Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEWAJIBAN BERDAKWAH DALAM ISLAM

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan Agama islam

Dosen pengampu : Dine Trio Ratnasari M.pd

DiSusun Oleh :

Siti Maryam (F4322320015)

Een Erniawati (F4322320004)

Nurhaeni. (F4322320013)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

SETIA BUDHI RANGKASBITUNG 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kewajiban Dakwah”. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I ........................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

Latar Belakang........................................................................................................... 1

Rumusan Masalah....................................................................................................... 1

Tujuan......................................................................................................................... 1

BAB II....................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN........................................................................................................ 2

Pengertian Dakwah.................................................................................................... 2

Metode dan Tujuan dakwah.....................................................................................6

Komponen dan tahapan dakwah............................................................................

Keutamaan Dakwah.................................................................................................

BAB III...................................................................................................................... 9

PENUTUP.................................................................................................................. 9

Kesimpulan................................................................................................................. 9

Daftar pustaka..................................................................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an ialah salah satu sumber hukum dan dalil hukum, dan sebagai petunjuk atau sebagai sumber
dari ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah supaya manusia menjadi makhluk yang mengenal Allah
dan mampu mengemban amanah sebagai khalifah Allah. Tafsir Al-Qur’an adalah penjelas tentang
maksud firman Allah sesuai kemampuan manusia. Kemampuan itu bertingkat-tingkat, sehingga yang
dicerna atau yang diperoleh seorang penafsir dari Al-Qur’an bertingkat-tingkat pula.

Di dalam Al-Qur’an mengandung nilai-nilai pendidikan, muamalah, hukum bahkan dakwah. Nilai nilai
dakwah ini yang kita akan telaah bersama, Berkaitan dengan kewajiban umat islam untuk berdakwah
yang secara kongkrit telah terkodifikasi di dalam al – qur’an. Sehingga hal ini berkolerasi dan materi yang
ditawarkan pada mata kuliah tafsir dakwah yang tercakup pada Qs. Al-Maidah 67 dan Qs Ali imron 104.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dakwah ?

2. Bagaimana komponen atau unsur dakwah dalam QS Al-A'Raf ayat 157?

3. Bagaimana komponen atau unsur dakwah pada QS Saba ayat 28?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian dari dakwah itu sendiri

2. Untuk mengetahui Komponen atau unsur-unsur dakwah pada Q.S Al-A'Raf ayat 157

3. Untuk mengetahui komponen atau unsur dakwah pada QS.saba ayat 28


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Dakwah

Di tinjau dari segi etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti “panggilan, ajakan atau
seruan”. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata Dakwah berbentuk sebagai “isim mashdar”. Kata ini berasal
dari fi’il “da’a-yad’u”, artinya memanggil, mengajak atau menyeru. Orang yang memanggil, mengajak
atau menyeru atau melaksanakan dakwah dinamakan da’inya, terdiri dari beberapa orang (banyak) di
sebut “du’ah”.

Dakwah menurut arti istilahnya mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu
dakwah dalam memberikan pengertian terhadap istilah dakwah terdapat beraneka ragam pendapat.
Menurut Drs. Hamzah Yaqub dalam bukunya “Publistik Islam” memberikan pengertian dakwah dalam
islam ialah “mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan
Rasul”.[1]

Asmuni syukir berpendapat bahwa istilah dakwah itu dapat di artikan dari dua sudut pandang, yakni
pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan bersifat pengembangan. Pembinaan artinya suatu
kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya.
Sedangkan pengembangan berarti suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan. Dengan
demikian pengertian Dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan,
melestariakan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan
menjalankan syariat nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun
akherat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak umat
manusia yang belum beriman kepada Allah agar mentaati syariat islam supaya na’ntinya dapat hidup
bahagia dan sejahtera di dunia maupun akherat.[2]

2. Unsur-unsur/komponen Dakwah

Komponen atau unsur dakwah antara lain, da`i(subjek), mad`u(objek), maudhu`u(materi),


ushlub(metode), dan wasail(media). Semua unsur ini saling keterkaitan satu sama lainnya.

