Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BENTUK DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
MENAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ginda. M.Ag

Dibuat Oleh :
Muhammad Risulli 12140114208
Muhammad Ilham Romandes 12140110790
Muslimatul Husna 12140120720

KELAS PMI 5B
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
limpahan Rahmat, dan Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
bentuk maupun isi yang sangat sederhana Sebelumnya kami juga mengucapkan terimakasih
kepada rekan dan sahabat- sahabat yang telah menyukseskan terselesainya makalah kita ini
dengan judul “ Manajemen Pengembangan Masyarakat ” ini disusun dengan guna memenuhi
tugas Bapak Darusman, M.Ag. dari mata kuliah Manajemen PMI. Harapan kami, semoga
makalah ini dapat membantu, menambah pengetahuan, dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi dari makalah ini.
Terakhir, kami menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sepenuhnya sempurna.
Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan
kami, agar pada tugas berikutnya bisa menulis karya tulis dengan lebih baik lagi. Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Terimakasih.

Pekanbaru, 18 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 4
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 5
A. Pengertian Dakwah…………................................................................ 5
B. Pengertian pengembangan masyarakat....................................................
C. Konsep dakwah dan pengembangan masyarakat islam...........................
D. Etika dakwah masyarakat islam………………………………………..
E. Efektifitas dakwah bil hal……………………………………………..
F. Pendekatan psikologis melalui dakwah bil hal…………………………
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 12
3.2 Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat dalam kehidupan selalu mengalami perubahan-perubahan baik
perubahan yang alami maupun yang dirancang oleh masyarakat itu sendiri. Perubahan
itu tidak selalu lebih baik bahkan sering terjadi sebaliknya. Manusia akan mengalami
krisis identitas dirinya sebagai makhluk yang mulia disisi Allah maupun bagi
sesamanya. Karena itu dakwah juga mengalami perubahan- perubahan sesuai dengan
tranformasi sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat yaitu proses dari
serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat serta kebahagiaan masyarakat serta upaya meningkatkan kesadaran dari
prilaku tidak baik untuk berprilaku yang lebih baik. Idealnya pengembangan dakwah
yang efektif harus mengacu pada masyarakat untuk meningkatkan kwalitas
keislamannya, sekaligus juga kwalitas hidupnya.
Dakwah tidak saja memasyarakatkan hal-hal yang religius Islami, namun juga
menumbuhkan etos kerja. Inilah yang sebenarnya diharapkan oleh dakwah bil hal
yang sering disebutkan oleh para mubaligh. Dakwah bil hal bukan berarti tanpa maqal
melainkan lebih ditekankan pada sikap prilaku dan kegiatan-kegiatan nyata yang
secara interaktif mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi peningkatan keberagamaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Dakwah ?
2. Apa itu Pengembangan Masyarakat?
3. Bagaimana konsep dakwah dan pengembangan masyarakat?
4. Bagaimana etika dakwah masyarakat islam?
5. Bagaimana efektifitas dakwah bil hal?
6. Bagaimana pendekatan psikologis melalui dakwah bil hal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu Dakwah
2. Untuk mengetahui Apa itu Pengembangan Masyarakat
3. Untuk mengetahui konsep dakwah dan pengembangan masyarakat
4. Untuk mengetahui etika dakwah masyarakat islam
5. Untuk mengetahui efektifitas dakwah bil hal
6. Untuk mengetahui pendekatan psikologis melalui dakwah bil hal

