Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah senantiasa memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua.
Kamipun tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah ikut serta berkontribusi dengan cara memberikan sumbangan
baik materi mupun pikirannya. .

Kami sangat berharap makalah sederhana yang kami susun ini dapat
dipahami dan dapat berguna bagi pembaca dalam rangka menambah wawasan
tentang kemuhammadiyahan dan isme dewasa ini. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan. oleh sebab itu,
Apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, kami mengharap
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini diwaktu
yang akan datang.

Purwokerto, 27 September 2017


Penyusun ,

Kelompok sembilan

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………2

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….………….3
1.3 Tujuan……………………………………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Muhammadiyah di masa sekarang ………………............................4
2.2 Islam……………………………………………………………….. 5
2.3 Isme-isme modern…………………………………………………..7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 15

Daftar Pustaka…………………………………………………………. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muhammadiyah sering dijuluki sebagai organisasi islam pembaharu, atau


gerakan tajdid. Julukan ini tentu tidak datang dari dalam Muhammadiyah,
melainkan dari para pengamat dan pemerhati Muhammadiyah. Diantara indikator
organisasi pembaharu, menurut mereka, adalah karena organisasi ini berusaha
untuk merujuk secara langsung kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan
memahaminya secara utuh dan komprehensif. Namun, akhir-akhir ini, ciri dan
indikator itu sering dipermasalahkan. Karena itu, predikat mujaddid yang
diberikan kepada Muhammadiyah merupakan sesuatu yang harus dikritisi.

Ketika Muhammadiyah didirikan tahun 1912 atau sejak Majlis tarjih


dibentuk pada tahun 1928, persoalan yang dihadapinya relatif sangat sederhana
dan kelihatannya tidak beranjak dari pemurnian aqidah dan ibadah atau dalam
masalah-masalah khilafiyah. Itulah sebabnya, majlis ini diberi nama Majlis Tarjih.
Tetapi dalam perkembangannya sampai saat ini, persoalan-persoalan baru muncul
kepermukaan dan menuntut direspon oleh Muhammadiyah. Tentu, seiring dengan
beragam persoalan kontemporer, nama Majlis ini pun mengalami perubahan atau
penambahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu muhammadiyah, islam dan isme?
2. Bagaimana pandangan Muhammadiyah terhadap isme-isme yang
terjadi di masyarakat sekarang ini?
3. Bagaimana memahami isme-isme yang ada di masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui Apa itu muhammadiyah, islam dan
isme.
2. Agar mahasiswa dapat memahami pandangan Muhammadiyah
terhadap isme-isme yang terjadi di masyarakat sekarang ini.
3. Agar mahasiswa dapat berfikir kritis terhadap isme yang ada.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Muhammadiyah di masa sekarang

Muhammadiyah Sebagai salah satu organisasi islam terbesar di indonesia.


Dalam kiprahnya memajukan bangsa, muhammadiyah di kenal luas kerena
konsep-konsep pembaruan yang di bangunnya. Tidak terlepas dari gagasan,
pola pikir, dan tindakan sang pendirinya yaitu KH Ahmad Dahlan.
Dalam pandangan KH Ahmad Dahlan, pemahaman keislaman di tanah air saat
itu masih bersifat sederhana. Sehingga menimbulkan keterbelakangan umat
islam. Oleh sebab itu pemahaman keagamaan harus di perbaharui dengan
gerakan pemurnian ajaran islam sesuai al quran dan hadist.
Tiga persoalan pokok masyarakat yang di ungkapkan KH Ahmad Dahlan
yaitu :
 Modernisme
Sebagai jawaban atas persoalan moderisme masyarakat KH Ahmad
Dahlan mendirikan lembaga pendidikan islam yang mencangkup ilmu
pengetahuan dan ilmu agama.
 Tradisionalisme
Sebagai jawaban atas persoalan tradisionalisme masyarakat KH
Ahmad Dahlan melakukan tabligh. Di masa sekarang, kegiatan tabligh
menjadi hal yang biasa, namun pada zaman dahulu kegiatan itu sangat
luar biasa. Dengan mengutamakan tujuan pembaruan dan semangat
berkemajuan, tabligh KH Ahmad Dahlan justru di lakukan dengan
mendatangi murid-muridnya. Padahal tindakan guru mendatangi
muridnya merupakan keburukan sosial dalam pandangan yang
berkembang dalam masyarakat. Budaya tabligh yang di ubah oleh KH
Ahmad Dahlan adalah kecenderungan umum para ulama yang
memiliki tradisi lisan dalam menyampaikan dakwah. Kemudian KH
Ahmad Dahlan mengubah tradisi lisan menjadi budaya tulis menulis.

