Disusun Oleh :
SEMESTER/KELAS :
7/H
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi kita
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat – sahabatnya yang telah membimbing
umat manusia dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini mempunyai
banyak kekurangan dalam hal pembuatan makalah, sehingga masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga dapat memperbaiki makalah kami selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KHITOBAH....................................................................3
B. PENGERTIAN MUHADHARAH............................................................4
C. DASAR HUKUM KHITOBAH................................................................5
D. KEGUNAAN KHITOBAH.......................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
(menyebarkan salam). Dalam rangka mengembalikan nilai-nilai tersebut,
diperlukan adanya da’i dan mubaligh yang handal dan berkualitas, serta
menguasai bagaimana cara berpidato yang baik dan benar, antara lain
dimilikinya keahlian (skill) dalam berdakwah sehingga mampu menyampaikan
dan menjelaskan ajaran Islam dengan penuh percaya diri dalam situasi apapun.
Di samping itu, dakwah merupakan bagian dari pendidikan Islam. Adapun
tujuan pendidikan Islam adalah mendewasakan anak, yang salah satunya adalah
dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Al-Abrasyi (1993: 20)
mengungkapkan bahwa salah satu pendidikan Islam yang terpenting adalah
“pendidikan kelancaran lidah, yaitu membiasakan lidah mengucapkan kata-kata
yang baik serta pemikiran yang tajam, berpidato tanpa teks, serta keterampilan
dalam berdebat, berdiskusi, dan dalam simposium. Kelancaran dalam berbicara
dewasa ini dianggap sebagai suatu syarat pokok untuk suksesnya seseorang
dalam kehidupannya.” Untuk mencapai keberhasilan dakwah tersebut, maka
diperlukan adanya pembinaan yang terus menerus (continue) khususnya kepada
para pendukung dan pelaksana (da’i) dan umumnya kepada generasi-generasi
muda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Khitobah ?
2. Apa yang dimaksud dengan Muhadharah ?
3. Bagaimana Dasar Hukum Khitobah ?
4. Apa saja kegunaan Khitobah ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Khitobah
2. Mendskripsikan pengertian Muhadharah
3. Mengetahui dasar hukum Khitobah
4. Menyebutkan kegunaan khitobah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khitobah
3
gambaran tentang suatu hal.6 Dengan demikian dari beberapa pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa khitobah adalah upaya menyampaikan gagasan dan
pikiran yang mengandung penjelasan-penjelasan tentang suatu atau beberapa
masalah yang disampaikan seseorang dihadapan sekelompok orang atau
khalayak. Dengan kata lain, khitobah juga dapat diartikan sebagai upaya
sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan yang baik, supaya mudah
dipahami dan mampu mempengaruhi pendengar.
B. Pengertian Muhadharah
Muhadharah berasal dari bahasa Arab, yaitu al-muhadharatu yang
berarti ceramah, kuliah (Munawwir, 1990: 295). Sebagaimana dipahami bahwa
definisi Muhadharah diidentikan dengan kegiatan atau latihan pidato atau
ceramah yang ditekankan pada skill siswa. Muhadharah dimaksudkan untuk
mendidik para siswa agar terampil dan mampu berbicara di depan khalayak
untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam di hadapan umum dengan penuh
percaya diri.
Suharso dan Ana Retnoningsih (2005: 107 & 379) dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa ceramah adalah “pidato membahas
suatu masalah,” di samping itu juga mengungkapkan bahwa pidato adalah
“ucapan yang tersusun baik-baik yang ditujukan kepada orang atau orang
banyak untuk menyatakan selamat, menyambut kedatangan, dan sebagainya.”
Sedangkan menurut Tanjung (1988: 72) bahwa pidato adalah “berbicara di
hadapan sejumlah orang.”
Dalam Muhadharah para siswa dituntut untuk berceramah dengan
penguasaan teknik, materi, dan gaya bahasa dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu, salah satu ilmu yang harus dimiliki para siswa adalah ilmu tentang cara-cara
menyajikan dan menyampaikan materi dakwah di hadapan sasaran dakwah
(mad’u) yang disebut retorika.
