Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AL-ISLAM DAN

KEMUHAMMADIYAHAN

ISLAM DAN DAKWAH

Disusun Oleh:

1. Rynaldhi Dwicahyo 201410170311430

2. Ariza Ariskawati 201410170311432

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Malang

2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang islam dan dakwah
ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang islam dan dakwah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, April 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Islam adalah sebuah agama yang rahmatan lilalamiin, yang akan memberikan
keberuntungan bagi kehidupan manusia karena Islam merupakan teori besar tentang
kehidupan ini menyiapkan tatanan, arahan dan sousi hidup dimana manusia berada.
Kemudian, melahirkan konsep kehidupan bagaimana kehidupan ini harus dijalani. Setelah
konsep itu terlahirkan, maka harus didakwahkan, disosialisasikan untuk kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan nyata agar bisa diamalkan sesuai dan pas dengan lingkungan
dimana manusia berada dan sesuai pula dengan kebutuhan yang dirasakan. Dari kondisi yang
demikian ini Islam akan melahirkan kesejahteraan dan kedamaian bagi kehidupan
penganutnya dan masyarakat sekitarnya.
Dakwah adalah keniscayaan yang telah dibuktikan oleh generasi ke generasi terbaik
umat ini. Sebagaimana kisah kepahlawanan para sahabat hasil didikan Rasulullah panutan
umat. Dakwah pula yang mengubah dunia dari seonggok akhlaq sampah menjadi sebuah
tatanan akhlaq indah dan karimah. Dakwah ini menjadi sumber energi yang harus hadir sedini
mungkin sebagaimana musuh Allah pun menyiapkan generasi sejak dini agar menjadi
penghambat dakwah dan peruntuh cahaya ilahiyah. Dakwah adalah sebuah telaga yang
menyejukkan bagi yang memandangnya dan yg meminum airnya. Dakwah pula layaknya
lebah yang memberikan seutuhnya manfaat untuk manusia bukan untuk dirinya. Dan dengan
dakwah itu pula yang akan menjadi saksi keimanan, ketaqwaan, dan yang menyelamatkan
kita di suatu masa yang menjadi jalan akhir kehidupan.
Dakwah merupakan sesuatu yang tidak mudah. Perlu perjuangan, tetes darah, keringat
dan air mata dalam menjalankannya. Sangat diperlukan jiwa kesabaran dalam meneruskan
estafet dakwah Rasulullah SAW. Tapi kita sebagai manusia tidak boleh terus berkeluh kesah
dan putus asa melainkan harus bangkit dan berjuang dalam menjalankannya. Karena bila kita
telah berjuang dengan bersungguh-sungguh, insya Allah kita akan diberi jalan kemudahan
oleh Allah SWT dan kita akan terasa mudah dalam meneruskan estafet dakwah Rasulullah
SAW.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apakah pengertian dari dakwah?
b. Bagaimana manajemen dakwah, metode, kode etik, media, tokoh dan realisasi dalam
berdakwah?
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui pengertian dakwah
b. Mengetahui manajemen berdakwah, metode, kode etik, media, tokoh dan realisasi
dalam berdakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
A. Definisi Dakwah
Dakwah (Arab: , da'wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat
menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai
dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata
benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Jadi, definisi Ilmu Dakwah secara umum ialah: Suatu ilmu pengetahuan yang
berisi cara-cara dan tuntutan, bagaimana menarik perhatian manusia untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu.
Adapun definisi Ilmu Dakwah menurut Islam ialah: Mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

B. Hakikat dan Ruang Lingkup Dakwah


Mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, dan menyuruh berbuat
baik dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
kebahagiaan akhirat.
Dari ungkapan di atas dapatlah dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya
adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari satu
situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan Islami kepada nilai kehidupan
yang Islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan mengajak, menyeru,
tanpa tekanan, dan paksaan.

