Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HADIS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

CARA BERDAKWAH SECARA BERTAHAP

(AL-LU’LU WAL MARJAN NO. 11)

DISUSUN OLEH:

Muh. Rusman Amir (30700120050)

Nur Rahmadhan (30700120010)

DOSEN PENGAMPUH:

Dr. Tasmin Tangngareng, M. Ag.

JURUSAN ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, meskipun dalam bentuk sederhana
dan kekurangan, untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Dakwah dan Komunikasi.

Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada baginda Muhammad saw. beserta
keluarga, sahabat dan tabi-tabiin serta orang-orang mukmin yang telah memperjuangkan Islam
hingga saat ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini.

Atas perhatian dan waktunya, kami ucapkan banyak terima kasih, terkhusus kepada
Bapak pembimbing mata kuliah Hadis Dakwah dan Komunikasi.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

ABSTRAK ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembahasan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dakwah ........................................................................................... 3


2.2 Matan dan Terjemahan Hadis ......................................................................... 3
2.3 Syarah Hadis ..................................................................................................... 4
2.4 Asbabul Wurud Hadis ...................................................................................... 4
2.5 Kandungan Hadis ............................................................................................. 4
2.6 Hubungan Hadis terkait dengan Ayat Al-Qur’an ......................................... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 8


3.2 Implikasi ............................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9

ii
ABSTRAK

Makalah ini membahas terkait tinjauan hadis tentang cara berdakwah secara bertahap.
Dimana dakwah kepada masyarakat seharusnya dilakukan mulai dari memberikan pengetahuan
atau hal-hal mendasar hingga pada puncaknya. Dalam memahami hadis tersebut secara jelas
diperlukan pengetahuan, baik terhadap syarahnya, asbabul wurudnya, kandungannya, dan lain
sebagainya. Dakwah sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengajak
manusia untuk kembali kepada jalan yang benar. Akan tetapi, dakwah yang baik ialah yang
disampaikan dengan cara bertahap. Bukan serta merta langsung menyampaikan semua hal,
hingga membuat objek dakwah, dalam hal ini masyarakat, akan kesulitan dalam mencerna
bahkan menerima apa yang disampaikan. Kondisi ini juga sama dengan peristiwa turunnya Al-
Qur‟an, yang dimana Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur agar mudah diterima dan
diserapi dengan baik oleh masyarakat pada masa itu sehingga keimanan mereka akan kuat dan
tidak mudah goyah.

Penerapan dakwah secara bertahap disebutkan dalam sabda nabi, yang ketika itu salah
satu sahabatnya akan mendakwahkan Islam ke Yaman, sebelumnya Nabi saw. telah berpesan
kepadanya untuk terlebih dahulu mengajarkan tauhid baru kemudian mengajarkan tentang shalat
dan perintah-perintah lainnya.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengajak dan menyeru orang lain, baik kepada individu maupun kelompok, supaya
timbul di dalam dirinya kesadaran untuk kembali kepada jalan yang benar, tanpa adanya
unsur-unsur paksaan.
Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang senantiasa mengajak dan
memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan serta menyiarkan ajaran Islam
kepada seluruh umat manusia. Prototipe Islam sebagai agama dakwah telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw. semasa hidup, dalam kehidupan pribadinya. Beliau
merupakan seorang pemimpin dakwah Islam dan berhasil mengislamkan banyak kaum
kafir. Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad saw. adalah seorang da‟i dan peletak
dasar Islam.
Dakwah bukanlah kegiatan yang mudah untuk dilakukan. Ada banyak hambatan
dan rintangan yang akan dilalui oleh seorang pendakwah. Oleh karenanya, diperlukan
strategi dan siasat yang cermat. Hal ini bisa saja berupa menetapkan metode dakwah,
yaitu berdakwah secara bertahap. Dalam makalah ini kami akan memberikan penjelasan
tentang cara berdakwah secara bertahap dengan melakukan pendekatan melalui hadis
Nabi saw.

