TUJUAN DAKWAH
Disusun Oleh:
Nama: Siti Suhadah
Nim: 2333111025
Kelas: A1
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur tidak henti-hentinya penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berkat anugerah-Nya penulis mampu menyusun makalah ini yang berjudul “Tujuan Dakwah”.
Berbagai nilai yang terdapat dalam islam begitu universal serta mewakili banyak
permasalahan kehidupan. Dan islam ada bertujuan untuk didakwahkan, alasannya karena
tujuan utama dakwah yaitu mengajak ke jalan yang benar.
Semakin berkembangnya zaman, berbagai nilai ajaran islam yang universal dan indah itu
sudah mulai ditolak dengan berbagai alasan. salah satunya yaitu faktor psikologis. Di mana
manusia di zaman globalisasi ini sudah semakin sulit untuk menerima materi yang sulit dikaji
oleh logika.
Islam merupakan satu-satunya ajaran agama yang hakekatnya adalah untuk keselamatan
umat manusia. Hal ini dibuktikan dalam konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai
rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada
umat Islam, sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup yang tepat untuk
dilaksanakan oleh segenap umat manusia.
Oleh karena itu aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang
dilakukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat
melakukan dakwah.
Begitu sempurnanya agama islam, karna semua telah diatur dan tersurat dalam Al quran dan
hadits. Perihal dakwah sudah tentu didasarkan pada al quran dan hadits dan rujukan rujukan
yang lain, karna itu perlunya kami untuk menjelaskan dasar dan tujuan dari dakwah itu
sendiri, guna terpahami hakikat dakwah bagi semua kalangan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terutama
menambah wawasan mengenai dakwah dalam islam.
Aamiin ya rabbal ‘alamin
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR
........................................................................................
2. DAFTAR ISI ...................................................................................................
3. BAB I PENDAHULUAN
...................................................................................
A. Latar Belakang Masalah
.....................................................................................
B. Rumusan
Masalah ..............................................................................................
C. Tujuan
Masalah ..................................................................................................
4. BAB II
PEMBAHASAN ....................................................................................
A. Definisi Dan Konsep Dasar Dakwah
...................................................................
B. Tujuan Dakwah Menurut Al-Qur’an dan
Hadist .................................................
C. Kategori Tujuan
Dakwah .....................................................................................
D. Metode Dakwah dalam Mencapai Tujuan
.........................................................
E. Tantangan Dalam Mencapai Tujuan Dakwah
.....................................................
F. Peran Masyarakat Dalam Mencapai Tujuan Dakwah
..........................................
G. Studi Kasus
.........................................................................................................
5. BAB III PENUTUP
..........................................................................................
A. Kesimpulan
........................................................................................................
B. Daftar
Pustaka ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dan konsep dasar dakwah?
2. Apa tujuan dakwah menurut Al-Qur’an dan Hadist?
3. Apa saja kategori tujuan dakwah?
4. Apa saja metode dakwah dalam mencapai tujuan?
5. Apa saja tantangan dalam mencapai tujuan dakwah?
6. Apa saja peran masyarakat dalam mencapai tujuan dakwah?
7. Apa saja studi kasus yang menjadi contohnya?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi dan konsep dasar dakwah
2. Mengetahui tujuan dakwah menurut Al-Qur’an dan Hadist
3. Mengetahui kategori tujuan dakwah
4. Mengetahui metode dakwah dalam mencapai tujuan
5. Mengetahui tantangan dalam mencapai tujuan dakwah
6. Mengetahui peran masyarakat dalam mencapai tujuan dakwah
7. Mengetahui studi kasus yang menjadi contohnya
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung”
Al-Qur’an merupakan pedoman utama pendakwah dalam melakukan aktivitas dakwah.
Secara umum, konsep dakwah menurut Al Qur’an adalah sebagai berikut:
1) Memberikan inspirasi bahwa tujuan dari dakwah adalah membentuk umatan
wasathon (umat yang adil dan baik) dengan cara tidak melakukan kekerasan, mudah
memaafkan, santun dalam ucapan, membalas dengan kebaikan jika dizholimi orang.
2) Adanya kaderisasi dakwah sebagai estafet dakwah Nabi Muhammad SAW, karena
dakwah Nabi sendiri sifatnya terbatas waktu dan ruang dan membutuhkan waktu
lebih banyak dan dalam kurun waktu yang lama dan tempat yang luas juga.