4
 Jawaisme
Menurut kunto wijoyo,KH Ahmad Dahlan menggunakan metode
mengedepankan ammar ma’ruf nahi munkar. Praktik-praktik ibadah
yang di jalankan umat islam pada saat itu bercampur dengan tradisi
masyarakat setempat. Contohnya, banyaknya bangunan masjid di
Tanah Jawa yang pembangunannya tidak di dasarkan untuk
kepentingan agama, tetapi di dasarkan untuk kerapian pembangunan
negara. Akibatnya, banyak masjid yang kiblatnya tidak tepat ke arah
Masjidil Haram di Mekkah. Kemudian KH Ahmad Dahlan berusaha
untuk membenarkan arah kiblat masjid. Terutama di Yogyakarta.
Muhajir menjelaskan, ketiga hal tersebut menjadi landasan pembaruan
bagi warga muhammadiyah saat ini . pada prinsipnya, gerakan
pembaruan yang di lakukan muhammadiyah, tidak akan pernah
berhenti. Pernyataan itu juga di ungkapkan oleh Prof.Yunahar Ilyas,
ketua pimpinan pusat Muhammadiyah. Menurutnya, pembaruan yang
di kembangkan Muhammadiyah adalah tetap melakukan pemurnian.

1. Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama dalam Muhammadiyah


secara garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai berikut:

a. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan apa
yang diturunkan Allah dalam Alquran dan yang disebut dalam Sunnah
maqbulah, berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat).
b. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan
rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin
kesejahteraan hidup baik duniawi maupun ukhrawi.

2. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang


meliputi bidang-bidang:

a. Aqidah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni,


bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa
mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
Karakteristik aqidah Muhammadiyah secara umum dapat dijelaskan
berikut:

5
 Pertama, nash diyakini sepenuhnya hanya dengan berpedoman
pada kedua sumber, jelaslah bahwa sumber aqidah
Muhammadiyah adalah alquran dan Sunnah yang dikuatkan
dengan berita-berita yang mutawatir.
 Kedua, keterbatasan peranan akal dalam soal aqidah
Muhammadiyah termasuk kelompok yang memandang kenisbian
(relative) akal dalam masalah aqidah.
 Ketiga, percaya kepada qadha’ dan qadar. Dalam Muhammdiyah
qadha’ dan qadar diyakini sebagai salah satu pokok aqidah yang
terakhir.
 Keempat, menetapkan sifat-sifat Allah. Seperti halnya pada
aspek-aspek aqidah.

b. Akhlak

Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Dalam hal ini, untuk menghidupkan
akhlak, muhammadiyah berusaha untuk menegakan nilai-nilai akhlak
mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah
Rasul, sehingga kepatuhan dan ketundukan hanya semata-mata kepada
Allah.

c. Ibadah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh


Rasulullah SAW.

3. Mu’amalah duniawi

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalah duniawi


(pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran
Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah
kepada Allah SWT.

