumpulan nilai mora dan asas (kodeetik). Wilfridus. J.S Poerwadar
minta, salah satu tokoh sastra Indonesia, mengemukakan bahwa etika
adalah ilmu pengetahuan terkait perbuatan dan perilaku manusia dilihat dari
sisi baik dan sisi buruknya yang ditentukan oleh manusia pula.

Istilah etika sendiri berasal dari bahasa Perancis yakni "etiquete; yang
mempunyai arti tata pergaulan yang baik antara manusia atau
peraturan/ketentuan yang menetapkan tingkah laku yang baik dalam
hubungan dengan orang lain. Istilah yang sepadan dengan etika seperti tata
krama, tata sopan santun, norma sopan santun, tata cara bertingkah laku
yang baik, perilaku yang baik dan menyenangkan. Kata tata krama berasal
dari kata tata yang berarti adat aturan atau norma, sedangkan kata krama
berarti sopan santun, kelakuan, tindakan dan perbuatan, sedangkan
katapergaulan menunjukkan hubungan manusia dengan manusia lain.
Dengan demikian pengertian etika dan tatak rama pergaulan berarti sopan

3
santun atau, tata sopan santun antar sesama manusia. Dalam kajian etika
dikenal tiga teori/aliran besar, yaitu:

a. Etika Keutamaan

Etika Keutamaan atau etika kebajikan yang mempelajari tentang


keutamaan yang berarti perbuatan baik, atau buruknya seorang
manusia. Etika ini akan mengarahkan bagaimana seseorang harus
berperilaku semestinya

b. Etika Teleologi

Etika teleologi berasal dari bahasa kata Yunani telos, yang


berarti akhir, tujuan, maksud, dan logos berarti perkataan.
Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan
segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Etika teleologi
mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat
yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Artinya, teleologi bisa
sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan
yang dilakukan.

c. Etika Deontologis

Etika deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata


Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu
atau teori. Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus
ditolak sebagai keburukan, deontologi menjawab, ‘karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan
kedua dilarang’.

4
Etika Keutamaan atau etika kebajikan yang mempelajari tentang keutamaan
yang berarti perbuatan baik, atau buruknya seorang manusia. Etika ini akan
mengarahkan bagaimana seseorang harus berperilaku semestiny
A. Etika Keutamaan
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari kosakata ‘politics’, yang memiliki makna bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau ‘negara’, yang menyangkut
proses penentuan tujuan–tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan itu. Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik
lebih banyak berkaitan dengan para pelaksana pemerintahan negara,
lembaga – lembaga tinggi negara, kalangan aktivis politik serta para
pejabat serta birokrat dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
Pengertian politik yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yan
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara.
Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk
mencapaicita-cita yang berhubungan dengan kekuasaan.

Menurut teori klasik Aristoteles, pengertia politik adalah usaha yang


ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Miriam
Budiardjo menyebutkan pengertian politik adalah bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistemitu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Beberapa
konsep politik, yaitu:

1. Klasik

Pada pandangan klasik, politik digunakan masyarakat untuk


mencapai suatu kebaikan bersama yang dianggap memiliki nilai
moral yang lebih tinggi. Kepentingan umum sering diartikan
sebagai tujuan-tujuan moral atau nilai-nilai ideal yang bersifat
abstrak seperti keadilan kebenaran dan kebahagiaan. Pandangan
klasik dianggap kabur seiring banyaknya penafsiran tentang
kepentingan umum itu sendiri.

5
2. Kelembagaan

Menurut Max Weber, politik adalah segala sesuatu yang berkaitan


dengan penyelenggaraan negara. Max Weber melihat negara dari
sudut pandang yuridis formal yang statis. Negara dianggap
memiliki hak monopoli kekuasaan fisik yang utama. Namun
konsep ini hanya berlaku bagi negara modern yaitu negara yang
sudah ada diferensiasi dan spesialisasi perana negara yang
memiliki batas wilayah yang pasti dan penduduknya tidak
nomaden

3. Kekuasaan

Robson mengemukakan politik adalah kegiatan mencari dan


mempertahankan kekuasaan ataupun menentang pelaksanaan
kekuasaan. Kekuasaan sendiri adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain, baik pikiran maupun perbuatan agar
orang tersebut berpikir dan bertindak sesuai dengan orang yang
mempengaruhi. Kelemahan dari konsep ini adalah tidak dapat
dibedakannya konsep beraspek politik dan yang non politik dan
juga kekuasaan hanya salah satukonsep dalam ilmu politik, masih
ada konsep ideologi, legitimasi dan konflik

4. Fungsionalisme

David Easton berpendapat bahwa politik adalah alokasi nilai-nilai


secara otoritatif berdasarkan kewenangan dan mengikat suatu
masyarakat. Sedangkan menurut Harold Lasswell, politik
merupakan who gets, what gets, when gets dan how gets nilai.
Dapat diketahui bahwa politik sebagai perumusan dan pelaksanaan
kebijakan umum.

