Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TUJUAN DAKWAH

Disusun Oleh:
Nama: Siti Suhadah
Nim: 2333111025
Kelas: A1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur tidak henti-hentinya penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berkat anugerah-Nya penulis mampu menyusun makalah ini yang berjudul “Tujuan Dakwah”.
Berbagai nilai yang terdapat dalam islam begitu universal serta mewakili banyak
permasalahan kehidupan. Dan islam ada bertujuan untuk didakwahkan, alasannya karena
tujuan utama dakwah yaitu mengajak ke jalan yang benar.
Semakin berkembangnya zaman, berbagai nilai ajaran islam yang universal dan indah itu
sudah mulai ditolak dengan berbagai alasan. salah satunya yaitu faktor psikologis. Di mana
manusia di zaman globalisasi ini sudah semakin sulit untuk menerima materi yang sulit dikaji
oleh logika.
Islam merupakan satu-satunya ajaran agama yang hakekatnya adalah untuk keselamatan
umat manusia. Hal ini dibuktikan dalam konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai
rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada
umat Islam, sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup yang tepat untuk
dilaksanakan oleh segenap umat manusia.
Oleh karena itu aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang
dilakukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat
melakukan dakwah.
Begitu sempurnanya agama islam, karna semua telah diatur dan tersurat dalam Al quran dan
hadits. Perihal dakwah sudah tentu didasarkan pada al quran dan hadits dan rujukan rujukan
yang lain, karna itu perlunya kami untuk menjelaskan dasar dan tujuan dari dakwah itu
sendiri, guna terpahami hakikat dakwah bagi semua kalangan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terutama
menambah wawasan mengenai dakwah dalam islam.
Aamiin ya rabbal ‘alamin
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR
........................................................................................
2. DAFTAR ISI ...................................................................................................
3. BAB I PENDAHULUAN
...................................................................................
A. Latar Belakang Masalah
.....................................................................................
B. Rumusan
Masalah ..............................................................................................
C. Tujuan
Masalah ..................................................................................................
4. BAB II
PEMBAHASAN ....................................................................................
A. Definisi Dan Konsep Dasar Dakwah
...................................................................
B. Tujuan Dakwah Menurut Al-Qur’an dan
Hadist .................................................
C. Kategori Tujuan
Dakwah .....................................................................................
D. Metode Dakwah dalam Mencapai Tujuan
.........................................................
E. Tantangan Dalam Mencapai Tujuan Dakwah
.....................................................
F. Peran Masyarakat Dalam Mencapai Tujuan Dakwah
..........................................
G. Studi Kasus
.........................................................................................................
5. BAB III PENUTUP
..........................................................................................
A. Kesimpulan
........................................................................................................
B. Daftar
Pustaka ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam merupakan satu-satunya ajaran agama yang hakekatnya adalah untuk keselamatam
manusia. Hal ini dibuktikan dalam konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai rahmatan
lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada umat islam,
sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup yang tepat untuk dilaksanakan oleh
seganap umat manusia.
Berbicara tentang dakwah, kita sebagai umat muslim diharuskan memahami esensi dari
makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk
memberikan solusi islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan, Inilah yang membuat
kegiatan atau aktivitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai
rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai islam. Oleh karena itu aktivitas dakwah
memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang per orang
dengan kemampuan minimal siapa saja yang dapat melakukan dakwah.
Begitu sempurnanya agama islam, karena semua telah diatur dan tersurat dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Perihal dakwah sudah tentu didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits dan rujukan-
rujukan yang lain, karena itu perlunya kami untuk menjelaskan dasar dan tujuan dari dakwah
itu sendiri, guna terpahami hakikat dakwah bagi semua kalangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dan konsep dasar dakwah?
2. Apa tujuan dakwah menurut Al-Qur’an dan Hadist?
3. Apa saja kategori tujuan dakwah?
4. Apa saja metode dakwah dalam mencapai tujuan?
5. Apa saja tantangan dalam mencapai tujuan dakwah?
6. Apa saja peran masyarakat dalam mencapai tujuan dakwah?
7. Apa saja studi kasus yang menjadi contohnya?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi dan konsep dasar dakwah
2. Mengetahui tujuan dakwah menurut Al-Qur’an dan Hadist
3. Mengetahui kategori tujuan dakwah
4. Mengetahui metode dakwah dalam mencapai tujuan
5. Mengetahui tantangan dalam mencapai tujuan dakwah
6. Mengetahui peran masyarakat dalam mencapai tujuan dakwah
7. Mengetahui studi kasus yang menjadi contohnya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Konsep Dasar Dakwah


 Pengertian Dakwah
Kata dakwah adalah kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kata dakwah
merupakan suatu istilah dari kata masdar bentuk menjadi yaitu Arab bahasa kerja yang
berarti menyeru, memanggil, mengajar, menjamu (H. Mahmud Junus, 1973: 127).
Sedangkan pengertian dakwah secara istilah ada beberapa pendapat yang berbeda yang
telah banyak didefinisikan oleh para ahli yang mendalami masalah dakwah. Namun antara
definisi yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Beberapa contoh definisi dakwah
yang penulis kemukakan di sini adalah:
1) Shalahuddin Sanusi
”Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif menjadi keadaan yang
positif, memperjuangkan yang ma’ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak
atas yang batil’’.
2) H. Timur Djaelani, M.A.
’’Dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk berbuat baik dan menjauhi yang
buruk sebagai pangkal tolak kekuatan mengubah masyarakat dan keadaan yang
kurang baik kepada keadaan yang lebih baik sehingga merupakan suatu pembinaan”
(Rachmat Imampuro, 4).
3) Prof. H.M. Thoha Yahya Omar
’’Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.’’
4) Prof. A. Hasymi
’’Dakwah islamiah yaitu mengajak orang untuk menyakini dan mengamalkan aqidah
dan syariah islamiah yang terdahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah
sendiri.’’
5) Dr. Abdul Karim Zaidan
’’Dakwah ialah panggilan ke jalan Allah.’’ Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak
dan menyeru manusia kepada Islam, agar manusia memperoleh jalan hidup yang
baik, diridhoi oleh Allah sehingga hidup dan kehidupannya selama berada di dunia
dan akhirat kelak, karena hakikat dari pada kehidupan dunia adalah penghantar
untuk kehidupan akhirat yang abadi.
Selain pandangan tersebut di atas, masih terdapat definisi lain yang dikemukakan oleh para
ahli. Zafry Zamzam menterjemahkan dengan: "Panggilan, ajakan, atau seruan ke arah tujuan
tertentu "(Zafry Zamzam, 1963: 3). Mahmud Yunus menterjemahkan kata dakwah dengan:
"menyeru, mengajak, menghasung, menganjurkan dan memanggil" (H.Mahmud
Yunus,1986: 5).
Sedangkan Toha yahya Umar, di samping menterjemahkan dengan kata "ajakan, seruan,
panggilan, undangan", juga menjelaskan bahwa kata yang hampir sama dengan dakwah
ialah penerangan, pendidikan, pengajaran, indoktrinasi dan propaganda (Toha Yahya, 1967:
1) Sedangkan menurut ahli bahasa, maka kata dakwah diambil dan perkataan: ( ‫)الدعاءالي شئ‬
yang artinya: menyeru/mengajak kepada sesuatu (Salahuddin Sanusi, 1964: 1).
Dakwah dalam pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ayatayat al-Qur’an antara lain
Qur’an surat Yunus ayat 25 dan al-Baqarah ayat 221. Sedangkan orang yang melakukan
seruan atau ajakan tersebut disebut da'i (isim fa'il) artinya orang yang menyeru. Tetapi
karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses
penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal juga dengan
istilah muballigh.
Dengan demikian secara etimologi pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu
proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan
tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara lain:
pendapat Syekh Ali Makhfuz dalam kitabnya Hidayat al-Mursyidin bahwa dakwah
mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka
berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akherat (Syekh Ali Makhfuz, 1970: 17).
Sementara Muhammad Natsir menegaskan dakwah adalah usaha menyeru dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan
tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar makruf nahi munkar, dengan berbagai
macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam
pri kehidupan perseorangan, rumah tanggam (usrah) bermasyarakat dan bernegara
(Muhammad Natsir, 1971: 7).
Sedangkan Thoha Yahya Umar mendefinisikan dakwah yaknimengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat (Thoha Yahya Umar, 1981: 1).
Dari uraian pengertian dakwah di atas, baik secara lughawi atau etimologi maupun secara
istilah atau terminologi, maka dakwah adalah suatu usaha dalam rangka proses islamisasi
manusia agar taat dan tetap mentaati ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat kelak. Dakwah adalah suatu istilah yangkhusus yang dipergunakan di
dalam agama Islam (Aminuddin Sanwar, 1985: 3).
Dengan demikian dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan seorang
Muslim, di mana intinya berada pada ajakan dorongan (motivasi, rangsangan serta
bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran
demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya. Jadi berbeda (bertolak
belakang) dengan propaganda.
Di sisi lain, agama Islam sebagai suatu ajaran tidaklah berarti manakala ia tidak diwujudkan
dalam action amaliah. Ini merupakan aspek konsekuensial dari keberadaan Islam yang
bukan semata-mata menyoroti satu sisi saja dari kehidupan manusia, melainkan menyoroti
semua persoalan hidup manusia secara total dan universal.

