Anda di halaman 1dari 13

“MAD’U DAN KLASIFIKASINYA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Kalsum Minangsih, M.A

Disusun Oleh Kelompok : 10


Jihan Fadhilah (11220510000206)

Mayyada Alfi Nasywa (11220510000232)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan dari-Nya kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat sertasalam kami haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah kami yang berjudul “Mad’u dan Klasifikasinya” dibuat untuk


memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Dakwah. Adapun tujuan lainnya untuk
menambah wawasan bagi para pembaca maupun penulis.

Ucapan terima kasih kepada Ibu Kalsum Minangsih, M.A selaku dosen
pengampu yang telah memberikan arahan dan bimbingan nya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas do’a yang di panjatkan. Tak lupa
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan.

Sebagai penulis kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, kami mempersilahkan saran dan kritik positif untuk memperbaiki nya.

Jakarta, 8 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Pengertian Mad’u.......................................................................................................................6
B. Gambaran umum seorang Mad’u...............................................................................................6
C. Klasifikasi Mad’u......................................................................................................................7
D. Prinsip dalam berdakwah terhadap Mad’u.................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mayoritas agama di Indonesia yang diakui keberadaannya ialah Islam. Di


internal Islam memiliki cara pandang tentang konteks-konteks yang mendasar seperti
Ubudiyah, Muamalah dan Syariat. Dakwah Islam meliputi wilayah yang luas di dalam
aspek kehidupan. Ia memiliki ragam bentuk metode, media, pesan, pelaku dan mitra
dakwah. Aktivitas dakwah merupakan aktivitas yang tidak hanya dilakukan oleh
ulama dan tokoh agama, setiap individu muslim memiliki kewenangan untuk
melakukan aktivitas dakwah. Dalam konteks keberagaman pemahaman dan cara
pandang agama di internal Islam sendiri, aktifitas dakwah tidak mudah dilakukan oleh
individu karena salah memilih pesan atau metode dakwah akan mengakibatkan fatal
dan menimbulkan konflik oleh sebab perbedaan tersebut.
Perkembangan ilmu politik maupun ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi
proses dakwah karena Islam sebagai agama yang dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan di setiap harinya. Meskipun begitu, dakwah tetap pada prinsip nya
untuk menyebarluaskan kebaikan di dunia dan akhirat. Jika dakwah dilaksanakan
sesuai pada prinsip nya, maka image professional dalam dakwah akan terwujud pada
kehidupan manusia dan tercapainya tujuan sesuai dengan contoh dakwah yang
diberikan oleh Rasulullah.
Penerima dakwah (Mad’u) yang terdiri dari berbagai macam latar belakang
seperti cara pandang yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Mad’u sendiri merupakan
hal yang tak kalah penting dari kajian tentang da’i. Mad’u perlu dilihat dari
kedudukan nya sebagai manusia baik individu maupun kelompok, lalu
kecenderungan- kecenderungannya baik yang bersifat intelektual, moral maupun
spiritual. Masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang sosial dan
keagamaan dan budaya yang kompleks terkadang sulit untuk menerima pesan-pesan
dakwah. Salah satu penyebabnya ialah da’i sering menganggap objek dakwah sebagai
masyarakat yang vakum. Padahal masyarakat memiliki ragam corak dengan berbagai
persoalannya, sering mengalami perubahan secara cepat dan masyarakat memiliki
sifat terbuka.
Manajemen Dakwah Rasulullah dapat dilihat dari dua periode dalam
berdakwah. Pertama, dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Kedua, dilakukan
4
secara terang-terangan. Mad’u nya dahulu ialah Kaum Quraisy. Risalah kenabian
dalam berdakwah yaitu, memberikan Rahmat bagi alam semesta. Baik dan buruknya
Islam pada pandangan masyarakat tentu tergantung dari perilaku pemeluknya sendiri.
Agar tercipta Islam sebagai agama yang memberikan keselamatan di dunia dan akhirat
diperlukannya perhatian supaya hikmah dan pesan moral dapat tersampaikan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang disusun oleh penulis :


1. Apa pengertian dari Mad’u?
2. Bagaimana Klasifikasi Mad’u?
3. Bagaimana Karakter Mad’u?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang disusun oleh penulis :


1. Memaparkan pengertian Mad’u
2. Memberikan informasi untuk penambahan wawasan
3. Memudahkan teman-teman untuk belajar dengan metode presentasi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mad’u

Secara bahasa, Mad’u berasal dari bahasa arab diambil dari isim maf’ul yang
berarti sasaran atau objek. Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau
manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
manusia yang beragama islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara
keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama islam, dakwah bertujuan untuk
mengajak mereka untuk mengikuti agama islam, sedangkan kepada orang-orang yang
telah beragama islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, islam, dan ihsan.
Mad’u memiliki 2 jenis, yaitu Mad’u muslim berarti orang-orang islam yang di
seru, di ajak dan di bimbing oleh da’i agar lebih memahami dan lebih mengerti ajaran
agama Islam dan mengesakan Allah SWT. Sedangkan Mad’u non muslim berarti
orang-orang non Islam yang di seru, di ajak dan di bimbing oleh da’i untuk
diperkenalkannya agama Islam dan Allah SWT sebagai tuhan semesta alam. Mereka
di ajak untuk masuk Islam dan mengesakan Allah SWT.