C. Tujuan Dakwah
Tujuan program kegiatan dakwah dan penerangan agama tidak lain adalah
untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran
agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang agama. Sedangkan
Barmawie Umary merumuskan tujan dakwah adalah memenuhi perintah Allah SWT
dan melanjutkan tersiarnya syariat Islam secara merata karena dakwah bertujuan
untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi
lebih baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam seseorang secara sadar dan
timbul dari kemauannya sendiri tanpa merasa terpaksa oleh apa dan siapa pun.
Tujuan berdakwah dalam Al-Quran yaitu untuk menghidupkan hati yang
mati, agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah, untuk
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya, untuk menegakkan agama dan tidak
terpecah-belah, mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus, dan untuk
menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke dalam lubuk hati
masyarakat.

D. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap
kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1) DaI (pelaku) dakwah.
DaI adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi/lembaga. Adapun sebagai daI harus memiliki ilmu pengetahuan yang
luas, keyakinan yang teguh dan mempunyai hubungan terus menerus dengan
Allah SWT. Akhlak yang dimilikinya pun harus sesuai dengan Islam seperti yang
diterangkan Allah SWT di dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh Rasulullah SAW
dalam sunnahnya, serta dipraktekkan oleh para sahabat dalam amal perbuatan
mereka.
Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa dai adalah muslim dan muslimat
menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah
adalah waad, mubaligh mustamain (juru penerang) yang menyeru, mengajak,
memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam. DaI juga harus mengetahui cara
menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa
yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap problema yang
dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan
agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.
2) Madu (penerima) dakwah
Madu adalah seluruh umat manusia karena agama Islam yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW adalah agama yang terakhir dan bersifat universal.
Seluruh umat manusia dituntut untuk menerimanya selama dia berakal, apakah dia
laki-laki atau perempuan, tanpa memandang kepala kebangsaan warna kulit,
pekerjaan, daerah tempat tinggalnya. Oleh karena itu, dakwah Islam tidak tertuju
kepada bangsa tertentu, tingkatan tertentu, golongan tertentu, melainkan Al-
Quran yang menjadi dasar dakwah itu sendiri hanya menyebutkan manusia saja.
Itu tandanya, yang belum beragama Islam dakwah bertujuan untuk mengajak
mereka mengikuti agama Islam, sedangkan kepada yang beragama Islam dakwah
bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, islam dan ihsan.
Hak madu atau penerima dakwah ialah agar mereka ditemui dan diajak, yaitu juru
dakwah harus datang menemuinya dan menyerunya ke jalan Allah SWT dan tidak
patutlah seorang daI hanya tinggal diam atau menanti kedatangan mereka
dirumah. Tugas Rasulullah SAW adalah menyampaikan, dalam penyampaiannya
kadang-kadang memaksa Rasul berpindah ke tempat yang dikehendakinya karena
kemungkinan dakwahnya belum sampai ke daerah itu atau telah sampai namun
belum ada perhatian untuk menerimanya. Oleh karena itulah, Rasul harus
mengunjungi tempat-tempat itu untuk menyampaikan dakwah. Kecintaan Rasul
kepada ummat manusia dan keinginannya untuk menghindarkan mereka dari
kekufuran iulang yang memaksanya pergi ke tempat-tempat dan rumah-rumah
penerima dakwah untuk menyampaikan dakwah. Untuk itulah, para daI
hendaknya mengikuti jejak para Rasul untuk mengunjungi daerah dan damping
penerima dakwah untuk menyampaikan dakwahnya dan alangkah baiknya jika
para daI selalu bertebaran di setiap lorong dan kampung untuk menyampaikan
dakwah.
3) Maddah (materi) dakwah