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab “da‟wah” (‫)عوةالد‬.
Dakwah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, „ain,dan wawu. Dari ketiga huruf asal
ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah
memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh
datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan
meratapi. Menurut Syaikh Muhammad al-Ghazali (dalam al Bayanuni, 1993: 15),
dakwah adalah “ Program sempurna yang menghimpun semua pengetahuan yang
dibutuhkan oleh manusia di semua bidang, agar ia dapat memahami tujuan hidupnya
serta mnyelediki petunjuk jalan yang mengarahkannya menjadi orang-orang yang
mendapat petunjuk”. Menurut Toha Yahya Omar (1992: 1), dakwah Islam adalah
“mangajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuaindengan
perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat”.
Sedangkann menurut HSM Nasaruddin Latif (1971: 11), dakwah adalah “setiap usaha
atau aktivitas dengan lisan, tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia untuk beriman dan menaati Allahsesuai dengan garis-garis
akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah”.
Secara umum, definisi dakwah yang dikemukakan para ahli di atas
menunjukkan pada kegiatan yang menunjuk pada kegiatan yang bertujuan perubahan
positif dalam diri manusia. Perubahan positif ini diwujudkan dengan peningkatan
iman, mengingat sasaran dakwah adalah iman. Berdasarkan pada rumusan beberapa
definisi di atas, maka secara singkat, Dakwah adalah kegiatan penningkatan iman
menurut syariat Islam.
Pengertian dakwah secara terminologi untuk saling melengkapi, karena
meskipun berbeda susunan redaksinya, namun maksud dan makna hakikatnya sama
seperti dikutip berikut ini:
1. Prof. Toha Yahya Omar, MA menyebutkan bahwa dakwah secara terminologi
mengajak manusia dengan cara bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan
perintah Allah, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di
akhirat.
2. Prof. A. Hasjmy menyebutkan bahwa dakwah islamiah adalah megajak orang
lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syariah 2 M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati 2002), 184 5 islamiah
yang terlebih dahulu diyakinidan diamalkan pendakwah sendiri.
3. Syaikh Ali Mahfudz menyebutkan bahwa dakwah adalah memotivasi manusia
untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebajikan dan
mencegah kemungkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
4. Hamzah Ya’kub menyebutkan bahwa dakwah adalah mengajak manusia
dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk Allah SWT
dan Rasul-Nya.
5. Abdul Kadir Munsyi menyebutkan bahwa dakwah adalah mengubah umat dari
satu situasi kepada situasi yang lebih baik di dalam segi kehidupan.
5
6. Prof. HM Arifin M. Ed. Menyebutkan bahwa dakwah adalah ajakan secara
lisan, tulisan yang disiarkan melalui media, dan tingkah laku. Semua kegiatan
itu dilakukan secara sadar dan berencana dalam upaya memengaruhi orang
lain, baik secara individu maupun kelompok. Tujuannya untuk menumbuhkan
kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama
sebagai message yang akan disampaikan kepada pendengar dan pembaca
tanpa paksaan.
7. Prof. Dr. Aboebakar Aceh menyebutkan bahwa dakwah yang berasal dari dai,
berarti perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan
hidup sepanjang ajaran Allah SWT yang benar, dilakukan dengan penuh 6
kebijaksanaan dan nasihat yang baik. Kata-kata ini mempunyai arti yang luas
sekali, tetapi tidak keluar dari pada tujuan mengajak manusia hidup sepanjang
agama dan hukum Allah SWT.
8. Masdar Helmy menyebutkan bahwa dakwah adalah mengajak dan
menggerakan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah SWT (islam),
termasuk melakukan amar makruf nahi munkar untuk bisa memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha
peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi
juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus
lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran islam secara lebih
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Dari definisi-definisi yang telah di kemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa ilmu dakwah adalah ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk
penyampaian ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang terutama
mengenai cara-cara bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia agar
mereka menerima dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah. Pemahaman yang
dapat ditemukan adalah bahwa dakwah bersifat persuasif , yaitu mengajak
manusia secara halus. Kekerasan, pemaksaan, intimidasi, ancaman, atau terror
agar seseorang melaksanakan ajaran Islam tidak bisa dikatakan dakwah.
Pemahaman ini di peroleh dari makna dakwah yang berarti mengajak, berdoa,
mengadu, memanggil, meminta, dan mengundang.
Dengan makna-makna ini, kita juga memahami bahwa dakwah tidak menekankan
hasil, tetapi mementingkan tugas dan proses. Kita hanya berkewajiban
menyampaikan ajaran Islam dengan penuh kesungguhan. Kita tidak dituntut untuk
berhasil. Keberhasilan dakwah terkait dengan campur tangan Tuhan yaitu hidayah
Allah SWT.
B. Pengertian Pengembangan Masyarakat
Secara etimologis pengembangan berarti membina dan meningkatkan kualitas,
dan masyarakat Islam berarti kumpulan manusia yang beragama Islam yang memilih
hubungan dan keterkaitan ideologis satu dengan yang lainnya. Manusia memiliki
fitrah keagamaan, sehingga manusia membutuhkan agama. Kelahiran Islam, yang
ditandai dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW pada tahun gajah tanggal 12 Rabiul
awal, atau tahun 570 M, adalah sebuah momen penting dalam sejarah Islam. Karena