· Da’I ( subjek dakwah ).

Da’i dalam ilmu dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah subyek dakwah.
Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya da’i atau mubaligh saja. Yang menjadi subyek
dakwah adalah manusia, meskipun ada pendapat yang berpendapat bahwa yang menjadi subyek
dakwah itu selain manusia Allah S.W.T sendiri. Adapun manusia yang menjadi subyek dakwah adalah
semua muslim yang mukallaf sesuai dengan kemampuannya, kesanggupannya masing-masing, karena
Islam tidak memaksa manusia, kecuali sesuai dengan kesanggupannya[3]. Jadi sebagaimana telah
diterangkan di atas, bahwa kewajiban dakwah bukan hanya untuk ulama, Kiyai atau para santri dan
lembaga-lembaga baik yang beridentitas lembaga dakwah atau yang ada di bawah Departemen Agama,
tetapi di luar itu semua wajib untuk melaksanakan dakwah.

Pelukis dapat berdakwah lewat ekspresi gambarnya, penulis atau wartawan dapat berdakwah lewat
tulisannya, aktor dan aktris dapat berdakwah lewat aktingnya, sutradara dapat berdakwah lewat karya
film atau dramanya. Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang dakwah itu, apakah
wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu
hukumnya wajib a’in. Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah
di samping faktor hidayah Allah. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang kafir, sehingga mereka mau
masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberha-silan suatu
proses dakwah. [4]

Dengan demikian dai adalah semua orang atau setiap diri manusia yang melakukan suatu seruan,
ajakan, panggilan terhadap sesuatu secara umum diartikan sebagai dai. Secara khusus yang penulis
maksudkan dari dai itu adalah siapa saja yang melakukan ajakan, seruan atau panggilan kepada jalan
Allah berupa kebaikan dan petunjuk atau kebaikan dan melarang dari kemungkaran dengan orientasi
keselamatan dan kebahagiaan manusia itu sendiiri baik di dunia maupun untuk akhiranya kelak.

Jika diurutkan siapa yang menjadi Dai, maka Dai yang pertama adalah Allah, kemudian yang
mendakwahi manusia kejalan Allah itu adalah nabi. Nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw.
Sesudah Nabi wafat dilajutkan oleh para sahabat dan para pengikut setianya. Rasul merekomendasikan
bahwa pelanjutnya bukanlah para sahabatnya, akan tetapi menunjuk kepada ulama sebagai pewarinya
sampai kepada mubaligh sekarang dan seterusnya.

Dalam hal ini ada beberapa sifat yang harus di miliki seorang subjek dakwah(da’i).

1. Mengetahui tentang Al-Quran dan Sunnah Rasul sebagai pokok agama Islam.

2. Memiliki pengetahuan Islam yang berlandaskan dengan Al-Quran dan Hadist.

3. Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan dakwah seperti, teknik dakwah, Ilmu Jiwa
(Psikologi), Sejarah, Antropologi, Perbandingan Agama, dan sebagainya.

4. Memahami bahasa umat yang akan diajak kepada jalan yang diridlai Allah.

5. Penyantun dan lapang dada.

Demikianlah beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang subjek dakwah, dan masih banyak lagi sifat
yangt memang harus di miliki oleh seorang Da’i.

· Maudu’u Dakwah ( objek dakwah ).

Objek dakwah adalah orang-orang yang menjadi sasaran kegiatan dakwah. Secara umun dapat
dikatakan bahwa siapa saja yang mendapat seruan atau ajakan, panggilan atau himbauan kepada
kebaikan, meninggalkan kejahatan, atau kemungkaran maka mereka adalah Maud`u. Ketika dipahami
pengertian dakwah sebagaimana yang dikemukan oleh Syaekh Ali Mahfuzh,[5] maka objek dakwah itu
adalah semua manusia. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan Muhammad Saw sebagai dai yaitu
Kafatalinnas (seluruh manusia). Begitu pula halnya jika dicermati lebih jauh kata-kata dakwah dalam
berbagai bentuk, bermakna mengajak kepada yang ma`ruf serta mencegah dari kumungkaran, terlihat
bahwa yang menjadi obyek atau penerima dakwah itu ialah seluruh umat manusia. Hal ini sesuai dengan
kerasulan nabi Muhammad Saw. diutus untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah Swt. berfirman
dalam QS. al-A’raf ayat 157:

‫قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي َرسُو ُل هَّللا ِ إِلَ ْي ُك ْم َج ِميعًا‬

Artinya: Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu

Semua.