4. Muhammadiyah dalam memaknai tajdid

Hal penting yang perlu dijadikan pemahaman bersama, bahwa paham


islam dalam muhammadiyah bersifat luas. Maka paham tentang islam
merupakan kewajiban atau keniscayaan yang mendasar, intinya adalah untuk
memperdalam sekaligus memperluas paham islam bagi seluruh warga
muhammadiyah. Kemudian mengamalkannya dalam kehidupan umat sehari-
hari

6
2.2 Islam

Secara umum Islam berasal dari kata “aslama” yang berarti berserah diri
atau pasrah. Maksudnya adalah penyerahan diri kepada allah, atau hanya
beriman kepada satu tuhan yaitu Allah. Hal ini menunjukkan bahwa seorang
pemeluk islam merupakan seorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan
raganya hanya kepada Allah SWT. Sebagai mana yang dijelaskan dalam surat
keempat, yaitu surat An-nisa ayat ke 125 yang artinya “dan siapakah yang
lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti ajaran Ibrahim
yang lurus? Dan Allah menjadikan Ibrahim menjadi kesayangannya”.

Adapun islam secara harfiah memiliki arti damai, selamat, tunduk, dan
bersih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa islam adalah agama yang
membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Agama islam itu sendiri
diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad saw untuk disampaikan
kepada umat-umatnya yang ada di seluruh dunia. Pengikut ajaran islam
dikenal dengan sebutan muslim. Yang berarti “seorang yang tunduk kepada
tuhan”, atau lebih lengkapnya adalam muslimin bagi laki-laki, dan muslimat
bagi perempuan.

1) Sumber ajaran islam

Agama islam memiliki aturan-aturan sebagai tuntunan kehidupan


yang komperhensif dan bersumber dari kebenaran wahyu, tuntunan itu
digariskan sebagai sebuah jalan keselamatan yang berdiri kokoh atas dasar
ajaran yang diwahyukan. Terdapat sumber utama yang terdapat dalam
islam yaitu al quran dan assunnah.

 Al quran adalah sebuah kitab suci yang ada di dalam islam yang
diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad saw. Dimana al
quran itu sendiri dijadikan sebagai pedoman hidup umat islam.
 Assunnah menurut syariat adalah segala sesuatu yang dilakukan
oleh nabi Muhammad saw dalam bentuk ucapan, petbuatan, dan
keputusan.

2) Pemahaman Ajaran Islam

Pemahaman ajaran islam telah ditetapkan pada surat Al-maidah:3


yang artinya “ pada hari ini telah kusempurnakan agamamu dan telah

7
kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah ku ridhoi islam sebagai
agamamu.

Kesempurnaan dan kejelasan agama islampun telah ditegaskan oleh nabi


dalam hadist yang yang artinya “sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian
(syariat) yang putih cemerlang (jelas), malamnya seperti siangnya. Tidak
akan menyeleweng daripadanya sepeninggalanku melainkan dia akan
binasa. (Hr.Ibnu Majah I/16 no.43, dan Ahmad Iv/126 no.17182, dari jalan
Ai-Irbadh bin sariyah rodhiyallahu anhu)

2.3 Isme-isme modern

a. Faham Sekulerisme

sekulerisme adalah sebuah ediologi yang menyatakan bahwa sebuah


institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau
kepercayaan. Sekulerisme dapat menunjang kebebasan beragama dan
kebebasan dari pemaksaan kepercayaan denagn menyediakan sebuah rangka
yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak tidak menganakemaskan
sebuah agama tertentu. Sekulerisme juga merujuk kepada anggapan bahwa
aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan
pada apa yang dinggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan
berdasarkan pengaruh keagamaan.

b. Faham Pluralisme Agama

Pluralism agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna yang luas,
berkaitan dengan penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda, dan
dipergunakan dalam cara yang berlainan pula:

 Sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama


seseorang bukanlah sumber satu-satunya yang ekslusif bagi
kebenaran, dan dengan demikian dalam agama-agama lainpun
dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan nilai-nilai
yang benar.
 Sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau lebih agama yang
sama-sama memiliki klaim-klaim kebenaran yang eksklusif sama-
sama benar. Pendapat ini seringkali menekankan aspek-aspek
bersama yang terdapat dalam agama-agama.
 Kadang-kadang juga digunakan sebagai sinonim untuk
ekumenisme, yakni upaya untuk mempromosikan suatu tingkat
kesatuan, kerja sama, dan pemahaman yang lebih baik antar
agama-agama atau berbagai denominasi dalam satu agama.
 Dan sebagai sinonim untuk tleransi agama, yang merupakan
prasarat untuk ko-eksistensi harmonis antara berbagai pemeluk
agama ataupun denominasi yang berbeda-beda.