6
dari sinilah dimulai perjalanan panjang pengembangan masyarakat Islam yang
menyatu dalam dakwah syi'ar Islam di jazirah arab.
Pengembangan masyarakat (community development) merupakan wawasan
dasar bersistem tentang asumsi perubahan sosial terancang yang tepat dalam kurung
waktu tertentu. Sedangkan teori dasar pengembangan masyarakat yang menonjol pada
saat ini adalah teori ekologi dan teori Sumber daya manusia. Teori ekologik
mengemukakan tentang “batas pertumbuhan”. Untuk sumber-sumber yang tidak dapat
diperbaruhi perlu dikendalikan pertumbuhannya. Teori ekologik menyarankan
kebijaksanaan pertumbuhan diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat membekukan
proses pertumbuhan (zero growth) untuk produksi dan penduduk. Sering dikatakan
bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari dakwah bil Hal.
Tokoh Amrullah Ahmad (1999), Nanih Machendrawati, dan Agus Ahmad
mendefinisikan bahwa 56 Nasril Jurnal Ilmu Sosial dan Pengembangan Masyarakat
pengembangan masyarakat Isam adalah suatu sistem tindakan nyata yang
menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial,
ekonomi, dan lingkung-an dalam perspektif Islam. Menstransformasikan dan
melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah) kelompok
sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah). Model empiris pengembangan perilaku
individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan
pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

C. Konsep Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam


Dakwah adalah suatu proses penyelenggaraan aktivitas atau usaha yang dilakukan
secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata nilai hidup
manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT. Dan Rasulullah SWT. Adapun
bentuk usaha tersebut hendaklah meliputi: Mengajak manusia untuk beriman,
bertaqwa serta menaati segala perintah Allah SWT dan Rasul.
1. Dengan melaksanakan amar makruf, nahi mungkar.
2. Memperbaiki dan membangun masyarakat yang islami.
3. Menegakkan serta menyiarkan ajaran Islam.
4. Proses penyelenggaraan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan yakni
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat.
Dakwah amat penting dalam hidup dan kehidupan manusia, sehingga siapapun
yang memahami eksistensi dakwah maka dialah yang menguasai masa depan. Dengan
adanya intensitas dakwah masyarakat akan lebih manusiawi dan tercerahkan. Namun
dapat diingat bahwa dakwah terkadang mengalami benturan pengaruh dari luar yang
seringkali tidak relevan, bahkan bersifat merusak dan bertentangan dengan kebutuhan
– kebutuhan dunia Islam. Tapi bukan berarti bahwa dakwah itu sendiri yang baik
ataupun buruk. Hal ini tergantung dari perilaku dakwah yang membuat benar atau
salahnya penggunaan dakwah tersebut terhadap obyek dakwah yang dihadapinya.
Berdasarkan Surat An-Nahl ayat 125 telah memberikan pedoman tentang
metode dakwah yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut:
1. Al-Hikmah