Kemudian dipertegas lagi dalam surat Saba’ ayat 28 :

ِ َّ‫اس بَ ِشيرًا َونَ ِذيرًا َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬


َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ إِاَّل كَافَّةً لِلن‬

Artinya : Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.(Qs. Saba` : 28).

.Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang menjadi obyek dakwah(sasaran dakwah) adalah seluruh
umat manusia tanpa terkecuali, seluruh umat manusia dituntut untuk menerimanya selama dia berakal,
baik laki-laki atau perempuan tanpa memandang kepada kebangsaan, warna kulit, pekerjaan, daerah
tempat tinggal dan sebagainya. Dapat juga dikatakan bahwa dakwah tidak tertuju kepada bangsa
tertentu, kepada tingkatan tertentu, kepada golongan tertentu.

Selanjutnya kalau diklasifikasikan objek dakwah dalam al-Qur`an, maka sasaran dakwah tersebut
dikelompokkan menjadi bebrapa kelompok seperti kelompok orang mukmin, kafir, dan munafiq.

Golongan mukmin, mereka yang meyakini kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu Allah serta telah
melaksanakan ajaran al-Qur’an itu dalam kehidupan sehari-hari. Kelompok ini tidak akan ada keraguan
dalam menerima ajaran agama.

Golongan kafir, yakni mereka yang belum meyakini atau belum beriman serta mengingkari kebenaran al-
Qur’an itu. Sehingga apakah mereka diberi nasehat atau tidak, namun mereka tetap tidak beriman
kepada Allah Swt.dan golongan berikutnya, golongan munafik, yaitu mereka yang secara lahiriah telah
beriman, tapi pada hakikatnya mereka belum yakin terhadap kebenaran al-Qur’an.

Abdul Karim Zaidan,[6] lebih lanjut menjelaskan, bahwa dalam al-Qur`an yang menjadi objek dakwah
adalah para penguasa(mala`), masyarakat umum (jumhur), munafiq dan orang-orang yang berbuat
maksiat.
1. Al-Mala’.

Menurut ahli tafsir kata-kata al-Mala’ berarti pemimpin-pemimpin, kepala-kepala dan orang besar
kaumnya. [7]. Dengan demikian karakteristik dan kecendrungan mentalitas al-malak terkesan sebagai
para penantang dan pembangkang karena kekuasaannya. Hal ini dapat ditemukan dalam beberapa ayat
al-Qur’an seperti dalam QS. 34:35,36, Hal itu disebabkan oleh berberapa factor antara lain

a. Karena Takabbur

b. Karena cintanya kepada kekuasaan dan kemegahan.

c. Karena Jahil.

2. Jumhur al-Nas

Jumhur diartikan sebagai orang kebanyakan (public) atau masyarakat umum yakni orang yang menjadi
pengikut para pemimpin dan penguasa, yang pada umumnya adalah orang-orang miskin dan lemah
dalam berbagai masalah.[8] Dari segi respon dakwah, jumhur lebih cepat menerima dakwah dari
golongan al-Mala’ dan merekalah yang menjadi pengikut para rasul, yang membenarkan dan beriman
lebih dahulu kepada para rasul itu. Sifat-sifat jumhur ini diterangkan dalam al-Qur’an antara lain : QS.
43: 54.