8
Pluralisme Menurut Islam juga di sebutkan dalam al quran :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan
perempuan dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kalian adalah orang yang paling bertakwa di sisi Allah (QS al-
Hujurat [49]: 13).

Ayat ini menerangkan bahwa Islam mengakui keberadaan dan


keragaman suku dan bangsa serta identitas-identitas agama selain Islam
(pluralitas), namun sama sekali tidak mengakui kebenaran agama-agama
tersebut (pluralisme).

c. Liberalisme dan Jaringan Islam Liberal ( JIL)

Jaringan Islam Liberalisme adalah forum terbuka untuk membahas


dan menyebar luaskan konsep liberalisme islam di Indonesia. Liberalisme
atau liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik
yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak
adalah nilai politik yang utama.

Dan secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat


yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham
liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintahan
dan agama. Adapun dalam masyarakat modern, liberalism akan dapat
tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama
didasarkan pada kebebasan mayoritas.

d. Aliran-aliran sesat

Supaya lebih faham terhadap kedudukan Muhammadiyah dalam


hubungannya dengan berbagai aliran dan faham agama yang terdapat
dalam dunia Islam, maka kiranya patut dalam bab ini dibicarakan secara
singkat tentang berbagai aliran faham agama yang muncul di tengah-
tengah masyarakat Islam.

Di kalangan umat Islam, ada dua golongan yang timbul akibat pemahaman
yang berbeda bidang pembahasannya yaitu:

1. Faham yang timbul dari sumber pemahaman yang berhubungan dengan


masalah aqidah. Perbedaan faham yang ditimbulkan dari sumber yang
berhubungan dengan aqidah Islamiyah terkenal dengan istilah

9
FIRQOH. Seperti: Syiah, Khawarij, Oodariyah, Jabariyah, Mu'tazilah,
Ahlus-Sunnah wal Jama'ah.

2. Faham yang timbul dari sumber pemahaman yang berhubungan dengan


masalah furu'iyah atau 'ubudiyah. Perbedaan faham yaiig ditimbulkan
dari sumber yang berhubungan dengan masalah fu.ru'iyah terkenal
dengan istilah: MADZHAB. Seperti: Madzhab Hanafi, Madzhab
Hambali, Madzhab Maiiki, Madzhab Syafe'i, Madzhab Dlahiri dan
lain sebagainya.

Aliran yang berhubungan dengan masalah aqidah (Firqah)

 Firqah Syi'ah.

Sesudah Rasulullah wafat, timbul perselisihan pendapat di kalangan


masyarakat Islam kota Madinah dan sekitarnya mengenai: KHILAFAH,
yaitu mengenai kekhalifahan (kepala pemerintahan) yang pernah
dipegang Rasulullah. Sementara kerabat
Nabi dalam keadaan berkabung, muncul scorang Yahudi yang secara
lahirnya telah mengaku beragama Islam yaitu Abdullah bin Saba',
dengan segala kelicikan dan kelihaiannya menghembus-hembuskan
issue bahwa sesungguhnya hak kekhalifahan berada di tangan Ali bin
Abi Tholib, putera paman Rasulullah sekaligus menantunya. Suara
tersebut pertama kali tidak ditanggapi secara serius; akan tetapi karena
tidak henti-hentinya diulang maka lama kelamaan orang-orang awam
menerimanya juga sebagai kebenaran. Abdullah bin Saba' selalu
menampakkan kecintaannya yang teramat mendalam kepada shahabat
Ali bin Thalib, serta mengajarkan berbagai hal yang sangat berlebih-
lebihan tentang diri pribadi shahabat Ali.. Setelah dilihat situasi
masyarakat sudah cukup matang, maka Abdullah bin Saba' mulai
melancarkan fitnah ke tengah-tengah masyarakat. Bahwa Abu Bakar,
Umar bin Khatab serta Usman bin Affan telah berbuat dosa besar, karen
ketiga tokoh tersebui telah merebut hak orang Jain, yaitu merebut
kekhalifahan milik sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Para pengikut faham dan ajaran Abdullah bin Saba' ini akhirnya
mengelompok dalam satu aliran yang terkenal dengan sebutan kaum
Syi'ah.