 Konsep Penting dalam Dakwah


Konsep secara etimologi artinya rancangan atau ide yang digunakan pikiran untuk
memahami segala sesuatu. Sedangkan menurut Muin Salim, konsep merupakan ide pokok
yang mendasari satu gagasan atau ide umum.
Kata dakwah apabila diterjemahkan dari Bahasa Arab, da’wah terdiri dari tiga huruf asal,
yaitu dal, ‘ain dan wawu. Dari ketiga huruf ini terbentuk beberapa kata dengan beberapa arti
yaitu memanggil, mengundang, meminta tolong, memohon, menamakan, menyuruh
datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, mengisi dan meratapi
(Ahmad Warson Munawir, 1997:406). Abu Bakar Zakariya mendefinsikan dakwah adalah
usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk
memberikan pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan.
Hasan al Banna mengatakan “Nahnu Du’at qabla kulli syai”, kita adalah juru dakwah sebelum
kita menjabat sebagai profesi apapun. Apapun profesi yang dilakukan ataupun segala
tindakan yang dilakukan adalah dakwah jika berdasarkan pada kebaikan. Profesi hanya
perantara. Kita sebagai pelaksana tindakan tersebut adalah juru dakwah. Profesi apapun
mengkritik dan membenarkan hal apapun yang salah bukan hanya hak, melainkan kewajiban
setiap orang.
Islam disebarkan melalui jalan dakwah, tidak disebarkan dengan jalan pemaksaan atau
kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam disebarkan dengan jalan damai. Sebagaimana
tercantum dalam surat Ali Imran ayat 104 yaitu:
‫ٰۤل‬
‫اْلُم ْفِلُحْو َنُهُمَو ُاو ِٕىَۗك اْلُم ْنَك ِرَع ِنَو َيْنَهْو َنِباْلَم ْع ُرْو ِفَو َيْأُم ُرْو َناْلَخْيِر ِاَلىَّيْدُع ْو َنُاَّم ٌة ِّم ْنُك ْم َو ْلَتُك ْن‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung”
Al-Qur’an merupakan pedoman utama pendakwah dalam melakukan aktivitas dakwah.
Secara umum, konsep dakwah menurut Al Qur’an adalah sebagai berikut:
1) Memberikan inspirasi bahwa tujuan dari dakwah adalah membentuk umatan
wasathon (umat yang adil dan baik) dengan cara tidak melakukan kekerasan, mudah
memaafkan, santun dalam ucapan, membalas dengan kebaikan jika dizholimi orang.
2) Adanya kaderisasi dakwah sebagai estafet dakwah Nabi Muhammad SAW, karena
dakwah Nabi sendiri sifatnya terbatas waktu dan ruang dan membutuhkan waktu
lebih banyak dan dalam kurun waktu yang lama dan tempat yang luas juga.
3) Al-Qur’an merupakan sumber rujukan pertama untuk pesan dakwah yang
disampaikan. Dalam Al Qur’an ada lima macam jenis dakwah, yaitu:
a) Tadzkir, yaitu mengingatkan orang yang lupa supaya kembali ke jalan yang benar,
b) Nadzir, yaitu memberi peringatan dengan memberi kebar yang menakutkan,
c) Basyir, yaitu memberi peringatan dengan memberi kabar yang menyenangkan,
d) Ishlah, yaitu mendamaikan kelompok atau dua orang yang sedang berselisih,
e) Nashihah, memberikan nasihat kepada seseorang baik diminta ataupun tidak.
Konsep dakwah juga terdapat pada Hadits. Salah satunya hadits riwayat Muslim, yaitu:
“Dari Abu Said al-Khudry ra berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda; siapa
diantara kamu yang melihat kemungkaran haruslah merubah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka dengan lisan, bila tidak mampu maka dengan hatinya (do’a) dan ini selemah-
lemahnya iman”
Hadist di atas menganjurkan kita untuk terus berdakwah dengan menyampaikan kebaikan
dan saling mengingatkan apabila menghadapi keburukan, baik dalam hal ibadah maupun
dalam berbagai aspek kehidupan. Implementasi dari penerapan jalan dakwah agar dakwah
dapat dilakukan secara efisien, maka dakwah dapat dilakukan dengan cara bertahap.
Dakwah juga dilakukan pada waktu yang tepat dan bersifat memudahkan serta dilakukan
tanpa adanya pemaksaan.5
Dakwah dalam buku ushul fiqh memiliki beberapa aturan dasar yang menjadi kode etik
dalam berdakwah. Terdapat aturan ‘Adam al-Ikrah fi ad-Din, dakwah harus menghargai
kebebabasan dan menghormat hak azazi individu.
‘Adam al-Harah maksudnya menghindari kesulitan. Daf’u adh-Dharar wa alMafasid, dakwah
dilakukan untuk menghindari kemadratan dan kerusakan. At-Tadarruj, dakwah dilakukan
secara bertahap dan berproses.
Al-Dhararu Yuzalu Syar’an, segala sesuatu yang bahaya menurut syara; harus dilenyapkan.
Al- Dhararu la Yazalu bi al-Dharari, segala sesuatu yang bahaya tidak boleh dilenyapkan
dengan bahaya yang sama. Yuhtamalu alDhararu al-Khash li Dhaf’i al-Dharar al-’Am, bahaya
yang bersifat khusus boleh dilakukan untuk mencegah bahaya yang bersifat umum.
Yurtakabu Akhoff al-Dharorain li Ittiqa’i Asyaddihima, yang lebih ringan dari dua bahaya
boleh dilakukan untuk menjaga dari yang lebih membahayakan.
Selanjutnya kode etik dakwah Daf’u al Madharri Muqaddamun ‘ala Jalb al-Manafi’ yaitu
menolak bahaya harus didahulukan daripada menarik manfaat. Al-Dharuratu Tubihu al-
Mahdhurat, keterpaksaan membolehkan melakukan hal-hal yang dilarang. Al-Dharuratu
Taqaddaru Biqadariha, keterpaksaan diukur dari tingkat keadaanya. Al-Masyaqqatu Tajlib al-
Taisir, kesulitan membawa kemudahan. Al-Haraju Syar’an Marfu’, kesulitan harus
dihilangkan menurut syara’ dan yang terakhir Al-Hajatu Tanzilu Manzilat al-Dharurati fi
Ibahat Mahdhurat yaitu boleh melakukan kebolehan-kebolehan dalam posisi keterpaksaan.
Jum’ah Amin juga merumuskan beberapa kaidah yang dapat digunakan sebagai konsep
dakwah, yaitu:
1) Al-Qudwah Qabla at-Ta’rif, yakni menjadi teladan sebelum berdakwah,
2) Al-Ta’lif Qabla al-Ta’rif, yakni mengikat hati sebelum mengenalkan,
3) Al-Ta’rif Qabla al-Taklif, yakni mengenalkan sebelum membebani,
4) Al- Ushul Qabla Al-Furu’, yakni perkara pokok sebelum perkara cabang,
5) Al Targhib Qabla al-Tahrib, yakni memberi harapan sebelum ancaman,
6) Al-Tafhim La al-Taqin, yakni memberi pemahaman bukan mendekte,
7) Al-Tarbiyah La al-Ta’riyah, yakni mendidik bukan menelanjangi,
8) Tilmidzun-Iman La tilmidzun Kitab, yakni muridnya guru bukan muridnya buku.
Dari macam-macam penjelasan konsep dakwah Islam menurut beberapa kaidah di atas,
secara umum konsep dakwah Islam adalah mengajak manusia untuk berbuat kebaika tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun dan dengan cara yang tidak menyulitkan.

 Peran Dakwah dalam Ajaran Islam


Dakwah memiliki arti yang mendalam dan tujuan yang mulia. Dalam Islam, dakwah memiliki
peran yang sangat penting sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan agama dan
nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat. Memahami arti, makna dan tujuan dakwah adalah
langkah awal dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang muslim yang
berkontribusi dalam menyebarkan kebenaran.

B. Tujuan Dakwah Menurut Al-Qur’an dan Hadist


 Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Dakwah
1. QS. Fushshilat/41: 33
‫اْلُم ْسِلِم يَن ِم َن ِإ َّن ِن ي َو َق ا َل َص ا ِل ًح ا َو َع ِم َل ال َّل ِه ِإ َل ى َد َع ا ِم َّم ْن َق ْو اًل َأ ْح َس ُن َو َم ْن‬

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"
Dalam pembahasan ayat ini, Allah Swt memuji orang-orang yang berdakwah dan
menjadikannya sebagai perkataan yang terbaik. Paling mulianya pekerjaan yang
dapat memenuhi hasrat hati dalam beriman adalah menyebarkan keimanan
kepada yang lainnya. Maka dari itu seorang Mukmin selalu berusaha dalam
kebaikan pada dirinya sendiri dan juga pada diri orang lain, karena segala
perilaku kebaikan akan kembali manfaatnya kepada dirinya sendiri, sebaliknya
segala perbuatan kejelekan akan menimpa pelakunya dan menimpa orang lain.

2. QS. Ali Imran/3: 104


‫ٰۤل‬
‫ا ْل ُم ْف ِل ُح ْو َن ُه ُم َو ُا و ِٕى َك ا ْل ُم ْن َك ِۗر َع ِن َو َي ْن َه ْو َن ِب ا ْل َم ْع ُر ْو ِف َو َي ْأ ُم ُر ْو َن ا ْل َخ ْي ِر ِا َل ى َّي ْد ُع ْو َن ُا َّم ٌة ِّم ْنُك ْم َو ْل َت ُك ْن‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”
Surat Ali Imran ayat 104 secara umum membahas tentang perintah dakwah amar
ma’ruf nahi munkar bagi setiap Muslim. Memerintahkan perkara ma'ruf berarti
menyerukan segala hal yang berkaitan dengan ajaran Islam. Lalu, mencegah yang
munkar berarti mencegah segala perbuatan yang bertentangan dengan ajaran
Islam.
Mengutip buku Menjadi Pembela Islam oleh M.R Kurnia, melalui ayat tersebut,
Allah mewajibkan umat Muslim untuk memiliki teman yang senantiasa mengajak
kepada amar ma'ruf nahi munkar. Tidak lupa pula mengerjakan al-khair dan
menjauhi al-munkar seperti yang disebutkan di awal. Menurut para ulama, al-
khair adalah semua bentuk kebaikan yang dilakukan untuk mendapatkan ridha
Allah Swt dan menjauhkan diri dari murka-Nya. Sedangkan al-munkar adalah
semua bentuk perbuatan maksiat yang memiliki pengaruh negatif terhadap
orang lain, mencakup soal akidah, ibadah maupun mu’amalah.

3. QS. Saba’/34: 28
‫َيْع َلُم وَن اَل الَّناِس َأْكَثَر َو َٰل ِكَّن َو َنِذ يًرا َبِش يًرا ِللَّناِس َك اَّفًة ِإاَّل َأْر َس ْلَناَك َو َم ا‬
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.”
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada seluruh manusia.
Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang yang mempercayai dan
mengamalkan risalah yang dibawanya dan sekaligus pembawa peringatan kepada orang
yang mengingkari atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi Muhammad adalah nabi penutup,
tidak ada lagi nabi dan rasul diutus Allah sesudahnya. Dengan demikian, pastilah risalah yang
dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia sampai kiamat. Sebagai risalah yang terakhir,
maka di dalamnya tercantum peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan
baik untuk dijalankan di setiap tempat dan masa. Risalah yang dibawa Nabi Muhammad
bersumber dari Allah Yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui.
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah
yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur semuanya itu
dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan dengan baik dan harmonis.
Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah
yang mencakup seluruh umat manusia kalau peraturan dan syariat itu tidak mencakup
seluruh kepentingan manusia pada setiap masa. Dengan demikian, pastilah risalahnya itu
risalah yang baik untuk diterapkan kepada siapa dan umat yang mana pun di dunia ini.
Banyak ayat di dalam Al-Qur'an yang menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada
manusia seluruhnya.

4. QS. An-Nahl/16: 125


‫ِباْلُم ْهَتِد ْيَن َاْعَلُم َو ُهَو َس ِبْيِلٖه َع ْن َض َّل ِبَم ْن َاْعَلُم ُهَو َر َّبَك ِاَّن َاْح َس ُۗن ِهَي ِباَّلِتْي ِد ْلُهْم َو َج ا اْلَح َس َنِة ِع َظِة َو اْلَم ْو ِباْلِح ْك َم ِة َر ِّبَك َس ِبْيِل ِاٰل ى ُاْدُع‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Serulah (wahai rasul) oleh mu dan orang-orang yang mengikutimu kepada agama tuhanmu
dan jalanNya yang lurus dengan cara bijakasana yang telah Allah wahyukan kepadamu di
dalam al-qur’an dan -sunnah. Dan bicaralah kepada manusia dengan metode yang sesuai
dengan mereka, dan nasihati mereka dengan baik-baik yang akan mendorong mereka
menyukai kebaikan dan menjauhkan mereka dari keburukan.
Dan debatlah mereka dengan cara perdebatan yang terbaik, dengan halus dan lemah
lembut. sebab tidak ada kewajiban atas dirimu selain menyampaikan, Dan sungguh engkau
telah menyampaikan, adapun hidayah bagi mereka terserah kepada Allah semata. Dia lebih
tahu siapa saja yang sesat dari jalanNya dan Dia lebih tahu orang-orang yang akan
mendapatkan hidayah.

5. QS. Al-Baqarah/2: 44
‫َتْع ِقُلون َأَفاَل ۚ ٱْلِكَٰت َب َتْتُلوَن َو َأنُتْم َأنُفَس ُك ْم َو َتنَس ْو َن ِبٱْلِبِّر ٱلَّناَس َأَتْأُم ُروَن‬
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?”
Pada ayat ini menjelaskan teguran Allah kepada kaum Yahudi yang tidak mengimani Islam
yang merupakan keingkaran terhadap Taurat. Mereka dulunya mengimani Taurat, akan
tetapi kemudian mereka mengingkari Taurat. Isi dalam Taurat mewajibkan mereka untuk
beriman kepada Rasul yang baru. Mereka telah diberitakan tentang sifat-sifat Rasul Saw. Dan
diperintahkan untuk beriman kepadanya.
Kaum Yahudi telah diberikan kabar gembira dengan kedatangan Rasul yang baru. Mereka
menyebarkan berita ini dan memberitahukan bahwasanya mereka akan mengimaninya.
Akan tetapi, ketika datang Rasulullah Saw. tidak satu pun dari mereka beriman kepadanya,
karena mereka menginginkan kekuasaan dari kedatangan Rasul yang baru. Ketika Rasul
diutus dari kalangan bangsa Arab, mereka mengira bahwasanya kekuasaan dan kekuatan
dalam ekonomi mereka akan hilang. Maka dari itu mereka tidak beriman kepada Rasulullah
Saw.
Ayat ini juga menjelaskan kepada kita tentang metode dakwah. Seorang da’i yang mengajak
kepada kebaikan dan mencegah dari suatu kejelekan dan mengemban ketentuan Allah Swt
selalu berusaha mengubah keadaan seseorang dari kebatilan kepada kebenaran. Perkara ini
amatlah susah, maka dari da’i harus mengamalkan apa yang mereka katakan, agar mereka
dianggap jujur dalam menyampaikan dakwah. Sesungguhnya agama itu adalah perkataan
yang diucapkan dan sulûk (cara) yang dipraktikkan. Apabila keduanya terpisah maka
hilanglah dakwah tersebut.

