STRATEGI DAKWAH
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas
Mata kuliah
Dosen Pengampu
Abidin, M.Pd
DISUSUN OLEH:
1. .Rani Isnaini
2. .Tri Ayu Indriyani Putri
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ini. Dalam penulisan
makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan dari semua
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih Kepada Dosen yang telah
membantu dan memberi pengarahan kepada penulis dalam belajar dan mengerjakan
tugas, dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
……………………..
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II. Pembahasan............................................................................................3
A. Pengertian Ilmu Dakwah............................................................................3
B. Dakwah menurut al-Qur’an.......................................................................4
C. Fungsi dan Tujuan dakwah........................................................................7
D. Metode Dakwah Dalam Al-Qur’an............................................................9
BAB IV. PENUTUP...........................................................................................14
A. Kesimpulan .............................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat
menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah betapapun
beratnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian dakwah?
2. Dakwah Menutut Al-qur’an ?
3. Apa tujuan dan fungsi dakwah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dakwah
2. Untuk mengetahui dakwah Mennurut Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dakwah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dakwah (Arab: دعوة, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru,
mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan
garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda)
dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata dakwah
sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu
dakwah" dan Dakwah Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.
3
digunakan bisa berbagai macam. Syekh Ali Mahfud menjelaskan bahwa Dakwah
adalah suatu proses pemberian Motivasi kepada objek dakwah dalam hal manusia
untuk melakukan kebaikan sesuai dengan petunjuk. Seruan dalam dakwah identik
dengan melakukan kebajikan dan mencegah daripada kemungkaran. Tujuan dari
pelaksanaan ini untuk mencapai kebahagian dunia dan Akhirat.
Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
4
Surat Al-Baqarah Ayat 26
۟ ُُوضةً فَما فَوْ قَهَا ۚ فََأ َّما ٱلَّ ِذينَ َءامن َ ى َأن يَضْ ِر ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ْستَحْ ِٓۦ
۞ وا َ َ َ ب َمثَاًل َّما بَع
ُّضل ۟ ق ِمن َّربِّ ِه ْم ۖ َوَأ َّما ٱلَّ ِذينَ َكفَر
ِ ُُوا فَيَقُولُونَ َما َذٓا َأ َرا َد ٱهَّلل ُ بِ ٰهَ َذا َمثَاًل ۘ ي ُّ فَيَ ْعلَ ُمونَ َأنَّهُ ْٱل َح
َضلُّ بِ ِٓۦه ِإاَّل ْٱل ٰفَ ِسقِين
ِ ُبِِۦه َكثِيرًا َويَ ْه ِدى بِِۦه َكثِيرًا ۚ َو َما ي
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.
Surah An-Nahl ayat 125:
َو¤¤ُع ِإلِى َسبِي ِْل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي َأحْ َس ُن ِإ َّن َربَّكَ ه ُ ا ْد
َض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ِه َوهُ َو َأ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
َ َْأ ْعلَ ُم بِ َمن
5
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik(pula). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
ُضلُّ ٱهَّلل ُ َمن يَ َشٓا ُء َويَ ْه ِدى َمن يَ َشٓا ُء ٍ َو َمٓا َأرْ َس ْلنَا ِمن َّرس
ِ ُول ِإاَّل بِلِ َس
ِ ان قَوْ ِم ِهۦ لِيُبَيِّنَ لَهُ ْم ۖ فَي
ۚ َوهُ َو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َح ِكي ُم
Artinya: Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya,
supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Artinya: Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.
Surat Al-Mu’min Ayat 38
6
ُون َأ ْه ِد ُك ْم َسبِي َل ٱل َّر َشا ِد ٓ ال ٱلَّ ِذ
ِ ى َءا َمنَ ٰيَقَوْ ِم ٱتَّبِع َ ََوق
Artinya: Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku
akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
pengertian dari menurut sebagian ulama ini berada. Hal ini didasarkan pada kata “
”منكم yang berfaidah “lit tab’id” atau bermakna sebagian. Yakni yang dimaksud
adalah “sebagian masyarakat muslim“ tidak seluruhnya. Kewajiban dakwah yang
dimaksud hanyalah sebatas wajib kifayah. Beliau dalam hal ini lebih condong dengan
dengan pendapat jumhur ulama yang menyatakan wajib kifayahnya dakwah. Alasan
beliau menyatakan demikian yaitu bahwa dalam berdakwah mutlak diperukan adanya
kompetensi sang dai yang berupa ilmu dan ma’rifah agar Tujuan Dakwah Islamiyah
dapat terlealisir sehingga esensi dakwah dapat sampai kepada obyek dakwah (mad’u)
secara sempurna.
7
Pada dasarnya dakwah memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi risalah dan
fungsi kerahmatan. Secara kerisalahan, dakwah dapat dipahami sebagai proses
pembangunan dan perubahan sosial menuju kehidupan yang lebih baik.
Sedangkan dakwah dalam fungsi kerahmatan adalah upaya menjadikan islam
sebagai konsep bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya. Berdasarkan
fungsi tersebut, dikembangkan beberapa fungsi lain diantaranya :
a. Fungsi Informatif
Menyampaikan suatu informasi kepada objek yang diinginkan.
b. Fungsi Tabyin
Tabyin merupakan fungsi kedua setelah syari’at al-Qur’an itu
diinformasikan kepada publik. Para da’i harus bertindak sebagai narasumber
yang berfungsi menjelaskan hakikat islam kepada audien. Karena itu tabyin
merupakan salah satu konsep dakwah yang diperkenalkan oleh al-Qur’an
c. Fungsi Tabsyir
Tabsyir dan tanzil merupakan dua pendekatan dakwah yang barfungsi
memberikan berita gembira bagi para penerima dakwah dan sebaliknya
menginformasikan tentang ancaman yang akan menimpa orang-orang yang
menolak kehadiran dakwah islam.
d. Sebagai sebuah petunjuk, dakwah islam mutlak dilakukan agar islam
menjadi rahmat penyejuk bagi kehidupan manusia.
e. Menjaga orisinal pesan dakwah dari Nabi SAW.dan menyeberkannya
kepada lintas generasi.
f. Mencegah laknat Allah, yakni siksaan untuk keseluruhan manusia di
dunia.
Tujuan umum dakwah islamiyah ialah membumikan ajaran islam(ajaran
tauhid) dan memperkenalkan Allah dan Rasul-Nya kepada manusia seluruhnya
sehingga mereka tampil sebagai umat terbaik yang selalu tunduk dan patuh
terhadap semua perintah dan larangan Allah sebagaimana yang diperkenalkan
oleh rasulullah SAW.
8
2. Tujuan Dakwah
Adapun program kegiatan dakwah dan penerangan agama tidak lain
adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan dan
pengalaman ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang
agama.
Secara internal, tujuan dakwah adalah untuk membebaskan umat islam
dari kefakiran dan kekufuran. Sedangkan secaraeksternal, dakwah juga berrujuan
membebaskan manusia(tidak hanya umat islam) dari berbagai ancaman,
kesempitan dan kesengsaraan hidup. Sehubungan dengan ayat tersebut, Allah
menganjurkan umatnya untuk menjadi pribadi yang selalu memberikan
kesejukan dan rahmat bagi orang lain.
Dari beberapa tujuan tersebut, Jum’ah Amin Abdul Aziz merincikan beberapa
tujuan, antara lain:
· Untuk memelihara agama (hifdhu al-din)
· Memelihara jiwa (hifdhu al-nafs)
· Memelihara akal (hifdhu al-‘aql)
· Memelihara keturunan (hifdhu al-nasb)
· Untuk memelihara harta (hifdhu al-mal)
9
penalaran”. Kedua, al-hikmah yang bermakna “memahami rahasia-rahasia hukum
dan maksud-maksudnya”. Ketiga, al-hikmah yang berarti “kenabian atau nubuwwah”.
Adapun kata al-hikmah dalam ayat ِة¤¤يل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم
ِ ِب¤¤ع ِإلَى َس
ُ ا ْدmenurut al-Maraghi (w.
1945), berarti perkataan yang jelas disertai dalil atau argumen yang dapat
memperjelas kebenaran dan menghilangkan keraguan.
Dengan demikan, ungkapan bi al-hikmah ini berlaku bagi seluruh manusia sesuai
dengan perkembangan akal, pikiran dan budayanya, yang dapat diterima oleh orang
yang berpikir sederhana serta dapat menjangkau orang yang lebih tinggi
pengetahuannya. Sebab, yang dipanggil adalah pikiran, perasaan dan kemauan.
Dengan begitu, dipahami bahwa al-hikmah berarti meletakkan sesuatu pada
tempatnya dan pada tujuan yang dkehendaki dengan cara yang mudah dan bijaksana.
2. Metode al-Maw’izah al-hasanah
Metode dakwah kedua yang terkandung dalam QS.Al-Nahl (16) ayat 125 adalah
metode al-maw’izhat al-hasanah. Maw’izhat dari kata وعظyang berarti nasehat. Juga
berarti menasehati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan, menyuruh untuk
mentaati dan memberi wasiat agar taat.Kata maw’izat disebut dalam al-Qur’an
sebanyak 9 kali.Kata ini berarti nasehat yang memiliki ciri khusus, karena
mengandung al-haq (kebenaran), dan keterpaduan antara akidah dan akhlaq serta
mengandung nilai-nilai keuniversalan.Kata al-hasanah lawan dari sayyi’ah, maka
dapat dipahami bahwa maw’izah dapat berupa kebaikan dan dapat juga berupa
keburukan.
Metode dakwah berbentuk nasehat ini ditemukan dalam al-Qur’an dengan memakai
kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide-ide
yang dikehendakinya, seperti nasehat Luqman al-Hakim kepada anaknya.Tetapi,
nasehat al-Qur’an itu menurut Quraish Shihab, tidak banyak manfaatnya jika tidak
dibarengi dengan teladan dari penasehat itu sendiri. Dalam hal ini, Rasulullah saw.
yang patut dijadikan panutan, karena pada diri beliau telah terkumpul segala macam
keistimewaan sehingga orang-orang yang mendengar ajarannya dan sekaligus melihat
10
penjelmaan ajaran itu pada diri beliau sehingga akhirnya terdorong untuk meyakini
ajaran itu dan mencontoh pelaksanaannya.
Maw’izhah disifati dengan hasanah (yang baik), menurut Quraish, karena nasehat itu
ada yang baik dan ada yang buruk. Nasehat dikatakan buruk dapat disebabkan karena
isinya memang buruk, di samping itu, ia juga dipandang buruk manakala disampaikan
oleh orang yang tidak dapat diteladani.
Metode dakwah al-maw’izhah al-hasanah merupakan cara berdakwah yang
disenangi; mendekatkan manusia kepadanya dan tidak menjerakan mereka;
memudahkan dan tidak menyulitkan. Singkatnya, ia adalah suatu metode yang
mengesankan obyek dakwah bahwa peranan juru dakwah adalah sebagai teman dekat
yang menyayanginya, dan yang mencari segala hal yang bermanfaat baginya dan
membahagiakannya.
Seorang da’i selain memberi nasehat kepada orang lain, juga kepada diri dan keluarga
sendiri, bahkan harus lebih dahulu menasehati diri dan keluarganya, baru orang lain.
Nasehat itu harus pula dibarengi dengan contoh kongkrit dengan maksud untuk ditiru
oleh umat yang dinasehati, sebagaimana yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad
saw. seperti pelaksanaan shalat dan sebagainya. Selain itu, dipahami pula bahwa
dakwah yang disampaikan itu tidak hanya teori, tetapi juga praktek nyata yang
dilakukan oleh da’i itu sendiri.
3. Metode al-Mujàdalah
Firman Allah, “Dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik,” berdialoglah dengan
mereka dengan lembut, halus, dan sapaan yang sopan, sebagaimana hal itupun
deperintahkan Allah kepada Musa dan Harun tatkala diutus menghadap Fir’aun,
seperti difirmankan, “Maka berbicaralah kamu berdua dengannya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.”(Thaha: 44)1
Al-Mujàdalah terambil dari kata جدل, yang bermakna diskusi atau perdebatan. Kata
jadal (diskusi) terulang sebanyak 29 kali dengan berbagai bentuknya di beberapa
tempat dalam al-Qur’an.
1 Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Jilid 2, Hal.1078.
11
Dari kata-kata itu, yang menunjuk kepada arti diskusi mempunyai tiga obyek, yaitu:
membantah karena: (1) menyembunyikan kebenaran, (2) mempunyai ilmu atau ahli
kitab, (3) kepentingan pribadi di dunia. Dari berbagai macam obyek dakwah dalam
berdiskusi tersebut, akan dititikberatkan pada obyek yang mempunyai ilmu.
Berdiskusi dengan obyek semacam ini membutuhkan pemikiran yang tinggi dan
wawasan keilmuan yang cukup. Sebab, al-Qur’an menyuruh manusia dengan istilah
ahsan (dengan cara yang terbaik). Jidal disampaikan dengan ahsan (yang terbaik)
menandakan jidal mempunyai tiga macam bentuk, ada yang baik, yang terbaik dan
yang buruk.
Sayyid Qutb memberikan penjelasan tentang metode dakwah ini; dakwah dengan al-
mujàdalah bi allatiy hiya ahsan ialah dakwah yang tidak mengandung unsur
pertikaian, kelicikan dan kejelekan, sehingga mendatangkan ketenangan dan kelegaan
bagi juru dakwah.Tujuan perdebatan bukanlah mencapai kemenangan, tetapi
penerimaan dan penyampaian kepada kebenaran. Jiwa manusia itu mengandung
unsur keangkuhan, dan itu tidak dapat ditundukkan dengan pandangan yang saling
menolak, kecuali dengan cara yang halus sehingga tidak ada yang merasa kalah.
Dalam diri manusia bercampur antara pendapat dan harga diri, maka jangan ada
maksud untuk tidak mengakui pendapat, kehebatan dan kehormatan
mereka.Perdebatan yang baik adalah perdebatan yang dapat meredam keangkuhan
ini; dan pihak yang berdebat merasa bahwa harga diri dan kehormatan mereka tidak
tersinggung. Sesungguhnya juru dakwah tidaklah bermaksud lain, kecuali
mengungkapkan inti kebenaran dan menunjukkan jalan ke arah itu, yakni di jalan
Allah, bukan di jalan kemenangan suatu pendapat dan kekalahan pendapat yang lain.
Dalam melaksanakan dakwah dengan model diskusi ini, seorang da’i, selain harus
menguasai ajaran Islam dengan baik juga harus mampu menahan diri dari sikap
emosional dalam mengemukakan argumennya. Dia tidak boleh menyinggung
perasaan dan keyakinan orang lain, sebab akan merugikan da’i, sehingga usaha
dakwah dapat mengalami kegagalan. Yang paling baik ialah bahwa seorang da’i
harus mampu bersikap lemah lembut dan menghargai pendapat orang lain diskusi
12
sehingga tercipta suasana yang kondusif di medan diskusi.Ayat ke 125 dari surat An-
Nahl tersebut menggambarkan bahwa debat itu haruslah dalam rangka
mengungkapkan kebenaran sebagai benar dan kebatilan sebagai batil di hadapan
orang yang tetap ‘ngotot’ dengan kebatilannya dan kuat penentangannya sekalipun
telah jelas kebenaran di antara kebatilan seperti jelasnya matahari di siang bolong.
Caranya dengan merobohkan argumen batil, menyerang argumentasi batil, serta
menelanjangi kebatilan tersebut dengan argumentasi benar secara mengakar dan
tepat, lalu dibangunlah kebenaran atas dasar argumen atau dalil yang tepat tersebut.
Inilah hakikat debat yang dikehendaki Allah Swt.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami
dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang sempurna.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fiqh Da’wah: Prinsip dan Kaidah Asasi Da’wah Isalm, hal. 27.
https://enamardianingsih.wordpress.com/2013/11/09/metode-berdawah-dalam-al-
quran/
Lisanul ‘Arab, Al-Misbah Al-munir, dan AL-Mu’jam Al-Wasith pada entri do’a.
Majmu’ Fatawa 15/157.
Mizanul Muslim Barometer Menuju Islam Kaffah, Abu Ammar & Abu Fatiah
Adnanai, hal. 156.
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Jilid 2, Hal.1078.
https://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://www.eurekapendidikan.com/2015/11/pengertian-dakwah-dalam-pandangan-
hukum.html
15