 Firqah Khawarij.

Ketika Ali bin Abi Thalib memegang kekhalifahan yang keempat


sebagai pengganti khalifah Usman bin Affan maka beberapa kerabat
dekat Usman bin Affan menuduh Ali bin Abi Thalib, bahwa kematian
Usman bin Affan didalangi dan dilaksanakan oleh Ali dan para

10
pengikutnya, dengan maksud jabatan khalifah segera dapat diambil
olehnya. Oleh karena itu beberapa pengnasa daerah yang dahuiu
diangkat oleh khalifah Usman dan kebetulan masih kera-batnya
mengadakan aksi pembangkangan terhadap pemerintahan Ali bin Abi
Thalib, Di antara mereka adalah Muawiyah Gubernur Basrah (Siria)
dan Amru bin 'Ash Gubernur Mesir, Sudah barang teniu aksi mereka
tidak dibenarkan oleh. Ali. Berlarut-larutnya ketegangan antara
penguasa daerah dengan penguasa pusat menimbulkan peperangan. Di
satu pihak khalifah Ali beserta pengikut-pengikutnya di lain fihak
Muawiyah dengan pengikut-pengikutnya yang dibantu oleh Gubernur
Amru bin 'Ash. Peperangan tersebut pada akhirnya menunjukkan tanda-
tanda kemenangan di fihak Ali. Maka dengan penuh tipu daya
Muawiyah mengajukan ajakan perdamaian yang diterima juga oleh Ali.
Terkenallah perdamaian itu dengan nama "Tahkim". Ternyata
keputusan Tahkim memperlihatkan kemenaringan di fihak Muawiyah,
atas jasa Amru bin 'Ash yang ditunjuk selaku wakil Muawiyah. Kiranya
keputusan tersebut membuat sementara golongan ekstrim pendukung
Ali merasa tidak puas dan tidak mau menerimanya, sehingga mereka
memisahkan diri dari kelompok Ali, dan kelak mereka itu dikenal
sebagi golongan Khawarij. Golongan Khawarij ini mempunyai
pendirian bahwa golongan Ali serta pendukungnya yang menyetujui
Tahkim, golongan Muawi-yah dan Amru bin 'Ash serta kawan-
kawannya telah keluar dari batas-batas Islam. Dengan Tahkim berarti
mereka telah menyerahkan hukum tidak kepada Allah, sedang mereka
berpendirian “tidak ada hukum kecuali hukum Allah sendiri". Karena
kenyataan seperti itu akhirnya mereka merencanakan pembunuhan
kepada semua orang yang terlibat dalam peristiwa Tahkim.