3) Al-Qur’an merupakan sumber rujukan pertama untuk pesan dakwah yang
disampaikan. Dalam Al Qur’an ada lima macam jenis dakwah, yaitu:
a) Tadzkir, yaitu mengingatkan orang yang lupa supaya kembali ke jalan yang benar,
b) Nadzir, yaitu memberi peringatan dengan memberi kebar yang menakutkan,
c) Basyir, yaitu memberi peringatan dengan memberi kabar yang menyenangkan,
d) Ishlah, yaitu mendamaikan kelompok atau dua orang yang sedang berselisih,
e) Nashihah, memberikan nasihat kepada seseorang baik diminta ataupun tidak.
Konsep dakwah juga terdapat pada Hadits. Salah satunya hadits riwayat Muslim, yaitu:
“Dari Abu Said al-Khudry ra berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda; siapa
diantara kamu yang melihat kemungkaran haruslah merubah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka dengan lisan, bila tidak mampu maka dengan hatinya (do’a) dan ini selemah-
lemahnya iman”
Hadist di atas menganjurkan kita untuk terus berdakwah dengan menyampaikan kebaikan
dan saling mengingatkan apabila menghadapi keburukan, baik dalam hal ibadah maupun
dalam berbagai aspek kehidupan. Implementasi dari penerapan jalan dakwah agar dakwah
dapat dilakukan secara efisien, maka dakwah dapat dilakukan dengan cara bertahap.
Dakwah juga dilakukan pada waktu yang tepat dan bersifat memudahkan serta dilakukan
tanpa adanya pemaksaan.5
Dakwah dalam buku ushul fiqh memiliki beberapa aturan dasar yang menjadi kode etik
dalam berdakwah. Terdapat aturan ‘Adam al-Ikrah fi ad-Din, dakwah harus menghargai
kebebabasan dan menghormat hak azazi individu.
‘Adam al-Harah maksudnya menghindari kesulitan. Daf’u adh-Dharar wa alMafasid, dakwah
dilakukan untuk menghindari kemadratan dan kerusakan. At-Tadarruj, dakwah dilakukan
secara bertahap dan berproses.
Al-Dhararu Yuzalu Syar’an, segala sesuatu yang bahaya menurut syara; harus dilenyapkan.
Al- Dhararu la Yazalu bi al-Dharari, segala sesuatu yang bahaya tidak boleh dilenyapkan
dengan bahaya yang sama. Yuhtamalu alDhararu al-Khash li Dhaf’i al-Dharar al-’Am, bahaya
yang bersifat khusus boleh dilakukan untuk mencegah bahaya yang bersifat umum.
Yurtakabu Akhoff al-Dharorain li Ittiqa’i Asyaddihima, yang lebih ringan dari dua bahaya
boleh dilakukan untuk menjaga dari yang lebih membahayakan.
Selanjutnya kode etik dakwah Daf’u al Madharri Muqaddamun ‘ala Jalb al-Manafi’ yaitu
menolak bahaya harus didahulukan daripada menarik manfaat. Al-Dharuratu Tubihu al-
Mahdhurat, keterpaksaan membolehkan melakukan hal-hal yang dilarang. Al-Dharuratu
Taqaddaru Biqadariha, keterpaksaan diukur dari tingkat keadaanya. Al-Masyaqqatu Tajlib al-
Taisir, kesulitan membawa kemudahan. Al-Haraju Syar’an Marfu’, kesulitan harus
dihilangkan menurut syara’ dan yang terakhir Al-Hajatu Tanzilu Manzilat al-Dharurati fi
Ibahat Mahdhurat yaitu boleh melakukan kebolehan-kebolehan dalam posisi keterpaksaan.
Jum’ah Amin juga merumuskan beberapa kaidah yang dapat digunakan sebagai konsep
dakwah, yaitu:
1) Al-Qudwah Qabla at-Ta’rif, yakni menjadi teladan sebelum berdakwah,
2) Al-Ta’lif Qabla al-Ta’rif, yakni mengikat hati sebelum mengenalkan,
3) Al-Ta’rif Qabla al-Taklif, yakni mengenalkan sebelum membebani,
4) Al- Ushul Qabla Al-Furu’, yakni perkara pokok sebelum perkara cabang,
5) Al Targhib Qabla al-Tahrib, yakni memberi harapan sebelum ancaman,
6) Al-Tafhim La al-Taqin, yakni memberi pemahaman bukan mendekte,
7) Al-Tarbiyah La al-Ta’riyah, yakni mendidik bukan menelanjangi,
8) Tilmidzun-Iman La tilmidzun Kitab, yakni muridnya guru bukan muridnya buku.
