Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRATEGI DAKWAH
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas
Mata kuliah
Dosen Pengampu
Abidin, M.Pd

DISUSUN OLEH:
1. .Rani Isnaini
2. .Tri Ayu Indriyani Putri

FAKULTAS USHULUDHIN ADAB DAN DAN DAKWAH


KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUL A’MAL LAMPUNG
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ini. Dalam penulisan
makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan dari semua
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih Kepada Dosen yang telah
membantu dan memberi pengarahan kepada penulis dalam belajar dan mengerjakan
tugas, dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Makalah ini berusaha penulis susun sebaik-baiknya. Akan tetapi, penulis


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan
kekurangan pengetahuan serta minimnya pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan pembuatan
makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi pembaca.
Metro,18 maret 2023
Penulis

……………………..

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II. Pembahasan............................................................................................3
A. Pengertian Ilmu Dakwah............................................................................3
B. Dakwah menurut al-Qur’an.......................................................................4
C. Fungsi dan Tujuan dakwah........................................................................7
D. Metode Dakwah Dalam Al-Qur’an............................................................9
BAB IV. PENUTUP...........................................................................................14
A. Kesimpulan .............................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama Islam berkembang di berbagai Negara, bahkan sampai pernah mencapai
dua per tiga dunia tak lain karena aktivitas dakwah. Penyebaran yang dilakukan tanpa
henti dan dilakukan oleh setiap umat muslim di dunia. Dakwah merupakan kewajiban
yang tidak dapat ditinggalkan oleh setiap muslim. Karena dakwah merupakan
kewajiban individual sekaligus juga kewajiban kolektif bagiumat islam.
Menurut logika (ilmu berfikir lurus), scientifik berarti ilmiah, dakwah
berartidua orang atau lebih yang salah satu atau sebagai diantaranya menyampaikan
pesan dakwah Ilmu dakwah harus dibedakan dengan ilmu berdakwah jika yang kita
maksud adalah ilmu dakwah ia merupakan proposisi atau teori tentang dakwah yang
diangkat dari fakta dakwah melalui proses penelitian empiris sedangkan ilmu
berdakwah berkaitan dengan suatu keahlian dai menyampaikan pesan dakwah kepada
mad’u nya. Dakwah itu otonomi artinya mandiri tidak ada campur tanggan dari luar
dakwah. Dan apa yang dimaksud dengan kesatuan dai yaitu kesatuan dai harus
memiliki banyak keahlian dan pengetahuan agamayang tinggi, luas, dan mendalam.
Salah satu kewajiban umat Muslim adalah berdakwah. Sebagian ulama ada
yang menyebut berdakwah itu hukumnya fardu kifayah (kewajiban kolektif),
sebagian lainnya menyatakan fardu ‘ain. Meski begitu, Rasulullah SAW tetap selalu
mengajarkan agar seorang Muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-
cara yang baik.
Jika kita melihat ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah saw,kita
akan banyak menemukan fadhail (keutamaan) dakwah yang luar biasa. Dengan
mengetahui, memahami, dan menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim akan
termotivasi secara kuat untuk melakukan dakwah dan bergabung bersama kafilah
dakwah di manapun ia berada. Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor
terpenting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan

1
menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat
menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah betapapun
beratnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian dakwah?
2. Dakwah Menutut Al-qur’an ?
3. Apa tujuan dan fungsi dakwah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dakwah
2. Untuk mengetahui dakwah Mennurut Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dakwah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Dakwah

a. Pengertian dakwah secara bahasa

Dakwah (Arab: ‫دعوة‬, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru,
mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan
garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda)
dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata dakwah
sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu
dakwah" dan Dakwah Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

b. Pengertian Dakwah Secara Terminologis.


Dalam artian terminologies lebih cenderung diartikan sebagai usaha yang
dilakukan oleh seorang pendakwah agar kembali ke jalan yang benar. Dalam
pembahasan ini pendakwa merujuk pada seseorang muballigh atau penceramah yang
menyampaikan Dakwah. Penggunaan kata dakwah hanya merujuk pada ajakan yang
disampaikan oleh penceramah dalam agama Islam karena asala bahasa Arab yang
sangat erat dikaitkan sebagai asal dan tempat agama Islam berkembang.
Dari beberapa pendapat Ahli, seperti Salahuddin Sanusi, Timur Djaelani, Thoha
Yahya Omar, Hasymi dan Abdul Karim hanya menyampaikan kata Dakwah dalam
redaksi yang berbeda namun arti yang dimaksud adalah seruan yang berupa
penyampaian larangan serta perintah Allah agama seseorang menghindari tindakan
yang dapat menghasilkan Dosa. Dalam kajian dawkah pada kasus ini, Dakwah juga
bisa digunakan dalam menyampaikan ancaman yang diberikan ketika seseorang
tidak melakukan sesuatu yang baik di mata Agama. Dalam Buku Dustur Dakwah, A.
Hasmy menjelaskan pengertian dakwah menurut Al-qur'an sebagai seruan yang
mengajak seseorang meyakini dan mengamalkan aqidah serta menegakkan Syariat
Islam. Seruan ini dalam bentuk lisan maupun perbuatan adapun metode yang

3
digunakan bisa berbagai macam. Syekh Ali Mahfud menjelaskan bahwa Dakwah
adalah suatu proses pemberian Motivasi kepada objek dakwah dalam hal manusia
untuk melakukan kebaikan sesuai dengan petunjuk. Seruan dalam dakwah identik
dengan melakukan kebajikan dan mencegah daripada kemungkaran. Tujuan dari
pelaksanaan ini untuk mencapai kebahagian dunia dan Akhirat.

B. Dakwah Menurut Al-Qur’an


kewajiban berdakwah merupakan kewajiban yang bersifat taklifi dari Allah
kepada umat-Nya, agar apa yang menjadi tujuan Islam dapat tercapai. Karena sifatnya
taklifi dan qat’i, maka jelaslah bahwa dasar hukum dakwah pastinya berasal dari
sumber utama hukum Islam yaitu Al-Qur’an dah Hadis. Dalam hal ini, seluruh
ulama telah bersepakat mengenai wajibnya berdakwah. Akan tetapi yang masih
menjadi perdebatan diantara meraka adalah, apakah kewajiban tersebut bersifat
ainiyah (wajib bagi setiap individu muslim) atau sekedara wajib kifayah
(kewajibannya gugur manakala sudah ada salah seorang yang melakukan).

Terlepas dari kontradiksi di atas, mengenai dasar hukum dakwah telah


dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an maupun Rasulullah dalam hadisnya.
Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan dasar hukum dakwah yaitu sebagaimana
terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
Al-Ma’idah Ayat 67
‫ُأ‬ ٓ
۞ ُ ‫ك ِمن َّربِّكَ ۖ َوِإن لَّ ْم تَ ْف َعلْ فَ َما بَلَّ ْغتَ ِر َسالَتَهۥُ ۚ َوٱهَّلل‬ ِ ‫ٰيََأيُّهَا ٱل َّرسُو ُل بَلِّ ْغ َمٓا‬
َ ‫نز َل ِإلَ ْي‬
َ‫اس ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ْه ِدى ْٱلقَوْ َم ْٱل ٰ َكفِ ِرين‬
ِ َّ‫ك ِمنَ ٱلن‬ َ ‫ْص ُم‬
ِ ‫يَع‬

Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

4
Surat Al-Baqarah Ayat 26
۟ ُ‫ُوضةً فَما فَوْ قَهَا ۚ فََأ َّما ٱلَّ ِذينَ َءامن‬ َ ‫ى َأن يَضْ ِر‬ ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ْستَحْ ِٓۦ‬
۞ ‫وا‬ َ َ َ ‫ب َمثَاًل َّما بَع‬
ُّ‫ضل‬ ۟ ‫ق ِمن َّربِّ ِه ْم ۖ َوَأ َّما ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
ِ ُ‫ُوا فَيَقُولُونَ َما َذٓا َأ َرا َد ٱهَّلل ُ بِ ٰهَ َذا َمثَاًل ۘ ي‬ ُّ ‫فَيَ ْعلَ ُمونَ َأنَّهُ ْٱل َح‬
َ‫ضلُّ بِ ِٓۦه ِإاَّل ْٱل ٰفَ ِسقِين‬
ِ ُ‫بِِۦه َكثِيرًا َويَ ْه ِدى بِِۦه َكثِيرًا ۚ َو َما ي‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk


atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka
yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan
perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu
(pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah
kecuali orang-orang yang fasik,
Surat Al-Baqarah Ayat 256
ٰ
ِ ‫َى ۚ فَ َمن يَ ْكفُرْ بِٱلطَّ ُغو‬
‫ت َويُْؤ ِم ۢن بِٱهَّلل ِ فَقَ ِد‬ ِّ ‫ِّين ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّ ْش ُد ِمنَ ْٱلغ‬
ِ ‫ٓاَل ِإ ْك َراهَ فِى ٱلد‬
َ ِ‫ك بِ ْٱلعُرْ َو ِة ْٱل ُو ْثقَ ٰى اَل ٱنف‬
‫صا َم لَهَا ۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫ٱ ْستَ ْم َس‬

Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.
Surah An-Nahl ayat 125:

‫ َو‬¤¤ُ‫ع ِإلِى َسبِي ِْل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي َأحْ َس ُن ِإ َّن َربَّكَ ه‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ِه َوهُ َو َأ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
َ ْ‫َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬

5
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik(pula). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Surat Ibrahim Ayat 4

‫ُضلُّ ٱهَّلل ُ َمن يَ َشٓا ُء َويَ ْه ِدى َمن يَ َشٓا ُء‬ ٍ ‫َو َمٓا َأرْ َس ْلنَا ِمن َّرس‬
ِ ‫ُول ِإاَّل بِلِ َس‬
ِ ‫ان قَوْ ِم ِهۦ لِيُبَيِّنَ لَهُ ْم ۖ فَي‬
‫ۚ َوهُ َو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َح ِكي ُم‬

Artinya: Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya,
supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Surat Ibrahim Ayat 24


ٌ ِ‫ب ٱهَّلل ُ َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة َأصْ لُهَا ثَاب‬
‫ت َوفَرْ ُعهَا فِى ٱل َّس َمٓا ِء‬ َ َ‫َألَ ْم ت ََر َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬

Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit,
Surat Ibrahim Ayat 25

َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُون‬


ِ َّ‫ال لِلن‬ ٍ ۭ ‫تُْؤ تِ ٓى ُأ ُكلَهَا ُك َّل ِح‬
َ َ‫ين بِِإ ْذ ِن َربِّهَا ۗ َويَضْ ِربُ ٱهَّلل ُ ٱَأْل ْمث‬

Artinya: Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.
Surat Al-Mu’min Ayat 38

6
‫ُون َأ ْه ِد ُك ْم َسبِي َل ٱل َّر َشا ِد‬ ٓ ‫ال ٱلَّ ِذ‬
ِ ‫ى َءا َمنَ ٰيَقَوْ ِم ٱتَّبِع‬ َ َ‫َوق‬

Artinya: Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku
akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.

Sebagian ulama yang berpendapat bahwa hukum dakwah adalah wajib


kifayah; yakni kewajiban tersebut gugur manakala sudah ada salah seorang yang
melakukannya. Sebagai satu contoh, dalam suatu desa banyak pemuda yang gemar
mabuk-mabukan, akan tetapi diketahui sudah ada pihak pengurus masjid setempat
yang telah menasehati dan memperingatkan mereka bahwa perbuatan tersebut
merupakan hal yang haram dan dilarang oleh agama, maka dengan demikian
masyarakat muslim yang lain sudah tidak lagi berkewajiban mengingatkannya. Inilah
yang dikehendaki dengan wajib kifayah.

Para ulama yang manghukumi wajib kifayahnya dakwah yaitu mengambil

pengertian dari menurut sebagian ulama ini berada. Hal ini didasarkan pada kata “
‫”منكم‬ yang berfaidah “lit tab’id” atau bermakna sebagian. Yakni yang dimaksud
adalah “sebagian masyarakat muslim“ tidak seluruhnya. Kewajiban dakwah yang
dimaksud hanyalah sebatas wajib kifayah. Beliau dalam hal ini lebih condong dengan
dengan pendapat jumhur ulama yang menyatakan wajib kifayahnya dakwah. Alasan
beliau menyatakan demikian yaitu bahwa dalam berdakwah mutlak diperukan adanya
kompetensi sang dai yang berupa ilmu dan ma’rifah agar Tujuan Dakwah Islamiyah
dapat terlealisir sehingga esensi dakwah dapat sampai kepada obyek dakwah (mad’u)
secara sempurna.

C. Fungsi dan Tujuan Dakwah


1. Fungsi dakwah

7
Pada dasarnya dakwah memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi risalah dan
fungsi kerahmatan. Secara kerisalahan, dakwah dapat dipahami sebagai proses
pembangunan dan perubahan sosial menuju kehidupan yang lebih baik.
Sedangkan dakwah dalam fungsi kerahmatan adalah upaya menjadikan islam
sebagai konsep bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya. Berdasarkan
fungsi tersebut, dikembangkan beberapa fungsi lain diantaranya :
a. Fungsi Informatif
Menyampaikan suatu informasi kepada objek yang diinginkan.
b. Fungsi Tabyin
Tabyin merupakan fungsi kedua setelah syari’at al-Qur’an itu
diinformasikan kepada publik. Para da’i harus bertindak sebagai narasumber
yang berfungsi menjelaskan hakikat islam kepada audien. Karena itu tabyin
merupakan salah satu konsep dakwah yang diperkenalkan oleh al-Qur’an
c. Fungsi Tabsyir
Tabsyir dan tanzil merupakan dua pendekatan dakwah yang barfungsi
memberikan berita gembira bagi para penerima dakwah dan sebaliknya
menginformasikan tentang ancaman yang akan menimpa orang-orang yang
menolak kehadiran dakwah islam.
d. Sebagai sebuah petunjuk, dakwah islam mutlak dilakukan agar islam
menjadi rahmat penyejuk bagi kehidupan manusia.
e. Menjaga orisinal pesan dakwah dari Nabi SAW.dan menyeberkannya
kepada lintas generasi.
f. Mencegah laknat Allah, yakni siksaan untuk keseluruhan manusia di
dunia.
Tujuan umum dakwah islamiyah ialah membumikan ajaran islam(ajaran
tauhid) dan memperkenalkan Allah dan Rasul-Nya kepada manusia seluruhnya
sehingga mereka tampil sebagai umat terbaik yang selalu tunduk dan patuh
terhadap semua perintah dan larangan Allah sebagaimana yang diperkenalkan
oleh rasulullah SAW.

8
2. Tujuan Dakwah
Adapun program kegiatan dakwah dan penerangan agama tidak lain
adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan dan
pengalaman ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang
agama.
Secara internal, tujuan dakwah adalah untuk membebaskan umat islam
dari kefakiran dan kekufuran. Sedangkan secaraeksternal, dakwah juga berrujuan
membebaskan manusia(tidak hanya umat islam) dari berbagai ancaman,
kesempitan dan kesengsaraan hidup. Sehubungan dengan ayat tersebut, Allah
menganjurkan umatnya untuk menjadi pribadi yang selalu memberikan
kesejukan dan rahmat bagi orang lain.
Dari beberapa tujuan tersebut, Jum’ah Amin Abdul Aziz merincikan beberapa
tujuan, antara lain:
· Untuk memelihara agama (hifdhu al-din)
· Memelihara jiwa (hifdhu al-nafs)
· Memelihara akal (hifdhu al-‘aql)
· Memelihara keturunan (hifdhu al-nasb)
· Untuk memelihara harta (hifdhu al-mal)

D. Metode dakwah dalam al-qur’an


1. Metode al-hikmah
Kata al-hikmah terulang sebanyak 210 kali dalam al-Qur’an.Secara etimologis, kata
ini berarti kebijaksanaan, bagusnya pendapat atau pikiran, ilmu, pengetahuan, filsafat,
kenabian, keadilan, pepatah dan juga berarti al-Qur’an al-Karim. Hikmah juga
diartikan al-Ilah, seperti dalam kalimat hikmah al-tasyri’ atau ma hikmah zalika dan
diartikan juga al-kalam atau ungkapan singkat yang padat isinya.
Makna al-hikmah yang tersebar dalam al-Qur’an di 20 tempat tersebut, secara
ringkas, mengandung tiga pengertian. Pertama, al-hikmah dalam arti “penelitian
terhadap segala sesuatu secara cermat dan mendalam dengan menggunakan akal dan

9
penalaran”. Kedua, al-hikmah yang bermakna “memahami rahasia-rahasia hukum
dan maksud-maksudnya”. Ketiga, al-hikmah yang berarti “kenabian atau nubuwwah”.
Adapun kata al-hikmah dalam ayat ‫ ِة‬¤¤‫يل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم‬
ِ ِ‫ب‬¤¤‫ع ِإلَى َس‬
ُ ‫ا ْد‬menurut al-Maraghi (w.
1945), berarti perkataan yang jelas disertai dalil atau argumen yang dapat
memperjelas kebenaran dan menghilangkan keraguan.
Dengan demikan, ungkapan bi al-hikmah ini berlaku bagi seluruh manusia sesuai
dengan perkembangan akal, pikiran dan budayanya, yang dapat diterima oleh orang
yang berpikir sederhana serta dapat menjangkau orang yang lebih tinggi
pengetahuannya. Sebab, yang dipanggil adalah pikiran, perasaan dan kemauan.
Dengan begitu, dipahami bahwa al-hikmah berarti meletakkan sesuatu pada
tempatnya dan pada tujuan yang dkehendaki dengan cara yang mudah dan bijaksana.
2. Metode al-Maw’izah al-hasanah
Metode dakwah kedua yang terkandung dalam QS.Al-Nahl (16) ayat 125 adalah
metode al-maw’izhat al-hasanah. Maw’izhat dari kata‫ وعظ‬yang berarti nasehat. Juga
berarti menasehati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan, menyuruh untuk
mentaati dan memberi wasiat agar taat.Kata maw’izat disebut dalam al-Qur’an
sebanyak 9 kali.Kata ini berarti nasehat yang memiliki ciri khusus, karena
mengandung al-haq (kebenaran), dan keterpaduan antara akidah dan akhlaq serta
mengandung nilai-nilai keuniversalan.Kata al-hasanah lawan dari sayyi’ah, maka
dapat dipahami bahwa maw’izah dapat berupa kebaikan dan dapat juga berupa
keburukan.
Metode dakwah berbentuk nasehat ini ditemukan dalam al-Qur’an dengan memakai
kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide-ide
yang dikehendakinya, seperti nasehat Luqman al-Hakim kepada anaknya.Tetapi,
nasehat al-Qur’an itu menurut Quraish Shihab, tidak banyak manfaatnya jika tidak
dibarengi dengan teladan dari penasehat itu sendiri. Dalam hal ini, Rasulullah saw.
yang patut dijadikan panutan, karena pada diri beliau telah terkumpul segala macam
keistimewaan sehingga orang-orang yang mendengar ajarannya dan sekaligus melihat

10
penjelmaan ajaran itu pada diri beliau sehingga akhirnya terdorong untuk meyakini
ajaran itu dan mencontoh pelaksanaannya.
Maw’izhah disifati dengan hasanah (yang baik), menurut Quraish, karena nasehat itu
ada yang baik dan ada yang buruk. Nasehat dikatakan buruk dapat disebabkan karena
isinya memang buruk, di samping itu, ia juga dipandang buruk manakala disampaikan
oleh orang yang tidak dapat diteladani.
Metode dakwah al-maw’izhah al-hasanah merupakan cara berdakwah yang
disenangi; mendekatkan manusia kepadanya dan tidak menjerakan mereka;
memudahkan dan tidak menyulitkan. Singkatnya, ia adalah suatu metode yang
mengesankan obyek dakwah bahwa peranan juru dakwah adalah sebagai teman dekat
yang menyayanginya, dan yang mencari segala hal yang bermanfaat baginya dan
membahagiakannya.
Seorang da’i selain memberi nasehat kepada orang lain, juga kepada diri dan keluarga
sendiri, bahkan harus lebih dahulu menasehati diri dan keluarganya, baru orang lain.
Nasehat itu harus pula dibarengi dengan contoh kongkrit dengan maksud untuk ditiru
oleh umat yang dinasehati, sebagaimana yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad
saw. seperti pelaksanaan shalat dan sebagainya. Selain itu, dipahami pula bahwa
dakwah yang disampaikan itu tidak hanya teori, tetapi juga praktek nyata yang
dilakukan oleh da’i itu sendiri.
3. Metode al-Mujàdalah
Firman Allah, “Dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik,” berdialoglah dengan
mereka dengan lembut, halus, dan sapaan yang sopan, sebagaimana hal itupun
deperintahkan Allah kepada Musa dan Harun tatkala diutus menghadap Fir’aun,
seperti difirmankan, “Maka berbicaralah kamu berdua dengannya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.”(Thaha: 44)1
Al-Mujàdalah terambil dari kata ‫جدل‬, yang bermakna diskusi atau perdebatan. Kata
jadal (diskusi) terulang sebanyak 29 kali dengan berbagai bentuknya di beberapa
tempat dalam al-Qur’an.
1 Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Jilid 2, Hal.1078.

11
Dari kata-kata itu, yang menunjuk kepada arti diskusi mempunyai tiga obyek, yaitu:
membantah karena: (1) menyembunyikan kebenaran, (2) mempunyai ilmu atau ahli
kitab, (3) kepentingan pribadi di dunia. Dari berbagai macam obyek dakwah dalam
berdiskusi tersebut, akan dititikberatkan pada obyek yang mempunyai ilmu.
Berdiskusi dengan obyek semacam ini membutuhkan pemikiran yang tinggi dan
wawasan keilmuan yang cukup. Sebab, al-Qur’an menyuruh manusia dengan istilah
ahsan (dengan cara yang terbaik). Jidal disampaikan dengan ahsan (yang terbaik)
menandakan jidal mempunyai tiga macam bentuk, ada yang baik, yang terbaik dan
yang buruk.
Sayyid Qutb memberikan penjelasan tentang metode dakwah ini; dakwah dengan al-
mujàdalah bi allatiy hiya ahsan ialah dakwah yang tidak mengandung unsur
pertikaian, kelicikan dan kejelekan, sehingga mendatangkan ketenangan dan kelegaan
bagi juru dakwah.Tujuan perdebatan bukanlah mencapai kemenangan, tetapi
penerimaan dan penyampaian kepada kebenaran. Jiwa manusia itu mengandung
unsur keangkuhan, dan itu tidak dapat ditundukkan dengan pandangan yang saling
menolak, kecuali dengan cara yang halus sehingga tidak ada yang merasa kalah.
Dalam diri manusia bercampur antara pendapat dan harga diri, maka jangan ada
maksud untuk tidak mengakui pendapat, kehebatan dan kehormatan
mereka.Perdebatan yang baik adalah perdebatan yang dapat meredam keangkuhan
ini; dan pihak yang berdebat merasa bahwa harga diri dan kehormatan mereka tidak
tersinggung. Sesungguhnya juru dakwah tidaklah bermaksud lain, kecuali
mengungkapkan inti kebenaran dan menunjukkan jalan ke arah itu, yakni di jalan
Allah, bukan di jalan kemenangan suatu pendapat dan kekalahan pendapat yang lain.
Dalam melaksanakan dakwah dengan model diskusi ini, seorang da’i, selain harus
menguasai ajaran Islam dengan baik juga harus mampu menahan diri dari sikap
emosional dalam mengemukakan argumennya. Dia tidak boleh menyinggung
perasaan dan keyakinan orang lain, sebab akan merugikan da’i, sehingga usaha
dakwah dapat mengalami kegagalan. Yang paling baik ialah bahwa seorang da’i
harus mampu bersikap lemah lembut dan menghargai pendapat orang lain diskusi

12
sehingga tercipta suasana yang kondusif di medan diskusi.Ayat ke 125 dari surat An-
Nahl tersebut menggambarkan bahwa debat itu haruslah dalam rangka
mengungkapkan kebenaran sebagai benar dan kebatilan sebagai batil di hadapan
orang yang tetap ‘ngotot’ dengan kebatilannya dan kuat penentangannya sekalipun
telah jelas kebenaran di antara kebatilan seperti jelasnya matahari di siang bolong.
Caranya dengan merobohkan argumen batil, menyerang argumentasi batil, serta
menelanjangi kebatilan tersebut dengan argumentasi benar secara mengakar dan
tepat, lalu dibangunlah kebenaran atas dasar argumen atau dalil yang tepat tersebut.
Inilah hakikat debat yang dikehendaki Allah Swt.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan materi yang sudah di bahas dapat di simpulkan bahwa Dakwah


berarti menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman kepada Allah sesuai
dengan garis aqidah, syari’ah dan akhlak islam. Kewajiban berdakwah merupakan
kewajiban yang bersifat taklifi dariAllah kepada umatNya agar apa yang menjadi
tujuan islam dapat tercapai. Karena sifat taklifi dan qat’i, maka jelas bahwa dasar
hukum dakwah pastinya berasal dari sumber utama hukum islam yaitu Al-Qur’an dan
Hadis. Dalam hal ini, seluruh ulama telah bersepakat mengenai wajibnya berdakwah.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi sumber hukum ilmu dakwah di antaranya; Surah
An-Nahl ayat 125, Surah Ali Imron ayat 104, Surah An-Nahl ayat 25 dan masih
banyak ayat lainnya.
Da’wah adalah mengajak manusia –melalui perkataan dan perbuatan da’I
kepada islam, menerapakan manhajnya, memeluk aqidahnya, dan melaksanakan
syari’atnya.
Metode-metode dalam al-qur’an yaitu sebagai berikut:
1. Metode al-hikmah
2. Metode al-Maw’izah al-hasanah
3. Metode al-Mujàdalah

B. Saran

Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami
dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang sempurna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fiqh Da’wah: Prinsip dan Kaidah Asasi Da’wah Isalm, hal. 27.
https://enamardianingsih.wordpress.com/2013/11/09/metode-berdawah-dalam-al-
quran/
Lisanul ‘Arab, Al-Misbah Al-munir, dan AL-Mu’jam Al-Wasith pada entri do’a.
Majmu’ Fatawa 15/157.
Mizanul Muslim Barometer Menuju Islam Kaffah, Abu Ammar & Abu Fatiah
Adnanai, hal. 156.
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Jilid 2, Hal.1078.
https://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://www.eurekapendidikan.com/2015/11/pengertian-dakwah-dalam-pandangan-
hukum.html

15

Anda mungkin juga menyukai