 Mu’tazilah

Pada permulaan abad kedua Hijrah timbul perselisihan pendapat di


perguruan Basroh antara Hasan Basri dengan muridnya, Wasil bin 'Atha
(80 -131 H) tentang masalah: "Bagaimanakah hukumnya seseorang
muslim yang telah berbuat dosa besar, apakah ia tetap mukmin ataukah
ia telah kafir?" Menurut Wasil bin Atha’ orang tersebut hukumnya tidak
mukmin dan tidak pula kafir, akan tetapi ia fasik yaitu antara mukmin
dan kafir. Baginya bertempat tidak di surga dan tidak pula di neraka.
Pendapat tersebut menyimpang dari hukum yang diyakini sebagian
besar umat Islam, di mana orang yang berbuat demiklan dinyatakan
hukumnya tetap Islam. Dan gara-gara pendapatnya seperti itu
mengakibatkan Wasil bin 'Atha diasingkan dari kalangan Basroh. Dari
benih yang ditanamkan Wasil ini, maka lahirlah firqoh baru yang
terkenal dengan sebutan Mu’tazilah. Di samping itu Mu'tazilah
berpendirian bahwa manusia dengan akalnya, bebas atas segala
perbuatan dan tindakannya; ia dapat me-nentukan tentahg baik dan
buruk sekalipun tanpa tuntunan agama. Pendapat yang seperti ini
akhirnya memberikan ctri yang khas dari Mu'tazilah di mana mereka

11
sangat menonjolkan peranan akal, dan justru karena itu mereka terkenal
pula dengan julukan: Golongan Rasionalisme dalam Islam.

 Firqoh Qodariyah

Sekelompok umat Islam berpendapat bahwa qadar atau taqdir itu tidak
ada. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan dan
melakukan perbuatannya. Allah telah menyerahkan sepenuhnya nasib
manusia di dalam tangannya sendiri Pendapat seperti ini sesungguhnya
timbul dari itikad yang baik juga, sebab mereka bermaksud nntuk
mensucikan Allah agar jangan sampai ada seseorang yang beranggapan
bahwa perbuatannya yang buruk dan yang jahat itu dinyatakan sebagai
ketentuan Allah, dan baginya tidak ada kemampuan menolaknya.
Golongan yaag sangat mengagungkan kekuasan dan ikhtiar pada diri
manusia sendiri dikenal sebagai Firqoh Qadariyah.

 Firqoh Jabariyah

Sebaliknya dari Qadariyah, ada golongan yang berusaha juga


mensucikan Allah dengan cara yang berbeda titik tolaknya. Mereka
berpendapat bahwa Allah berkuasa atas segala-galanya; kehendak dan
kekuasan Allah tidak terbatas seperti yang dikatakan oleh sementara
orang. Oleh karena itu taqdir Allah sangai menentukan aias diri
Manusia semisal bulu yang diterbangkan angin, kemana angin bertiup
ke sana pula ia ikut terbang. Golongan ini di kalangan umat islam
dikenal sebagai: Firqoh Jabariyah.

 Ahmadiyah

Sekalipun Ahmadiyah bukan mata rantai yang bertalian dengan firqah-


firqah di atas, dan munculnya baru pada abad ke 19 M, namun karena
sering terbaur dengan nama Muhammadiyah hingga orang awam di luar
Muhammadiyah suiit membedakan Muhammadiyah dengan
Ahmadiyah, maka dipandang perlu di sini dijelaskan secara singkat
mengenai Ahmadiyah Apalagi gerakan ini sebagian mempunyai
pengertian tersendiri dalam memahami keyakinan-keyakinan pokok
syariat Islam. Sejarah kelahirannya kira-kira mulai tahun 1888 M
didusun Qadian daerah Punjab India. Karena pendiri gerakan ini adalah
Mirza Ghulam Ahmad maka ada yang mengatakan gerakan ini
dinisbatkan kepada pendirinya, yakni AHMADIYAH. Sementara itu
ada suatu pendapat bahwa nama yang dipakai bukan dinisbatkan pada
pendirinya, melainkan dinisbatkan pada diri Rasulullah yang salah satu
namanya, adalah Ahmad (surat As-Shaf ayat: 6).

12
Aliran-aliran dalam Ahmadiyah :

a. Jama’at Ahmadiyah

Kelompok ini terkenal dengan sebutan Ahmadiyah Qadian.


Golongan ini berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah AI
Masih yang dijanjikan (mau'ud) yaitu "Masih" kedua yang
dijanjikan. "Masih" kedua ini berkedudukan sebagai nabi. Berarti
Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi, sekalipun tidak membawa
syari'at baru.

b. Gerakan Ahmadiyah: terkenal dengah sebutan Ahmadiyah Lahore.

