Anda di halaman 1dari 33

MID FINAL h.

1-15

MAKALAH

TAMRIN AL-KITABAH

Oleh

JAMILA MUSLIM

(SMK-PP NEGERI REA TIMUR)

Dosen

Prof. Dr. H.Syarifuddin Ondeng.M.Ag.

PRODI PAI .A

IAI DDI POLEWALI MANDAR

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2023


KATA PENGANTAR

Segalah puji hanyalah milik Allah SWT,Berkat limpahan rahmatnya lah sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini guna memenuhi tugas mata kuliah TAMRIN AL KHITABAH
serta shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Saw Ini merupakan salah
satu tugas MID FINALTAMRIN AL KHITABAH kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun bagi penulis dan pembaca dengan harapan tugas ini dapat terpenuhi dan bermanfaat
bagi pembaca dan penulis khususnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR

ISI

………………………………………………………………………............................................
……......3

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian dan definisi dakwah ilmu dakwah...................................................................4

2. Hukum berdakwah dan keuntungannya............................................................................5

3. Azas dan dasar yang menentukan Strategi dakwah.........................................................5

4. Kepribadian seorang dai yang bersifat jasmanlah............................................................5

5. Kepribadian seorang dai yang bersifat rohaniah..............................................................6

6. Tujuan, sasaran dan dakwah.............................................................................................6

7. Urgensi dakwah dan macam² instrumen dakwah............................................................6

8. Materi dakwah ( akidah, syariah dan akhlak)..................................................


...................................6

9. Sumber materi dakwah ..................................................


...................................6
10. Metodologi dakwah
...................................7

11. Materi dakwah 7

12. Masyarakat sebagai objek dakwah


...................................8

13. Syarat rukun khutbah senta standar durasi dakwah


...................................8

14.. Membuat ceramah yang frend dan aktual


9..................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajakan atau seruan kepada orang lain atau
kepada masyarakat agar mau memeluk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama secara
sadar sehingga membangkitkan dan mengembalikan potensi fitri orang itu dan dapat hidup
bahagia di dunia dan akhirat Hakekat yang paling penting adalah adanya keyakinan atau
kepercayaan bahwa Allah hanya satu dan tiada satu pun yang dapat menyamai-Nya, sehinga mau
melaksanakan perintah-Nya Hukum dakwah adalah wajib a’in dalam arti wajib bagi setiap
muslim untuk berdakwah sesuai dengan apa ayang ia ketahui Obyek dakwah dengan uruturutan
kepada diri sendiri keluarga sanak keluarga dekat atau sanak famili sebagian kelompok kepada
seluruh umat manusia.Berdakwah perlu menggunakan metode yaitu cara dakwah yang teratur
dan terprogram secara baik agar maksud mengajak melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam
dengan baik dan sempurna. Metode dakwahnya dengan Hikmah Maw’izhah Hasanah, Berdiskusi
atau Tukar Fikiran Dengan Cara Yang Baik menyam-paikan sautu kisah perumpamaan tanya
jawab, dan keteladanan yang baik
BAB II

PEMBAHASAN

1). Pengertian Dakwah

Secara etimologis, menurut para ahli bahwa kata dakwah berakar pada kata da’a yad’u
da’watan yang artinya adalah mengajak atau menyerukan. Secara terminologis, pengertian
dakwah ialah mengajak ataupun menyeru pada manusia agar menempuh kehidupan di jalan
Allah sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125, berikut artinya:“Serulah oleh
kalian semua (umat manusia) pada jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat-nasihat baik serta
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl: 125).

Para ulama Basrah, Irak berpendapat bahwa kata dakwah sebenarnya berasal dari
mashdar da’watan yang artinya adalah panggilan. Sedangkan para ulama Kufah, Irak
mengatakan bahwa kata dakwah sebenarnya berasal dari akar kata da’aa yang artinya adalah
telah memanggil.

Para ulama memiliki pendapat berbeda-beda mengenai pengertian dakwah ini. Menurut
buku Pengantar Studi Ilmu Dakwah (2010) yang ditulis oleh Muhammad Abu Al-Fath Al
Bayanuni, diterangkan bahwa beberapa orang memandang dakwah sebagai suatu penyampaian
serta penjelasan ajaran agama Islam.

Namun, ada sebagian orang yang melihat dakwah sebagai suatu ilmu serta pengajaran
yang menjauhkan seseorang dari dimensi penerapan maupun pelaksanaan dan berbagai macam
teori lainnya. Tak hanya itu saja, ada pula sebagai orang yang mengartikan kata dakwah secara
umum sebagai kolaborasi dari pengertian agama serta dakwah itu sendiri. Dakwah merupakan
suatu usaha untuk menyerukan serta menyampaikan pada perorangan manusia serta seluruh umat
mengenai pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia. Seruan tersebut meliputi amar ma’ruf
nahi munkar dengan berbagai macam media serta cara yang diperbolehkan akhlak serta
membimbing manusia untuk mendapatkan pengalaman dalam peri kehidupan perseorangan,
membangun rumah tangga, bernegara serta bermasyarakat.

