Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAIA ETIKA POLITIK DAN NILAI-NILAI YANG


TERKANDUNG DIDALAMNYA”

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. H. Tukiran Taniredja, M.M


DISUSUN OLEH : KELOMPOK 14
1. Atik Yuliana (1706010043)
2. Meli Aprianti (1706010044)
3. M. Faizardan Billy (1706010045)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah senantiasa memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. H. Tukiran Taniredja, M.M
selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami, dengan ini
kami bisa mengetahui dan mengerti arti Pancasila sebagai Etika Politik dan nilai
nilai yang terkandung didalamnya. Dan semua pihak yang bersangkutan atas
bantuannya telah ikut serta berkontribusi dengan cara memberikan sumbangan baik
materi mupun pikirannya.
Kami sangat berharap makalah sederhana yang kami susun ini dapat
dipahami dan dapat berguna bagi pembaca dalam rangka menambah wawasan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan.
oleh sebab itu, Apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini
diwaktu yang akan datang.

Purwokerto, 1 Oktober 2017


Penyusun,

Kelompok Empat Belas


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….………….
1.3 Tujuan………………………………………………………………

BAB II
2.1 PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK DAN NILAI-NILAI
YANG TERKANDUNG DIDALAMNYA
a. Pengertian Etika Politik
b. Pengertian Pancasila sebagai Etika Politik
c. Definisi dimensi Politisi Manusia
d. Nilai-nilai Pancasila sebgai sumber etika politik

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………..

Daftar Pustaka………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai dasar negara, pedoman dan tolak ukur kehidupan
berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan
berpolitik, etika politik Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etik
yang merupakan kesadaran relational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat
Indonesia ketika nilai-nilai Pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadarn etik juga
akan lebih berkembang ketika nilai dan moral Pancasila itu dapat di breakdown
kedalam norma-norma yamg diberlakukan di Indonesia.
Secara hukum Indonesia memang sudah merdeka, namun jika kita telah
secara individu atau minoritas hal itu belum terbukti. Masih banyak penyimpangan
yang dilakukan para elit politik dalam berbagai pengambilan keputusan yang
seharusnya mampu menjujung tinggi nilai-nilai Pancasila dan keadilan bersama.
Sehingga cita-cita untuk mewujudkan rakyat yang adil dan makmur lenyap ditelan
kepentingan politik pribadi. Dalam fakta secara tidak sedikit orang berpolitik
dengan menghalakan segala cara. Dunia politik penuh dengan intrik-intrik kotor
guna memperoleh dan mempertahankan kekuasaan.
Pancasila bukanlah merupakan pedoman yang berlangsung bersifat
mormatif ataupun fraksis melainkan merupakan suatu system nilai-nilai etika yang
merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang
pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral
maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
Pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa
Indonesia sehingga bangsa Indonesia dapat di hargai sebagai salah satu bangsa yang
beradab didunia. Kecenderungan menganggap acuh dan sepele akan kehadiran
Pancasila, diharapkan kecenderungan tersebut dapat ditinggalkan. Karena Pancasila
wajib diamalkan oleh warga negara Indonesia. Alasan lain karena bangsa yang besar
adalah bangsa yang beradab. Pembentukan etika bukan hal yang susah dan
gampamg untuk dilakukan, karena etika berasal dari tingkah laku, perkataan,
perbuatan, serta hati nurani kita masing-masing.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa itu Etika Politik ?
2. Apa itu Pancasila sebagai Etika Politik ?
3. Apa itu dimensi politisi manusia ?
4. Apa Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai sumber
Etika Politik ?
1.3Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa itu Etika Politik
2. Agar dapat mengetahui apa itu Pancasila sebagai Etika Politik
3. Agar dapat mengetahui apa itu Dimensi Politisi Manusia ?
4. Agar dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila
sebagai sumber Etika Politik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK DAN NILAI-NILAI


YANG TERKANDUNG DIDALAMNYA

A. Pengertian Etika Politik

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan


manusia, atau cabang filsafat yang membahas prinsip-prinsip moralitas politik.
Etika Politik sebagai ilmu dan cabang filsafat lahir di Yunani pada saat struktur-
struktur politik tradisional mulai ambruk. Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“Ethes” yang berarti kesediaan jiwa akan kesusilaan, atau dapat diartikan
kumpulan peraturan tentang kesusilaan. Dengan kata lain, Etika Politik
merupakan prinsip moral tentang baik-buruk dalam tindakan atau perilaku dalam
berpolitik. Etika Politik juga dapat diartikan sebagai tata susila (kesusilaan), tata
sopan santun (kesopanan) dalam pergaulan politik.

Secara substansif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan


subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait
erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian ‘ moral ‘ senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Maka kewajiban dapat dibedakan dengan pengertian kewajiban – kewajiban
lainya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia.
Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun negara, etika
politik tetap meletakan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dapat
disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun
negara. Dasar ini lebih menegukan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa
didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk beradab dan berbudaya.
Etika politik merupakan sebuah cabang dalam ilmu etika yang membahas
hakekat manusia sebagai makhluk yang berpolitik dan dasar dasar norma yang
dipakai dalam kegiatan politik. Etika politik sangat penting karena
mempertanyakan hakikat manusia sebagai makhluk social dan mempertanyakan
atas dasar apa sebuah norma digunakan untuk mengontrol prilaku politik. Etika
politik menelusuri batas batas ilmu politik, kajian ideology, asas-asas dalam ilmu
hukum, peraturan-peraturan ketatanegaraan dan kondisi psikologis manusia
sampai ketitik terdalam dari manusia melalui pengamatan terhadap perilaku,
sikap, keputusan, aksi, dan kebijakan politik.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat


teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab.
Etika politik bangsa Indonesia dibangun melalui karakteristik masyarakat
yang berdasarkan Pancasila sehingga diperlukan untuk menampung tindakan-
tindakan yang tidak diatur dalam aturan secara legal formal. Karena itu, etika
politik lebih bersifat konvensi dan berupa aturan-aturan moral. Akibat luasnya
cakupan etika politik itulah maka seringkali keberadaannya bersifat sangat
longgar, dan mudah diabaikan tanpa rasa malu dan bersalah. Ditunjang dengan
alam kompetisi untuk meraih jabatan (kekuasaan) dan akses ekonomis (uang)
yang begitu kuat, rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan mudah diabaikan.
Akibatnya ada dua hal:
(a) pudarnya nilai-nilai etis yang sudah ada
(b) tidak berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai dengan moralitas
public
Untuk memaafkan fenomena tersebut lalu berkembang menjadi budaya
permisif, semua serba boleh, bukan saja karena aturan yang hampa atau belum
dibuat, melainkan juga disebut serba boleh, karena untuk membuka luasnya upaya
mencapai kekuasaan dan akses ekonimi dengan mudah.
Tanpa disadari, nilai etis politik bangsa Indonesia cenderung mengarah
pada kompetisi yang mengabaikan moral. Buktinya, semua harga jabatan politik
setara dengan sejumlah uang. Semua jabatan memiliki harga yang harus dibayar si
pejabat. Itulah mengapa para pengkritik dan budayawan secara prihatin
menyatakan arah etika dalam bidang politik dan bidang lainnya
Namun demikian, perlu dibedakan antara etika politik dengan moralitas
politisi. Moralitas politisi menyangkut mutu moral negarawan dan politisi secara
pribadi dan memang sangat diandaikan, misalnya apakah ia korup atau
tidak .Etika politik menjawab dua pertanyaan:
1.    Bagaimana seharusnya bentuk lembaga-lembaga kenegaraan seperti hokum
dan Negara (misalnya: bentuk Negara seharusnya demokratis); jadi etika politik
adalah etika institusi.
2.    Apa yang seharusnya menjadi tujuan/sasaran segala kebijakan politik, jadi apa
yang harus mau dicapai baik oleh badan legislatif maupun eksekutif.
Dalam tulisan para filosof politik klasik: Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas,
Marsilius dari Padua, Ibnu Khaldun, kita menemukan pelbagai unsur etika politik,
tetapi tidak secara sistematik. Dua pertanyaan etika politik di atas baru bisa
muncul di ambang zaman modern, dalam rangka pemikiran zaman pencerahan,
karena pencerahan tidak lagi menerima tradisi/otoritas/agama, melainkan
menentukan sendiri bentuk kenegaraan menurut ratio/nalar, secara etis. Karena
itu, sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika politik seperti:
a. Perpisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan Negara (John Locke)
b. Kebebasan berpikir dan beragama (Locke)
c. Pembagian kekuasaan (Locke, Montesquie)
d. Kedaulatan rakyat (Rousseau)
e. Negara hokum demokratis/republican (Kant)
f. Hak-hak asasi manusia (Locke, dsb)
B. Pancasila Sebagai Etika Politik

Berdasarkan ketetapan MPRRI No.VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan


Berbangsa,bahwa etika politik dan pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih,efisien dan efektif serta menumbuhkan suasana politik
yang demokratis yang bercirikan keterbukaan,rasa bertanggung jawab, tanggap
akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dan persaingan, kesediaan utuk
menerima pendapat yang lebih benar,serta menjujung tinggi hak asasi manusia
dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa.