Maddah adalah isi pesan atau materi dakwah yang disampaikan daI kepada
madu dan yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Materi
dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu masalah akidah (keimanan),
masalah syariah, masalah muamalah, dan masalah akhlak.
4) Wasilah (media) dakwah
Wasilah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah berupa
ajaran Islam kepada madu. untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat,
dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Medianya bisa berupa lisan,
tulisan, lukisan, audiovisual (dapat merangsang indra manusia), akhlak (melalui
perbuatan-perbuatan nyata).
5) Atsar (efek) dakwah
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi artinya jika dakwah
telah dilakukan oleh seorang daI dengan materi dakwah, maka akan timbul
respons dan efek pada madu. efek itu sendiri bisa timbul bila ada perubahan pada
apa yang dirasakan yang meliputi segala apa yang berhubungan dengan emosi,
sikap serta nilai. Selain itu juga merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati,
yang meliputi pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
2.2 MANAJEMEN DAKWAH
Manajemen dakwah merupakan sebuah pengaturan secara sistematis dan koordinatif
dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir
dari kegiatan dakwah. A. Rosyid Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai proses
perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga
pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan kea rah pencapaian
tujuan dakwah.
Secara klasik, manajemen muncul ribuan tahun yang lalu ketika manusia berusaha
untuk melakukan sebuah pengorganisasian dan pengendalian kegiatan-kegiatan manusia.
Manajemen ini dimulai sejak pada zaman prasejarah (sebelum 1 Masehi). Perkembangan
ilmu administrasi termasuk di dalamnya ilmu manajemen, telah tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan peradaban manusia yang dipengaruhi oleh agama-agama besar dunia.
Sementara itu, sejarah perkembangan manajemen dunia tumbuh dan berkembang pesat
karena dibutuhkan untuk mengatur dan bekerja sama secara simbiosis dalam dunia industri,
pertanian, pendidikan, dan lain-lain.
Dalam sejarah perkembangannya, manajemen telah dipengaruhi oleh agama, tradisi,
adat istiadat, dan sosial-budaya. Maka Islam dalam memandang manajemen berdasarkan
teologi, yakni pada dasarnya manusia itu memiliki potensi positif yang dilukiskan dengan
istilah hanif. Sebagaimana diketahui bahwa ilmu manajemen itu berkembang sepanjang
perkembangan dan perjalanan manusia yang terus akan berubah. Keterkaitan antara
manajemen dan watak hanif adalah watak hanif akan menyebabkan manusia cenderung untuk
memilih yang baik dan benar dalam seluruh kehidupannya tergantung latar belakang
kehidupannya. Sedangkan standar penilaian tentang baik dan benar itu dapat diukur dengan
latar belakang pendidikannya dan pengalamannya. Manajemen yang didasari oleh jiwa tauhid
akan melahirkan kesadaran diri yang sangat kuat sehingga mereka mampu mengendalikan
diri, mampu mendayagunakan seluruh potensinya secara tepat pada tempatnya ia harus
menempatkannya, dan mampu melakukan pilihan-pilihan dengan memaknai tolok ukur
kebenaran yang diyakininya. Maka, setiap keputusan yang dipilih akan membawa
konsekuensi pertanggungjawaban, tidak hanya di dunia, melainkan di akhirat pun harus
dipertanggungjawabkan atas segala sikap dalam perilakunya.
Potret Manajemen dalam Kehidupan Rasulullah SAW dalam menjalankan
dakwahnya yang ditujukan kepada orang-orang yang serumah dengannya, kepada orang-
orang yang bersahabat dengannya, dan kepada orang-orang yang agak dekat dengan beliau.
Setelah itu barulah secara terbuka Nabi Muhammad berdakwah kepada masyatakat luas, yaitu
kaum Quraisy dan masyarakat Mekkah pada umumnya. Dilihat dari objek dakwahnya,
mengandung gambaran berlangsung secara bertahap dan menunjukkan sebuah pemikiran
yang cermat dalam mencapai sasaran yang dikehendaki. Mula-mula secara tersembunyi akan
