Anda di halaman 1dari 14

Pancasila Sebagai Etika Politik

DISUSUN OLEH :

Luh Made Sintya Wulandari (1901541154)

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PRODI SASTRA INGGRIS

2019
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pancasila sebagai Etika
Politik”. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Drs. Industri Ginting Suka, M.S. selaku dosen pada mata kuliah Pancasila di lingkungan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana yang sudah memberikan kepercayaan kepada
penulis untuk menyelesaikan tugas ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pancasila. Dalam makalah ini mengulas tentang Pancasila sebagai Etika Politik

Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
dan juga wawasan bagi pembacanya. Penulis pun menyadari bahwa di dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang , mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Penulis berharap agar makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-
kata yang kurang berkenan.

Denpasar, 25 November 2019


Penulis

Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Pancasila sebagai
dasar Negara, pedoman dan tolak ukur kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik
Indonesia dalam kehidupan berpolitik, etika politik Indonesia yang tertanam didalam

jiwa Pancasila. Kesadaran etika yang merupakan kesadaran relational akan tumbuh

subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai pancasila itu diyakini

kebenarannya. Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan

suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma seperti

halnya norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari etika?


2. Apakah pengertian dari politik?
3. Apakah yang dimaksud dengan etika politik?
4. Apa saja nilai-nilai Pancasila yang menjadi sumber etika politik?
5. Bagaimana penerapan etika politik di Indonesia saat ini?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari etika.


2. Untuk mengetahui pengertian dari politik.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian etika politik.
4. Untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang menjadi sumber etika politik.
5. Untuk mengetahui bagaimana penerapan etika politik di Indonesia saat ini dan juga
penerapan Pancasila sebagai etika politik.

1.4 Batasan Permasalahan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Etika berasal dari Bahasa Yunani Kuno “ethikos” yang berarti timbul dari kebiasaan
adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Sebenarnya
etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam
hubungan dengan tigkah laku manusia (Kattsoff. 1986). Dapat juga dikatakan bahwa etika
berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalah hubungan dengan tingkah laku manusia.
Secara terminologis, etika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
(moral). Sedangkan ethic, dalam Bahasa inggris berarti system of moral principles. Etika
termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum
dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Susen, 1987). Etika khusus
dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
dan etika sosial yang membahas dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan suatu
bagian terbesar dari etika khusus.

Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika memberikan
standar atau penilaian terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, etika terbagi menjadi
empat klasifikasi yaitu:

 Etika Deskriptif: Etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa memberikan
penilaian terhadap objek yang diamati.
 Etika Normatif: Etika yang mengemukakan suatu penilaian mana yang baik dan
buruk, dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh manusia.
 Etika Individual: Etika yang objeknya manusia sebagai individualis. Berkaitan
dengan makna dan tujuan hidp manusia
 Etika Sosial: Etika yang membicarakan tingkah laku manusia sebagai makhluk
sosial dan hubungan interaksinya dengan manusia lain. Baik dalam lingkup
terkecil, keluarga, hingga yang terbesar bernegara.

2.2 Pengertian Politik

Politik berasal dari Bahasa Yunani “politikos” yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan
dengan warga negara, adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnyan dalam
negara. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari masyarakat, dan bukan tujuan pribadi
seseorang. Selain itu, politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai
politik, lembaga masyarakat, maupun perseorangan.

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:\
 Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles).
 Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara.
 Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat.
 Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.

2.3 Pengertian Etika Politik

Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Hal
ini tentunya sangat berkaitan erat dengan bidang pembahasan moral yang berdasarkan
kenyataan bahwa pengertian “moral” senantiasa merujuk kepada manusia sebagai subjek
etika. Etika Politik merupakan cabang etika dan termasuk ke dalam lingkungan filsafat serta
mempertanyakan praksis manusia. Dimana, etika itu sendiri berkaitan dengan norma moral.
Norma Moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
pandang, baik atau buruk, sopan atau tidak sopan, dan susila atau tidak susila sebagai seorang
manusia.

Etika politik, menurut Ricoeur, tidak hanya menyangkut perilaku individual, tapi juga terkait
tindakan kolektif. Ketika suatu keputusan butuh persetujuan dari sebanyak mungkin
warganegara, legitimasi kolektif publik dapat dimanfaatkan dalam menerapkan politik yang
beretika. Biasanya untuk memperoleh persetujuan, politisi perlu memiliki kemampuan
meyakinkan. Agar warga negara tidak mudah terpengaruh oleh terpaan isu yang diangkat
politisi, warga negara perlu kritis.

Paul Ricoeur (1990) mengatakan etika politik perlu, Yaitu :

a) untuk hidup bersama dan untuk orang lain

b) memperluas lingkup kebebasan,

c) membangun institusi-institusi yang adil.