6. QS. Yunus/10: 72
‫اْلُم ْس ِلِم يَن ِم َن َأُك وَن َأْن َو ُأِم ْر ُت ۖ ِهَّللا َع َلى ِإاَّل َأْج ِر َي ِإْن ۖ َأْج ٍر ِم ْن َس َأْلُتُك ْم َفَم ا َتَو َّلْيُتْم َفِإْن‬

“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu.
Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk
golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)."
Apabila kalian berpaling dari dakwahku atau seruanku untuk menyembah Allah Swt,
ketahuilah bahwasanya aku tidak mengajakmu untuk menyembah aku, akan tetapi aku
mengajak kalian untuk menyembah tuhan yang ada di atasku dan atasmu, dan juga saya
tidak ingin merebut jabatan kalian yang hanya sementara, dan saya juga tidak ingin mencari
kemulian,karena kemulian adalah milik Allah Swt.
Allah Swt tidak membutuhkan kemulian dari kalian, karena kemulian itu adalah milik Allah
Swt. Kami hanya ingin menghalangimu dari kesombongan kalian, supaya kalian dapat hidup
dalam manhaj yang benar. Agar hidup kalian benar,dansemua ini demi kebaikan kalian.

 Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW tentang Dakwah


1. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Sampaikanlah
dariku, walaupun hanya satu ayat”(HR. Bukhari-Muslim).
2. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga menyampaikan, “Lakukanlah dakwah kepada
orang- orang yang ada di hadapanmu, dan tinggalkanlah orang-orang yang ada di
belakangmu”(HR. Bukhari-Muslim).
3. Hadits tentang dakwah juga mencakup nasihat Rasulullah SAW keada umatnya.
Rasulullah bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat, berikanlah kabar
gembira dan jangan mempersulit, dan hidupkanlah islam walau hanya dengan air
mata”(HR. Ahmad).
4. Dalam sebuah hadits, Raulullah SAW bersabda, “Orang yang menyampaikan dakwah
Islam sama seperti seorang yang berperang di jalan Allah”(HR. Abu Dawud).
5. Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW menyampaikan pesan kepada umatnya, “Barang
siapa yang membimbing kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang
yang melakukannya”(HR. Muslim).
6. Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”(HR. Bukhari).
7. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
Allah ingin memanfaatkan hamba-Nya, maka Dia memberikan petunjuk kepadanya
untuk berdakwah”(HR.Tirmidzi).
8. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyampaikan, “Sebaik-baik manusia adalah
yang paling banyak memberikan manfaat kepada manusia lainnya”(HR. Ibnu Majah).
9. Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW menyampaikan, ‘Setiap nabi diberikan wahyu
sesuai dengan kemampuan akalnya dan akal umatnya. Maka, seandainya saya masih
hidup niscaya saya akan bantu kamu dalan dakwah”(HR. Bukhari).

 Kaitan Tujuan Dakwah dengan Kehidupan Umat Muslim


1. Mengajak manusia untuk mengenal dan memperoleh kebahagiaan sejati di dunia dan
akhirat dengan mengajak manusia kepada tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah
SWT.
2. Membimbing manusia agar mengenal dan memahami ajaran islam dengan benar dan
menghindari cara pandang atau pemahaman yang kurang tepat mengenai islam dan
prinsip ketauhidan.
3. Mendorong manusia untuk beramal shaleh dan menjauhi perbuatan maksiat dengan
mengerjakan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, keadilan, dan toleransi.
4. Menegakkan nilai-nilai Islam di masyarakat, termasuk nilai-nilai sosial, moral, dan etika
yang mencakup hubungan dengan Allah SWT, hubungan dengan sesama manusia, dan
hubungan dengan alam.
5. Membangun umat Islam yang kuat dan mandiri melalui penguatan iman,
pengembangan kemampuan intelektual, dan peningkatan kualitas kehidupan sosial dan
ekonomi.

C. Kategori Tujuan Dakwah


 Dakwah Ilalllah (Dakwah Kepada Allah)
"Dakwah ilallah" adalah konsep dalam Islam yang mengacu pada usaha untuk
menyampaikan ajaran Islam dan mengajak orang untuk mengakui keesaan Allah (Tauhid)
dan mengabdi hanya kepada-Nya. Frasa ini dapat diterjemahkan sebagai "Dakwah kepada
Allah" atau "Dakwah untuk Allah." Dakwah ilallah menempatkan fokus utama pada tauhid,
yaitu keyakinan akankeesaan Allah. Dakwah ini mencakup upaya untuk menjelaskan dan
mengajarkan konsep-konsep dasar Islam, serta mengajak orang untuk meninggalkan
penyembahan selain Allah dan mengabdikan diri hanya kepada-Nya.
Proses dakwah ilallah melibatkan berbagai metode komunikasi dan pendekatan, seperti
memberikan ceramah, menulis, berdiskusi, dan berbagai kegiatan edukatif lainnya.
Tujuannya adalah membawa pemahaman yang lebih baik tentang Islam kepada orang lain
dan mengajakmereka untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dakwah ilallah tidak hanya terbatas pada umat Islam yang berdakwah kepada non-Muslim,
tetapi juga dapat mencakup pengingkaran terhadap praktek-praktek atau keyakinan yang
bertentangan dengan ajaran Islam dalam masyarakat Muslim itu sendiri. Penting untuk
mencapai tujuan dakwah ini dengan penuh rasa hormat, kebijaksanaan, dan kesabaran.
Secara keseluruhan, dakwah ilallah adalah bagian integral dari tugas umat Islam untuk
menyebarkan dan memahamkan nilai-nilai tauhid serta ajaran-ajaran Islam kepada orang
lain.

 Dakwah Ila As-Sabilillah (Dakwah Pada Jalan Allah)


"Dakwah ila as-sabilillah" adalah frasa dalam bahasa Arab yang dapat diterjemahkan sebagai
"Dakwah menuju jalan Allah." Istilah ini memiliki makna yang serupa dengan "dakwah fi
sabilillah," yaitu upaya atau usaha untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain atau
memperbaiki masyarakat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam konteks dakwah ila as-
sabilillah, kata "ila" dapat diartikan sebagai "menuju" atau "ke arah." Jadi, frasa ini
menekankan orientasi atau arah upaya dakwah, yakni menuju jalan Allah. Dakwah ini
melibatkan usaha untuk membimbing orang lain agar mendekatkan diri kepada Allah,
mengenal ajaran Islam, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya dakwah fi sabilillah, dakwah ila as-sabilillah dilakukan dengan tujuan
membawa manfaat dan kebaikan bagi individu dan masyarakat secara umum. Pendekatan
dakwah ini harus dilakukan dengan kebijaksanaan, rasa hormat, dan kesabaran, dan tidak
melibatkan unsur kekerasan atau pemaksaan. Dengan kata lain, dakwah ila as-sabilillah
mencerminkan komitmen umat Islam untuk berbagi pengetahuan dan pemahaman tentang
Islam dengan niat tulus untuk membimbing orang lain menuju kebenaran dan kebaikan yang
terdapat dalam ajaran agama mereka.

 Dakwah Fi Sabilillah (Dakwah Untuk Jalan Allah)


"Dakwah fi sabilillah" adalah frase dalam bahasa Arab yang dapat diterjemahkan sebagai
"Dakwah untuk jalan Allah" atau "Dakwah untuk kepentingan Allah." Dakwah itu sendiri
merujuk pada usaha atau upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain atau
untuk memperbaiki masyarakat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tujuan utama dari dakwah fi
sabilillah adalah menyebarkan pesan agama Islam dan mengajak orang untuk memahami,
menerima, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dakwah ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti memberikan ceramah, menulis
buku atau artikel, menggunakan media sosial, serta mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Dakwah fi sabilillah dilihat sebagai bentuk ibadah dan tugas bagi
umat Islam untuk menyebarkan kebenaran Islam kepada orang lain. Proses dakwah ini
dapat dilakukan dengan cara yang santun, penuh hikmah, dan kesabaran, tanpa
menggunakan kekerasan atau tekanan. Dalam Islam, konsep dakwah fi sabilillah mewakili
komitmen untuk membagikan ajaran agama dengan tujuan membawa manfaat dan
kebaikan bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.

D. Metode Dakwah dalam Mencapai Tujuan


 Dakwah Bil Lisan (Dakwah dengan Ucapan)
Dakwah bil lisan merujuk pada upaya menyampaikan ajaran Islam melalui kata-kata dan
komunikasi lisan. Ini melibatkan berbicara, memberikan ceramah, diskusi, dan interaksi
langsung dengan orang lain untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dan memperkuat
pemahaman agama.
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam dakwah bil lisan:
1. Kemampuan Komunikasi:
Memiliki kemampuan komunikasi yang baik sangat penting dalam dakwah bil lisan.
Ini melibatkan kejelasan, kejujuran, dan kemampuan berbicara dengan cara yang
dapat dimengerti oleh pendengar.
2. Pengetahuan Agama:
Seorang dai atau pendakwah harus memiliki pengetahuan yang kuat tentang ajaran
Islam. Ini mencakup pemahaman mendalam terhadap Al-Qur'an, Hadis, sejarah
Islam, dan prinsip-prinsip agama.
3. Adab dan Akhlak:
Pemimpin dakwah harus menunjukkan akhlak dan adab Islam dalam setiap interaksi.
Etika yang baik memainkan peran penting dalam membangun citra positif Islam dan
mendukung keberhasilan dakwah.
4. Keterbukaan dan Kehangatan:
Menjadi terbuka terhadap pertanyaan dan pemikiran orang lain serta menunjukkan
kehangatan dalam berinteraksi dapat membantu memenangkan hati pendengar.
5. Fleksibilitas dan Penyesuaian:
Setiap audiens memiliki latar belakang dan pemahaman yang berbeda. Seorang
pendakwah perlu fleksibel dalam menyampaikan pesan agar sesuai dengan
pemahaman dan situasi audiens.
6. Pembinaan Hubungan:
Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat lokal dan mengenal kebutuhan
serta kekhawatiran mereka dapat membantu pendakwah memahami cara terbaik
untuk menyampaikan pesan Islam.
7. Pendekatan Positif:
Menggunakan pendekatan positif dan inspiratif dalam menyampaikan pesan dakwah
dapat memberikan dampak yang lebih besar daripada pendekatan yang bersifat
negatif atau menghakimi.
8. Penerapan Nilai-Nilai Islam:
Menunjukkan nilai-nilai Islam dalam tindakan sehari-hari juga merupakan bagian dari
dakwah bil lisan. Tindakan nyata dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
9. Inovasi dalam Dakwah:
Memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menyampaikan pesan dakwah
secara efektif merupakan bentuk inovasi dalam era modern ini.
10. Pemantapan Diri:
Pemantapan diri secara spiritual dan peningkatan pengetahuan terus-menerus
diperlukan agar dakwah yang disampaikan dapat memiliki dampak yang positif.

 Dakwah Bil Hal (Dakwah dengan Perilaku)


"Dakwah bil Hal" merujuk pada metode dakwah dalam Islam yang dilakukan dengan cara
mencontohkan atau menunjukkan ajaran Islam melalui perilaku dan tindakan sehari-hari.
Istilah ini dapat diterjemahkan sebagai "dakwah melalui perbuatan" atau "dakwah dengan
tindakan."
Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan dakwah bil hal:
1) Perilaku Islami:
Dakwah bil hal melibatkan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.
Ini mencakup akhlak yang baik, kejujuran, keadilan, kebaikan, dan sifat-sifat positif
lainnya.
2) Tindakan Kebaikan:
Pendukung dakwah bil hal menekankan pentingnya melakukan tindakan kebaikan
dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa berupa bantuan kepada sesama, amal, atau
kegiatan sukarela lainnya.
3) Menjadi Teladan:
Seorang Muslim yang menerapkan dakwah bil hal berusaha menjadi teladan bagi
orang lain dalam masyarakatnya. Hal ini mencakup mempraktikkan nilai-nilai Islam
dan mendemonstrasikan bagaimana ajaran agama dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Pemeliharaan Lingkungan:
Merawat lingkungan sekitar, termasuk alam dan tempat tinggal, merupakan aspek
penting dari dakwah bil hal. Ini mencakup tanggung jawab terhadap alam dan upaya
untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan.
5) Keadilan Sosial:
Memperjuangkan keadilan sosial dan memberikan dukungan kepada mereka yang
membutuhkan merupakan bentuk dakwah bil hal. Ini bisa melibatkan partisipasi
dalam kegiatan amal, bantuan kemanusiaan, atau advokasi untuk hak-hak
masyarakat.
6) Pendidikan dan Pembinaan:
Menjadi bagian dari pendidikan dan pembinaan di masyarakat, baik dalam konteks
formal maupun informal, merupakan cara dakwah bil hal. Hal ini mencakup
menyebarkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam kepada generasi muda.
7) Kerjasama dan Keterlibatan Masyarakat:
Terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat dan bekerja sama dengan berbagai
kelompok untuk mencapai tujuan bersama merupakan strategi dakwah bil hal.
8) Penyebaran Kebaikan di Tempat Kerja:
Menerapkan nilai-nilai Islam dalam lingkungan kerja dan berinteraksi dengan rekan
kerja secara positif adalah cara lain untuk melakukan dakwah bil hal.
Dakwah bil hal merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya tindakan nyata dalam
menyebarkan ajaran Islam. Ini melibatkan pengintegrasian nilai-nilai agama dalam
kehidupan sehari-hari dan menjadi contoh bagi orang lain untuk menginspirasi perubahan
positif dalam masyarakat.

E. Tantangan dalam Mencapai Tujuan Dakwah


 Tantangan Modern
Dakwah Islam di era modern memiliki dua tantangan:
1. Pertama adalah tantangan keilmuan dakwah yang hingga sekarang belum tampak
perkembangannya yang menggembirakan.
2. Kedua, problem atau tantangan praksis dakwah.
Ilmu dakwah tampak stagnan dalam tataran pengembangan keilmuannya. Jika mengacu
pada dimensi pengembangan keilmuan tersebut pada tulisan-tulisan ilmu dakwah yang
sangat menonjol, maka rasanya tidak kita jumpai karya akademis outstanding tentang
dakwah tersebut. Banyaknya buku atau jurnal yang di dalamnya menjadi instrumen bagi
pengembangan ilmu dakwah maka tentu akan menjadi ajang bagi pengembangan ilmu
dakwah tersebut.
Masyarakat modern memiliki ciri-ciri :
a) hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan pribadi;
b) hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang
saling mempengaruhi;
c) kepercyaan yang kuat akan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahateraan masyarakat;
d) masyarakat modern tergolong ke dalam bermacam-macam profesi yang dapat
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, ketrampilan, dan kejuruan;
e) tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata;
f) hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks, dan
g) ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas
penggunaan uang dan alat-alat pembayaran lain.
Dakwah modernitas adalah dakwah yang pelaksanaannya menyesuaikan materi, metode,
dan media dakwah dengan kondisi masyarakat modern (sebagai objek dakwah) yang
mungkin saja situasi dan kondisi yang terjadi di zamana modern itu tidak terjadi pada
zaman sebelumnya, terutama di zaman klasik.

 Isu-isu Kontemper
Dalam menghadapi perubahan zaman dan perkembangan teknologi, dakwah Islam juga
menghadapi isu-isu kontemporer yang memerlukan perhatian khusus. Berikut adalah
beberapa isu kontemporer dalam konteks dakwah:
1. Teknologi dan Media Sosial:
Penggunaan teknologi dan media sosial memainkan peran besar dalam
menyebarkan pesan dakwah. Namun, isu ini juga melibatkan tantangan seperti
penyebaran informasi palsu, perdebatan online yang intens, dan kontrol terhadap
narasi Islam di media.
2. Multikulturalisme dan Pluralisme:
Dalam masyarakat yang semakin multikultural, pendakwah perlu memahami dan
menghormati keberagaman budaya dan agama. Mereka juga dihadapkan pada
tuntutan untuk menjelaskan konsep Islam secara inklusif dan membangun dialog
antaragama.
3. Isu Sosial Kontemporer:
Dakwah juga harus merespons isu-isu sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan,
ketidaksetaraan gender, dan masalah-masalah lain yang menjadi perhatian
masyarakat pada saat ini.
4. Pendidikan dan Literasi Agama:
Dengan meningkatnya literasi dan pengetahuan agama di kalangan umat Islam,
pendakwah perlu menyesuaikan pendekatan mereka agar relevan dengan tingkat
literasi dan pemahaman masyarakat.
5. Radikalisasi dan Ekstremisme:
Isu radikalisasi dan ekstremisme adalah tantangan serius bagi dakwah Islam.
Pendakwah perlu berfokus pada penyuluhan dan pencegahan agar masyarakat tidak
terpengaruh oleh paham-paham yang radikal.
6. Pembaharuan Pemikiran (Islah):
Masyarakat Islam menghadapi tuntutan untuk melakukan pembaharuan pemikiran
(islah) agar dapat merespons tantangan-tantangan kontemporer tanpa mengabaikan
nilai-nilai fundamental agama.
7. Pemberdayaan Perempuan:
Dakwah harus mempromosikan pemberdayaan perempuan dan memastikan bahwa
pesan-pesan Islam mendukung kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.
8. Krisis Kemanusiaan dan Bantuan Sosial:
Dalam situasi krisis dan konflik, pendakwah perlu terlibat dalam bantuan sosial dan
kemanusiaan serta mempromosikan nilai-nilai solidaritas dan kasih sayang.
9. Pembangunan Berkelanjutan:
Konsep pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan juga menjadi
perhatian dakwah kontemporer, mengingat pentingnya menjaga alam dan
mengelola sumber daya secara berkelanjutan.
10. Hak Asasi Manusia:
Mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam adalah aspek penting dalam dakwah kontemporer.

 Strategi Mengatasi Hambatan


Mengatasi hambatan dalam dakwah memerlukan pendekatan yang cermat dan strategis.
Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi hambatan dalam
menyebarkan ajaran Islam:
1. Pemahaman Konteks Lokal:
Memahami konteks sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat sangat
penting. Dengan memahami latar belakang mereka, pendakwah dapat
menyampaikan pesan Islam dengan cara yang lebih relevan dan dapat diterima.
2. Pendidikan dan Literasi:
Meningkatkan tingkat literasi dan pengetahuan agama di kalangan masyarakat dapat
mengatasi hambatan pemahaman terhadap ajaran Islam. Program pendidikan dan
penyuluhan perlu diperkuat untuk meningkatkan pemahaman agama.
3. Pendekatan Dialogis:
Menggunakan pendekatan dialogis dalam berdakwah dapat membuka pintu
komunikasi yang lebih baik. Menciptakan ruang untuk dialog, mendengarkan
pertanyaan, dan memberikan jawaban yang informatif dapat membantu mengatasi
mispersepsi dan kesalahpahaman.
4. Adaptasi Terhadap Perubahan:
Dakwah perlu berkembang seiring dengan perubahan zaman. Pendakwah perlu
mampu mengadaptasi pesan-pesan Islam ke dalam konteks kontemporer dan
memanfaatkan teknologi serta media sosial untuk mencapai audiens yang lebih luas.
5. Pemberdayaan Masyarakat:
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan dakwah dapat mengatasi
hambatan. Ini melibatkan membangun kapasitas dan pemberdayaan masyarakat
untuk menjadi agen perubahan di lingkungan mereka.
6. Pentingnya Etika dan Akhlak:
Menunjukkan etika dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari adalah bentuk
dakwah yang kuat. Keberlanjutan perilaku yang baik dan teladan yang baik dapat
membantu membuka hati orang lain terhadap pesan Islam.
7. Kolaborasi dan Kemitraan:
Bekerja sama dengan kelompok-kelompok dan organisasi lain, termasuk non-
muslim, dapat membantu membangun pemahaman yang lebih baik antara
komunitas-komunitas dan mendukung tujuan bersama untuk kesejahteraan
masyarakat.
8. Penggunaan Media yang Efektif:
Memanfaatkan media dengan bijak dapat membantu mencapai audiens yang lebih
besar. Video, podcast, dan konten multimedia lainnya dapat digunakan untuk
menyebarkan pesan-pesan dakwah dengan cara yang menarik dan informatif.
9. Keterlibatan Generasi Muda:
Melibatkan generasi muda dalam kegiatan dakwah dapat membantu menyebarkan
pesan Islam dengan cara yang lebih akrab dan sesuai dengan tren serta kebutuhan
mereka.
10. Berkomitmen Penuh:
Penting untuk memahami bahwa dakwah memerlukan komitmen jangka panjang.
Konsistensi, kesabaran, dan keuletan dalam menyebarkan pesan-pesan agama
adalah kunci keberhasilan dalam mengatasi hambatan.

F. Peran Masyarakat dalam Mencapai Tujuan Dakwah


 Partisipasi Aktif Umat Muslim
Partisipasi aktif umat Muslim dalam peran masyarakat sangat penting untuk mencapai
tujuan dakwah. Melalui keterlibatan yang kuat, umat Muslim dapat menjadi agen
perubahan yang positif di masyarakat. Berikut adalah beberapa cara di mana partisipasi aktif
umat Muslim dapat mendukung tujuan dakwah:
1. Pendidikan dan Penyuluhan:
Umat Muslim dapat berperan dalam menyebarkan pengetahuan agama Islam
melalui kegiatan pendidikan dan penyuluhan. Menjadi guru agama, memberikan
ceramah, dan mengadakan kelas atau pelatihan adalah cara untuk memberikan
kontribusi secara positif.
2. Pemberdayaan Masyarakat:
Partisipasi aktif umat Muslim dalam program pemberdayaan masyarakat dapat
membantu mengatasi masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan. Mereka dapat
membantu dalam pelatihan keterampilan, mendirikan usaha kecil, atau memberikan
bantuan sosial kepada mereka yang membutuhkan.
3. Kegiatan Amal:
Mengorganisir dan berpartisipasi dalam kegiatan amal seperti pemberian makanan,
bantuan kemanusiaan, atau bantuan kesehatan adalah cara nyata umat Muslim
untuk melayani masyarakat dan memberikan contoh nilai-nilai Islam dalam tindakan
nyata.
4. Keadilan Sosial:
Umat Muslim dapat berperan aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial. Hal ini
dapat mencakup partisipasi dalam demonstrasi damai, mendukung hak-hak asasi
manusia, dan berkontribusi pada upaya penanggulangan kemiskinan dan
ketidaksetaraan.
5. Media Sosial dan Dakwah Online:
Dalam era digital, umat Muslim dapat berpartisipasi dalam dakwah melalui media
sosial. Berbagi pesan-pesan Islami, menyebarkan informasi positif, dan
mempromosikan nilai-nilai Islam secara online adalah cara efektif untuk mencapai
audiens yang lebih luas.
6. Kerjasama Antarorganisasi:
Melalui kerjasama dengan organisasi-organisasi Islam dan non-Islam, umat Muslim
dapat meningkatkan dampaknya. Kolaborasi ini dapat mencakup proyek-proyek
kemanusiaan, program pendidikan, dan kegiatan-kegiatan lain yang mendukung
tujuan dakwah.
7. Pengembangan Potensi Individu:
Mendorong umat Muslim untuk mengembangkan potensi mereka dan berkontribusi
dalam berbagai bidang dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih
produktif dan berdaya. Pendidikan, pelatihan, dan pembinaan individu dapat
menjadi bagian dari upaya ini.
8. Pertemuan dan Dialog Antaragama:
Meningkatkan pemahaman antaragama dan membangun jembatan dialog dengan
penganut agama lain adalah bagian penting dari dakwah. Umat Muslim dapat
berperan sebagai pemrakarsa dan peserta dalam kegiatan-kegiatan semacam ini.
9. Pengembangan Komunitas:
Partisipasi aktif dalam pembangunan dan pengembangan komunitas dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperkuat nilai-nilai Islam. Ini
melibatkan pembangunan infrastruktur, kebersihan, dan perawatan lingkungan.
10. Politik dan Keterlibatan Publik:
Umat Muslim dapat berpartisipasi dalam kehidupan politik dan keterlibatan publik
untuk mempengaruhi kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ini termasuk
pemilihan umum, partisipasi dalam organisasi sosial, dan advokasi untuk keadilan.
 Pembentukan Kesadaran Dakwah
Pembentukan kesadaran dakwah adalah langkah penting untuk mencapai tujuan dakwah
dengan efektif. Kesadaran ini melibatkan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam,
tujuan dakwah, serta tanggung jawab dan peran individu dalam menyebarkan pesan Islam.
Berikut adalah beberapa strategi untuk membentuk kesadaran dakwah:
1. Pendidikan Agama:
Memberikan pendidikan agama yang komprehensif dan mendalam adalah landasan
utama pembentukan kesadaran dakwah. Ini mencakup pemahaman tentang Al-
Qur'an, Hadis, sejarah Islam, dan konsep-konsep agama lainnya.
2. Pelatihan Dakwah:
Menyelenggarakan pelatihan dakwah untuk umat Muslim dapat membantu mereka
memahami metode dakwah yang efektif dan memperoleh keterampilan untuk
berkomunikasi dengan baik. Ini melibatkan pelatihan keterampilan berbicara,
kemampuan mendengarkan, dan penggunaan media.
3. Kajian Islam dan Diskusi Kelompok:
Mendorong kajian Islam dan diskusi kelompok dapat membantu umat Muslim
menggali lebih dalam pemahaman mereka terhadap ajaran agama dan membuka
ruang bagi pertukaran ide dan pandangan.
4. Penekanan pada Akhlak dan Etika Islam:
Memahami bahwa dakwah tidak hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang
tindakan dan perilaku sehari-hari. Fokus pada pengembangan akhlak dan etika Islam
sebagai bagian integral dari dakwah.
5. Pengalaman Lapangan:
Memberikan pengalaman lapangan dalam kegiatan dakwah, seperti ceramah,
pengajaran, atau proyek kemanusiaan, dapat membantu individu memahami
tantangan dan peluang di lapangan serta meningkatkan kepercayaan diri mereka
dalam menyebarkan pesan Islam.
6. Menggunakan Media Sosial dan Teknologi:
Memanfaatkan media sosial dan teknologi modern untuk menyebarkan pesan
dakwah dapat membangun kesadaran yang lebih luas. Mengajarkan umat Muslim
tentang cara menggunakan platform ini dengan bijak dan efektif juga merupakan
bagian dari pembentukan kesadaran dakwah.
7. Kesadaran Sosial:
Mendorong kesadaran sosial dapat membantu umat Muslim memahami masalah-
masalah sosial dan kemanusiaan yang perlu diatasi melalui dakwah. Ini melibatkan
keterlibatan dalam kegiatan amal, bantuan kemanusiaan, dan upaya pemecahan
masalah sosial.
8. Membangun Komunitas Dakwah:
Membentuk komunitas dakwah di mana umat Muslim dapat saling mendukung dan
memotivasi satu sama lain. Melalui pertemuan reguler, acara, dan kegiatan bersama,
mereka dapat terus memperkuat kesadaran dakwah.
9. Pemahaman Terhadap Konteks Sosial:
Kesadaran dakwah juga mencakup pemahaman terhadap konteks sosial dan budaya
tempat individu atau komunitas berada. Ini memungkinkan pendekatan dakwah
yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat.
10. Membangun Semangat Kepemimpinan:
Mengembangkan kepemimpinan dalam komunitas dapat membantu mengarahkan
dan memotivasi individu untuk menjadi agen perubahan dalam dakwah. Melatih
keterampilan kepemimpinan dapat membantu memimpin dan menginspirasi orang
lain.

 Kemitraan dengan Lembaga dan Komunitas


Kemitraan dengan lembaga dan komunitas merupakan strategi penting dalam mencapai
tujuan dakwah. Melalui kerjasama ini, pesan dakwah dapat lebih efektif disampaikan, dan
dampak positif di masyarakat dapat diperkuat. Berikut adalah beberapa cara untuk
membentuk kemitraan yang kuat dalam konteks dakwah:
1. Kerjasama dengan Lembaga Pendidikan:
Berkolaborasi dengan lembaga pendidikan, seperti sekolah-sekolah dan universitas,
untuk menyelenggarakan program-program pendidikan agama atau seminar-
seminar yang mendukung penyampaian nilai-nilai Islam.
2. Kemitraan dengan Lembaga Kesehatan:
Bekerjasama dengan lembaga kesehatan untuk menyelenggarakan program-
program kesehatan dan penyuluhan yang mencakup prinsip-prinsip kesehatan dalam
Islam.
3. Kerjasama dengan Lembaga Amal dan Kemanusiaan:
Bergabung dengan lembaga amal dan kemanusiaan untuk melibatkan umat Muslim
dalam kegiatan-kegiatan amal, bantuan kemanusiaan, dan proyek-proyek
pembangunan yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.
4. Kemitraan dengan Lembaga Budaya dan Seni:
Bekerjasama dengan lembaga budaya dan seni untuk menyelenggarakan acara-acara
seni, diskusi, atau pameran yang mencerminkan nilai-nilai Islam atau
mempromosikan pemahaman antarbudaya.
5. Kerjasama dengan Media Lokal:
Membangun hubungan dengan media lokal, baik cetak, elektronik, maupun online,
untuk meningkatkan visibilitas dan mendukung penyebaran pesan dakwah.
6. Kemitraan dengan Pemerintah Lokal:
Menjalin kerjasama dengan pemerintah lokal untuk mendukung kegiatan-kegiatan
sosial dan keagamaan, serta berpartisipasi dalam program-program pembangunan
yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.
7. Kerjasama dengan Organisasi Kemasyarakatan:
Bergabung dengan organisasi kemasyarakatan yang berfokus pada tujuan sosial atau
keagamaan, serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung
tujuan dakwah.
8. Membentuk Konsorsium Dakwah:
Membentuk konsorsium atau aliansi dakwah bersama lembaga-lembaga Islam
lainnya untuk meningkatkan kekuatan kolektif dan saling mendukung dalam
mencapai tujuan dakwah.
9. Kerjasama dengan Komunitas Non-Muslim:
Menjalin hubungan baik dan berpartisipasi dalam dialog dan kegiatan bersama
dengan komunitas non-Muslim untuk membangun pemahaman saling dan
mendukung toleransi agama.
10. Kemitraan dengan Organisasi Profesional:
Bekerjasama dengan organisasi profesional atau kelompok kepentingan tertentu
untuk mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai etika Islam dalam kehidupan sehari-
hari.

G. Studi Kasus
 Contoh-contoh Keberhasilan dalam Mencapai Tujuan dalam Mencapai
Tujuan Dakwah
Terdapat beberapa contoh keberhasilan dalam mencapai tujuan dakwah yang dapat
diinspirasi dan dijadikan contoh bagi umat Muslim. Berikut adalah beberapa contoh:
1. Pendekatan Kreatif di Media Sosial:
Beberapa tokoh dan komunitas Islam telah sukses menggunakan media sosial
sebagai alat dakwah. Misalnya, melalui akun-akun Instagram, YouTube, atau
podcast, mereka menyampaikan pesan-pesan Islam dengan cara yang kreatif dan
menarik, menjangkau audiens yang lebih luas, terutama di kalangan generasi muda.
2. Pengembangan Program Pendidikan Agama yang Efektif:
Beberapa lembaga dan individu telah berhasil mengembangkan program pendidikan
agama yang efektif. Mereka menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
dan pemahaman masyarakat setempat, memberikan pelatihan kader dakwah, dan
melibatkan orang tua serta guru dalam mendukung pendidikan agama anak-anak.
3. Inisiatif Pemberdayaan Ekonomi:
Beberapa komunitas Islam telah berhasil meluncurkan inisiatif pemberdayaan
ekonomi, seperti koperasi atau program bantuan modal usaha kecil. Ini membantu
memerangi kemiskinan di komunitas tersebut dan menunjukkan bagaimana prinsip-
prinsip ekonomi Islam dapat diterapkan secara praktis.
4. Kerjasama Antaragama untuk Tujuan Kemanusiaan:
Ada banyak contoh kerjasama sukses antara komunitas Muslim dan non-Muslim
untuk mencapai tujuan kemanusiaan. Bersama-sama, mereka terlibat dalam proyek-
proyek kemanusiaan, seperti bantuan kesehatan, bantuan makanan, atau program-
program pembangunan yang memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas.
5. Program Dakwah di Lingkungan Pendidikan:
Di beberapa negara, program dakwah telah diintegrasikan dalam lingkungan
pendidikan formal. Ini mencakup pembelajaran agama Islam, kegiatan-kegiatan
keagamaan di sekolah, dan partisipasi aktif guru dan siswa dalam upaya dakwah di
masyarakat.
6. Keberhasilan dalam Membangun Toleransi Antaragama:
Beberapa tokoh dan komunitas Islam telah berhasil membangun toleransi dan dialog
antaragama. Ini mencakup keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan antaragama, dialog
lintas keyakinan, dan proyek-proyek bersama yang mempromosikan perdamaian dan
pemahaman saling.
7. Pengelolaan Media Islam:
Beberapa stasiun televisi dan radio Islam telah mencapai kesuksesan dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah. Mereka memproduksi program-program yang
menarik, informatif, dan mendidik, mencapai pemirsa yang luas dan
mempromosikan pemahaman Islam yang moderat.
8. Keberhasilan dalam Menangani Isu Sosial Kontemporer:
Beberapa komunitas Muslim telah berhasil mengatasi isu-isu sosial kontemporer,
seperti ketidaksetaraan gender, pengangguran, atau masalah-masalah kesehatan
mental. Mereka mengembangkan program-program khusus yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam untuk menangani tantangan-tantangan tersebut.
9. Partisipasi Aktif dalam Proyek Pembangunan Berkelanjutan:
Beberapa komunitas Islam terlibat secara aktif dalam proyek-proyek pembangunan
berkelanjutan, seperti energi terbarukan, pengelolaan air, atau keberlanjutan
lingkungan. Ini menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan
dalam Islam.
10. Keberhasilan dalam Mengatasi Stereotip Negatif:
Beberapa individu dan kelompok telah berhasil mengatasi stereotip negatif terhadap
Islam dan umat Muslim. Mereka melakukan ini dengan terlibat aktif dalam dialog
publik, kampanye edukasi, dan demonstrasi nilai-nilai positif Islam melalui tindakan
nyata.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
 Ringkasan Temuan
Tujuan berdakwah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menyampaikan Ajaran Islam:
Dakwah bertujuan untuk menyampaikan ajaran Islam secara jelas dan akurat kepada
orang-orang, termasuk prinsip-prinsip keyakinan, syariat, dan etika Islam.
2. Mengajak pada Kebaikan:
Tujuan dakwah adalah mengajak manusia untuk melakukan perbuatan baik,
menjauhi perbuatan buruk, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika Islam.
3. Meningkatkan Pemahaman Agama:
Dakwah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan umat Muslim
tentang agama Islam, baik melalui pendidikan formal maupun informal.
4. Mendekatkan Diri kepada Allah:
Melalui dakwah, umat Muslim diharapkan dapat mendekatkan diri kepada Allah,
meningkatkan keimanan, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Sang
Pencipta.
5. Mengembangkan Masyarakat yang Islami:
Tujuan dakwah mencakup upaya untuk mengembangkan masyarakat yang
berlandaskan nilai-nilai Islam, baik dalam hal keadilan, kesejahteraan sosial, maupun
toleransi antarindividu.
6. Mengatasi Tantangan dan Mispersepsi Terhadap Islam:
Dakwah juga bertujuan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh Islam dan
umat Muslim, serta menghilangkan mispersepsi dan stereotip negatif terhadap
agama ini.
7. Mempromosikan Toleransi dan Dialog Antaragama:
Tujuan dakwah mencakup mempromosikan toleransi, menghargai perbedaan, dan
membangun dialog positif antara umat Islam dan umat beragama lain.
8. Memberikan Solusi Terhadap Masalah Sosial:
Dakwah bertujuan memberikan solusi Islam terhadap masalah-masalah sosial yang
dihadapi oleh masyarakat, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan ketidaksetaraan.
9. Pemberdayaan Individu dan Komunitas:
Melalui dakwah, tujuan yang diinginkan adalah pemberdayaan individu dan
komunitas Muslim, baik dari segi pendidikan, ekonomi, maupun sosial.
10. Menyebarluaskan Keadilan dan Kemanusiaan:
Tujuan dakwah melibatkan upaya menyebarluaskan prinsip-prinsip keadilan dan
kemanusiaan dalam Islam, serta berpartisipasi dalam upaya kemanusiaan dan
bantuan sosial.

 Implikasi dan Revelansi Tujuan Dakwah dalam Konteks Masyarakat


Modern
A. Tujuan dakwah untuk menyampaikan ajaran Islam memiliki implikasi dalam
pengembangan etika dan moral masyarakat modern. Nilai-nilai etika Islam seperti
kejujuran, integritas, dan empati dapat memberikan fondasi yang kuat untuk
membangun masyarakat yang bertanggung jawab dan bermoral.
B. Tujuan dakwah mencakup promosi toleransi dan pemahaman antaragama. Dalam
konteks masyarakat modern yang multikultural, pemahaman yang lebih baik
antaragama dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan mengatasi konflik antar
kelompok.
C. Dakwah juga memiliki implikasi dalam kontribusi pada pembangunan sosial dan
ekonomi masyarakat. Prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti keadilan ekonomi dan
pemberdayaan ekonomi, dapat memberikan kontribusi positif pada pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
D. Tujuan dakwah mencakup penyelesaian masalah sosial. Dengan memberikan solusi
Islam terhadap masalah-masalah seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan
ketidakadilan, dakwah dapat menjadi pemacu positif untuk memperbaiki kondisi sosial
di masyarakat modern.
E. Dakwah memiliki relevansi dalam penyebarluasan nilai-nilai kemanusiaan Islam.
Pemahaman tentang kasih sayang, keadilan, dan perawatan terhadap sesama dapat
menjadi panduan dalam membentuk masyarakat yang peduli dan berempati di era
modern.
F. Dakwah perlu relevan dengan isu-isu kontemporer yang dihadapi oleh masyarakat
modern, seperti teknologi, perubahan iklim, atau isu-isu bioetika. Pemahaman Islam
terhadap isu-isu ini dapat memberikan pandangan yang berbobot dan bermanfaat.
G. Tujuan dakwah yang mencakup pemberdayaan individu dan komunitas memiliki
implikasi dalam membentuk masyarakat modern yang mandiri, berdaya saing, dan
berkontribusi aktif dalam pembangunan.
H. Relevansi dakwah dengan masyarakat modern juga terlihat dalam penggunaan media
dan teknologi. Dakwah dapat memanfaatkan platform digital, media sosial, dan
teknologi komunikasi modern untuk mencapai khalayak yang lebih luas dan beragam.
I. Dakwah dapat mendukung pembelajaran dan pendidikan dengan menyediakan
program-program pendidikan Islam yang bermutu tinggi, relevan dengan kebutuhan
masyarakat modern.
J. Tujuan dakwah mencakup penanggulangan radikalisme dan ekstremisme dengan
menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan merangkul nilai-nilai kedamaian serta
kerukunan sosial.
B. Daftar Pustaka
Journal of Islamic Studies Online
Siddiqui, M. M. (2017). "The Concept of Dawah in Islam: A Critical Analysis." Journal of
Humanities and Social Science (IOSR-JHSS), 22(4), 06-10.
Zino, M. B. J. (Tahun Publikasi). The Book of Dawah. Darussalam.
Philips, B. (Tahun Publikasi). Dawah According to the Qur'an and the Sunnah. International
Islamic Publishing House.
Maududi, S. A. A. (Tahun Publikasi). Dawah: Its Nature and Objectives. Islamic Publications.
Ulwan, A. N. (Tahun Publikasi). Methods of Dawah Inviting to Islam. International Islamic
Publishing House.
Al-Haj, H. (Tahun Publikasi). Challenges in Dawah: Solutions and Strategies. Dar Al Kotob Al
Ilmiyah.
al-Qaradawi, Y. (Tahun Publikasi). The Role of the Muslim Ummah in the Dawah Efforts.
International Islamic Publishing House.
Drury, A. (1992). Islamic Da'wah in the West: Muslim Missionary Activity and the Dynamics
of Conversion to Islam. Routledge.
Al-'Areefi, M. (2007). Introduction to Da'wah. International Islamic Publishing House.
Ally, S. (Tahun Publikasi). Dawah Strategies for Effective Communication. Al-Furqan
Foundation.

Anda mungkin juga menyukai