Dari macam-macam penjelasan konsep dakwah Islam menurut beberapa kaidah di atas,
secara umum konsep dakwah Islam adalah mengajak manusia untuk berbuat kebaika tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun dan dengan cara yang tidak menyulitkan.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"
Dalam pembahasan ayat ini, Allah Swt memuji orang-orang yang berdakwah dan
menjadikannya sebagai perkataan yang terbaik. Paling mulianya pekerjaan yang
dapat memenuhi hasrat hati dalam beriman adalah menyebarkan keimanan
kepada yang lainnya. Maka dari itu seorang Mukmin selalu berusaha dalam
kebaikan pada dirinya sendiri dan juga pada diri orang lain, karena segala
perilaku kebaikan akan kembali manfaatnya kepada dirinya sendiri, sebaliknya
segala perbuatan kejelekan akan menimpa pelakunya dan menimpa orang lain.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”
Surat Ali Imran ayat 104 secara umum membahas tentang perintah dakwah amar
ma’ruf nahi munkar bagi setiap Muslim. Memerintahkan perkara ma'ruf berarti
menyerukan segala hal yang berkaitan dengan ajaran Islam. Lalu, mencegah yang
munkar berarti mencegah segala perbuatan yang bertentangan dengan ajaran
Islam.
Mengutip buku Menjadi Pembela Islam oleh M.R Kurnia, melalui ayat tersebut,
Allah mewajibkan umat Muslim untuk memiliki teman yang senantiasa mengajak
kepada amar ma'ruf nahi munkar. Tidak lupa pula mengerjakan al-khair dan
menjauhi al-munkar seperti yang disebutkan di awal. Menurut para ulama, al-
khair adalah semua bentuk kebaikan yang dilakukan untuk mendapatkan ridha
Allah Swt dan menjauhkan diri dari murka-Nya. Sedangkan al-munkar adalah
semua bentuk perbuatan maksiat yang memiliki pengaruh negatif terhadap
orang lain, mencakup soal akidah, ibadah maupun mu’amalah.
3. QS. Saba’/34: 28
َيْع َلُم وَن اَل الَّناِس َأْكَثَر َو َٰل ِكَّن َو َنِذ يًرا َبِش يًرا ِللَّناِس َك اَّفًة ِإاَّل َأْر َس ْلَناَك َو َم ا
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.”
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada seluruh manusia.
Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang yang mempercayai dan
mengamalkan risalah yang dibawanya dan sekaligus pembawa peringatan kepada orang
yang mengingkari atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi Muhammad adalah nabi penutup,
tidak ada lagi nabi dan rasul diutus Allah sesudahnya. Dengan demikian, pastilah risalah yang
dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia sampai kiamat. Sebagai risalah yang terakhir,
maka di dalamnya tercantum peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan
baik untuk dijalankan di setiap tempat dan masa. Risalah yang dibawa Nabi Muhammad
bersumber dari Allah Yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui.
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah
yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur semuanya itu
dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan dengan baik dan harmonis.
Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah
yang mencakup seluruh umat manusia kalau peraturan dan syariat itu tidak mencakup
seluruh kepentingan manusia pada setiap masa. Dengan demikian, pastilah risalahnya itu
risalah yang baik untuk diterapkan kepada siapa dan umat yang mana pun di dunia ini.
Banyak ayat di dalam Al-Qur'an yang menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada
manusia seluruhnya.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Serulah (wahai rasul) oleh mu dan orang-orang yang mengikutimu kepada agama tuhanmu
dan jalanNya yang lurus dengan cara bijakasana yang telah Allah wahyukan kepadamu di
dalam al-qur’an dan -sunnah. Dan bicaralah kepada manusia dengan metode yang sesuai
dengan mereka, dan nasihati mereka dengan baik-baik yang akan mendorong mereka
menyukai kebaikan dan menjauhkan mereka dari keburukan.
