Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

UNSUR-UNSUR DAKWAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dasar-Dasar Ilmu Dakawah

Dosen Pengampu:Dr.Witrin NoorJustiatini,M.Pd

Disusun oleh :
Irfan Ramdani (232401008)
Ripal (232401019)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH
SIRNARASA
CIAMIS
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur diucapkan kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu witrin noor justiana yang
telah membimbing kami dalam mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Dakwah.
Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahun dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca peraktekan dalam kehidupan sehari
hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karna keterbatasan pengetahuan dan Pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini .

Ciamis, 20 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
.........................................................................................................................................................
1

A. LATAR BELAKANG MASALAH..................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................2

A. PENGERTIAN UNSUR-UNSUR DAKWAH………………………………………….2


B. UNSUR-UNSUR ATAU RUKUN DAKWAH……………………………………….2 –
6

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................7

A. SIMPULAN.......................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai sebuah gerakan, dakwah sudah teruji dan terbukti mampu menciptakan peradaban
manusia dari buruk menjadi baik dan lebih baik. Dakwah dapat diwujudkan dengan menggunakan
cara lisan, tulisan, maupun perbuatan. Dakwah melalui lisan dan tulisan biasa nya disebut sebagai
dakwah cultural, sedangkan dakwah dengan perbuatan termasuk melalui kekuasaan dan kebijakan
biasanya disebut sebagai dakwah structural.

Keberhasilan dalam membangun peradaban manusia ynag lebih baik, sejatinya harus menjadi
prestasi yang terus dipertahankan dan ditingkatkan. Upaya optimalisasi kuantitas dan kualitas dai
harus menjadi prioritas. Spirit itu tampaknya yang menjadi dasar berdirinya fakultas dakwah
diperguruan tinggi islam di Indonesia.

Dewasa ini, upaya para ilmuan dakwah tidak sebatas melakukan proses sosialisasi,
transformasi, dan edukasi bagi mahasiswa sebagai kader juru dakwah pada masa mendatang, tetapi
terus berupaya meneguhkan bahwa dakwah ilmu ilmu dakwah yang sejajar dengan ilmu ilmu
keislaman lainnya. Bahkan dengan makna universal, dakwah merupakan bagian ilmu sosial yang
sejajar dengan kajian ilmu sosial lainnya.

Pemikiran pemikiran yang bersifat ijtihad ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
saran dan masukan dari para ilmuwan dakwah gun amelengkapi kajian sangat dinantikan
penulis.Semoga setetes pengetahuan ini menjadi inspirasi dan motivasi dalam membangun keilmuan
dakwah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi unsur-unsur dakwah
2. Unsur-unsur dakwah
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi tentang Unsur-unsur dakwah
2. Mengetahui apa saja unsur-unsur dakwah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN UNSUR-UNSUR DAKWAH

Unsur-unsur dalam istilah komunikasi, atau disebut rukun dalam istilah fiqih, memiliki makna
segala sesuatu yang harus terpenuhi dan jika tidak terpenuhi tidak bisa terjadi suatu kegiatan. Atas
dasar pengertian itu, unsur-unsur dakwah satu dengan lainnya saling bergantung dalam prosesnya.

Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru manusia kepada islam,agar manusia
memperoleh jalan hidup yang baik dan benar,melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar yang diridhoi
oleh Allah SWT. Sehingga hidup dan kehidupannya selama berada didunia ini selalu dalam petunjuk
islam, sehingga akan memperoleh kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak, karena hakikat dari pada
kehidupan dunia adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang abadi

Rumusan unsur-unsur dakwah tersebut didasarkan pada definisi al-quran sebagai sumber ilmu
dakwah bahwa al-quran adalah: “firman Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada
Muhammad SAW, dengan kata kata bahasa Arab dengan maknanya agar menajdi argument atas
kerasulan Muhammad SAW sebagai tuntunan hidup manusia, membacanya menjadi ibadah, yang
ditulis dalam mushaf yang diawali dalam surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah ann-nas yang
sampai kepada kita secara mutawatir, baik tulisan maupun penuturannya, dari satu generasi ke
genearasi lain yang tetap terjaga dari perubahan dan berlaku sepanjang masa.”

Dalam kegiatan berdakwah tersebut terdapat beberapa unsur-unsur pokok yang harus ada
dalam setiap kegiatan dakwah, paling tidak terdapat 3(tiga) unsur penentu sehingga proses dakwah itu
dapat berlangsung, yaitu Da’i (subyek dakwah), Mad’u (obyek dakwah), Maudhu’ul dakwah (materi
dakwah). Sedangkan unsur-unsur yang lain yang juga dapat mempengaruhi proses dakwah antara lain
seperti: Wasaailul dakwah (media dakwah), Thoriqotud dakwah (metode dakwah), Ghoyatul
dakwah (tujuan dakwah) dan Idarotul dakwah (manajemen dakwah) dan lain-lainnya.

B. UNSUR-UNSUR ATAU RUKUN DAKWAH

1. Pelaku Dakwah(Da’I atau Da’iyah)


Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan,
yang dilakukan secara individu, kelompok, maupun organisasi atau lembaga.

Secara umum, dai acapkali disamakan dengan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran
islam). Namun, sebeneran memiliki konotasi sempit, yaitu hanya membatasi dai sebagai orang yang
menyampaikan ajaran islam secara lisan. Padahal, kewajiban dakwah adalah milik siapa saja yang
mengaku sebagai umat rasulullah SAW.

Dai harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, kehidupan,
dan apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia,

2
serta metode yang dihadirkan yang menjadikan manusia secara perilaku dan pemikiran tidak
melenceng.

Dalam hal da’i/ juru dakwah ini Al-Ustadz Al-Bahy Al-Khuly, dalam kitabnya
Tadzkirotut Du’at mengatakan:

Da’i itu adalah lain dari seorang khotib. Khotib hanyalah seorang ahli pidato.
Sedangkan seorang da’i adalah seorang yang mengimani suatu idea yang ia propagandakan
baik dengan pidato, pembicaraan sehari-hari maupun dengan amal perbuatannya yang
bersifat perseorangan ataupun sosial dan dengan setiap jalan dakwah yang dapat ia lakukan.

Syaikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyid mengatakan da’i harus
memiliki sifat keutamaan dan sifat kesempurnaan. Diantara sifat-sifat tersebut adalah:

a). Mengetahui secukupnya tentang Al-qur’an dan As-Sunnah, hukum-hukum, rahasia-


rahasia tasyri’, perihidup Rasulullah dan jejak langkah khulafa’urrasyidin dan salafussalih.

b). Mengamalkan ilmunya sehingga tidak bertentangan perbuatannya dengan


perkataannya, lahir dan batinnya.

c). Penyantun dan lapang dada. Karena apabila ia keras dan sempit pandangan akan
larilah orang-orang dari padanya.

d). Berani tidak takut kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan
memperjuangkan yang baik.

Sementara itu Prof. Dr. Achmad Mubarok, M.A(dalam psikologi dakwah, Faizah,
S.Ag, MA dan H. Lalu Muchsin Effendi, LC, MA, 2006) menyatakan:Oleh karena itu untuk
menjadikan dakwah yang efektif, masyarakat dakwah khususnya para da’i harus memahami
prinsip-prinsip dakwah sebagai berikut:

a). Berdakwah itu harus dimulai dengan diri sendiri (ibda’ binafsik) dan kemudian
menjadi keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat qu anfusakum wa ahlikum naara.

b). Secara mental Da’i harus siap menjadi pewaris para nabi, yaitu mewarisi kejuangan
yang beresiko, al ulama’ warasatul anbiya’

c). Da’i harus menyadari bahwa masyarakat harus membutuhkan waktu untuk dapat
memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus memperhatikan tahapan-
tahapan.

2. Objek Dakwah (Mad’u)


Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat tanpa kecuali, baik pria maupun
wanita, beragama maupun belum beragama, pemimpin maupun rakyat biasa. Seuruh umat
manusia, Karena islam bersifat universal, objek dakwah pun adalah manusia secara
universal. Hal ini didasarkan juga kepada misi Muhammad SAW. Yang diutus oleh Allah
untuk mendakwahkan islam kepada segenap umat manusia, sebagaimana dijelaskan dalam
QS.Al-a’raf (7):158 :
3
Katakanlah:”hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tiada tuhan (yang berhak disembah)
selain dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
rasulnya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatnya
(kitab-kitabnya)dan ikutilah dia supaya kamu dapat petunjuk.”

Dengan kata lain, objek dakwah adalah manusia sebagai penerima dakwah baik
individu maupun kelompok, bahkan umat islam maupun bukan, atau manusia secara
keseluruhan.

3. Materi Dakwah (maudhu’ al-dakwah)

Materi atau pesan dakwah adalah pesan pesan yang berupa ajaran islam atau sesuatu
yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran islam yang
ada didalam kitabullah dan sunnah Rasulullah. Pesan dakwah berisi semua bahan atau mata
pelajaran yang berisi tentang pelajaran agama yang akan disampaikan oleh dai kepada mad’u
dalam suatu aktivitas dakwah agar mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Secara umum, materi dakwah bias diklasifikasikan menjadi 4 masalah pokok:

1.Masalah Akidah

Masalah pokok yang menjadikan matrei dakwah adalah akidah islamnya.Akidah dan
keimanan menjadi materi utama dalam dakwah. Karena aspek iman dan akidah merupakan
komponen utama yang akan membentuk moralitas atau akhlak umat

2. Masalah syariat

Hokum atau syariat sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa
keika ia tumbuh matang dan sempurna peradaban mencerminkan diri dalam hukum hukum
nya. Pelaksanaan syariat merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang
melestarikan dan melindungi nya dalam sejarah. Syari’at selalu akan menjadi kekuatan
peradaban dikalangan umat muslim.

3. Masalah Mu’amalah

Islam merupakan merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar
porsinya dari pada urusan ibadah.Ibadah mua’amalah dipahami sebagai ibadah yang
mencakup hubungan dengan sesame mahkluqdalam rangka mengabdi kepada Allah
SWT.Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada kehidupan ritual.

4. Masalah Ahklaq

Secara etimologi, kata ahklaq berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun dan
berate budi pekerti, perangai dan tingkah laku.

Menurut al-Farabi, ilmu ahklaq adalah pembahasan tentang keutamaan-keutamaan


yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidup yang tertinggi, yaitu kebahagiaan.

4
Oleh karena itu, berdasarkan pengertian tersebut, ahklaq dalam islam pada dasarnya
meliputi perbuatan manusia yang merupakan ekspresi kondisi jiwanya.

4. Media(Washilah) Dakwah

Secara bahasa, wasilah (menggunakan sin ‫وسيله‬, bentuk jamaknya ‫ )وسائل‬berasal dari bahasa
Arab yang brarti: al-wuslah, al-ittisal, yaitu segala hal yang dapat mengantarkan kepada sesuatu yang
dimaksud.Sedangkan secara istilah adalah segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada sesuatu
lainnya.Alat yang digunakan sebagai perantara untuk melaksanakan dakwah diantaranya berupa
tulisan,lisan,visual, audio, dan keteladanan.

Menurut Muhammad Abu al-fatah al- Bayanuni, berdasarkan isyarat firman Allah tentang
wasilah dalam konteks dakwah terbagi menjadi dua yaitu: (1). Washilah Ma’nawiyyah (2). Washilah
Madhiyah.Washilah Ma’nawiyyah adalah media yang bersifat imateri, seperti rasa cinta kepada Allah
dan Rasul-nya, serta memperbesar kualitas ihklas.Washilah Madhiyyah adalah media yang bersifat
material, yaitu segala bentuk alat yang bias di indra dan dapat membantu para da’i dalam
menyampaikan mad’u.

Media tersebut menjadi 3 bentuk yaitu: (1) Media yang bersifat fitrah( (wasail fitriyah), yaitu
kemampuan yang melekat pada bakat da’i, seperti ceramah monolog,mengajar, ceramah umum, dan
khutbah (2). Media yang bersifat ilmiyah (wasaail fanniyah) seperti (karya tulis), (karya lukis),( kreasi
suara) berupa pengeras suara, telfon. (audio-visual), seperti radio,tv, film, serta seperti teather dan
drama. (3) Media yang bersifat praktis (tatbiqiyah), seperti: memakmurkan masjid, mendirikan
organisasi, mendirikan sekolah, rumah sakit, menyelenggarakan seminar dan mendirikan sistem
pemerintahan islam.

5. Metode (uslub) Dakwah

Secara bahasa, kata metode dalam bahasa latin berasal dari dua akar kata, yaitu meta yang
berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara.Dalam bahasa yunani, metode berasal dari akar
kata methodos yang berarti jalan. Dalam bahasa jerman metode berasal dari akar kata methodica yang
berarti ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa arab, metode disebut tariq atau tariqoh yang
berarti jalan atau cara. Kata kata tersebut identik dengan kata uslub.

Secara perinci, meode dapat diartikan sebagai suatu cara biasa ditempuh atau cara yang
ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata pikir
manusia. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pda umumnya merujuk pada surat an-
Nahl:125

‫ُاْدُع ِاَلى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك مِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج ِد ْلُهْم ِباَّلِتي ِهَي َاْح َس ُن ِاَّن َر َّبَك ُهَو ا َاْع َلُم ِب‬
mmmmm‫ط‬

)125( ‫َم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلِه َو ُهَو َاْع َلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬
‫ط‬

serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah “
mereka dengan cara baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
.”petunjuk

5
Definisi dakwah adalah menyeru, memanggil, dan mengajak manusia menuju jalan Allah
SWT .jadi, metode dakwah (uslub al-dakwah ) adalah segalacara yang harus ditempuh dalam
menegakan dakwah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yaitu terciptanya kondisi kehidupan
mad’u yang as-salam baik diduniamaupun diakhirat, dengan menjalani syariat islam secara
keseluruhan.

6. Atsar (Efek) Dakwah

Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah
dilakukan oleh da’i dengan materi dakwah. Wasilah dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons
dan efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah).

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering
dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa
setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam
penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka
kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan akan terulang kembali.
Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi
dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pad langkah-langkah berikutnya.
Demikian juga strategi dakwah termasukdidalam penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap baik
dapat ditinggalkan.

Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek dakwah ada tiga macam yaitu yang pertama, Efek
kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak.
Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan kepercayaan, atau
informasi. Kedua, Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi
atau dibenci khalayak, yang meliputi segal yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Dan
yang Ketiga, Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat amati, yang meliputi
pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

6
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis menguraikan bab pertama dan bab kedua maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Membenahi pandangan hidup umat

2. Membangun Masyarakat Islam

3. Menjadikan Agama Islam Rahmatan Lil Alamin

7
DAFTAR PUSTAKA

Sukayat,Tata. (2015). Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah. Bandung:Simbiosa Rekatama
Media

Munir,Wahyu illaihi. (2006). Managemen Dakwah. Jakarta:Kencana

Sanwar, Aminuddin. (2009). Ilmu Dakwah Suatu Pengantar Studi. Semarang:Gunungjati

Anda mungkin juga menyukai