5. Konflik
Pandangan konflik mendeskripsikan bahwa politik merupakan
kegiatan untuk mempengaruhi perumusan dan kebijaksanaan
umum dalam rangka usaha untuk mempengaruhi, mendapatkan dan
mempertahankan nilai. Oleh karena itu sering terjadi perdebatan
dan pertentangan antar pihak yang memperjuangka dan pihak yang
mempertahankan nilai. Kelemahan konsep ini adalah tidak
semua konflik berdimensi politik

6
Etika Keutamaan atau etika kebajikan yang mempelajari tentang keutamaan
yang berarti perbuatan baik, atau buruknya seorang manusia. Etika ini akan
mengarahkan bagaimana seseorang harus berperilaku semestinya.
3. Etika Politik
Pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai
pelakuetika, yakni manusia. Oleh karen itu etika politik berkaitan erat dengan
bidng pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertia
"moral"senantiasa menunjuk epada manusia sebagai subjek etika. Dapat
disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa, maupun
negara. Dasar ini lebih menguatkan akar etika politik bahwa kebaika
senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk beradab dan
berbudaya.

Etika politik merupakan sebuah cabang dan ilmu etika yang


membahas hakikat manusia sebagai makhluk yang berpolitik dan dasar-dasar
norma yang dipakai dalam kegiatan politik. Etika politik sangat penting
karena mempertanyakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan
mempertanyakan atas dasar apa sebuah norma digunaka untuk mengontro
perilaku politik. Etika politik menelusuri batas-batasilmu politik, kajian
ideologi, asas-asas dalam ilmu hukum, peraturan-peraturan ketatanegaraan
dan kondisi psikologis manusia sampai ke titik terdalam dari manusia melalui
pengamatan terhadap perilaku, sikap, keputusan, aksi, dan kebijakan politik.

Etika politik tidak menerima begitu saja sebuah norma yang


melegitimasi kebijakan-kebijakan yang melanggar konsep nilai intersubjektif
(dan sekaligus nilai objektif juga) hasil kesepakatan awal Jadi, tugas utama
etika politik sebagai metodekritis adalah memeriksa legitimasi ideologi yang
dipakai oleh kekuasaan dalam menjalanka wewenangnya. Namun demikian
bukan berarti bahwa etika politikhanya dapat digunaka sebagai alat kritik.

7
Etika politik haru pula dikritisi. Olehkarena itu, etika politik harus terbuka
terhadap kritik dan ilmu-ilmu terapan.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbata pada penyediaan alat-alat


untuk mempertanyaka serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori,
melainkan secara rasional objektif dan argumentative. Etika politik tidak
langsun mencampuri politik praktis. Tugas etika politik membantu agar
pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara objektif.

Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika


politik. Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan
Negara sebagailembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan
struktur ganda kemampuan manusia (makhluk individu dan sosial). Pokok
permasalahan etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan. Sehingga
penguasa memiliki kekuasaa dan masyarakat berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban. Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuasaan
politik dari segi norma-norma moral. Legitmasi ini muncul dalam konteks
bahwa setiap tindakan Negara baik legislatif maupun eksekutif dapat
dipertanyakan dari segi norma-norma moral. Moralitas kekuasaan lebih
banyak ditentukan oleh nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh
masyarakat.

B. Etika Teleologi
Etika teleologi berasal dari bahasa kata Yunani telos, yang berarti akhir,
tujuan, maksud, dan logos berarti perkataan. Teleologi adalah ajaran yang
menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu.
Etika teleologi mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat y
4. Pancasila Sebagai Etika Politik

Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas


humanism, karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa
saja. Sekalipun Pancasila memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja
dapat dengan mudah diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak
pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai dan disahkan
menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap
moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila adalah milik khas bangsa
8
Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral
dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam
Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan


kebangsaan dan kenegaraan. Berdasarkan sila pertama Negara
Indonesia bukanlah negara demokrasi yang mendasarkan
kekuasaan negara pada legitimasi religius. Kekuasaan kepala
negara tidak bersifat mutlak berdasarkan legitimasi religious
melainkan berdasarkan legitimasi hukum dan demokrasi.
Walaupun Negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi
religius, namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai
dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan terutama hukum serta
moral dalam kehidupan negara. Oleh karena itu asas sila pertama
lebih berkaitan dengan legitimasi moral

2. Kemanusinan yang Adil dan Beradab

Sila kedua juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam


kehidupan negara. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat
manusia didunia hidup secara bersama dalam suatu wilayah
tertentu, dengan suatu cita-cita serta prinsip hidup demi
kesejahteraan bersama. Manusia merupakan dasar kehidupan dan
penyelenggaran negara. Oleh karena itu asas-asas kemanusiaan
adalah bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan hukum Dalam
kehidupan negara kemanusiaan harus mendapatkan jaminan
hukum, maka hal inilah yang diistilahkan dengan jaminan atas hak-
hak dasar (asasi) manusia. Selain itu asas kemanusinan juga harus
merupakan prinsip dasar moralitas dalam penyelenggaraan negara.

3. Persatuan Indonesia

Persatuan berarti utuh dan tidak terpecah-pecah. Persatuan


mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Sila ketiga ini mencakup
persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hankam. Indonesia sebagai negar plural yang memiliki beraneka

9
ragam corak tidak terbantahkan lagi merupakan negara yangrawan
konflik. Oleh karenanya diperlukan semangat persatuan sehingga
tidak muncul jurang pemisah antara satu golongan dengan
golongan yang lain. Dibutuhkan sikap saling menghargai dan
menjunjung semangat persatuan dan keutuhan negara dan kebaikan
bersama. Oleh karena itu sila ketiga ini juga berkaitan dengan
legitimasi moral.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan

Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan


kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat. Oleh karena itu
rakyat merupakan asal muasal kekuasaan negara. Dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan,
kekuasaan serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat
sebagai pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik
praktis, hal-hal yang menyangkut kekuasaan legislatif, eksekutif
serta yudikatif, konsep pengambilan keputusan, pengawasan serta
partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari rakyat, atau dengan
kata lain har memiliki "legitimasi demokratis".

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan legitimasi


hukum yaitu prinsip “legalitas”. Negara Indonesia adalah negara
hukum, oleh karena itu keadilan dalam hidup bersama (keadilan
sosial) merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Dalam
penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan
serta pembagian senantiasa harus berdasarkan hukum yang berlaku.
Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan
kenegaraan akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam
kehidupan negara. Pola pikir untuk membangun kehidupan
berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan
kelima sila yang telah dijabarkan diatas. Yang mana dalam
berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusian yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dan dengan penuh Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia tanpa pandang bulu Etika politik

10
Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk meneliti perilaku
politik Negara,terutama sebagai metode kritis untuk
memutuskan benar atau sahnya sebuah kebijakan dan
tindakan pemerintah dengan cara kesesuaian dan tindakan
pemerintah itu dengan makna sila-sila Pancasila

Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat
secara konkri dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat
eksekutif, legislatif, yudikatif, para pelaksana dan penegak hukum harus
menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus
berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus
dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar
tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi ini.
Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan,
pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai
perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi momok masyarakat.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Etika politik termasuk lingkup etika sosial yang berkaitan dengan bidang
kehidupan politik, politik juga memiliki makna dan bermacam-macam
kegiatan, dalam sistem politik negara dan politik lainnya harus berpedoman
dan mengacu pada butir- butir yang terdapat dalam Pancasila, dengan
tujuan demi kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat (publik) dan
bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi atau individu. Dalam
hubungan dengan etika politik bahwa pengertian politik harus dipahami
secara lebih luas yaitu yang menyangkut seluruh unsur yang membentuk
suatu persekutuan hidup yang disebut Negara dan Masyarakat. Dalam
kapasitas berhubungan dengan moral, maka kebebasan manusia dalam
menentukan tindakan harus bisa dipertanggung jawabkan, sesuai aturan
yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat
sekelilingnya. Sifat serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan Indonesia

11
bukanlah totalitas individualitas ataupun sosialistis melainkan segala
keputusan kegiatan dan kebijakan serta arah dari tujuan politik harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral.

2. Saran

Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam


kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat serta berpolitik dalam
berbagaisegi kegiatan dapat terwujud dengan baik dan lancar. Untuk
Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, pemerintah selaku
pemegang amanat rakyat dan penyelenggara Negara harus mentaati
peraturan yang telah ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara
ditentukan oleh kondisi pemerintah yang absolut, pemerintah yang didukung
penuh oleh rakyat, karena kedaulatan tertinggi berada ditangan dan rakyat
merupakan bagian terpenting dari terbentuknya suatu negara.

DAFTAR PUSTAKA

4, K. (2022, Mei 12). PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK. Retrieved from


studocu:
https://www.studocu.com/id/document/universitas-hasanuddin/pancasila/
makalah-pancasila-sebagai-etika-politik/31122854

Hariyanti, F. (2018, Oktober 06). MAKALAH PANCASILA SEBAGAI ETIKA


POLITIK. Retrieved from academia:
https://www.academia.edu/37737584/MAKALAH_PANCASILA_SEBA
GAI_ETIKA_POLITIK

12
13

Anda mungkin juga menyukai