2). Hukum Dan Keuntungan Dakwah


Seperti yang telah dijelaskan bahwa dakwah menurut agama Islam hukumnya adalah
wajib, baik itu fardhu ain atau fardhu kifayah berdakwah bagi seorang muslim merupakan suatu
kewajiban. Meskipun wajib, akan tetapi dalam berdakwah seorang dai perlu mengetahui
ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan dakwah. Seorang dai dapat berdakwah dengan dua cara
yaitu lisan atau perkataan (da’wah bil lisan) serta kedua perbuatan (da’wah bil hal). Dakwah bi
lisan merupakan seruan syariat agama Islam (kebaikan) yang dilakukan menggunakan cara
perkataan, contohnya adalah seperti nasihat, ceramah dan lain sebagainya. Sementara dakwah bi
hal merupakan dakwah yang dilakukan oleh seorang dai dengan cara memberikan contoh
perilaku baik pada jamaah atau umat. Contohnya adalah seperti fakir miskin, membantu para
korban yang tertimpa musibah tertentu dan lain sebagainya.

Di samping itu, dalam buku berjudul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2017),
Mustahdi dan Mustakim menjelaskan bahwa seorang dai juga harus memperhatikan beberapa
ketentuan dalam melakukan berdakwah, sehingga seruan dakwahnya dapat berhasil. Seorang dai
diharuskan untuk memenuhi 4 syarat yang meliputi Islam, baligh, berakal serta mendalami ajaran
agama Islam. Selain itu, seorang dai diharuskan untuk menerapkan etika dalam berdakwah
sebagai berikut ini: Dakwah diharuskan dilaksanakan dengan hikmah yaitu dengan
mengedepankan perkataan secara tegas, jelas dan dengan sikap bijaksana. Dakwah harus
dilaksanakan dengan nasihat-nasihat baik atau mauizatul hasanah yaitu dengan menggunakan
cara persuasif tanpa adanya kekerasan serta berisi mengenai pengajaran atau menyampaikan hal-
hal edukatif. Dakwah harus dilakukan dengan memberikan teladan yang baik atau uswatun
khasanah. Dakwah dijalankan dengan cara mujaladah yaitu dengan melakukan diskusi secara
dinamis, santun serta menghargai pendapat dari orang lain.

Poin etika ketika berdakwah sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125, berikut
artinya:

“Serulah (kepada manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah serta pengajaran yang baik dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-nya serta Dia jugalah yang paling mengetahui
siapa yang mendapatkan petunjuk.” (QS. An-Nahl (16): 125).

3). Azaz dan dasar yang menentukan strategi dakwah


Asas Kemampuan dan Keahlian achievement and profesional, yaitu azas yang lebih
menekankan pada kemampuan dan profesionalisme subjek dakwah dalam menjalankan misinya.
Latar belakang subjek dakwah akan dijadikan ukuran kepercayaan mad’u; 5. Asas Efektifitas dan
Efisiensi, yaitu asas yang menekankan usaha melaksanakan kegiatan dengan semaksimal
mungkin sesuai dengan planning yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam aktifitas dakwah
harus menyeimbangkan antara biaya dan waktu dengan tenaga yang dikeluarkan dengan
pencapaian hasilnya, bahkan kalau biaya, waktu dan tenaga yang sedikit dapat memperoleh hasil
yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu tetapi dapat
mencapai hasil yang maksimal atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya. Melihat asas-
asas strategi dakwah yang begitu luas dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya, maka
sebagai pelaku dakwah harus dapat menyikapi hal tersebut dengan memperkaya keilmuan dan
pengetahuan yang berkenaan dengan asas-asas tersebut. Seluruh asas yang dijelaskan di atas
termuat dalam metode dakwah yang harus dipahami oleh pelaku dakwah. Dimana Istilah metode
atau methodos Yunani diartikan sebagai rangkaian, sistematisasi dan rujukan tata cara yang
sudah dibina berdasarkan rencana yang matang, pasti dan logis.

Masuknya agama Islam ke Indonesia tak lepas dari perjuangan para tokoh pendakwah yang
menyiarkannya dengan berbagai strategi dan metode, sehingga bisa diterima oleh penduduk
pribumi.

Penyampaian ajaran Islam di Indonesia umumnya dilakukan dengan strategi kedamaian.


Melansir buku Sejarah Islam Nusantara oleh Rizem Aizid, ada beberapa strategi yang digunakan
para pendakwah dalam menyebarkan syariat Islam.

