Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. LINDA PRISKA
2. ALVIN ASSIDDIQ
3. MUHAMMAD RIFKY ARKANI
4. L FERRY FERDIANSAH
5. M. DANI
KELAS TI-C
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS HAMZANWADI
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya serta berkat petunjuk dan kekuatan-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI
ETIKA POLITIK”.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
1. Pengertian Etika...................................................................................... 3
2. Pengertian Politik.................................................................................... 5
3. Etika Politik............................................................................................. 7
4. Pancasila Sebagai Etika Politik............................................................... 8
1. Kesimpulan......................................................................................... 11
2. Saran ................................................................................................... 11
Daftar Pustaka............................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada hakikatnya, Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan suatu
nilaiyang bersumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma
sosial, maupunnorma kenegaraan lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal
bagi manusia, baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut sifatnya praksis atau nyata dalam masyarakat, bangsa
maupun negara, yang kemudian dijabarkan dalam suatu norma- norma yang
jelas hingga menjadi suatu pedoman. Jadi sila-sila Pancasilamerupakan suatu
sistem nilai- nilai etika yang merupakan sumber norma yang pada gilirannya
harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral, maupun norma
hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
Politik secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mencapaicita-cita yang berhubungan dengan kekuasaan. Pancasila sebagai
dasar negara, menjadi pedoman tolak ukur kehidupan berbangsa dan bernegara
harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam tata kehidupan berpolitik. Oleh
karena itu, setiap warga Negara dan penyelenggara Negara harus mempelajari,
memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila Dalam segala bidang
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat, karena Pancasila
Merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat. Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai, karena
etika pada pokoknya membicarakan masalah- masalah yang berkaitan dengan
predikatnilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan “buruk”, sifat seseorang
dikatakan susila atau bijak apabila ia melakukan kebaikan, sebaliknya
seseorang dikatakan tidak susila apabilaia melakukan kejahatan.
1
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa yang dimaksud dengan politik?
3. Apa yang dimaksud dengan etika politik?
4. Bagaimana peranan Pancasila sebagai etika politik di Indonesia
III. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
Pengertian Etika Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani
ethos yang artinya tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi
perspektif objeknya adalah perbuatan, sikap, atau tindakan manusia.
Pengertian etika secara khusus adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu
individu dalam lingkungan pergaulannya yang kental akan aturan dan
prinsip terkait tingkah laku yang dianggap benar. Sedangkan pengertian etika
secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa
digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam
melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat
kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam bermasyarakat.
Istilah etika sendiri berasal dari bahasa Perancis yakni "etiquete; yang
mempunyai arti tata pergaulan yang baik antara manusia atau
peraturan/ketentuan yang menetapkan tingkah laku yang baik dalam
hubungan dengan orang lain. Istilah yang sepadan dengan etika seperti tata
krama, tata sopan santun, norma sopan santun, tata cara bertingkah laku
yang baik, perilaku yang baik dan menyenangkan. Kata tata krama berasal
dari kata tata yang berarti adat aturan atau norma, sedangkan kata krama
berarti sopan santun, kelakuan, tindakan dan perbuatan, sedangkan
katapergaulan menunjukkan hubungan manusia dengan manusia lain.
Dengan demikian pengertian etika dan tatak rama pergaulan berarti sopan
3
santun atau, tata sopan santun antar sesama manusia. Dalam kajian etika
dikenal tiga teori/aliran besar, yaitu:
a. Etika Keutamaan
b. Etika Teleologi
c. Etika Deontologis
4
Etika Keutamaan atau etika kebajikan yang mempelajari tentang keutamaan
yang berarti perbuatan baik, atau buruknya seorang manusia. Etika ini akan
mengarahkan bagaimana seseorang harus berperilaku semestiny
A. Etika Keutamaan
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari kosakata ‘politics’, yang memiliki makna bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau ‘negara’, yang menyangkut
proses penentuan tujuan–tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan itu. Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik
lebih banyak berkaitan dengan para pelaksana pemerintahan negara,
lembaga – lembaga tinggi negara, kalangan aktivis politik serta para
pejabat serta birokrat dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
Pengertian politik yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yan
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara.
Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk
mencapaicita-cita yang berhubungan dengan kekuasaan.
1. Klasik
5
2. Kelembagaan
3. Kekuasaan
4. Fungsionalisme
5. Konflik
Pandangan konflik mendeskripsikan bahwa politik merupakan
kegiatan untuk mempengaruhi perumusan dan kebijaksanaan
umum dalam rangka usaha untuk mempengaruhi, mendapatkan dan
mempertahankan nilai. Oleh karena itu sering terjadi perdebatan
dan pertentangan antar pihak yang memperjuangka dan pihak yang
mempertahankan nilai. Kelemahan konsep ini adalah tidak
semua konflik berdimensi politik
6
Etika Keutamaan atau etika kebajikan yang mempelajari tentang keutamaan
yang berarti perbuatan baik, atau buruknya seorang manusia. Etika ini akan
mengarahkan bagaimana seseorang harus berperilaku semestinya.
3. Etika Politik
Pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai
pelakuetika, yakni manusia. Oleh karen itu etika politik berkaitan erat dengan
bidng pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertia
"moral"senantiasa menunjuk epada manusia sebagai subjek etika. Dapat
disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa, maupun
negara. Dasar ini lebih menguatkan akar etika politik bahwa kebaika
senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk beradab dan
berbudaya.
7
Etika politik haru pula dikritisi. Olehkarena itu, etika politik harus terbuka
terhadap kritik dan ilmu-ilmu terapan.
B. Etika Teleologi
Etika teleologi berasal dari bahasa kata Yunani telos, yang berarti akhir,
tujuan, maksud, dan logos berarti perkataan. Teleologi adalah ajaran yang
menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu.
Etika teleologi mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat y
4. Pancasila Sebagai Etika Politik
3. Persatuan Indonesia
9
ragam corak tidak terbantahkan lagi merupakan negara yangrawan
konflik. Oleh karenanya diperlukan semangat persatuan sehingga
tidak muncul jurang pemisah antara satu golongan dengan
golongan yang lain. Dibutuhkan sikap saling menghargai dan
menjunjung semangat persatuan dan keutuhan negara dan kebaikan
bersama. Oleh karena itu sila ketiga ini juga berkaitan dengan
legitimasi moral.
10
Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk meneliti perilaku
politik Negara,terutama sebagai metode kritis untuk
memutuskan benar atau sahnya sebuah kebijakan dan
tindakan pemerintah dengan cara kesesuaian dan tindakan
pemerintah itu dengan makna sila-sila Pancasila
Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat
secara konkri dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat
eksekutif, legislatif, yudikatif, para pelaksana dan penegak hukum harus
menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus
berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus
dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar
tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi ini.
Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan,
pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai
perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi momok masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Etika politik termasuk lingkup etika sosial yang berkaitan dengan bidang
kehidupan politik, politik juga memiliki makna dan bermacam-macam
kegiatan, dalam sistem politik negara dan politik lainnya harus berpedoman
dan mengacu pada butir- butir yang terdapat dalam Pancasila, dengan
tujuan demi kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat (publik) dan
bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi atau individu. Dalam
hubungan dengan etika politik bahwa pengertian politik harus dipahami
secara lebih luas yaitu yang menyangkut seluruh unsur yang membentuk
suatu persekutuan hidup yang disebut Negara dan Masyarakat. Dalam
kapasitas berhubungan dengan moral, maka kebebasan manusia dalam
menentukan tindakan harus bisa dipertanggung jawabkan, sesuai aturan
yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat
sekelilingnya. Sifat serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
11
bukanlah totalitas individualitas ataupun sosialistis melainkan segala
keputusan kegiatan dan kebijakan serta arah dari tujuan politik harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
13