B. Gambaran umum seorang Mad’u

Mad’u atau penerima dakwah umunya di masyarakat disebut audiens memiliki


berbagai karakter, seorang da’i yang baik tentu memahami kondisi mad’u nya. Tidak
ada pemaksaan dari da’i untuk menerima dakwahnya, tetapi da’i harus menyesuaikan
metode dakwahnya agar dapat diterima oleh mad’u dengan ikhlas.
Mad’u dengan berbagai macam karakter menjadi tugas untuk seorang da’i
dalam menentukan metode yang cocok dan juga penyampaiannya berjalan efisien.

C. Hakikat Manusia sebagai objek dakwah


Mad’u merupakan bagian dari unsur dakwah, yaitu sasaran dakwah atau yang
menerima dakwah, baik individu maupun kelompok, baik muslim maupun non
muslim. Tujuan dakwah untuk mengajak mereka yang belum Islam agar mengikuti
agama Islam, sedangkan orang yang sudah beragama Islam dakwah bertujuan
meningkatkan kualitas Iman, Islam dan Ihsan.
Menurut Muhammad Abduh terbagi menjadi 3 golongan, yaitu:
6
1. Golongan yang cerdik cendikiawan yang cinta dengan kebenaran, dapat berpikir
secara kritis dan cepat menangkap persoalan.
2. Golongan awam, yaitu, kebanyakan orang yang belum berpikir kritis dan
mendalam, belum menangkap persoalan.
3. Golongan yang berbeda dengan golongan diatas mereka senang membahas sesuatu
tetapi hanya dalam batas tertentu.
Mad’u juga dapat dilihat dari derajat pemikirannya :
1. Umat yang berfikir kritis, orang-orang yang berpendidikan, yang selalu berpikir
sebelum menerima sesuatu yang dikemukakan padanya.
2. Umat yang mudah dipengaruhi, masyarakat yang mudah dipengaruhi oleh
pemahaman baru dan diserap tanpa adanya pertimbangan maupun bimbingan yang
dikemukakan padanya.
3. Umat bertaklid, golongan fanatik, berpegang pada tradisi dan kebiasaan turun
menurun tempat menyelidiki salah satu benar.

D. Klasifikasi Mad’u

Yang dimaksud klasifikasi adalah pembagian sesuatu sesuai dengan kelompok


atau golongannya. Mad’u dapat di bagi berdasarkan agama, status sosial, profesi,
ekonomi dan sebagainya. Penggolongan mad’u ini berdasarkan sikap terhadap seruan
dakwah, antusianya kepada dakwah, adanya kemampuan memahami dan mengambil
pesan dakwah dan mad’u berdasarkan keyakinan. Para da’i diperlukan untuk
memahami klasifikasi dan karakteristik mad’u supaya memudahkan kedua belah pihak.
Da’i dapat menentukan metode nya dan mad’u merasa cocok atas apa yang
disampaikan dan dapat mengambil pesan dari dakwah tersebut. Pernyataan ini
dikemukakan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah.
Mad’u diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok besar. Pertama, Al-Muttaqun,
orang-orang yang bertakwa, yang menerima Islam dan senantiasa berada di jalan Allah
SWT. Bukan dari segi menerima saja melainkan dengan mengamalkannya sesuai
dengan ajaran agama Islam tentang segala ketetapan-Nya. Kedua, Al-Kafirun, orang-
orang yang menolak terhadap dakwah Islam meskipun mereka dalam seruan untuk
berada di jalan Allah SWT. Ketiga, Al-Munafiqun, orang-orang yang fisiknya berada di
dalam komunitas Islam tetapi pikiran dan hatinya mereka melawan dan musuh Islam.

7
Berikut merupakan kelompok Mad’u atau sasaran dakwah menurut Wahidin
Saputra :

1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing pedesaan, kota besar dan kecil serta masyarakat di daerah
marginal dari kota besar.

2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi kelembagaan


berupa masyarakat, pemerintahan dan keluarga.

3. Sasaran berupa kelompok dilihat dari segi sosial kultural (budaya) berupa golongan
priyayi, abangan dan santri (dalam masyarakat jawa)

4. Sasaran yang dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan
petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri.

5. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari tingkat hidup sosial
ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

6. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat yang dilihat dari jenis kelamin
berupa pria dan wanita.
7. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi khusus berupa
golongan masyarakar tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana.
Klasifikasi Mad’u Berdasarkan Sikapnya terhadap Dakwah
Abdul Karim Aidan mengklasifikasikan Mad’u ke dalam empat kelompok
dengan karakteristik yang berbeda-beda:
1. Al-Mala’, yaitu kelompok orang-orang terpandang atau kelompok mapan, terdiri
dari orang-orang yang kuat secara ekonomi, politik dan sosial.
2. Jumhur al-nas, yaitu kelompok orang-orang kebanyakan, yang terdiri dari rakyat
banyak yaitu orang-orang lemah, kaum dhuafa, yang tidak memiliki akses pada
kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan negara.
3. Al-Munafiqun, yaitu orang-orang yang memusuhi Islam dan yang
menyembunyikan kekufuran di balik keislamannya.
4. Al-Usbah, yaitu kelompok orang yang menerima Islam, tetapi komitmen
keislamannya terbilang lemah. Mereka tidak melaksanakan agama dengan baik dan
sering melakukan dosa dan maksiat kepada Allah.
Klasifikasi Mad’u Berdasarkan Antusiasnya kepada Dakwah
1. As-sabiquna bil akhirat (yang bersegera dalam menerima kebenaran), golongan
mad’u yang antusias kepada kebaikan. Baik terhadap seruan dakwah yang sunnah
8
maupun wajib.
2. Muqtashid (kelompok pertengahan), golongan yang mengerjakan kewajiban dan
meninggalkan larangan, namun mereka kerap kali melakukan sesuatu yang
dimakruhkan dan kurang dalam kebaikan yang dianjurkan.
3. Zalim linafsih (kelompok orang yang menzalimi diri sendiri), golongan yang
melampaui batas di dalam agama, mengabaikan kewajiban dan kerap kali
melakukan larangan agama.
Klasifikasi Mad’u berdasarkan Keyakinannya
Dakwah sebagai ajakan universal, artinya ajakan dakwah tidak dibatasi hanya
pada satu kelompok. Berbagai macam kepercayaan yang dianut oleh masyarakat,
dakwah penting untuk menarik siapapun untuk lebih memilih atau menjalankan
kehidupan di jalan yang benar. Dengan begitu, seorang da’i menyiapkan strategi dalam
berdakwah.
Klasifikasi Mad’u berdasarkan Kemampuannya Menangkap Dakwah
Klasifikasi Mad’u dikelompokkan dari level bawah hingga level elit, karena
kemampuan seseorang untuk menangkap pesan dakwah tergantung kedalamannya
memahami agama dan hakikatnya. Terdapat 3 kelompok dalam hal ini:
1. Kelompok orang yang menyinggungkan dengan kebenaran yang diketahui nya.
Biasaya orang seperti memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam. Kelompok
ini terdiri dari sarjana, pemikir dan ilmuwan.
2. Kelompok orang yang memiki pengetahuan namun tidak sampai dasarnya.
Ibaratnya mereka masih mencari hakikat kebenarannya bisa disebut dengan
kelompok pertengahan.
3. Kelompok orang yang belum mampu memahami hakikat terdalam agama atau
orang awam. Dengan tutur kata yang baik dan nasihat yang baik dalam
menyampaikan pesan dakwah adalah jalan yang paling baik.

E. Prinsip dalam berdakwah terhadap Mad’u

Pada intinya dakwah merupakan seruan atau ajakan. Di dalam Islam dakwah
dilakukan untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain untuk mengikuti pesan-
pesan maupun ajaran yang disampaikan oleh seorang da’i. Proses dakwah akan
berjalan efektif jika seorang da’i memiliki pemahaman tentang seorang mad’u. Dalam
komunikasi, pembutan metode dan kondisi seorang mad’u.

9
Berikut merupakan prinsip-prinsip komunikasi dakwah :
1. Prinsip Keteladanan

Yang artinya, dimulai dari diri sendiri (ibda binafsik) dan keluarga
merupakan hal penting yang harus dilakukan da’i. Tujuan dari komunikasi dakwah
ialah mempunyai tujuan yang dicapai, seperti menyampaikan informasi agama dan
berharap dapat merubah suatu perilaku jama’ah. Hal-hal yang disampaikan tentu
positif dan memiliki nilai moral yang dapat diambil dan dipelajari dalam
kehidupan.

2. Prinsip Empati pada Pikiran dan Budaya Masyarakat

Pesan dakwah disampaikan juga menggunakan logika masyarakat,


mempertimbangkan pikiran dan budaya mereka karena komunikasi dihadapkan
pada perbedaan latar belakang sosial budaya yang tidak dapat dihilangkan.