Dan debatlah mereka dengan cara perdebatan yang terbaik, dengan halus dan lemah
lembut. sebab tidak ada kewajiban atas dirimu selain menyampaikan, Dan sungguh engkau
telah menyampaikan, adapun hidayah bagi mereka terserah kepada Allah semata. Dia lebih
tahu siapa saja yang sesat dari jalanNya dan Dia lebih tahu orang-orang yang akan
mendapatkan hidayah.
5. QS. Al-Baqarah/2: 44
َتْع ِقُلون َأَفاَل ۚ ٱْلِكَٰت َب َتْتُلوَن َو َأنُتْم َأنُفَس ُك ْم َو َتنَس ْو َن ِبٱْلِبِّر ٱلَّناَس َأَتْأُم ُروَن
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?”
Pada ayat ini menjelaskan teguran Allah kepada kaum Yahudi yang tidak mengimani Islam
yang merupakan keingkaran terhadap Taurat. Mereka dulunya mengimani Taurat, akan
tetapi kemudian mereka mengingkari Taurat. Isi dalam Taurat mewajibkan mereka untuk
beriman kepada Rasul yang baru. Mereka telah diberitakan tentang sifat-sifat Rasul Saw. Dan
diperintahkan untuk beriman kepadanya.
Kaum Yahudi telah diberikan kabar gembira dengan kedatangan Rasul yang baru. Mereka
menyebarkan berita ini dan memberitahukan bahwasanya mereka akan mengimaninya.
Akan tetapi, ketika datang Rasulullah Saw. tidak satu pun dari mereka beriman kepadanya,
karena mereka menginginkan kekuasaan dari kedatangan Rasul yang baru. Ketika Rasul
diutus dari kalangan bangsa Arab, mereka mengira bahwasanya kekuasaan dan kekuatan
dalam ekonomi mereka akan hilang. Maka dari itu mereka tidak beriman kepada Rasulullah
Saw.
Ayat ini juga menjelaskan kepada kita tentang metode dakwah. Seorang da’i yang mengajak
kepada kebaikan dan mencegah dari suatu kejelekan dan mengemban ketentuan Allah Swt
selalu berusaha mengubah keadaan seseorang dari kebatilan kepada kebenaran. Perkara ini
amatlah susah, maka dari da’i harus mengamalkan apa yang mereka katakan, agar mereka
dianggap jujur dalam menyampaikan dakwah. Sesungguhnya agama itu adalah perkataan
yang diucapkan dan sulûk (cara) yang dipraktikkan. Apabila keduanya terpisah maka
hilanglah dakwah tersebut.
6. QS. Yunus/10: 72
اْلُم ْس ِلِم يَن ِم َن َأُك وَن َأْن َو ُأِم ْر ُت ۖ ِهَّللا َع َلى ِإاَّل َأْج ِر َي ِإْن ۖ َأْج ٍر ِم ْن َس َأْلُتُك ْم َفَم ا َتَو َّلْيُتْم َفِإْن
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu.
Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk
golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)."
Apabila kalian berpaling dari dakwahku atau seruanku untuk menyembah Allah Swt,
ketahuilah bahwasanya aku tidak mengajakmu untuk menyembah aku, akan tetapi aku
mengajak kalian untuk menyembah tuhan yang ada di atasku dan atasmu, dan juga saya
tidak ingin merebut jabatan kalian yang hanya sementara, dan saya juga tidak ingin mencari
kemulian,karena kemulian adalah milik Allah Swt.
Allah Swt tidak membutuhkan kemulian dari kalian, karena kemulian itu adalah milik Allah
Swt. Kami hanya ingin menghalangimu dari kesombongan kalian, supaya kalian dapat hidup
dalam manhaj yang benar. Agar hidup kalian benar,dansemua ini demi kebaikan kalian.
Isu-isu Kontemper
Dalam menghadapi perubahan zaman dan perkembangan teknologi, dakwah Islam juga
menghadapi isu-isu kontemporer yang memerlukan perhatian khusus. Berikut adalah
beberapa isu kontemporer dalam konteks dakwah:
1. Teknologi dan Media Sosial:
Penggunaan teknologi dan media sosial memainkan peran besar dalam
menyebarkan pesan dakwah. Namun, isu ini juga melibatkan tantangan seperti
penyebaran informasi palsu, perdebatan online yang intens, dan kontrol terhadap
narasi Islam di media.