7
Al-Hikmah berarti al-adl (keadilan), al haq (kebenaran), al hilm
(ketabahan), al-„ilmu (pengetahuan) dan an-nubuwwah (kenabian). Al Hikmah
juga berarti pengetahuan yang dapat dikembangkan menjadi sempurna. Di
dalam ilmu metode dakwah, al-Hikmah berarti bijaksana, mulia, lapang hati
dan mampu menarik perhatian orang untuk memahami agama dan
Tuhan.Menurut Prof. Dr. Toha Yahya Umar, M.A, menyatakan bahwa hikmah
berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha
menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak
bertentangan dengan larangan Tuhan. Sedangkan menurut Syeikh Jamakhsari
dalam kitabnya Al Kasyaf yang dikutip oleh Wahidin Saputra bahwa definisi
al hikmah adalah perkataan yang pasti dan benar. Ia adalah dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran. Hikmah
sebagai induk dari seluruh pendekatan dakwah, mencakup juga pendekatan
dengan perkataan yang bijak (hikmat al-qoul).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al hikmah
merupakan kemampuan dan ketepatan da‟i dalam memilih, memilah dan
menyelaraskan tekhnik dakwah dengan kondisi objektif mad‟u. Al hikmah
merupakan kemampuan da‟i dalam menjelaskan doktrin – doktrin Islam
secara realistis yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang
komunikatif. Oleh karena itu al hikmah sebagai sebuah system yang
menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.
2. Al-Mau’idzah
al-Hasanah Terminologi mau‟izhah hasanah dalam perspektif dakwah
sangat populer, bahkan dalam acara – acara seremonial keagamaan seperti
maulid nabi dan isra‟ mi‟raj, istilah mau‟izhah hasanah mendapat porsi
khusus dengan sebutan “acara yang ditunggu – tunggu” yang merupakan inti
acara dan biasanya menjadi salah satu target keberhasilan sebuah acara. Secara
bahasa, mau‟izhah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau‟izhah dan hasanah.
Kata mauizah berasal dari kata wa‟adza-ya‟idzu-wa‟dzan-„idzatan yang
berarti nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah
merupakan kebalikan dari sayyi‟ah yang artinya kebaikan lawannya
kejelekan. Abd. Hamid Bilali menyatakan bahwa Al-Mau‟idzah Al-Hasanah
adalah metode dakwah yang digunakan kepada mad‟u dengan agar mereka
mau berbuat kebaikan. Misalnya pada tausiyah yang disampaikan oleh para
kyai yang isinya mengenai pentingnya mengerjakan sholat, manfaat puasa,
manfaat zakat dan lain sebagainya. Metode Al-Mau‟idzah Al-Hasanah dapat
berupa ungkapan yang mengandung nasehat ataupun bimbingan, kabar
gembira, Pendidikan, kisah – kisah teladan dan pesan – pesan positif yang
dapat mengantarkan mad‟u kepada keselamatan dunia akhirat.
3. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan
Al Mujadalah (al-Hiwar) merupakan upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih tanpa adanya permusuhan. Dr. Syayyid
Muhammad Thantawi menyebutkan Al mujadalah dalam metode dakwah
merupakan sebuah upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan
dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti – bukti yang kuat. Ketiga
metode dakwah dalam surat An-Nahl ayat 125 merupakan strategi yang
8
digunakan da‟i untuk berdakwah. Da‟i menggunakan salah satu metode
dakwah di atas menyesuaikan dengan jenis mad‟unya dan melakukan
pengembangan sendiri agar dakwah tetap dapat dilakukan. Jadi, metode
dakwah merupakan cara yang dipilih da‟i untuk menuju keberhasilan proses
dakwah. Sirah nabawiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama
yang menjadi landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan Rasulullah saw
kepada umat manusia adalah masalah yang berkaitan dengan pembinaan
akidah salimah, keimanan yang benar, masalah al-insan, tujuan program,
status dan tugas hidup manusia di dunia, dan tujuan akhir yang harus
dicapainya, al-musawah, persamaan manusia dihadapan Allah SWT dan al-
„adalah, keadilan yang harus ditegakkan oleh seluruh manusia dalam menata
kehidupannya. Persamaan dan keadilan ini, pada dasarnya adalah merupakan
konsekuensi logis dari akidah salimah.
Media dakwah merupakan sarana, medan, tempat atau alat yang digunakan
sebagai saluran dalam proses dakwah. Keberadaan media, sarana dan alat sangat
diperlukan dalam menunjang keberhasilan dakwah. Proses dakwah tanpa adanya
media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin dan media dakwah
memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan.
1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan
suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat
menyurat, sepanduk dan sebagainya
3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.
4. Audio visual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran,
penglihatan, atau kedua – duannya, seperti televisi, film, OHP, internet, dan
sebagainya.
5. Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan – perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan di dengarkan
oleh mad‟u.
Ada beberapa konsep dan tujuan pengembangan masyarakat Islam yang dinukilkan
Ibnu Khaldun di dalam karya tulisnya yaitu:
1. Individu: Dalam pemikiran sosiologis, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa
manusia itu secara individu diberikan kelebihan. Namun secara qudroti
manusia memiliki kekurangan dan kelemahan di samping kelebihan yang
dimiliki. Sehingga kelebihan itu perlu dibina agar dapat mengembangkan
potensi peribadi untuk dapat membangun.
2. Ashabiyah: atau yang bisa juga disebut kekeluargaan merupakan sebuah
kekuatan atas pertalian darah. Setiap patriotisme (solidaritas kekeluargaan).
Sikap kekeluargaan ini jika dibina dan diarahkan kepada penanaman jiwa
keagamaanmaka akan menghasilkan sikap yang positif mengarah kepada sikap
religius untuk menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar.
3. Masyarakat Ijtima' al-Insani: dengan sikap saling membutuhkan, tolong
menolong dan solidaritas maka terciptalah sistem sosial masyarakat yang
tergabung dalam alijtima' al insani. Berkaitan dengan pengembangan
9
masyarakat Islam maka masyarakat di sini diarahkan kepada terbentuknya
masyarakat yang Islami.
4. Negara: Negara dalam konteks ini adalah merupakan suatu wadah dan alat
baik melalui pemimpin, konstitusi ataupun undang-undang untuk menciptakan
tatanan masyarakat yang ideal sesuai dengan ajaran Islam.
5. Peradaban: tujuan akhir dari pengembangan masyarakat Islam adalah
terwujudnya masyarakat madani (civil society), dengan nilai-nilai peradaban
yang tinggi, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, demokratisasi,
inklusivisme, independent, makmur dan sejahtera.

D. Etika Dakwah Masyarakat Islam

E. Efektifitas Dakwah Bil Hal

F. Pendekatan Psikologis Dakwah Bil Hal


Islam mengatur hubungan antar manusia, baik antar muslim dengan muslim,
atau muslim dengan non muslim, apakah antara kedua belah pihak ada hubungan
kekerabatan persaudaraan atau hubungan sosial dengan demikian satu sama lain
saling menghargai keberadaannya. Masyarakat tidak saja menjadi objek tetapi
menjadi subjek dalam pembangunan yang pada sisi lain akan mengembangkan
keswadayaan dan sumber daya yang ada disekitar mereka. Dalam hal ini perlu peran
serta baik perorang maupun lembaga yang dapat berperan sebagai motivator sebab
pada dasarnya strategi pendekatan ini intinya usaha penyadaran masyarakat agar dapat
mengembangkan sumber daya yang ada pada diri mereka, lingkungan dan alam
sekitar untuk mendapatkan hasil lebih baik.
Disinilah dengan potensi sosial keagamaan da’i dan lembaga dakwah bisa
melakukan perannya sebagai lembaga swadaya masyarakat terutama melalui nilai-
nilai keagamaan seperti kemandirian, keadilan, kerja sama dan sebagainya. Mengingat
kebutuhan masyarakat itu selalu ada dan bahkan selalu berkembang, maka apabila
da’i dan lembaga dakwah dapat melakukan perannya maka akan selalu mendapat
tempat di masyarakat bahkan bisa lebih mengembangkan potensi kemasyarakatan.
Sementara itu banyak di antara para pakar yang lebih menggunakan kata
pendekatan atau approach karena lebih bersifat rinci mengandung pengertian dan
langkah langkah yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Menjadi pertimbangan
para da’i dan mubaligh di harapkan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan dan penggunaan suatu metode agar metode yang dipilih dan digunakan
benar-benar fungsional dan harus memperhatikan strategi dakwah yang digunakan
tentu saja dengan dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
dengan mengenali sasaran dakwah, pemilihan media yang baik, pengkajian akan
tujuan dakwah agar dakwah harus dapat dimengerti dan yang terpenting adalah
peranan da’i dalam pelaksanaan dakwah dari bagaimana menarik objek dan juga
kredibilitasnya.
Dengan kata lain strategi dakwah harus memperhatikan beberapa azas dakwah
salah satunya azas psikologi. Hal ini berhubungan dengan kejiwaan manusia, baik
da’i maupun sasaran dakwah memiliki karakter yang berbeda antara satu dan lainnya,
10
apabila masalah agama yang merupakan masalah ideologi yang tidak luput dari
masalah psikologi.
Keberhasilan dakwah tidak hanya dengan metode saja tetapi dengan berbagai
cara pendekatan harus dikerjakan sesuai dengan keadaan objek dakwah dan
keberhasilan dakwah Islam sangat bergantung dengan banyak hal. Adapun beberapa
hal yang mendasari keefektifan metode dakwah, misalnya saja dalam peristiwa
perjanjian Hudaibiyah sebagaimana yang direkontruksikan oleh Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya yaitu:
1. Untuk melakukan atau meningkatkan sesuatu ada dua hal dasar yang
mempengaruhi watak manusia yaitu pengaruh luar atau lingkungan dan pengaruh
dari dalam atau keturunan. Dengan demikian aktivitas suatu kelompok sosial akan
sangat mempengaruhi individu yang berada disekitarnya. Dalam dakwah Islam
da’i (kelompok sosial kolektif) akan mempengaruhi mad’u.
2. Suatu kelompok manusia akan menjadi masyarakat yang sebenarnya bila mana
anggota masyarakat telah melakukan imitasi yaitu saling tiru meniru, saling ikut
mengikuti dan saling contoh mencotoh terhadap aktifitas anggota lainnya.
3. Bersamaan dengan terjadinya struktur dalam interaksi kelompok, maka
terbentuklah norma-norma tingkah laku khas antara anggota kelompok. Norma ini
merupakan pedoman untuk mengatur pengalaman dan tingkah laku individu
manusia dalam berbagai situasi sosial.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap pola dengan tingkah laku
serta kondisi kejiwaan kelompok sosial muslim akan sangat efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan dakwah bila benar-benar dimanfaatkan secara optimal.
Usaha dakwah bil Hal mempunyai implikasi terhadap pengembangan masyarakat
yaitu:
1. Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah, pendapatannya bertambah untuk
membiayai pendidikan keluarga atau memperbaiki kesehatan.
2. Dapat menarik partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sebab masyarakat
terlibat sejak perencanaan sampai pelaksanaan usaha dakwah bil Hal.
3. Dapat menumbuhkan atau mengembangkan swadaya masyarakat dan dalam
proses jangka panjang bisa menumbuhkan kemandirian.
4. Dapat mengembangkan kepemimipinan daerah setempat dan terkelolanya
sumber daya manusia yang ada, sebab anggota kelompok sasaran tidak saja
jadi objek kegiatan, tetapi juga menjadi subjek kegiatan
5. Terjadi proses belajar mengajar antara sesama warga yang terlibat dalam
kegiatan, sebab kegiatan direncanakan dan dilakukan secara bersama. Hal ini
menimbulkan sumbang saran secara timbal balik.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA
Mahfudh, Sahal. Tentang Pengembangan Masyarakat. Jakarta. 1984.
Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah. Badan perencanaan
Pembangunan Nasional & Departemen Dalam negeri, 2002.
Razak, Nasruddin. Metodologi Dakwah. Semarang: Toha Putra. 1976.
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers Suharto Edi,
Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji masalah dan Kebijakan
Sosial”., ALFABETA, Bandung 2005
Yanti, Fitri. Pengembangan Masyarakat Melalui Dakwah Bil Hal (Suatu Pendekatan
Psikologi
Hakim, Lukman (Penyunting). (1991), Fakta dan Data. Jakarta: Media Dakwah
Jalaluddin
Rakhmat, (1991). Islam Aktual:Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,
Cetakan II: Bandung:Mizan.
Shaleh, Abd.Rosyad (1992), Manajemen Dakwah Islam. Cetakan II: Jakarta: Bulan
Bintang.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: KENCANA, 2004.
Bisri, Hasan. Ilmu Dakwah Pengembangan Masyarakat. Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014

13

Anda mungkin juga menyukai