3. Prinsip Mediasi.

Dalam dakwah seorang da’i harus menempatkan dirinya sebagai seorang


mediator diantara berbagai golongan yang ada. Seorang Da’i harus mampu
mendekatkan perbedaan dari berbagai golongan yang memicu perselisihan dan
menyatukan pendapat para mad’u bukan justru menyulut permusuhan. Dengan
mediasi di harapkan umat islam akan harmonis dalam beribadah.

4. Prinsip Proses dan Transaksi Informasi.

Komunikasi dakwah adalah suatu proses, karena komunikasi dakwah


menunjukkan suasana aktif dan dinamis yang menggambarkan suatu proses
yang senantiasa berkesinambungan. Dari proses komunikasi tersebut, yang
ditransaksikan adalah pesan atau informasi kebenaran dari ajaran agama.

5. Prinsip Kolektivitas dan Membangun Citra Positif

Dalam dakwah, prinsip kolektivitas menyarankan perencanaan demi


kesinambungan antara profesi, keilmuwan, dan keahlian untuk hasil yang
maksimal. Namun demikian, penting diperhatikan adalah citra positif dakwah
seorang Da’i karena akan berpengaruh pada kelancaran komunikasi dakwah.
Citra positif bisa dibangun dengan dan konsistensi, tetapi citra buruk dapat
terbangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal dari pelaku dakwah.

10
6. Prinsip Sabar dan Tidak Berputus Asa.

Dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, da’i harus bersabar, jangan


bersedih apalagi berputus asa. Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap
pembawa kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan. Seorang
da’i hanya bisa mengajak, sedangkan yang memberi petunjuk adalah Allah
SWT.

7. Prinsip Kesatuan Visi dan Tujuan.

Dalam melakukan aktivitas Dakwah, di dalamnya ada dimensi risalah,


rahmah, dan kesejarahan. Semua dimensi itu bertujuan dalam perubahan perilaku
manusia baik pada tingkat individu atau kelompok. Oleh karena itu penting
memiliki visi atau tujuan dalam komunikasi dakwah agar lebih terpadu
pelaksanaannya.

8. Prinsip Memperhatikan Skala Prioritas.

Da’i harus memerhatikan skala prioritas atau tertib urutan pusat


perhatian dakwah, yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-
hal yang bersifat universal, yakni al khair (kebajikan), yad'una ila al khair baru
kepada amar ma’ruf dan baru kemudian nahi munkar (QS. 3:104).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mad’u diambil dari isim maf’ul bahasa arab yang artinya sasaran atau
objek. Mad’u berarti manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia
yang menjadi penerima dakwah baik individu atau kelompok. Dakwah
bertujuan untuk mengajak orang kepada islam atau meningkatkan kualitas
iman.
2. Mad’u di klasifikasi supya para da’i lebih mudah memahami karakter
Mad’u dan memilih penggunaan komunikasi dakwah yang cocok sehingga
menguntungkan dua pihak. Mad’u bisa di klasifiksi berdasarkan agama,
status sosial, pemikiran, ekonomi dan sebagainya.
3. Proses dakwah akan berjalan efektif jika seorang da’i memiliki
pemahaman tentang seorang mad’u. Dalam komunikasi, pembutan metode
dan kondisi seorang mad’u sehingga penting seorang da’i memiliki prinsip
dalam berdakwah. Seperti prinsip memiiki visi dan misi, membangun citra
positif, rasa empati terhadap budaya lokal dan lain-lain.

B. Saran

Dalam berdakwah, seorang da’i harus memahami terlebih dahulu mad’u


atau penerima dakwahnya karena itu lah yang akan menentukan keberhasilan
dakwah. Seorang da’i harus mencocokkan dirinya dengan mad’u nya serta
karateristik mad’u agar dakwahnya dapat diterima dengan mudah. Seorang da’i
juga harus memiliki prinsip dalam berdakwah agar eksistansinya bagi para mad’u
selalu memberikan kesan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, P. D. (2021). Peta Dakwah. Medan: CV. Medeka Kreasi Group.

Dr. Syamsudin, A. S. (2016). Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: KENCANA.

Irhamdi, M. (2019). Keberagaman Mad'u Sebagai Objek kajian Menejemen Dakwah: Analisa
Dalam Menentukan Metode, Strategi dan Efek Dakwah. ResearchGate, 67.

Lakum. (2022). Filsafat Dakwah. Medan: CV. Pusdikra Metra Jaya.


https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-syarif-hidayatullah-
jakarta/ilmu-dakwah/ilmu-dakwah-madu-dan-klasifikasinya/45526765

13

Anda mungkin juga menyukai