3 Munafik.

Kelompok penerima dakwah yang ketiga adalah orang munafik, yakni orang yang menyembunyikan
kekufurannya dan melahirkan imannya. Sikap orang munafik ini terhadap dakwah sebenarnya lebih sulit
dan lebih berbahaya dari orang kafir. Sebab mereka bermuka dua, apabila bertemu dengan orang
beriman, mereka mengaku beriman dan apabila mereka kembali kepada kelompoknya (kafir) mereka
juga menyatakan keku-furannya. Sifat-sifat orang munafik ini diceritakan dalam QS. 2: 14

4. Orang yang Maksiat.

Pelaku maksiat dimaksudkan[9] adalah suatu golongan yang beriman dan menuturkan dua kalimat
syahadat, namun tidak menunaikan isi dan jiwa syahadat yang dituturkannya mengerjakan sebagian
perintah agama dan menyalahi sebagian.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
objek dakwah itu adalah semua manusia yang tergolong pada kelompok orang beriman, kafir, munafik,
imala` jumhurnas dan orang-orang yang berbuat kemaaksiatan.

.· Materi Dakwah (Maudu`uddakwah)

Materi adalah segala sesuatu yang menjadi bahan ajar yang akan disajikan oleh sipemateri atau yang
diajarkan kepada orang lain (penerima materi). dakwah. Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam
yang mencakup dalam al-Qur’an dan sunnah Rasul yang meliputi tiga prinsip pokok; akidah, akhlak dan
hukum-hukum,[10] yang biasa disebut dengan “syari’at Islam”. Syari’at biasa juga disebut dengan agama
(al-din atau al-millat).[11].
Dengan demikian, materi dakwah meliputi seluruh ajaran Islam dengan segala aspeknya dan hal ini
dijiwai dengan keberadaan Rasul Allah Saw. sebagai pembawa rahmat di alam ini sesuai dengan QS. al-
Ambiya’: 107. Mushthafa al-Maraghiy menjelaskan ayat ini merupaka prinsip ilahiyah, bahwa Tuhan
tiada mengutus Rasul-Nya dengan membawa agama yang lengkap dengan metode penjabarannya dari
syari’at serta hukum-hukum yang berhubungan dengan kebahagiaan dunia akhirat, melainkan sebagai
rahmat dan petunjuk bagi manusia seluruhnya mengenai urusan kehidupan dunia dan tempat
kembalinya (akhirat).[12] Hal ini sesuai denga Firman Allah dalam QS. al-Maidah: 67:

َ‫اس إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْالكَافِ ِرين‬


ِ َّ‫ك ِمنَ الن‬ َ ‫يَاأَيُّهَا ال َّرسُو ُل بَلِّ ْغ َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي‬
ِ ‫ك ِم ْن َربِّكَ َوإِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلْ فَ َما بَلَّ ْغتَ ِر َسالَتَهُ َوهَّللا ُ يَ ْع‬
َ ‫ص ُم‬

Artinya :Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir.( Qs. Al-Maidah : 67)

Dengan demikian objek materi pokok dalam berdakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, yang bertujuan
untuk mengajak manusia untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya demi
keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

3. Metode Dakwah

Kata Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan.[13]
Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan,cara).[14]. Dalam bahasa Jerman
methodica, artinya ajaran tentang metode.[15] Dalam bahasa Arab disebut dengan thariq,[16] manhaj.
Sedangakan dalam bahasa Indonesia kata “metode” mengadung pengertian cara yang teratur dan
berpikir baik-baik untu kmencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yabg bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.[17]. Adapun
yang dimaksud dengan metode dakwah adalah cara atau jalan yang dilakukan dan ditempuh oleh para
dai dalam menyampaikan atau mendakwahkan ajaran Islam kepada umat (almaduin) melalui proses-
proses atau strategi tertentu.

Terkait dengan metode dakwah, maka al-Qur`an mengemukan berberapa prinsip dan strategi
dalam menyampaikan ajaran Islam (dinul haq) sebagaimana Firman Allah dalam surat, An-nahl 125.

Artinya:Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[18] dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.

Di lihat dari ayat di atas maka metode dakwah dapat di lihat dalam 3 konsep besar yaitu:
a) Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan meitik
beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya,
mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

b) Mau'izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan


ajaran-ajaran islam dengan rasa kasiih sayang, sehingga nasihat dan ajaran-ajaran islam yang
disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

c) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara betukar pikiran dan membantah dengan
cara bertukar pikiran dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan
yang menjadi sasaran dakwah.

· Media Dakwah

Media dakwah (wassailull al-da`a) ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide
dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah.[19] Kalau
dilihat secara eksplisit tidak ada penjelasan al-Qur’an tentang media atau alat apa saja yang dapat
digunakan untuk menyampaikan dakwah. Tetapi secara implisit banyak isyarat al-Qur’an tentang
masalah media ini. Antara lain Hamzah Ya’cub, mengelompokkan media dakwah tersebut kepada lima,
yakni:

1. Lisan

Menurut Abdul Karim Zaidan, media lisan atau bahasa adalah media pokok dalam penyampaikan
dakwah Islam kepada orang lain. [20] Dalam al-Qur’an, ditemui isyarat tentang media lisan ini antara lain
dalam QS. 7: 158 dan 2: 104. Dalam beberapa ayat tersebut dinyatakan bahwa para Nabi telah
menyampaikan dakwahnya pertama kali dengan menggunakan media lisan secara langsung. Termasuk
dalam kelompok media ini antara lain khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah,
nasihat, pidato radio dan sebagainya, yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau bersuara .[21]

2. Tulisan

Tulisan merupakan hasil dari uapaya dai dalam menuliskan sesuatu pesan yang dimungkinkan tulisan
tersebut dibaca dan digubris oleh para pencinta dakwah.Dapat pula dikatakan bahwa dakwah tulisan
adalah dakwah yang dilakukan dengan perantaran tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat-surat
kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk dan sebagainya.
[22].

3. Lukisan

Lukisan yang dimaksud adalah gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film cerita dan sebagainya. Media ini
memang banyak menarik perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu maksud
ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain. Namun sulit ditemukan isyaratnya dalam Al Quran.
4. Audio-Visual

Audion visual merupakan kombinasi audio dengan visual yang bisa dijadikan sebagai salah suatu cara
penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam
Televisi dan media jenis lainnya. Sama juga halnya dengan media nomor 3 tidak begitu jelas
diungkapkan dalam Al Quran.

5. Akhlak (keteladanan).

Akhlak disini ialah prilaku yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media dakwah
dan sebagai alat untuk mencegah orang dari kemungkaran, atau juga yang akan mendorong orang lain
berbuat yang ma’ruf, seperti membangun mesjid, sekolah dan sebagainya, atau suatu perbuatan yang
menunjang terlaksananya syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat.[23].

4. Tujuan Dakwah

Tujuan utama dakwah yakni mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
yang diridhai Allah SWT. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan
berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.

Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat
itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari
Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).

Adapun dakwah bisa dipelajari, dan ini menyangkut ilmu dakwah. Di dalamnya, mencakup
pemahaman terhadap aspek hukum dan tatacara berdakwah, sehingga para mubalig bukan saja paham
tentang kebenaran Islam, akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam
menyampaikan risalah al Islamiyah.

5. Keutamaan Dakwah

Begitu banyak keutamaan dalam berdakwah, diantaranya adalah sebagai berikut:

a.Meneladani para rasul

Ketika sekolah, kita sering diperintahkan untuk menghapal nama-nama nabi dan rasul dan membaca
kisah teladan Nabi Muhammad. Masih ingatkah Anda dengan tugas para rasul? Para rasul adalah orang
yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan dakwah kepada Allah. Sebagai umat Rasulullah SAW, kita
mendapatkan keutamaan dalam berdakwah, meneladani para rasul dalam menjalankan tugas mulianya
juga sebagai bukti keutamaan cinta kepada Rasulullah.

َ‫صي َر ٍة أَن َ۠ا َو َم ِن ٱتَّبَ َعنِى ۖ َو ُسب ٰ َْحنَ ٱهَّلل ِ َو َمٓا أَن َ۠ا ِمنَ ْٱل ُم ْش ِر ِكين‬
ِ َ‫قُلْ ٰهَ ِذِۦه َسبِيلِ ٓى أَ ْدع ُٓو ۟ا إِلَى ٱهَّلل ِ ۚ َعلَ ٰى ب‬

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.
(Q.S. Yusuf : 108 )

Baca juga:

macam-macam mukjizat nabi

keutamaan cinta kepada rasulullah

takdir jodoh menurut islam

hukum menitipkan anak dalam islam

Amal yang terbaik

Dakwah merupakan amal yang terbaik karena meneruskan tugas mulia para nabi dan rasul dalam
menyebarkan agama Allah. Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya
kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-
kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang membenarkannya, dan
disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian
jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidakada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan.

Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau
pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam
kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi,
dan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa
mengambilnya, sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat mencukupi.” ( HR. Abu Dawud )

Dari anas Ibnu Malik berkata : Rasulullah bersabda : sesungguhnya orang yang menunjukan kepada
kebaikan, maka baginya (pahala) seperti orang yang melakukan (kebaikan itu). “ ( HR. At-Tirmizi, hadist
Hasan Shahih )

Mendapat pahala yang besar


Meneruskan tugas mulia para nabi tentunya mendapatkan pahala yang besar. Pahala yang didapatkan si
pendakwah bukan hanya sampai di dakwah saja, bahkan ketika orang yang mendengar dakwah
menyampaikan isi dakwah kepada orang lain, maka pahalanya pun akan mengalir juga untuk si
pendakwah, begitulah seterusnya berulang-ulang hingga akhir dunia dan menjadi amal jariyah.

sabda Rasul: “Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya
dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya
tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan barangsiapa mencontohkan
perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti
dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari Jarir bin
Abdillah ra).

Baca juga:

sejarah islam di arab

sejarah yahudi

islam di amerika

perkembangan islam di eropa

mualaf

Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt memberikan
hidayah kepada seseorang dengan (da’wah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR.
Bukhari, Muslim & Ahmad).

Di jaman Rasulullah SAW dalam sejarah agama Islam, unta merah merupakan kendaraan yang sangat
mewah kala itu. Dalam hadist di atas menjelaskan bahwa berdakwah jauh lebih baik ketimbang harta
apapun juga.

Baca juga:

cara bertamu yang baik dalam islam

larangan bunuh diri dalam islam

iri dengki dalam islam

akhlak dalam islam

wanita dalam islam

Penyelamat dari azab Allah SWT

Dikisahkan dalam Al-Quran, sebuah kisah tentang mereka yang berdakwah agar selamat dari azab Allah.
‫ت إِ ْذ تَأْتِي ِه ْم ِحيتَانُهُ ْم يَوْ َم َس ْبتِ ِه ْم ُش َّرعًا َويَوْ َم اَل يَ ْسبِتُونَ ۙ اَل تَأْتِي ِه ْم ۚ َك ٰ َذلِكَ نَ ْبلُوهُم‬
ِ ‫اض َرةَ ْٱلبَحْ ِر إِ ْذ يَ ْع ُدونَ فِى ٱل َّس ْب‬ ْ ‫ ْلهُ ْم ع َِن ْٱلقَرْ يَ ِة ٱلَّتِى كَان‬Rََٔ‫َوسْٔـ‬
ِ ‫َت َح‬
۟
َ‫بِ َما كَانُوا يَ ْف ُسقُون‬

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar
aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka
terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada
mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Q.S. Al-A’raf:163)

۟ ُ‫م أَوْ ُم َع ِّذبُهُ ْم َع َذابًا َش ِديدًا ۖ قَال‬Rْ ُ‫ت أُ َّمةٌ ِّم ْنهُ ْم لِم تَ ِعظُونَ قَوْ ًما ۙ ٱهَّلل ُ ُم ْهلِ ُكه‬
َ‫وا َم ْع ِذ َرةً إِلَ ٰى َربِّ ُك ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬ ْ َ‫َوإِ ْذ قَال‬
َ

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang
Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka
menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya
mereka bertakwa.” (Q.S. Al-A’raf:164)