6 Aninditya Sri Nugraheni, Pidato Terampil Berbahasa Lisan,( Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015)
4
Kuswata dan Kuswara Suryakusumah (1990: 103) mengungkapkan
“rhetorika atau rhetorica, adalah suatu seni berbicara: the art of speech, di
dalam bahasa Inggris. Atau ‘de kunstder welspreken heid’ di dalam bahasa
Belanda. Dengan demikian titik berat retorika merupakan seni atau kepandaian
praktis dan dianggap bukan sebagai ilmu pengetahuan.”
Dengan demikian, retorika adalah suatu gaya/seni berbicara baik yang
dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan ketrampilan teknis. Dewasa ini
retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara dengan baik, yang
dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini
tidak sekedar berbicara secara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa
isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat,
jelas, padat dan mengesankan.
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنىا ُقىا َأْهُفَس ُك ْم َو َأْهِليُك ْم َهاًرا
ٌة ٌة َُ َ
ال ِ َو ُقىُوَها الَّناُا َو اْاِ اَر َْل َها َم ِال َك
5
ٌة
ِش َد ا وال َيْعُصىَن َهَّللا َم ا َأَم َزُهْم َو َيْفَع ُلىَن َم ا
ْ
ُي َم ُز و َن
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
َ َ
َو َم ا َلْيَناِ ال اْل ُال اُْاِ ُن
ْ
ُهَى َأ َلُم ِبَم ْن
7 Depag R.I, Al- Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Bumi Restu,1978), 951
8 Depag R.I ,Al- Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Bumi Restu,1978), 706
6
ُْه ْا َْأ َ
ي َت ا َل ُه ي
َس ِب ِلِه َو َى ُم ِب ِد َن ْن َض َّل
9 Depag R.I,Al- Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Bumi Restu,1978), 421
7
D. Kegunaan Khitobah
Jika khitobah atau pidato mempunyai makna seperti yang telah
dijelaskan di atas, maka fungsi atau kegunaan dari pidato ini tentu akan
merujuk pada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dengan adanya pidato
tersebut. Fungsi pidato sangat banyak dan beragam, beberapa di antaranya
dapat dijabarkan sebagai berikut10:
1. Memberikan informasi (To Inform)
Menurut Gentasri Anwar, S.H. dalam bukunya Retorika Praktis Teknik dan
Seni Berpidato, tujuan dari pidato adalah untuk mengubah pendapat, sikap
dan perilaku pendengar (audience) untuk kemudian menggantikannya
dengan pendapat, sikap dan perilaku yang diinginkan pembicara
(komunikator). Pembicara tentu saja harus bisa meyakinkan kepada
pendengarnya bahwa apa yang dipidatokannya mempunyai nilai lebih atau
lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang terjadi pada pendengarnya.
Keahlian berbicara dari juru pidato ini tentu sangat diperlukan agar
perubahan yang diharapkan tersebut benar-benar berasal dari dalam setiap
pendengar dan bukan hanya bersifat semu.
3. Menghibur (To Entertain)
10 Gamal, Siasat Sukses Pidato Plus Wawancara Media Massa Secara Menakjubkan, (Yogyakarta:
Smile Books, 2006), 6-9
8
Tidak sedikit orang yang memanfaatkan pidato yang dilakukannya
untuk menghibur orang atau pihak lain. Makna menghibur ini bisa dicapai
jika pembicara atau juru pidato menguasai seni berbicara di depan umum
alias pidato ini dengan baik. Tidak jarang kondisi para pendengar
(audience) yang semula diharapkan terhibur oleh pidato pembicara malah
menjadi berang hanya karena pembicara salah atau tidak tepat saat
berpidato. Juru pidato yang ingin mendulang kesuksesan dalam pidatonya
tentu akan meletakkan porsi menghibur dalam pidatonya itu pada tempat
yang semestinya.
Selain tiga fungsi tersebut di atas, pidato juga masih mempunyai banyak
fungsi yang lainnya lagi, semisal untuk:
a. Memperingatkan (To Warn)
9
Sedangkan fungsi khitobah menurut Hasan Bisri sebagai berikut:
11 Hasan bisri, Ilmu Dakwah Pengembang Masyarakat, (Surabaya: Cahaya Intan, 2014), 40
10
DAFTAR PUSTAKA
11