Penerapan ideologi dibidang kehidupan bernegara adalah berbentuk


politik.Pasha,dkk.(2003:143) menjelaskan bahwa ideologi bersifat asasi atau
prinsip, maka politik adalah suatu kebijaksanaan,yaitu pelaksanaan ideology
selaras dengan keadaan waktu dan tempat. Kalau ideology menyataan suatu cita-
cita dan mencangkup nilai-nilai yang menjadi dasar serta pedoman negara dan
kehidupannya, maka politik melaksanakan atau menerapkannya dalam kehidupan
bernegara secara praktis.Ideologi berperan sebagai landasan dalam penyusunan
politik yang akan dijalankan oleh negara dengan segala dimensinya.

Pancasila sebagai etika politik,menurut pendapat Oesman dan Alfian


(1991:19) memberikan salah satu ukuran bahwa bilamana keputusan-keputusan
politik atau kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang diambil berhasil memperkecil
kesenjangan antara ideology dengan reality kehidupan masyarakat yang terus
berkembang,maka itu berarti bahwa Pancasila telah betul-betul membudaya dan
diamalkan.Hal ini tentunya dalam arti bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan baru
itu sekaligus tercemin pula penjabaran lebih lanjut dari Pancasila dan UUD 1945.

Salam (1997:116) secara lebih tegas menyimpulkan bahwa siapa saja yang
mau bertugas mengurus kepentingan masyarakat,menurut ajaran Pancasila
hendaknya mempersiapkan diri dan melatih diri untuk:
a. Mematuhi perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya;

b. Belajar dan membiasakan diri mencintai sesame manusia;

c. Menanamkan kesadaran dan rasa cinta kepada tanah air,bangsa dan negara.

d. Melatih dan membiasakan diri hidup,bergaul dan bersikap demokratis.

e. Melatih dan membiasakan diri bersikap adil,bersikap social dan


kemasyarakatan.

C. Definisi Dimensi Politis Manusia


a. Manusia sebagai Makhluk Individu – Sosial

Paham individualisme yang merupakan cikal bakal paham liberalisme,


memandan manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Segala hak dan
kewajiban dalam kehidupan bersama senantiasa diukur berdasarkan kepentingan
dan tujuan berdasarkan paradigma sifat kodrat manusia sebagai individu.
Kalangan kolektivisme merupakan cikal bakal sosialisme dan komunisme
memandang sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial saja. Manusia di
pandang sebagai sekedar srana bagi masyarakat. Segala hak dan kewajiban baik
moral maupun hukum, dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara
senantiasa diukur berdasarkan filosofi manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia sebgai makhluk yang berbudaya, kebebasan sebagai individu dan
segala aktivitas dan kreativitas dalam hidupnya senantiasa tergantung pada orang
lain, hal ini di karenakan manusia sebagai warga masyrakat atau sebagai makhluk
sosial. Manusia di dalam hidupnya mampu ber-eksistensi karena orang lain dan ia
hanya dapt hidup dan berkembang karena dalam hubungannya dengan orang lain.
Segala keterampilan yang dibutuhkannya agar berhasil dalam segal kehidupannya
serta berpartisipasi dalam kebudayaan diperolehnya dari masyarkat.
Dasar filosofis sebagai mana terkandung dalam pancasila yang nilainya terdpt
dalm budaya bangsa, senantiasa mendasarkan hakikat sifat kodrat manusia adalah
bersifat ‘monodualis’. Maka sifat serta ciri khas kebangsan dan kenegaraan
indonesia, bukanlah totalitas individualistis ataupun sosialistis melainkan
monodualistis.

b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia

Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, dimensi
politis mencakup lingkaran kelembagan hukum dan negara, sistem – sitem nilai
serta ideologi yang memberikan legitmimasi kepadanya. Dalam hubungan
dengan sifat kodrat manusia sebagi makhluk individu dan sosial, dimensi politis
manusia senntiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum, sehingga
senantiasa berkaitn dengan kehidupan masyrakat secara keseluruhan. Sebuah
keputusan bersifat politis mnakala diambil dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Dengan demikian dimensi politis manusia
dapat ditentukan sebagai suatu kesadarn manusia akan dirinya sendiri sebagai
anggota masyarakat sebagai sutu keseluruhan yang menentukan kerangka
kehidupannya dan di tentukan kembali oleh kerangka kehidupanny serta
ditentukan kembali oleh tindakan – tindakannya.
Dimensi politis manusia ini memiliki dua segi fundmental, yaitu pengertian dan
kehendak untuk bertindak. Sehingga dua segi fundamental itu dapat diamati
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa
berhadapan dengan tindakkan moral manusia.

D. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik


Sebagai dasar filsafah Negara pancasila tidak hanya merupakan sumber
drivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber
moralitas utama dalam hubunganya dengan legimitasi kekuasan, hukum serta
sebagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggara Negara.
Alfian(1991: 192-193) menegaskan bahwa suatu idiologi perlu mengandung
tiga dimenasi penting di dalam dirinya agar ia dapat memelihara relevansinya
yang tinggi/kuat terhadap perkembangan aspirasi masarakatanya dan tutunan
zaman. Kehadiran tiga dimensi yang saling berkaitan, saling mengisi dan saling
menguatkan itu sangat menjadikannya suatu ideologi yang kenyal dan tahan uji
dari masa ke masa. Ke tiga dimensi itu iyalah:
 Dimensi realita
 Dimensi idealisme
 Dimensi fleksibilitas (pengembangan)

a) Dimensi realita
Dimensi realita mengundang makna bahwa nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam ideologi itu secara real berakar dan hidup dalam
masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah jika di hubungkan dengan
ideologi pancasila maka dimensi realita sudah terkandung dalam ideology
pancasila karena nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila sesuai
dengan kenyataan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia, bahkan nilai-
nilai tersebut dari kepribadian bangsa Indonesia.

b) Dimensi idealisme
Dimensi idealisme mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar
ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan hanya lambungan angan-
angan (utopia) yang memberikan harapan tentang masa depan yang lebih
baik melalui perwujudan atau pengalamannya dalam praktik kehidupan
bersama mereka sehari-hari dengan berbagai dimensinya.
Dalam kaitannya dengan ideologi Pancasila, semua nilai yang
terkandung di dalamnya merupakan cita-cita yang ingin diwujudkan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu masyarakat yang berketuhanan,
berperikemanusiaan, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, serta
mengutamakan musyawarah dalam setiap persoalan, dan berkeadilan.

c) Dimensi felksibilitas(pengembangan)
Dimensi fleksibilitas mengandung makna bahwa ideologi tersebut
memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya,
tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat (jati diri) yang terkandung
dalam nilai-nilai dasarnya. Ideologi Pancasila memungkinkan untuk
menerima pemikiran-pemikiran baru tanpa mengingkari yang hakiki/nilai
dasar Pancasila. Ketika suatu ideologi memiliki dimensi fleksibilitas
berarti ideologi tersebut sebagai ideologi terbuka.
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis permasalahan dalam makalah


ini adalah Pancasila adalah dasar negara yang menjadi tolak ukur pemikiran
bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai yang universal dan terkristalisasi
dalam sila-silanya. Yang dikembangkan dan berkembang dama diri pribadi
manusia sesuai dengan kodratnya, sebagai makhluk pribadi dan social. Didalam
tubuh Pancasila telah terukir berbagai aspek pemikiran bangsa yang mengandung
asas moralitas, politik, social, agama, kemusyawaratan, persatuan dan kesatuan.
Seluuh aspek tersebut senafas, sejiwa, merupakan suatu totalitas saling hidup
menjiwai, diliputi dan dijiwai satu sama lain.
Daftar Pustaka

Kaelan.2004.pendidikan Pancasila. Paradigm offset, Yogyakarta

Tanireja,tukiran, Muhammad avandi dan efi miftah faridli.2011.paradigma baru


Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa. CV Alfabeta, Bandung.

Tanireja,tukiran, suyahno, acep supriyadi dan siti kusumawati.2016.paradigma


baru Pendidikan Pancasila untuk Mhasiswa.CV Alfabeta, Bandung

Suseno Von Magnis, 1978, etika politik , prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan
modern.PT Gramedia, Jakarta.

Hasan, M.Iqbal.2002.pokok-pokok materi pendidikan Pancasila. PT Raja Grfindo


Persada, Jakarta.

https://asmawatyfricilia.wordpress.com/2016/01/26/makalah-pasncasila-sebagai-
etika-politik/amp/

http://www.fauzulmustaqim.com/2016/10/makalah-pancasila-tentang-
pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai