DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPUH:
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, meskipun dalam bentuk sederhana
dan kekurangan, untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Dakwah dan Komunikasi.
Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada baginda Muhammad saw. beserta
keluarga, sahabat dan tabi-tabiin serta orang-orang mukmin yang telah memperjuangkan Islam
hingga saat ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya, kami ucapkan banyak terima kasih, terkhusus kepada
Bapak pembimbing mata kuliah Hadis Dakwah dan Komunikasi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
ABSTRAK
Makalah ini membahas terkait tinjauan hadis tentang cara berdakwah secara bertahap.
Dimana dakwah kepada masyarakat seharusnya dilakukan mulai dari memberikan pengetahuan
atau hal-hal mendasar hingga pada puncaknya. Dalam memahami hadis tersebut secara jelas
diperlukan pengetahuan, baik terhadap syarahnya, asbabul wurudnya, kandungannya, dan lain
sebagainya. Dakwah sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengajak
manusia untuk kembali kepada jalan yang benar. Akan tetapi, dakwah yang baik ialah yang
disampaikan dengan cara bertahap. Bukan serta merta langsung menyampaikan semua hal,
hingga membuat objek dakwah, dalam hal ini masyarakat, akan kesulitan dalam mencerna
bahkan menerima apa yang disampaikan. Kondisi ini juga sama dengan peristiwa turunnya Al-
Qur‟an, yang dimana Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur agar mudah diterima dan
diserapi dengan baik oleh masyarakat pada masa itu sehingga keimanan mereka akan kuat dan
tidak mudah goyah.
Penerapan dakwah secara bertahap disebutkan dalam sabda nabi, yang ketika itu salah
satu sahabatnya akan mendakwahkan Islam ke Yaman, sebelumnya Nabi saw. telah berpesan
kepadanya untuk terlebih dahulu mengajarkan tauhid baru kemudian mengajarkan tentang shalat
dan perintah-perintah lainnya.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
6) Apa saja hubungan antara hadis tentang cara berdakwah secara bertahap dengan
ayat Al-Qur‟an?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Matan dan Terjemahan Hadis tentang Cara Berdakwah secara Bertahap
3
كتاب (42) ِ َُّق كَشائِى أ َ ْيوا ِل ان
:ًاط )أخشجه انبخاسي ف َّ طاعُوا ِبﻬا فَ ُخ ْز ِي ُْ ُﻬ ْى َوت َ َو
َ َأ
(1( باب ال تؤخز كشائى أيوال انُاط فً انصذقت24) :انضكاة
Ibnu Abbas ra. berkata, “Ketika Rasulullah ﷺ. mengutus Mu’adz r.a. ke Yaman, beliau
berpesan: ‘Engkau akan mendatangi orang-orang ahli kitab. Karena itu perkara
pertama yang harus engkau dakwahkan kepada mereka adalah beribadah kepada Allah.
Jika mereka sudah mengetahui Allah, maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka sudah
melaksanakannya, maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat
(yang diambil) dari harta-harta mereka yang akan diberikan kepada orang-orang fakir
di antara mereka. Jika mereka taat, maka ambillah zakat dari mereka dan berhati-
hatilah terhadap harta manusia yang paling mereka sayangi.‟” (HR. Bukhari,
Kitab:”Zakat” (24), Bab: Tidak boleh mengambil dari harta manusia yang terbaik untuk
pembayaran zakat (41))
1
Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Al-Lu’lu wa al-Marjan, Jilid 1, h. 5.
4
Hadis tersebut mengandung beberapa pelajaran penting bagi seluruh kaum
muslimin, di antaranya sebagai berikut:
a) Rasulullah saw. menggunakan metode graduasi (Al-Tadarruj) dalam
berdakwah
Dalam berdakwah, Rasulullah saw. menggunakan metode graduasi (Al-
Tadarruj), yaitu metode dakwah yang dilakukan secara bertahap. Metode ini sama
halnya dengan proses ketika Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.,
secara berangsur-angsur. Jadi wajar saja jika Rasulullah juga menjadikannya
sebagai salah satu metode atau strategi dalam mendakwahkan Islam.
Rasulullah saw. menggunakan dua tahapan atau strategi dalam berdakwah,
yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan. Ini
dilakukan oleh beliau kurang lebih selama dua puluh tiga tahun. Periode Mekah
berlangsung selama tiga belas tahun, tiga tahun dakwah sirriyah dan sepuluh
tahun secara terang-terangan, kemudian sepuluh tahun yang tersisa dilanjutkan di
Madinah.