Gerakan ini muncul dan memisahkan diri dari Ahmadiyah Qadian


pada tahun 1914 dan merigambil kota Lahore sebagai pusat
kegiatannya, dengan pemimpinnya Maulana Muhammad Ali dan
Kwaja Kamaluddin. Menurut aliran ini, Mirza Ghulam Ahmad
bukan nabi tetapi hanya Mujaddid atau pembaharu atau Muhaddats,
yaitu seorang yang diajak berbicara doleh Tuhan. Sebab dengan
pengakuan akan kenabian berarti merendahkan derajat kenabian
Muhammad yang sempurna itu. Pengikut aliran ini berpegang pada
ucapan Mirza Ghulam Ahmad: "saya menganggap kepada barang
siapa yang da'wah kenabian, bahwa orang itu pendusta yang kafir".
Istihar. "Saya mempunyai iman yang teguh, bahwa nabi kita saw,
nabi yang terakhir dan sesudah beliau tidak akan lahir nabi baru
maupun nabi lama …. melainkan Muhaddats lah yang akan datang
itu". Hammamatul Busyra. "Ini adatah kebohongan sejati yang
dikenakan kepada kami, ialah kami mengaku menjadi nabi". Anjam
Atham. “Tidaklah ada pengakuan menjadi nabi, tetapi kami
ftiengaku menjadi Muhaddats ini atas perintah Allah". Izalati
Auham. "Mereka itu menuduh kami tidak dengan kenyataan, ialah
bahwa kami mengaku menjadi nabi". Kitabul Bariyyah. Aliran ini
dalam sebagian besar keyakinannya hampir sama dengan aliran
Islam lainnya. Kecuali yang memberikan ciri tertentu dan
membuatnya berbeda adalah adanya keyakinan bahwa pendiri
Ahmadiyah adalah seorang Muhaddats, serta da'wahnya sebagai
Muhaddats tersebut atas perintah Tuhan. Apa yang sering terdengar
dari ucapan Mirza bahwa difinya adalah nabi, maka ucapan tersebut
bukannya mengandung pengertian nabi yang sesungguhnya
melainkan nabi dalam arti majazi (kiasan).

Ciri-ciri aliran Ahmadiyah :

 Penolakan terhadap afaiah jihad, sebagai salah satu prinsip


dalam Islam. Hal ini menjadi berlawanan dengan firqah
Khawarij yang memasukkan jihad sebagai rukun iman yang
ke enam. Sedang menurut keyakinan umat Islam pada

13
umumnya masalah jihad adalah diibaratkan semisal "taring".
Islam tanpa jihad seperti harimau tanpa taring.
 Kedua aliran Ahmadiyah tersebut juga tidak mau semena-
mena atau saling kawin dengan umat Islam lainnya. Tidak
bersedia melakukan shalat berjarama'ah bersama dengan
umat Islam lainnya, baik mereka jadi imam ataupun menjadi
makmum.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan materi di atas dapat disimpulkan bahwa muhammadiyah


adalah suatu gerakan yang bertujuan untuk mewujudkan ajaran islam agar sesuai
dengan agama islam itu sendiri, tanpa melanggar suatu hukum islam yang telah
ditentukan . Oleh karena itu untuk menyempurnakan ajaran islam tersebut,
muhammadiyah berusaha agar dapat menyaring isme-isme yang melenceng dari
ajaran islam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Mahsyar Idris, M,Ag. 2007. Studi Tentang Muhammadiyah, Parepare : Lembaga
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Parepare.

Adabi Darban, H, Drs, SU, Mustafa Kamal Pasha, H, Drs, B.Ed,. 2003. Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Islam, Dalam Perspektif Historis dan Ideologis. Yogyakarta: LPPI UMY

https://id.m.wikipedia.org

https://almanhaj.or.id

16

Anda mungkin juga menyukai