2.4 Nilai-nilai Pancasila yang menjadi sumber etika politik


Melalui etika, manusia dapat menunjukkan nilai-nilai untuk menyakikinkan diri dalam
mengambil sebuah keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan mengapa perlu
dilakukan. Pancasila adalah etika bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara.
Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber peraturan perundang-
undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara. Etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap akan
tetapi melalui moralitas yang bersumber pada hati nurani, rasa malu kepada masyarakat dan
rasa takut kepada Tuhan yang Maha Esa. Terwujudnya etika politik dengan baik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran dan keikhlasan hati
nurani dari masing-masing warga negara yang telah memiliki hak politiknya untuk
melaksanakan ajaran moral dan norma-norma aturan berpolitik dalam negara. Ketuhanan
Yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah merupakan
sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Negara Indonesia yang
berdasarkan sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ bukanlah negara Teokrasi yang
mendasarkan kekuasaan dan penyelenggaraan negara pada ligitimasi religius. Kekuasaan
kepala negara tidak mendasarkan pada legitimasi religius melainkan mendasarkan pada
legitimasi hukum dan demokrasi. Oleh karena itu asas sila pertama lebih berkaitan dengan
legitimasi moral. Inilah yang membedakan negara yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan
teokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius,
namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari
Tuhan, terutama hukum serta moral dalam kehidupan bernegara. Artinya, proses
penyelenggaraan Negara dan kehidupan Negara tidak boleh diarahkan pada paham anti
Tuhan dan anti agama, akan tetapi kehidupan dan penyelenggaraan negara harus selalu
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian sila pertama merupakan
legitimasi moral religious bagi bangsa Indonesia.

Sistem politik Bhineka Tunggal Ika atau Pancasila ini sangatlah berpijak pada sila-sila di
dalam Pancasila. Pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” tersirat
bahwa Indonesia menghargai keberagaman agama dan keyakinan.

Pada sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, kita diajarkan untuk
tidak boleh memperlakukan orang lain berbeda-beda entah itu berdasarkan harkat ataupun
martabatnya. Oleh karena itu asas-asas kemanusiaan mempunyai kedudukan mutlak dalam
kehidupan negara dan hukum, sehingga jaminan hak asasi manusia harus diberikan kepada
setiap warga negara. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mempunyai keterkaitan yang
sangat erat dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” mengajarkan kita untuk selalu berdamai
apapun keadaannya. Sila keempat yamg berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” mengatakan bahwa kedaulatan benar-
benar berada ditangan rakyat penuh. Sila ini menegaskan bahwa Negara berasal dari rakyat
dan segala kebijakan dan kekuasaan diarahkan senantiasa untuk rakyat. Sila ini memberikan
legitimasi demokrasi bagi penyelenggaraan Negara.

Di sila terakhir yaitu sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”, telah terkandung tujuan dari sistem politik Pancasila. Keadilan sosial adalah
keadilan yang terlaksana. Dalam kehidupan bernegara, keadilan sosial diusahakan dengan
upaya membongkar ketidakadilan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus berdasarkan hukum yang berlaku agar
terciptanya perdamaian serta keadilan dalam hidup bersama.

Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila harus dijadikan patokan bagi setiap
penyelenggara Negara dan rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut harus diimplementasikan
dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga pada akhirnya akan terbentuk suatu
pemerintahan yang etis serta rakyat yang bermoral pula.

Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia melakukan semua tindakan sehari-harinya


baik dalam masyarakat maupun dalam bernegara. Pancasila adalah etika bagi bangsa
Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara. Adapun nilai-nilai etika yang terkandung
dalam Pancasila tertuang dalam berbagai tatanan berikut ini:

1. Tatanan bermasyarakat

2. Tatanan bernegara

3. Tatanan kerjasama antar negara atau tatanan luar negeri

4. Tatanan pemerintah daerah

5. Tatanan hidup beragama

6. Tatanan bela negara


7. Tatanan pendidikan

8. Tatanan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat

9. Tatanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan

10. Tatanan kesejahteraan sosial

2.5 Penerapan etika politik

Dewasa ini, keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan pada umumnya.
Masyarakat beranggapan bahwa politik di Indonesia merupakan sesuatu yang hanya
mementingkan dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah
Indonesia tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil dari rakyatnya sendiri. Hal ini
dapat ditunjukkan dari sebagian rakyat yang mengeluh karena hidup mereka belum dapat
disejahterakan oleh negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk
dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai wakil
rakyat dengan baik. Masyarakat beranggapan bahwa politik hanyalah sesuatu yang yang
buruk dalam mencapai kekuasaan.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar kekuasaan
dalam Negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas(legitimasi hukum), yaitu dijalankan
sesuai dengan hukum yang berlaku, disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi
demokrasi), dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral (legitimasi moral). Dalam
pelaksanaan penyelenggaraan Negara, baik itu yang berhubungan dengan kekuasaan,
kebijakan umum, pembagian serta kewenangan harus berdasarkan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam pancasila. Dengan demikian, pancasila merupakan sumber moralitas dalam
proses penyelenggaraan Negara. Pelaksanaan kekuasaan dan penegakan hukum dinilai
bermoral jika selalu berdasarkan pancasila, bukan berdasarkan kepentingan penguasa belaka.

Adapun penerapan Pancasila sebagai etika politik yaitu dengan berpedoman pada prinsip-
prinsip dasar etika politik Pancasila.

1. Pluralisme
Pluralisme adalah keadaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan
positif, damai, toleran dan normal bersama masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama, budaya dan adat istiadat. Pluralisme pada umumnya mengimplikasikan
pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari
informasi maupun toleransi. Pada dasarnya, pluralisme memerlukan kematangan
kepribadian seseorang dan sekelompok orang.

2. Hak Asasi Manusia

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab. Hal ini
dikarenakan hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan
dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai
dengan martabatnya sebagai manusia. Karena dari itu, Hak-hak asasi manusia mutlak
maupun kontekstual dalam pengertian sebagai berikut :
a. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,
melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaliknya
diancam oleh Negara modern.

3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi
orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut
harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada
hidup manusia-manusia lain. Solidaritas manusia berkembang secara melingkar baik dalam
lingkungan keluarga, kampung, kelompok etnis, kelompok agama, maupun bangsa. Manusia
menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan
keterbatasan masing-masing.

3. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia,, atau sekelompok
ideologi, yang berhak untuk menentukan dan memaksakan bagaimana orang lain
harus hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak
menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi
demokrasi memerlukan sebuah sistem penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar, yakni :
a. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi
prinsip mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
b. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara
hukum demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur hakiki dalam
demokrasi (karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).

4. Keadian Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan
sosial mencegah bahwa masyarakat pecah ke dalam dua bagian. Tuntutan keadilan
sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, keadilan sosial tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataannya,
keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan yang ada dalam
masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu
bersifat struktural, bukan individual. Artinya, ketidakadilan tidak terletak dalam sikap
kurang adil orang-orang tertentu, melainkan dalam struktur-struktur politik, ekonomi,
sosial, budaya maupun ideologis.. Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di
semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan
budaya. Berdasarkan uraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia
sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralisme.
3. Korupsi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek
sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat
dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian ‘moral’ senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Etika Politik merupakan cabang etika dan termasuk ke dalam lingkungan filsafat
serta mempertanyakan praksis manusia. Pancasila sebagai etika politik yaitu
Pancasila mengandung nilai etika maupun moral yang dijadikan sebagai pedoman
beretika dalam dunia politik. Keadaan politik di Indonesia saat ini tidak seperti
yang diharapkan masyarakat pada umumnya karena mereka beranggapan bahwa
politik di Inonesia hanya memperebutkan kekuasaan. Adapun penerapan Pancasila
sebagai etika politik dapat dilakukan berdasarkan lima prinsip yang terkandung
dalam Pancasila itu sendiri yaitu, pluralisme, HAM, solidaritas bangsa, demokrasi
dan keadilan sosial. Hal ini penting untuk diimplementasikan demi mewujudkan
negara yang etis dan menumbuhkan moral masyarakat yang baik.

3.2 Saran
Sebagai warga negara Indonesia khususnya bagi para generasi muda penerus
bangsa yang tengah menempuh pendidikan yang kedepannya akan menjadi
penerus dari para pelaku politik saat ini, sebaiknya sudah mampu memahami dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Pancasila sebagai etika politik. Selain itu,
Pancasila sebaiknya disosialisasikan lebih mendalam agar dapat mewujudkan
usaha pemerintah dalam membangun suatu negara yang etis dengan kepastian
masyarakat untuk mentaati peraturan yang telah ditetapkan. Karena pada mulanya,
kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi pemerintah yang absolut
dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari terbentuknya suatu
negara.
Daftar Pustaka

Magnis, Franz dan dan Suseno.1986. ETIKA DASAR. Jakarta. Gramedia.

https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-etika-politik/
https://dheameiranin.wordpress.com/silabus/pendidikan-pancasila/pancasila-
sebagai-etika-politik/
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bee3c45677ffb266e33dd23/pa
ncasila-sebagai-etika-politik?page=all

Anda mungkin juga menyukai