Di Mekah, ayat-ayat yang turun ialah yang berisi ajakan-ajakan untuk
menyembah Allah, kembali kepada jalan yang benar, kepada ajaran tauhid yang
sebelumnya dibawa oleh Nabi Ibrahim AS., mengingat banyaknya penyimpangan
kepercayaan yang terjadi saat itu. Berbeda dengan di Madinah, yang ketika itu
Islam sudah semakin kuat dan memiliki banyak pengikut, sehingga ayat-ayat yang
turun ialah yang berkaitan dengan hukum dan balasan bagi yang meninggalkan,
seperti perintah melaksanakan shalat dan puasa, membayar zakat, dan lain
sebagainya.
Allah SWT. dan Rasul-Nya melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk
membina masyarakat, dimulai dengan melenyapkan kepercayaan dan tradisi
jahiliyah, yang kemudian akan mengokohkan keimanan mereka kepada Allah
sehingga akan memudahkan pula bagi mereka dalam menjalankan perintah-
perintah yang lain.
b) Tauhid sebagai ajaran pokok dan yang paling utama didakwahkan
Hal pertama yang harus didakwahkan oleh seorang pendakwah ialah
tauhid. Syariat yang dibebankan kepada seluruh umat nabi dan rasul memang
5
berbeda, namun yang menjadi inti dakwah dan ajaran mereka adalah tauhid.
Itulah mengapa tauhid merupakan perkara yang sangat penting dalam Islam dan
tidak boleh disepelekan. Perintah lain, seperti shalat lima waktu, berpuasa,
membayar zakat dan selainnya boleh didakwahkan setelah tauhidnya sempurna.
Tauhid yang sempurna bukan hanya meyakini Allah SWT. sebagai Tuhan saja,
akan tetapi juga dengan mengesakan-Nya, baik dalam hal rububiyah, uluhiyah
serta asma dan sifat-Nya.
c) Perintah bersyahadat diikuti pembebanan terhadap kewajiban shalat lima
waktu dan membayar zakat
Setelah masyarakat beriman, barulah Rasulullah memberikan konsekuensi
syahadat bahwa syahadat itu mengandung kewajiban shalat lima waktu sehari
semalam, kesadaran menunaikan ibadah merupakan bukti kebenaran mereka
kepada Allah SWT.
Selanjutnya ialah perintah shalat dan zakat. Keduanya merupakan bagian
dari rukun Islam, sama halnya dengan bersyahadat. Shalat sendiri merupakan
suatu kewajiban bagi orang muslim mukallaf yang harus dilaksanakan lima kali
dalam sehari dengan jumlah keseluruhan rakaatnya adalah tujuh belas. Adapun
zakat ialah sarana utama dalam pendistribusian aset dan kekayaan umat Islam.
Di dalam Al-Qur‟an banyak terdapat perintah melaksanakan shalat serta
membayar zakat. Hampir seluruh ayat tentang shalat maupun zakat selalu
disandingkan. Ini menujukkan bahwa kedudukan keduanya sejajar guna
melengkapi kesempurnaan manusia. Shalat mengacu pada hubungan antara
manusia dengan Allah SWT. Sedang zakat mengacu pada hubungan manusia
dengan sesamanya. Dengan demikian, keseimbangan hubungan antara manusia
dengan Tuhan serta manusia dengan sesamanya dapat terwujud.
6
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasanya seorang guru tidak diperkenankan untuk
memaksa muridnya dan menyesuaikan dengan kemampuan pola pikir mereka. Jika hal
tersebut dikaitkan dengan dakwah Islam, maka akan sesuai dengan firman Allah dalam
surah Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”2
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”3
2
Surat Al-Baqarah Ayat 256 | Tafsirq.com
3
Surat An-Nahl Ayat 125 | Tafsirq.com
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dakwah merupakan kegiatan yang bertujuan mengajak manusia untuk kembali
kepada jalan yang benar. Adapun dakwah yang baik ialah dakwah yang dilakukan dengan
melalui tahap-tahapan dan tanpa adanya paksaan. Dalam satu hadis Nabi saw. dari Ibnu
Abbas disebutkan hal tersebut. Munculnya hadis ini dilatarbelakangi oleh peristiwa
diutusnya Mu‟adz bin Jabal ke Yaman untuk mendakwahkan Islam. Yang ketika itu,
Nabi saw. berpesan kepadanya untuk tidak mendakwahkan Islam secara sekaligus
melainkan melalui tahapan, yaitu memulai dari mengajarkan tauhid kemudian tentang
syahadat, kewajiban shalat, zakat dan seterusnya.
3.2 Implikasi
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih
terdapat beberapa pembahasan yang tidak kami jelaskan lebih jauh dikarenakan
kurangnya pengetahuan serta referensi bacaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun, sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini di kemudian
hari.
8
DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuti, J. A. (2001). Al-Luma’ fī Asbāb Al-Wurūd Al-Hadīs. Beirut: Dār Iḥya‟ At-Tūras Al-
„Arabi.
Tafsirq.com