tetapi setelah mendapatkan pengikut yang kuat, disiplin dan militan, baru kemudiam
menyebarkan dakwah secara terbuka.
Rasulullah saw telah mendakwahkan Islam dengan cara-cara atau metode yang sangat
tepat, sebab dakwah beliau itu merupakan manifestasi ajaran Islam yang sangat tepat, sebab
dakwah beliau itu merupakan manifestasi dari pada ajaran Islam dan mendapatkan tuntunan
dan petunjuk dari Allah. Cara-cara dakwah rasul itu jauh lebih sempurna dari metode yang
ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, sehingga tidak mengherankan jika dakwah rasul
tidak habishabisnya diselidiki hingga sekarang.
Dari sudut pembinaan masyarakat Islam, pertama-tama yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW adalah membentuk pribadi muslim dengan roh dan jiwa tauhid. Pada periode
Mekkah yang berlangsung sekitar sepuluh tahun, prioritas utama dakwahnya adalah
perubahan seorang Arab menjadi seorang muslim. Setelah pasca-Mekkah atau yang lebih
dikenal dengan periode Madinah barulah dilakukan masyarakat Islam.
Muhammad Abdul Jawal dalam bukunya Menjadi Manajer Sukses mengemukakan
bahwa secara umum tindakan Rasulullah SAW dalam menjakankan dakwahnya berupa,
mengatur tingkatan dakwah, mengatur dan menata pakaian, mengatur dan menata makanan,
mengangkat pemimpin dalam setiap kelompok, mengatur jalannya kehidupan, mengatur
waktu, mengatur cara penyampaian dakwah, mengatur langkah-langkah strategi berdakwah,
dan mengatur penempatan orang secara tepat. Semua kebijakan yang diterapkan oleh Nabi
Muhammad SAW tidaklah berjalan secara alamiah saja, melainkan melalui proses panjang
yang memerlukan pemikiran, perencanaan, serta pengorganisasian yang tepat dan cermat
dalam pencapaian tujuan. Maka tak heran jika pada akhirnya dakwah yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW dapat mencapai sukses yang gemilang.
Kehidupan berdakwah Rasulullah SAW dan para sahabatnya, dalam seluruh
dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan masyarakat madani di Madinah,
yang merupakan koreksi terhadap masyarakat Yastrib yang jahil, adalah contoh konkret
keberhasilan berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. Dan itu semua tidak berlaku
begitu saja, melainkan membutuhkan sebuah serangkaian perjuangan yang panjang yang
tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan amaliyyah al idaariyyah (aktivitas
manajerial) sebagai usaha mewujudkan tujuan-tujuan dakwah dengan mempergunakan
tenaga dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada.
Adapun peranan manajemen dakwah saat ini, yaitu masyarakat dunia berada dalam
era modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan yang paling
menonjol di bidang teknologi adalah dengan lahirnya teknologi dan informasi yang canggih.
Mengingat pengertian dan lapangan dakwah sangat luas dan tentu tidak dapat dilaksanankan
secara sendiri-sendiri, maka aktivitas dakwah harus dikelola secara baik dalam sebuah
organisasi dakwah agar dapat berjalan efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
sebuah organisasi dakwah peranan manajemen sangat memengaruhi seluruh proses aktivitas
dakwah. Sedangkan istilah peranan manajemen secara umum merujuk kepada kategori-
kategori tertentu dalam tingkah laku manajerial.
Namun, untuk mencapai sebuah manajeman bagi pengembangan lembaga dakwah
yang sukses maka dibutuhkan sarana-sarana yang mendukung proses aktivitas dakwah.
Sarana tersebut, yaitu tersedianya informasi, adanya kemudahan komunikasi antara bawahan
dan atasan, adanya intensif yang dapat memotivasi para aktivis dakwah, kepercayaan yang
timbal balik antara daI dan madu yang kemudian menimbulkan hubungan persaudaraan
secara ekstern dan sedangkan secara intern dibutuhkan disiplin yang patuh di antara para
aktivis dakwah dengan spirit kerjasama, mengetahui potensi-potensi yang dimiliki para daI
dan mengembangkannya sesuai dengan potensinya, dan menentukan keahlian dan otoritas,
sehingga pelaksanaan aktivitas dakwah tidak tumpang-tindih, baik dalam jangka panjang
maupun dalam jangka pendek.

2.3 METODE DAKWAH


a. Dakwah Bil Lisan
Yakni metode dakwah lewat lisan misalnya khotbah jumat atau ceramah-ceramah agama
di acara-acara pengajian.
b. Dakwah Bil qolam
Yakni metode dakwah melalui tulisan misalnya pada waktu sore hari untuk anak kecil di
masjid mengaji Al-Quran.
c. Dakwah Bil nikah
Yakni metode dakwah melalui pernikahan seperti orang yang hijrah tadi menikahi
penduduk desa agar mereka mempunyai keturunan dan bisa meneruskan dakwah Islam di
masyarakat.
d. Dakwah bil hal
Yakni metode dakwah melalui perbuataan misalnya setiap ada orang yang bangun rumah,
mereka saling bergotong royong, dll.
e. Dakwah Bil maal
Yakni metode dakwah yang dilakukan dengan harta, misalnya infaq buat pembangunan
masjid.
f. Dakwah bil hikmah
Yakni metode dakwah yang dilakukan dengan melalui pendidikan seperti dalam tingkat
pendidikan disitulah banyak juga terdapat pesan- pesan dakwah melalui mata pelajaran
agama pada metode dakwah.
g. Dakwah bil rikhlah
Yakni metode dakwah yang dilakukan melalui perjalanan, mislanya menjalankan ibadah
umrah atau haji.

2.4 KODE ETIK DAKWAH


Para pendakwah dalam menyeru Islam terdapat aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Dalam berdakwah terdapat bebarapa etika yang merupakan rambu-rambu etis pendakwah,
sehingga dapat dihasilkan dakwah yang bersifat responsif. Maka, seorang pendakwah dituntut
untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang
tercela. Dan sumber dari rambu-rambu etis dakwah bagi seorang pendakwah adalah Al-
Quran seperti yang dicontokan oleh Nabi Muhammad SAW karena pada dirinyalah figure
teladan bagi kehidupan yang diinginkan oleh Allah SWT. Adapun rambu-rambu yang perlu
diperhatikan dalam etika dakwah yaitu tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan, tidak
melakukan toleransi agama, tidak menghina sesembahan non-Muslim, tidak melakukan
diskriminasi sosial, tidak memungut imbalan, tidak berteman dengan pelaku maksiat, dan
tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui.
Karakteristik dari etika dakwah adalah etika Islam itu sendiri, dimana cakupannya
terdiri dari sumber moral dakwah, standar yang digunakan untuk menentukan baik buruknya
tingkah laku sang daI, dan pandangan terhadap naluri. Sebagai sumber moral yang
menjelaskan baik buruknya suatu perbuatan adalah Al-Quran dan Sunnah, kedua dasar inilah
yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan
menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk dalam menjalankan segala aktivitas
dakwah. Selain kedua sumber tadi, maka akal dan naluri berpendirian sebagai akal dan naluri
merupakan anugerah Allah SWT, akal dan pikiran manusia terbatas sehingga pengetahuan
manusia tidak akan mampu memecahkan seluruh permasalahan yang ada tapi hanya akal
yang dipancari cahaya Al-Quran yang bisa menempatkan pada tempatnya, dan naluri yang
mendapatkan pengarahan dari petunjuk Allah SWT yang dijelaskan dalam kitabnya.

2.5 MEDIA BERDAKWAH


Media dakwah ialah alat yang menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada
mitra dakwah. Banyak alat yang dapat dijadikan media dakwah dan alatnya pun tergantung
tujuannya dalam berdakwah. Dapat berfungsi secara efektif bila dia dapat menyesuaikan diri
dengan pendakwah, pesan dakwah, dan mitra dakwah. Sekalipun media dakwah bukan
penentu utama bagi kegiatan dakwah, akan tetapi media ikut memberikan andil yang besar
untuk kesuksesan dakwah. Pesan dakwah yang penting dan perlu segera diketahui semua
lapisan masyarakat, mutlak memerlukan media seperti media eletronik, media tulisan, media
komunikasi langsung, ataupun yang lainnya. Pendakwah pun harus memerhatikan kondisi
mitra dakwah ketika media dakwah digunakan karena alat yang sangat tepat dengan mitra
dakwah akan menimbulkan kesan yang baik dan juga agar pesan dakwah yang gratis tinggal
mendengarnya saja mudah ditangkap dan diterima dengan baik.