1.2 Rumusan Masalah


Kami telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini antara lain:
1) Apa yang dimaksud dengan dakwah?
2) Bagaimana matan dan terjemahan hadis tentang cara berdakwah secara bertahap?
3) Apa saja syarah hadis tentang cara berdakwah secara bertahap?
4) Apa asbabul wurud hadis tentang cara berdakwah secara bertahap?
5) Apa saja kandungan hadis tentang cara berdakwah secara bertahap?

1
6) Apa saja hubungan antara hadis tentang cara berdakwah secara bertahap dengan
ayat Al-Qur‟an?

1.3 Tujuan Pembahasan


Dari rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembahasan
dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui definisi dakwah.
2) Untuk mengetahui matan dan terjemahan hadis tentang cara berdakwah secara
bertahap.
3) Untuk mengetahui syarah hadis tentang cara berdakwah secara bertahap.
4) Untuk mengetahui asbabul wurud hadis tentang cara berdakwah secara bertahap.
5) Untuk mengetahui kandungan hadis tentang cara berdakwah secara bertahap.
6) Untuk mengetahui hubungan antara hadis tentang cara berdakwah secara bertahap
dengan ayat Al-Qur‟an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dakwah


Secara bahasa, kata dakwah )ً‫ (دَع َْوة‬berasal dari bentuk fi‟il ‫ دَ َعا – يَدْع ُْو‬yang berarti
memanggil, mengajar, dan menjamu. Mahmud Yunus menerjemahkan kata dakwah
dengan menyeru, mengajak, menghasung, menganjurkan dan memanggil. Sedangkan
Toha Yahya Umar, di samping mengartikan dengan kata ajakan, seruan, panggilan,
undangan, juga menjelaskan bahwa kata yang hampir sama dengan dakwah ialah
penerangan, pendidikan, pengajaran, indoktrinasi dan propaganda.
Sedangkan pengertian dakwah secara istilah, ada beberapa pendapat yang telah
didefinisikan oleh para ahli. Shalahuddin Sanusi menyatakan bahwa dakwah adalah
usaha mengubah keadaan yang negatif menjadi keadaan yang positif, memperjuangkan
yang ma’ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil. Kemudian
definisi dari H. Timur Djaelani, “Dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk berbuat
baik dan menjauhi yang buruk sebagai pangkal tolak kekuatan mengubah masyarakat
dan keadaan yang kurang baik kepada keadaan yang lebih sehingga merupakan suatu
pembinaan.”
Dalam konsep Islam, dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru
manusia kepada Islam, agar manusia memperoleh jalan hidup yang baik, yang diridhai
oleh Allah selama berada di dunia dan akhirat kelak, karena hakikat dari pada kehidupan
dunia adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang abadi.

2.2 Matan dan Terjemahan Hadis tentang Cara Berdakwah secara Bertahap

‫ث ُيعَارا ً سﺿً ﷲ عُه‬ ُ ‫عبَّاط شﺿً ﷲ عُﻬًا أ َ ٌَّ َس‬


َ ‫عو َل ﷲِ ملسو هيلع هللا ىلص َن ًَّا بَ َع‬ َ ٍِ ‫َحذٌْث ا ْب‬
،ِ‫ فَ ْهٍَك ٍُْ أ َ َّو َل َيا ت َ ْذعُو ُه ْى إِنَ ٍْ ِه ِعبا َدةُ ﷲ‬،‫ إََِّكَ ت َ ْق َذ ُو عَهى قَ ْو ِو أ َ ْه ِم ِكتَاب‬:‫ًٍ قَا َل‬
ِ ٍَ‫عَهى ا ْن‬
،‫صهَواث فً ٌَ ْو ِي ِﻬ ْى َو َن ٍْهَتِ ِﻬ ْى‬ َ ًْ ‫ع َه ٍْ ِﻬ ْى َخ‬
َ ‫ظ‬ َ ‫فَ ِئرَا ع ََشفُوا ﷲَ فَأ َ ْخبِ ْش ُه ْى أ َ ٌَّ ﷲَ قَ ْذ فَ َش‬
َ ‫ض‬
‫عهَ ٍْ ِﻬ ْى َصكاةً ِي ٍْ أ َ ْيوا ِن ِﻬ ْى َوتَش ُّد عَهى فُقَشا ِئ ِﻬ ْى فَ ِئرا‬ َ ‫فَ ِئرا فَ َعهُوا فَأ َ ْخ ِب ْش ُه ْى أ َ ٌَّ ﷲَ فَ َش‬
َ ‫ض‬

3
‫كتاب‬ (42) ِ َُّ‫ق كَشائِى أ َ ْيوا ِل ان‬
:ً‫اط )أخشجه انبخاسي ف‬ َّ ‫طاعُوا ِبﻬا فَ ُخ ْز ِي ُْ ُﻬ ْى َوت َ َو‬
َ َ‫أ‬
(1‫( باب ال تؤخز كشائى أيوال انُاط فً انصذقت‬24) :‫انضكاة‬

Ibnu Abbas ra. berkata, “Ketika Rasulullah ‫ﷺ‬. mengutus Mu’adz r.a. ke Yaman, beliau
berpesan: ‘Engkau akan mendatangi orang-orang ahli kitab. Karena itu perkara
pertama yang harus engkau dakwahkan kepada mereka adalah beribadah kepada Allah.
Jika mereka sudah mengetahui Allah, maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka sudah
melaksanakannya, maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat
(yang diambil) dari harta-harta mereka yang akan diberikan kepada orang-orang fakir
di antara mereka. Jika mereka taat, maka ambillah zakat dari mereka dan berhati-
hatilah terhadap harta manusia yang paling mereka sayangi.‟” (HR. Bukhari,
Kitab:”Zakat” (24), Bab: Tidak boleh mengambil dari harta manusia yang terbaik untuk
pembayaran zakat (41))

2.3 Syarah Hadis


 َّ‫ َوت َ َوق‬: Waspadalah!
 ِ َُّ ‫ ك ََشائِ َى أ َ ْي َوا ِل ان‬: Bentuk jamak dari ‫ ك َِر ْي َمة‬yaitu hewan ternak yang paling berharga
‫اط‬
bagi pemiliknya, mungkin karena menggemukkan jika dimakan, atau baru
melahirkan.

2.4 Asbabul Wurud Hadis


Asbabul Wurud hadis ini ialah ketika itu Nabi Muhammad saw. mengutus salah
seorang sahabatnya, yakni Mu‟adz bin Jabal untuk mendakwahkan Islam ke Yaman, pada
tahun 10 Hijriyah, menjelang Haji Wada‟. Sebelum pergi, Nabi Muhammad saw. telah
berpesan kepadanya untuk mendakwahkan Islam secara bertahap, bukan sekaligus dan
tanpa adanya paksaan.

2.5 Kandungan Hadis

1
Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Al-Lu’lu wa al-Marjan, Jilid 1, h. 5.

4
Hadis tersebut mengandung beberapa pelajaran penting bagi seluruh kaum
muslimin, di antaranya sebagai berikut:
a) Rasulullah saw. menggunakan metode graduasi (Al-Tadarruj) dalam
berdakwah
Dalam berdakwah, Rasulullah saw. menggunakan metode graduasi (Al-
Tadarruj), yaitu metode dakwah yang dilakukan secara bertahap. Metode ini sama
halnya dengan proses ketika Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.,
secara berangsur-angsur. Jadi wajar saja jika Rasulullah juga menjadikannya
sebagai salah satu metode atau strategi dalam mendakwahkan Islam.
Rasulullah saw. menggunakan dua tahapan atau strategi dalam berdakwah,
yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan. Ini
dilakukan oleh beliau kurang lebih selama dua puluh tiga tahun. Periode Mekah
berlangsung selama tiga belas tahun, tiga tahun dakwah sirriyah dan sepuluh
tahun secara terang-terangan, kemudian sepuluh tahun yang tersisa dilanjutkan di
Madinah.
Di Mekah, ayat-ayat yang turun ialah yang berisi ajakan-ajakan untuk
menyembah Allah, kembali kepada jalan yang benar, kepada ajaran tauhid yang
sebelumnya dibawa oleh Nabi Ibrahim AS., mengingat banyaknya penyimpangan
kepercayaan yang terjadi saat itu. Berbeda dengan di Madinah, yang ketika itu
Islam sudah semakin kuat dan memiliki banyak pengikut, sehingga ayat-ayat yang
turun ialah yang berkaitan dengan hukum dan balasan bagi yang meninggalkan,
seperti perintah melaksanakan shalat dan puasa, membayar zakat, dan lain
sebagainya.
Allah SWT. dan Rasul-Nya melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk
membina masyarakat, dimulai dengan melenyapkan kepercayaan dan tradisi
jahiliyah, yang kemudian akan mengokohkan keimanan mereka kepada Allah
sehingga akan memudahkan pula bagi mereka dalam menjalankan perintah-
perintah yang lain.
b) Tauhid sebagai ajaran pokok dan yang paling utama didakwahkan
Hal pertama yang harus didakwahkan oleh seorang pendakwah ialah
tauhid. Syariat yang dibebankan kepada seluruh umat nabi dan rasul memang

5
berbeda, namun yang menjadi inti dakwah dan ajaran mereka adalah tauhid.
Itulah mengapa tauhid merupakan perkara yang sangat penting dalam Islam dan
tidak boleh disepelekan. Perintah lain, seperti shalat lima waktu, berpuasa,
membayar zakat dan selainnya boleh didakwahkan setelah tauhidnya sempurna.
Tauhid yang sempurna bukan hanya meyakini Allah SWT. sebagai Tuhan saja,
akan tetapi juga dengan mengesakan-Nya, baik dalam hal rububiyah, uluhiyah
serta asma dan sifat-Nya.
c) Perintah bersyahadat diikuti pembebanan terhadap kewajiban shalat lima
waktu dan membayar zakat
Setelah masyarakat beriman, barulah Rasulullah memberikan konsekuensi
syahadat bahwa syahadat itu mengandung kewajiban shalat lima waktu sehari
semalam, kesadaran menunaikan ibadah merupakan bukti kebenaran mereka
kepada Allah SWT.
Selanjutnya ialah perintah shalat dan zakat. Keduanya merupakan bagian
dari rukun Islam, sama halnya dengan bersyahadat. Shalat sendiri merupakan
suatu kewajiban bagi orang muslim mukallaf yang harus dilaksanakan lima kali
dalam sehari dengan jumlah keseluruhan rakaatnya adalah tujuh belas. Adapun
zakat ialah sarana utama dalam pendistribusian aset dan kekayaan umat Islam.
Di dalam Al-Qur‟an banyak terdapat perintah melaksanakan shalat serta
membayar zakat. Hampir seluruh ayat tentang shalat maupun zakat selalu
disandingkan. Ini menujukkan bahwa kedudukan keduanya sejajar guna
melengkapi kesempurnaan manusia. Shalat mengacu pada hubungan antara
manusia dengan Allah SWT. Sedang zakat mengacu pada hubungan manusia
dengan sesamanya. Dengan demikian, keseimbangan hubungan antara manusia
dengan Tuhan serta manusia dengan sesamanya dapat terwujud.

2.6 Hubungan antara Hadis terkait dengan Ayat Al-Qur’an


Kegiatan berdakwah diserupakan dengan proses pembelajaran antara guru dan
murid. Agar apa yang diajarkan dan disampaikan oleh seorang guru dapat diterima dan
dipahami oleh para murid, diperlukan pengetahuan terhadap keadaan para murid, baik
pada minat, perhatian, kemampuan, dan kondisi jasmani mereka. Dari pernyataan

6
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasanya seorang guru tidak diperkenankan untuk
memaksa muridnya dan menyesuaikan dengan kemampuan pola pikir mereka. Jika hal
tersebut dikaitkan dengan dakwah Islam, maka akan sesuai dengan firman Allah dalam
surah Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut:

‫وت اويُ ْؤ ِم ْن‬


ِ ُ‫الر ْش ُد ِم ن ا لْغايِ ۚ فام ن ي ْك فُ ر ِِب ل طنا غ‬
ْ ‫ّ اْ ا‬ ‫ا‬ ُّ ‫اَل إِ ْك اراها ِِف ال ّدِ ي ِن ۖ قا ْد تا با نَّيا‬
ِ ِ ‫ك ِِب لْع رو ةِ ا لْوثْ قا ٰى اَل ا نْفِ ص ام اَلاا ۗ و ن‬ ِ ِ
ٌ‫اَّللُ اَس يعٌ عا ل يم‬ ‫ا‬ ‫ا ا‬ ُ ‫س ا ُْا‬ ْ ‫ِِب نَّلل فا قا د‬
‫اس تا ْم ا‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”2

Kemudian juga terdapat dalam QS. An-Nahl ayat 125.

ِ ِ ِ ‫ك ِِب ْْلِ ْك م ةِ وا لْم وعِ ظاةِ ا ْْل‬


‫ا ْدعُ إِ اَلٰ اس بِ ي ِل اربِّ ا‬
‫س نُ ۚ إِ نن اربن ا‬
‫ك‬ ْ ‫س ناة ۖ او اج اد َْلُ ْم ِِب لن ِِت ى اي أ‬
‫اح ا‬ ‫اا‬ ْ‫ا ا ا‬
ِ ِِ ِ ِ
‫ين‬ ُ ‫ُى او أاعْ لامُ ِبا ْن ضا لن عا ْن اس ب يل و ۖ او ُى او أاعْ لامُ ِِب ل‬
‫ْم ْه تاد ا‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”3

2
Surat Al-Baqarah Ayat 256 | Tafsirq.com
3
Surat An-Nahl Ayat 125 | Tafsirq.com

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dakwah merupakan kegiatan yang bertujuan mengajak manusia untuk kembali
kepada jalan yang benar. Adapun dakwah yang baik ialah dakwah yang dilakukan dengan
melalui tahap-tahapan dan tanpa adanya paksaan. Dalam satu hadis Nabi saw. dari Ibnu
Abbas disebutkan hal tersebut. Munculnya hadis ini dilatarbelakangi oleh peristiwa
diutusnya Mu‟adz bin Jabal ke Yaman untuk mendakwahkan Islam. Yang ketika itu,
Nabi saw. berpesan kepadanya untuk tidak mendakwahkan Islam secara sekaligus
melainkan melalui tahapan, yaitu memulai dari mengajarkan tauhid kemudian tentang
syahadat, kewajiban shalat, zakat dan seterusnya.

3.2 Implikasi
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih
terdapat beberapa pembahasan yang tidak kami jelaskan lebih jauh dikarenakan
kurangnya pengetahuan serta referensi bacaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun, sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini di kemudian
hari.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. (2016). Konsep Dasar Dakwah.

As-Suyuti, J. A. (2001). Al-Luma’ fī Asbāb Al-Wurūd Al-Hadīs. Beirut: Dār Iḥya‟ At-Tūras Al-
„Arabi.

Baqi, M. F. (2015). Al-Lu'lu wal Marjan. Beirut.

Tafsirq.com

Anda mungkin juga menyukai