2. Multikulturalisme dan Pluralisme:
Dalam masyarakat yang semakin multikultural, pendakwah perlu memahami dan
menghormati keberagaman budaya dan agama. Mereka juga dihadapkan pada
tuntutan untuk menjelaskan konsep Islam secara inklusif dan membangun dialog
antaragama.
3. Isu Sosial Kontemporer:
Dakwah juga harus merespons isu-isu sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan,
ketidaksetaraan gender, dan masalah-masalah lain yang menjadi perhatian
masyarakat pada saat ini.
4. Pendidikan dan Literasi Agama:
Dengan meningkatnya literasi dan pengetahuan agama di kalangan umat Islam,
pendakwah perlu menyesuaikan pendekatan mereka agar relevan dengan tingkat
literasi dan pemahaman masyarakat.
5. Radikalisasi dan Ekstremisme:
Isu radikalisasi dan ekstremisme adalah tantangan serius bagi dakwah Islam.
Pendakwah perlu berfokus pada penyuluhan dan pencegahan agar masyarakat tidak
terpengaruh oleh paham-paham yang radikal.
6. Pembaharuan Pemikiran (Islah):
Masyarakat Islam menghadapi tuntutan untuk melakukan pembaharuan pemikiran
(islah) agar dapat merespons tantangan-tantangan kontemporer tanpa mengabaikan
nilai-nilai fundamental agama.
7. Pemberdayaan Perempuan:
Dakwah harus mempromosikan pemberdayaan perempuan dan memastikan bahwa
pesan-pesan Islam mendukung kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.
8. Krisis Kemanusiaan dan Bantuan Sosial:
Dalam situasi krisis dan konflik, pendakwah perlu terlibat dalam bantuan sosial dan
kemanusiaan serta mempromosikan nilai-nilai solidaritas dan kasih sayang.
9. Pembangunan Berkelanjutan:
Konsep pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan juga menjadi
perhatian dakwah kontemporer, mengingat pentingnya menjaga alam dan
mengelola sumber daya secara berkelanjutan.
10. Hak Asasi Manusia:
Mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam adalah aspek penting dalam dakwah kontemporer.
G. Studi Kasus
Contoh-contoh Keberhasilan dalam Mencapai Tujuan dalam Mencapai
Tujuan Dakwah
Terdapat beberapa contoh keberhasilan dalam mencapai tujuan dakwah yang dapat
diinspirasi dan dijadikan contoh bagi umat Muslim. Berikut adalah beberapa contoh:
1. Pendekatan Kreatif di Media Sosial:
Beberapa tokoh dan komunitas Islam telah sukses menggunakan media sosial
sebagai alat dakwah. Misalnya, melalui akun-akun Instagram, YouTube, atau
podcast, mereka menyampaikan pesan-pesan Islam dengan cara yang kreatif dan
menarik, menjangkau audiens yang lebih luas, terutama di kalangan generasi muda.
2. Pengembangan Program Pendidikan Agama yang Efektif:
Beberapa lembaga dan individu telah berhasil mengembangkan program pendidikan
agama yang efektif. Mereka menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
dan pemahaman masyarakat setempat, memberikan pelatihan kader dakwah, dan
melibatkan orang tua serta guru dalam mendukung pendidikan agama anak-anak.
3. Inisiatif Pemberdayaan Ekonomi:
Beberapa komunitas Islam telah berhasil meluncurkan inisiatif pemberdayaan
ekonomi, seperti koperasi atau program bantuan modal usaha kecil. Ini membantu
memerangi kemiskinan di komunitas tersebut dan menunjukkan bagaimana prinsip-
prinsip ekonomi Islam dapat diterapkan secara praktis.
4. Kerjasama Antaragama untuk Tujuan Kemanusiaan:
Ada banyak contoh kerjasama sukses antara komunitas Muslim dan non-Muslim
untuk mencapai tujuan kemanusiaan. Bersama-sama, mereka terlibat dalam proyek-
proyek kemanusiaan, seperti bantuan kesehatan, bantuan makanan, atau program-
program pembangunan yang memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas.
5. Program Dakwah di Lingkungan Pendidikan:
Di beberapa negara, program dakwah telah diintegrasikan dalam lingkungan
pendidikan formal. Ini mencakup pembelajaran agama Islam, kegiatan-kegiatan
keagamaan di sekolah, dan partisipasi aktif guru dan siswa dalam upaya dakwah di
masyarakat.
6. Keberhasilan dalam Membangun Toleransi Antaragama:
Beberapa tokoh dan komunitas Islam telah berhasil membangun toleransi dan dialog
antaragama. Ini mencakup keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan antaragama, dialog
lintas keyakinan, dan proyek-proyek bersama yang mempromosikan perdamaian dan
pemahaman saling.
7. Pengelolaan Media Islam:
Beberapa stasiun televisi dan radio Islam telah mencapai kesuksesan dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah. Mereka memproduksi program-program yang
menarik, informatif, dan mendidik, mencapai pemirsa yang luas dan
mempromosikan pemahaman Islam yang moderat.
8. Keberhasilan dalam Menangani Isu Sosial Kontemporer:
Beberapa komunitas Muslim telah berhasil mengatasi isu-isu sosial kontemporer,
seperti ketidaksetaraan gender, pengangguran, atau masalah-masalah kesehatan
mental. Mereka mengembangkan program-program khusus yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam untuk menangani tantangan-tantangan tersebut.
9. Partisipasi Aktif dalam Proyek Pembangunan Berkelanjutan:
Beberapa komunitas Islam terlibat secara aktif dalam proyek-proyek pembangunan
berkelanjutan, seperti energi terbarukan, pengelolaan air, atau keberlanjutan
lingkungan. Ini menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan
dalam Islam.
10. Keberhasilan dalam Mengatasi Stereotip Negatif:
Beberapa individu dan kelompok telah berhasil mengatasi stereotip negatif terhadap
Islam dan umat Muslim. Mereka melakukan ini dengan terlibat aktif dalam dialog
publik, kampanye edukasi, dan demonstrasi nilai-nilai positif Islam melalui tindakan
nyata.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Ringkasan Temuan
Tujuan berdakwah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menyampaikan Ajaran Islam:
Dakwah bertujuan untuk menyampaikan ajaran Islam secara jelas dan akurat kepada
orang-orang, termasuk prinsip-prinsip keyakinan, syariat, dan etika Islam.
2. Mengajak pada Kebaikan:
Tujuan dakwah adalah mengajak manusia untuk melakukan perbuatan baik,
menjauhi perbuatan buruk, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika Islam.
3. Meningkatkan Pemahaman Agama:
Dakwah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan umat Muslim
tentang agama Islam, baik melalui pendidikan formal maupun informal.
4. Mendekatkan Diri kepada Allah:
Melalui dakwah, umat Muslim diharapkan dapat mendekatkan diri kepada Allah,
meningkatkan keimanan, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Sang
Pencipta.
5. Mengembangkan Masyarakat yang Islami:
Tujuan dakwah mencakup upaya untuk mengembangkan masyarakat yang
berlandaskan nilai-nilai Islam, baik dalam hal keadilan, kesejahteraan sosial, maupun
toleransi antarindividu.
6. Mengatasi Tantangan dan Mispersepsi Terhadap Islam:
Dakwah juga bertujuan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh Islam dan
umat Muslim, serta menghilangkan mispersepsi dan stereotip negatif terhadap
agama ini.
7. Mempromosikan Toleransi dan Dialog Antaragama:
Tujuan dakwah mencakup mempromosikan toleransi, menghargai perbedaan, dan
membangun dialog positif antara umat Islam dan umat beragama lain.
8. Memberikan Solusi Terhadap Masalah Sosial:
Dakwah bertujuan memberikan solusi Islam terhadap masalah-masalah sosial yang
dihadapi oleh masyarakat, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan ketidaksetaraan.
9. Pemberdayaan Individu dan Komunitas:
Melalui dakwah, tujuan yang diinginkan adalah pemberdayaan individu dan
komunitas Muslim, baik dari segi pendidikan, ekonomi, maupun sosial.
10. Menyebarluaskan Keadilan dan Kemanusiaan:
Tujuan dakwah melibatkan upaya menyebarluaskan prinsip-prinsip keadilan dan
kemanusiaan dalam Islam, serta berpartisipasi dalam upaya kemanusiaan dan
bantuan sosial.