۟ ُ‫يس بما كَان‬Rِ‫ب بَٔـ‬ ۟ ۟ ‫ُوا ما ُذ ِّكر‬


۟
َ‫وا يَ ْف ُسقُون‬ َ ِ ٍ ۭ ِٔ ٍ ۭ ‫نج ْينَا ٱلَّ ِذينَ يَ ْنهَوْ نَ ع َِن ٱلس ُّٓو ِء َوأَخ َْذنَا ٱلَّ ِذينَ ظَلَ ُموا بِ َع َذا‬
َ َ‫ُوا بِ ِٓۦه أ‬ َ ‫فَلَ َّما نَس‬

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-
orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan
yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (Q.S. Al-A’raf:165)

Dari penggalan surah di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan berdakwah, akan terlepasnya tanggung
jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah. Sebagaimana sabda Rasul:

“Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang melanggarnya seperti
kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada sebagian yang mendapatkan tempat di atas, dan
ada sebagian yang mendapat tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air
harus melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita membolongi bagian bawah
milik kita dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka membiarkan keinginan orang yang akan
membolongi, mereka semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka maka selamatlah
semuanya.” (HR. Bukhari).

Jalan menuju khairu ummah

Khairu ummah adalah umat terbaik yang pernah ada, seperti yang telah disebutkan dalam AlQuran:
ِ َ‫َر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ ۗ َولَوْ َءا َمنَ أَ ْه ُل ْٱل ِك ٰت‬
َ‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُم ۚ ِّم ْنهُ ُم ْٱل ُم ْؤ ِمنُون‬ ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْٱل َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْٱل ُمنك‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
ٰ ْ
‫َوأ ْكثَ ُرهُ ُم ٱلفَ ِسقُون‬ َ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (Q.S. Ali Imran:110)

Rasulullah SAW telah berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman
dengan dakwahnya. Beliau juga terus mencetak para penerus dakwahnya untuk membentuk basis dan
cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar). Dan dengan dakwahlah kita bisa kembali bangkit
menuju kejayaan sebagai khairu ummah.

Demikianlah artikel mengenai keutamaan berdakwah dalam Islam ini. Semoga kita semua dapat
melaksanakan tugas dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar demi perkembangan Islam. Aamiin.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah berati ialah “mengajak umat manusia
dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul sebagaimana pendapat Drs.
Hamzah Yaqub

Dan setiap umat Islam Dikenai kewajiban berdakwah sebagaimana sebelumnya Allah memerintahkan
Dakwah kepada Nabi Muhammad yang pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah
kenabian. Namun karena ada dukungan langsung dari Alloh maka keberanian itu muncul. Dukungan dari
Alloh sebagai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam
menyampaikan risalah

Dalam QS. Ali Imron ayat 104, demikian nyatalah kewajiban seorang Untuk berdakwah yakni berda’wah
kepada kebaikan; da’wah kepada tauhidullah, dan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan adanya dakwah,
maka terdapatlah masyarakat yang sehat. Dan itulah tujuan hidup manusia, sebab manusia itu pada
hakekatnya tidaklah ada yang menyukai yang munkar dan menolak yang ma’ruf. Maka apabila amar
ma’ruf nahi munkar terhenti, itulah tanda bahwa masyarakat tadi mulai ditimpa penyakit. Kemenangan
dan kejayaan pergaulan hidup manusia ialah pada adanya kesadaran akan kebaikan dan ma’ruf dan
tolakan yang mutlak atas yang munkar.
Daftar Pustaka

Alquran dan Tafsirnya jilid 2, Departemen agama

Terjemah Tafsir Ibnu Katsir

Abdul Aziz, Qur’an Hadis (Semarang: CV.Wicakrana, 1994)

Mahmud,abdul halim.1995.dakwah fardiyyah.jakarta:gema insani pres

http://dyanz-kneights.blogspot.co.id/p/al-quran-surat-ali-imran-ayat-102-104.html

Anda mungkin juga menyukai