2.6 TOKOH DAKWAH


Hasan Al-Banna sebagai sorang ulama yang tidak pernah lupa dengan tugasnya, yaitu
mengamalkan ilmu yang dimiliki. Ia melaksanakan dakwahnya menggunakan beberapa
media dakwah. Menurut Asmuni Syukir, media dakwah adalah segala sesuatu yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah dan alat ini dapat berupa barang
(material), orang, tempat, kondisi tertentu, dan sebagainya. Sebagian dari ciri-ciri pribadi
sebagai berikut:
Pertama, menjadikan dakwah sebagai tumpuannya. Imam Hasan Al-Banna menyebut
Aku dapat menggambarkan pribadi pejuang adalah sorang yang dalam keadaan
mempersiapkan dan membekalkan diri, berpikir tentang keberadaannya pada segenap relung
hatinya, senantiasa berpikir untuk meningkatkan kemampuannya, berwaspada dan senantiasa
dalam keadaan siap siaga, bila diseur maka ia menyambut seruan itu, waktu pagi dan
petangnya ia persiapkan diri untuk-Nya, dan tidak melakukan sesuatu kecuali memenuhi
misinya yang memang telah meletakkan hidup dan kehendaknya di atas misinya yaitu
berjihad di jalan-Nya. Adapun seorang pejuang yang tidur sepenuh kelopak matanya, makan
seluas mulutnya, tertawa selebar bibirnya, dan menggunakan waktunya untuk bermain dalam
kesia-siaan, maka mustahil termasuk orang-orang yang menang dan mustahil tercatat dalam
golongan para mujahidin.
Kedua, bergerak karena Allah SWT. Keadaan seorang pejuang yang berlari memohon
kesyahidan kepada Allah SWT di saat melakukan tugas dakwah kepada Allah sebagaimana
syahidnya Urwah bin Masud ats-Tsaqafi ra, yang mendakwahkan kaumnya kepada Islam.
Ketika dia menyatakan dirinya masuk Islam, sekaligus mendakwahkan kaumnya kepada
Islam, tombak dan anak panah bertubi-tubi datang dari segala arah merobek tubuhnya hingga
ia syahid.
Ketiga, memiliki semangat yang tinggi dan memegang teguh janjinya. Seorang
pejuang dakwah mesti memiliki semangat yang tinggi sebagaimana semangat Rabiah bn
Kaabal al-Aslami ra, yang pernah diceritakan oleh Ibnul Qayyim: Bila kamu ingin melihat
tahap semangat, lihatlah semangat Rabiah bn Kaabal al-Aslami ra. Rasulullah SAW
berkata: Mintalah kepadaku. Rabiah mengatakan: Aku ingin menjadi pendampingmu di
syurga. Sementara orang lain ada yang meminta dan pakaian. Dan seorang pejuang dakwah
pun harus menepati janjinya sebagaimana firman Allah taala yang artinya Di antara orang-
orang mumin ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah,
maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-
nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya. (QS Al-Ahzab: 23)
Ciri-ciri yang lain yaitu seimbang dalam semua keadaan, komitmen terhadap petunjuk
nabawi, sabar, dan pemberi infaq yang tidak kikir terhadap dakwahnya. Dari semua ciri-ciri
dan sifat seorang pejuang dakwah di atas dapat dipahami bahwa mereka yang memiliki
keyakinan besar dalam berdakwah dan dilengkapi dengan ilmu, keahlian, penuh
tanggungjawab dan amanah. Jika mereka mengalami situasi sulit, maka mereka akan
bersabar. Mereka tidak akan rela sehingga dakwah yang ia jalani berhenti begitu saja
melainkan mereka selalu berusaha agar mencapai tujuannya. Meskipun mereka perlu
memeras seluruh kemampuan dan pemikiran mereka habis-habisan.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai