Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DA’I
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Dakwah
Dosen Pengampu: M. Yusron Shidqi, Lc. M.Ag

Disusun Oleh:
Ahmad Murtadlo 2021.09.0005
M. Suhardi 2021.09.0026
Rohim Nur Zabani 2021.09.0040

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QURAN AL-HIKAM DEPOK
2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah dan pertolongan-Nya sehingga kami dapat merampungkan makalah
dengan judul “Da’i”. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW semoga kita bisa menjadi umatnya yang mendapatkan
syafaatnya di hari akhir nanti amin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Dakwah,
selain itu kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Pengertian Da’i dan Tugas-Tugasnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada M. Yusron
Sidhqi Lc, M. Ag selaku dosen pengampu, serta kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima de kesempurnaan
makalah ini.

Depok, 09 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Pengertian Da’i............................................................................................. 2
B. Tugas Da’i.....................................................................................................3
C. Kemampuan Da’i..........................................................................................4
D. Sifat-Sifat Da’i..............................................................................................6
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Da’i dapat diibaratkan sebagai seorang pemandu (guide) terhadap orangorang
yang ingin mendapat keselamatan hidup dunia dan akhirat. Dalam hal ini, da’i adalah
seorang petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami terlebih dahulu mana
jalan yang boleh dilalui dan yang tidak boleh dilalui oleh seorang muslim sebelum ia
memberi petunjuk jalan kepada orang lain. Ini yang menyebabkan kedudukan seorang
da’i di tengah masyarakat menempati posisi penting, karena ia adalah seorang
pemuka (pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat di sekitarnya.1
Terdapat permasalahan yang terlihat mengenai sifat dan kriteria seorang da’i,
salah satunya yaitu da’i tidak menguasai sepenuhnya pemahaman tentang materi
yang ingin didakwahkan kepada masyarakat, sehingga apa yang disampaikan kepada
masyarakat bukan dari materi yang selayaknya diperlukan masyarakat. Hal ini juga
menyebabkan persoalan dakwah yang ditanyakan masyarakat tidak dapat dijawab
dengan sempurna oleh da’i. Kebanyakan da’i juga beranggapan bahwa metode
dakwah yang digunakan berkesan dan mampu mengubah pemikiran masyarakat
sedangkan pemahaman yang mereka miliki belum cukup dari aspek sifat dan kriteria
da’i seperti yang dikehendaki Islam.2
Dari permasalahan yang timbul, maka Pemkalah tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian terhadap sifat-sifat dan kriteria da’i menurut islam. Penelitian ini
kemudian kami buat sesuai silabus tugas kuliah dengan judul “DA’I”.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian dan tugas Da’i?
2. Apa saja Kemampuan Da’i dan Sifat-Sifatnya?

C. Tujuan masalah
1. Mengetahui Pengertian dan tugas Da’i
2. Mengetahui Kemampuan Da’i dan Sifat-Sifatnya

1
Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 77.
2
Dr. Mustafa Ar-Rafie, Dakwah & Keunggulan Para Daie, (Selangor: Karisma Publications Sdn
Bhd, 2003), hlm.11

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Da’i
Kata da’i berasal dari bahasa Arab bentuk mudżakar (laki-laki) yang berarti orang
yang mengajak, kalau muannas (perempuan) disebut da’iyah.3 Sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, da’i adalah orang yang pekerjaannya berdakwah atau
pendakwah. Melalui kegiatan dakwah para da’i menyebarluaskan ajaran Islam.4
Dengan kata lain, da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara
langsung atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan, atau perbuatan untuk
mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebarluaskan ajaran Islam, melakukan
upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam.
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun
perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau
lembaga. Da’i sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan mubaligh (orang
yang menyampaikan ajaran Islam).5 Allah swt berfirman:
َ ُ ْ ْ ُ َ ُ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َْ َ َ ُ ْ ٌ ُ ُ ْ
ْ ْ َ ُ َْ
‫َولتك ْن ِّمنك ْم اَّمة َّيدع ْون ِّالى الخ ْي ِّر َو َيأ ُم ُر ْون ِّبال َمع ُر ْو ِّف َو َين َه ْون ع ِّن ال ُمنك ِّرِۗ َواول ِٕىك ه ُم ال ُمف ِّلح ْون‬

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (Qs. Ali Imran: 104)
Menurut tafsir Al-Mishbah ayat diatas menceritakan bahwa kalaulah tidak semua
anggota masyarakat dapat melaksanankan fungsi dakwah, Maka hendaklah ada di
antara kamu wahai orang-orang yang beriman segologan umat, yakni kelompok yang
pendangannya mengarah kepadanya untuk diteladani dan didengar nasihatnya yang
mengajak orang lain secara terus menerus tanpa bosan dan lelah kepada kebajikan,
yakni petunjuk-petunjuk Ilahi, menyuruh masyarakat kepada yang ma‟ruf, yakni
nilai-nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik oleh masyarakat mereka. selama

3
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap, (Jakarta: Pustaka
Progresif, 1997), hlm. 407
4
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), hlm. 231.
5
Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 77

2
hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai ilahiyah dan mencegah mereka dari yang
munkar; yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat masyarakat.6
Dengan adanya kata minkum. Kata itu menunjukkan bahwa umat Muhammad
punya kewajipan untuk melaksanakan dakwah. Dalam, masalah ini, paling kurang
terdapat dua pendapat. Pertama, seandainya kata min yang terdapat dalam ayat itu
menunjukkan li al-tab‟idh (sebagian), maka berarti tidak semua umat Muhammad
wajib melaksanakan dakwah. Tetapi, kalau min itu sebagai li albayan (penjelas)
berarti semua umat Muhammad wajib melaksanakan dakwah. Perbedaan itu
sebenarnya bisa dikompromikan untuk masalah-masalah yang lebih khusus dan
memerlukan pemikiran, ketrampilan dan kajian yang lebih mendalam serta tidak
semua orang bisa memahami masalah itu, maka kewajipan berdakwah dalam hal
seperti ini memang hanya untuk orang-orang tertentu sahaja. Sedangkan terhadap
masalah yang mudah diketahui benar atau salahnya (hal-hal yang bersifat universal,
seperti membantu orang lemah itu baik, dan mencuri itu buruk), maka menyampaikan
dakwah dalam hal seperti itu, adalah kewajipan semua muslim.
B. Tugas Da’i
Seorang da’i harus mengetahui bahwa dirinya seorang da’i. Artinya, sebelum
menjadi da’i, ia perlu mengetahui apa tugas da’i. Tugas seorang da’i identik dengan
tugas rasul. Semua rasul adalah panutan para da’i, telebih lagi Nabi Muhammad saw,
Sebagai rasul yang paling agung.7 Firman Allah swt:
٤٦ ‫ّللا ِبا ِۡذنِهٰۤ َو ِس َرا ًجا ُّمنِ ۡي ًرٰۤا‬ َٰۤ ‫س ۡلن‬
ِٰٰۤ ‫ َّو َدا ِعيًا ِا َلى‬٤٥ ٰۤۙ ‫ك شَا ِهدًٰۤا َّو ُم َب ِش ًرٰۤا َّونَذ ِۡي ًرٰۤا‬ َ ‫ى ِانَّاٰۤ اَ ۡر‬
ُّٰۤ ‫يٰۤـاَيُّ َها النَّ ِب‬
Artinya: Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa
kabar gemgira dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah
dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (QS. Al-Ahzab: 45-46)
Ayat diatas menurut tafsir Al-Mishbah memberitahu bahwa, Hai Nabi
Muhammad sesungguhnya Kami mengutusmu kepada seluruh umat manusia untuk
menjadi saksi kebenaran, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang beriman
berupa kebahagiaan duniawi dan ukhrawi dan pemberi peringatan kepada siapa pun
yang enggan menerima tuntunan Allah. Serta disamping itu, engkau juga menjadi

6
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 2, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2001),
hlm. 173
7
Said Bin Ali Al Qahthani, Da’wah Islam Da’wah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994),
hlm. 97.

3
penyeru kepada agama Allah dengan izinNya sehingga dengan restu dan izin-Nya itu
ringankanlah beban tugas ini atas dirimu dan juga engkau merupakan cahaya yang
menerangi jalan manusia yang diliputi oleh kegelapan syirik dan kedurhakaan.8
Tugas adalah perintah untuk melakukan sesuatu. Tugas pokok da’i adalah
meneruskan tugas Nabi Muhammad SAW yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah
SWT seperti yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Intinya tugas
da’i adalah merealisasikan ajaran-ajaran dalam Al-Qur’an serta sunnah Rasulullah.
Diantara lain dari tugas seorang da’i yaitu:
a. Meluruskan akidah
Manusia tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan, tidak terkecuali dalam
bidang pemahaman akidah. Keberadaan da’i dalam permasalahan ini
berfungsi meluruskan kembali manusia yang melakukan praktik syirik atau
yang mendekatinya, agar lurus dan kembali ke jalan Allah SWT.
b. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar
Banyak ditemukan Pelaksanaan ibadah dari umat muslim saat ini yang masih
belum benar, oleh sebab itu da’i berfungsi sebagai motivator umat untuk bisa
beribadah yang benar sehingga muncul kesadaran agar selalu belajar sekaligus
mengamalkannya.
c. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
Islam memiliki konsep untuk menganjurkan umatnya selalu saling
mengingatkan berbuat baik dan dan meninggalkan yang tidak baik. Sebagai
contoh seorang da’i harus sering-sering memberikan pengertian bahwasanya
Landasan persaudaraan harus selalu dijaga dan dibina sehingga umat Islam
semuanya terbina menjadi umat yang mulia dan erat tali persaudaraannya.
C. Kemampuan Da’i
Semua kemampuan yang ada pada diri pemeluk agama Islam akan
mendekatkannya kepada sang pencipta. Kedekatan pemeluk agama Islam dengan
Tuhan sesuai dengan kualitas-kualitas ketaqwaan yang dimiliki. Seorang da’i dalam
menjalankan dakwah harus memiliki kebulatan tekad untuk menjalaninya, karena
akan bertemu dengan situasi dan kondisi berbeda pada setiap dakwahnya.

8
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 11..., hlm. 292.

4
Kemampuan-kemampuan tersebut juga akan mempermudah da’i menyelesaikan
tugasnya.
Keberadaan da’i di tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena da’i adalah
agen of change (seorang pembawa perubahan) yang berarti seorang da’i harus
inovatif, kreatif dan dinamis. Ia harus selalu mencari ide-ide baru dan
mengembangkannya sehingga terwujud suatu masyarakat yang lebih maju. Da’i juga
sebagai key people (manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap, bijaksana, dan
tegas dalam memutuskan sesuatu
Seorang da’i akan berhasil dalam melaksanakan tugas dakwah, jika dibekali
kemampuan-kemampuan terkait dengan tugasnya. Kompetensikompetensi yang
harus dimiliki seorang da’i antara lain:
a. Kemampuan berkomunikasi.
Kemampaun tersebut meliputi kemampuan membaca dan memahami seluk-
beluk komunikannya sehingga dapat dirancang metode yang akan dipakai.
b. Kemampuan penguasaan diri.
Da’i harus mampu menguasaan diri, jangan sampai mengesankan sifat
sombong, angkuh, dan kaku yang menyebabkan keranggangan.
c. Kemampuan pengetahuan psikologi.
Pengetahuan ini dipahami untuk membuat da’i lebih bijaksana dan tidak putus
asa karena setiap orang (komunikan) mempunyai sikap dan kepribadian yang
beragam.
d. Kemampuan pengetahuan kependidikan.
Kemampuan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
e. Kemampun pengetahuan dibidang pengetahuan umum.
Keanekaragaman pengetahuan dan perkembangnya di dalam masyarakat yang
cepat, maka seorang da’i harus mampu mengimbanginya dengan selalu up to
date (terkini) agar tidak disepelekan.
f. Kemampaun dibidang Alquran.
g. Kemampuan pengetahuan dibidang ilmu hadis.
h. Kemampuan dibidang ilmu agama secara integral.9

9
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 78–86

5
D. Sifat-Sifat Da’i
Kriteria kepribadian yang baik sangat menentukan keberhasilan dakwah, karena
pada hakikatnya berdakwah tidak hanya menyampaikan teori, tapi juga harus
memberikan teladan bagi umat yang diseru. Keteladanan jauh lebih besar
pengaruhnya daripada kata-kata, hal ini sejalan dengan ungkapan hikmah “kenyataan
itu lebih menjelaskan dari ucapan”. Maka dari itu dibawah ini kami paparkan sedikit
dari sifat-sifat yang harus dimiliki para da’i
a. Beriman dan Bertakwa kepada Allah.
Takwa dengan sebenar-benarnya takwa, mengimani dan mengikuti aturan-
aturan-Nya, melaksanakan segala perinta-Nya dan menjauhi segala yang
dilarang-Nya. Sifat dasar dai ini dijelaskan Allah Swt. dalam Alquran
َ ُ َْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ََُْ ْ ُ َ َُْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ
َّ َ ُ ُ ْ َ
َ ‫الن‬
‫ابۚ أفلا تع ِّقلون‬ ‫اس ِّبال ِّب ِّر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون ال ِّكت‬ ‫أتأمرون‬

“Apakah kamu menyuruh manusia berbuat kebaikan padahal kamu lupa


terhadap dirimu sendiri sedangkan kamu sendiri membaca kitab Tuhan.
Apakah kamu tidak berpikir.” (QS. Al-Baqarah/2 : 44)
b. Ahli Taubat
Sifat taubat dalam diri dai, berarti ia harus mampu untuk lebih menjaga atau
takut untuk berbuat maksiat atau dosa dibandingkan orang-orang yang
menjadi mad‘ū-nya. Jika ia merasa telah melakukan dosa atau maksiat
hendaklah ia bergegas untuk bertaubat dan menyesali atas perbuatannya
dengan mengikuti panggilan Ilahi.
c. Ahli Ibadah
Seorang dai adalah mereka yang selalu beribadah kepada Allah dalam setiap
gerakan, perbuatan atau perkataan di mana pun dan kapan pun. Dan segala
ibadahnya ditujukan dan diperuntukkan hanya kepada Allah, dan bukan
karena manusia (riya’).
d. Amanah dan Shiddīq
Amanah (terpercaya) dan Shidq(jujur) adalah sifat utama yang harus dimiliki
seorang dai sebelum sifat-sifat yang lain, karena ia merupakan sifat yang
dimiliki oleh seluruh para nabi dan rasul. Amanah dan shidq adalah dua sifat
yang selalu ada bersama, karena amanah selalu bersamaan dengan shidq

6
(kejujuran), maka tidak ada manusia jujur yang tidak terpercaya, dan tidak
ada manusia terpercaya yang tidak jujur. Amanah dan shidq merupakan hiasan
para nabi dan orang-orang saleh, dan mestinya juga menjadi hiasan dalam
pribadi dai karena apabila seorang dai memiliki sifat dapat dipercaya dan jujur
maka mad‘ūakan cepat percaya dan menerima ajakan dakwahnya.
e. Pandai Bersyukur
Orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang merasakan karunia
Allah dalam dirinya, sehingga perbuatan dan ungkapannya merupakan
realisasi dari rasa kesyukuran tersebut. Syukur dengan perbuatan berarti
melakukan kebaikan, syukur dengan lisan berarti selalu mengucapkan
ungkapan-ungkapan yang baik (kalimāt thayyibāt). Syukur juga mempunyai
dua dimensi, syukur kepada Allah dan syukur kepada manusia. Seorang dai
yang baik adalah dai yang mampu menghargai nikmat-nikmat Allah dan
menghargai kebaikan orang lain.
f. Tulus Ikhlas dan Tidak Mementingkan Pribadi
Apa yang dilakukan seorang dai merupakan bagian dari perhatiannya kepada
umat, ia menginginkan umat beriman dan selamat dunia akhirat.
g. Ramah dan Penuh Pengertian
Yaitu menunjukkan sikap hormat dan menghargai kepada siapapun.
h. Tawaduk (Rendah Hati)
Rendah hati bukanlah rendah diri (merasa terhina dibanding derajat dan
martabat orang lain), tawaduk(rendah hati) dalam hal ini adalah sopan dalam
pergaulan, tidak sombong, tidak suka menghina, dan mencela orang lain. Dai
yang mempunyaisifat tawaduk akan selalu disenangi dan dihormati orang
karena tidak sombong dan berbangga diri yang dapat menyakiti perasaan
orang lain.
i. Sederhana dan Jujur
Kesederhanaan adalah merupakan pangkal keberhasilan dakwah, dalam
kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhan.
Sederhana di sini adalah tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya,
sehinggadengan sifat sederhana seseorang tidak merasa segan dan takut
kepadanya.

7
j. Tidak memiliki Sifat Egois
Ego adalah suatu watak yang menonjolkan keakuan, angkuh dalam pergaulan,
merasa diri paling hebat, terhormat, dan lain-lain. Sifat ini benar-benar harus
dijauhi oleh dai. Orang yang mempunyai sifat ego hanya akan mementingkan
dirinya sendiri, maka bagaimana mungkin seorang dai akan dapat bergaul dan
memengaruhi orang lain jika ia sendiri tidak peduli dengan orang lain.
k. Sabar dan Tawakal
Yaitu sikap pasrah dan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah
berusaha secara maksimal.
l. Memiliki Jiwa Toleran
Toleransi dapat dipahami sebagai suatu sikap pengertian dan dapat
mengadaptasi diri secara positif (menguntungkan bagi diri sendiri maupun
orang lain) bukan toleransi dalam arti mengikuti jejak lingkungan. Salah satu
contoh ayat yang menunjukkan sifat toleransi dalam Alquran ialah pada surat
al-Kāfirūn ayat 6:
ُ ُ ُ َ
‫ين‬ ‫د‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ َ ‫ين ك ْم‬
‫و‬ ‫د‬ ْ ‫لك‬
‫م‬
ِّ ِّ ِّ ِّ

Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.


m. Sifat Terbuka (Demokratis)
Seorang dai adalah manusia biasa yang juga tidak luput dari salah dan lupa.
Karena itu agar dakwah dapat berhasil, dai diharuskan memiliki sifat terbuka
dalam arti bila ada kritikan dan saran hendaklah diterima dengan gembira,
bila ia mendapat kesulitan sanggup bermusyawarah dan tidakberpegang teguh
pada pendapat (ide) nya yang kurang baik.
n. Tidak memiliki Penyakit Hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri harus disingkirkan dari sanubari seorang dai.
Tanpa membersihkan sanubari dari sifat-sifat tersebut, tidak mungkin tujuan
dakwah akan tercapai. Salah satu contoh penyakit hati bila seseorang merasa
iri bila temannya mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat, sifat tersebut
membuat seseorang tidak mungkin mengajak kepada kebaikan bila dirinya
sendiri iri melihat sasaran dakwah mendapat kebahagiaan.
o. Istikamah

8
Sebuah sikap yang konsisten atau teguh pendirian dalam menegakkan
kebenaran. Sifat istikamah dibangun dengan memiliki sikap komitmen atas
tugas seorang dai.
p. Rajā’ dan Hubb
Yaitu penuh pengharapan dan optimisme kepada rahmat Allah, yang
melahirkan sikap percaya diri dan jauh dari perasaan putus asa. Hubbadalah
mencintai Allah di atas segala-galanya. Apa yang dilakukannya atas dasar
kecintaan kepada Allah.
q. Sifat Antusias
Sikap semangat dan positif dengan apa yang dilakukannya. Memiliki
semangat dan ghirah dalam melaksanakan dakwah Islam.10

10
Agus Salim, Peran Dan Fungsi Dai Dalam Perspektifpsikologi Dakwah, Jurnal Al-Hikmah,
Vol. IX, No. 14 Jan s/d Juni 2017, hal 97-99

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun
perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga.
Da’i sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan mubaligh (orang yang
menyampaikan ajaran Islam)
Seorang da’i harus mengetahui bahwa dirinya seorang da’i. Artinya, sebelum
menjadi da’i, ia perlu mengetahui apa tugas da’i. Tugas seorang da’i identik dengan tugas
rasul. Semua rasul adalah panutan para da’i, telebih lagi Nabi Muhammad saw, Sebagai
rasul yang paling agung.
Keberadaan da’i di tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena da’i adalah
agen of change (seorang pembawa perubahan) yang berarti seorang da’i harus inovatif,
kreatif dan dinamis. Ia harus selalu mencari ide-ide baru dan mengembangkannya
sehingga terwujud suatu masyarakat yang lebih maju. Da’i juga sebagai key people
(manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap, bijaksana, dan tegas dalam memutuskan
sesuatu
Kriteria kepribadian yang baik sangat menentukan keberhasilan dakwah, karena
pada hakikatnya berdakwah tidak hanya menyampaikan teori, tapi juga harus
memberikan teladan bagi umat yang diseru. Keteladanan jauh lebih besar pengaruhnya
daripada kata-kata, hal ini sejalan dengan ungkapan hikmah “kenyataan itu lebih
menjelaskan dari ucapan”.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali Al Qahthani, Said Bin, Da’wah Islam Da’wah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press,
1994),
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah,
Ar-Rafie, Dr. Mustafa, Dakwah & Keunggulan Para Daie, (Selangor: Karisma
Publications Sdn Bhd, 2003),
Aziz, Dr. Moh. Ali M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004),
Munawwir, A.W. Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap, (Jakarta: Pustaka
Progresif, 1997),
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005),
Salim, Agus, Peran Dan Fungsi Dai Dalam Perspektifpsikologi Dakwah, Jurnal Al-
Hikmah, Vol. IX, No. 14 Jan s/d Juni 2017,
Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Mishbah Volume 2, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati,
2001),
2

Anda mungkin juga menyukai