1. Strategi Perdagangan

Indonesia termasuk dalam jalur perdagangan internasional pada abad 7 M-16 M,


sehingga para pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India turut berdatangan untuk berniaga.
Selain berdagang, mereka turut menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat yang waktu itu
masih menganut Hindu dan Budha. Para pedagang mengambil jalur laut untuk datang ke
Indonesia, sehingga perniagaan yang terjadi antara Jazirah Arab, India, dan Asia Tenggara.
Perdagangan bukan satu-satunya jalur masuknya Islam ke Indonesia. Tetapi dengan berniaga
inilah Islam mulai dikenal dan diikuti penduduk pribumi. Sehingga para pedagang memiliki
peranan penting dalam menyiarkan Islam di Indonesia.

2. Strategi Perkawinan

Para pedagang muslim yang singgah kemudian banyak yang menetap di Indonesia.
Sehingga dari mereka ada yang menikah dengan putri bangsawan dari kerajaan pribumi.
Perkawinan yang dilakukan pun telah berlangsung secara islami. Yang mana para kala itu
masyarakat pribumi sudah banyak yang mengucapkan kalimat syahadat. Dari pernikahan itu,
banyak dari keturunan mereka yang menjadi ulama dan penyebar Islam di Nusantara. Salah satu
contohnya, perkawinan antara Maulana Ishaq dan putri Raja Blambangan yang kemudian
melahirkan Sunan Giri. Sunan Giri merupakan salah satu wali songo yang memiliki peranan
penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Anak hasil dari pernikahan antara pedagang
muslim dengan wanita pribumi lahir menjadi muslim. Dari sinilah, Islam di Indonesia
https://www.detik.com/tag/islam-di-indonesia semakin tersebar luas, dan penganutnya
meningkat.

3. Strategi Tingkatan Sosial

Para pendakwah Islam lebih dahulu mengislamkan para raja dan bangsawan yang
memiliki tingkatan sosial tertinggi. Dengan islamnya mereka, banyak dari penduduk kerajaan
yang tingkatannya berada di bawah mengikuti raja mereka. Strategi ini juga efektif dalam
penyebaran Islam di Indonesia.

4. Strategi Pendidikan

Setelah banyaknya pengikut Islam di Indonesia, para pendakwah membangun pondok


pesantren dan masjid-masjid. Yang mana digunakan sebagai tempat berkumpul untuk belajar
syariat Islam dan pembinaan calon ulama. Para murid benar-benar diajarkan berbagai macam
ilmu, hingga menjadi ahli dalam bidang agama Islam. Setelahnya mereka pun menyiarkan Islam
ke masyarakat pribumi lainnya. Meluas ke berbagai daerah di Nusantara. Pada saat itu pondok
pesantren ini didirikan oleh guru, ulama, juga kiai. Misalnya Sunan Gresik yang diyakini sebagai
orang yang pertama kali membangun pesantren di tanah Jawa.

5. Strategi Kesenian dan Kebudayaan


Cara ini dilakukan oleh wali songo ketika menyebarluaskan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Mereka menjadikan pertunjukan seni dan budaya bernuansa Islami, sehingga masyarakat
menyukainya. Misalnya, Sunan Kalijaga memperkenalkan dan mengislamkan masyarakat Jawa
dengan menggunakan salah satu budaya Jawa yakni, pertunjukkan wayang. Sunan Kalijaga
sangat mahir memainkan wayang dan memasukkan unsur dan nilai-nilai keislaman dalam cerita
pewayangan. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal
Islam, dan tertarik dengannya. Berbagai kesenian dan kebudayaan lainnya juga dijadikan media
penyebaran Islam, antara lain seni ukir, gamelan, dan seni suara suluk. Suluk yang paling
tersohor dan melekat di hati rakyat pada waktu itu adalah Tombo Ati oleh Sunan Bonang. Syair
ini dijadikan sebagai media dakwah Islam olehnya dengan menggunakan bahasa Jawa dalam
liriknya. perbuatannya. Rasulullah SAW sendiri diutus tidak lain untuk memperbaiki moralitas
umat manusia. Kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang da’i terbagi menjadi dua yaitu
kepribadian yang bersifat rohaniah dan jasmaniah. Adapun penjabarannya adalah sebagai
berikut:

4). Kepribadian yang bersifat jasmani

a. Sehat jasmani

Dakwah memerlukan akal yang sehat, sedangkan akal yang sehat terdapat pada badan
yang sehat pula. Di samping itu, dengan kesehatan jasmani seorang Da’i mampu memikul beban
dan tugas dakwah.[7]

b. Berpakaian sopan dan rapi

Pakaian yang sopan, praktis dan pantas mendorong rasa simpati seseorang pada orang
lain bahkan pakaian berdampak pada kewibawaan seseorang.[8]

c. Tujuan Dakwah

Merujuk Q.S. an-Nur/24 ayat 55, tujuan dakwah adalah menyeru dan mengajak segenap
manusia agar konsisten atau istiqamah dalam:

a) Beriman hanya kepada Allah Swt. dan tidak melakukan kemusyrikan (tauhid/akidah);

b) Menjadikan seluruh aktivitasnya hanya beribadah kepada Allah Swt. (ikhlas/syariah);


c) Mengerjakan amal shaleh dalam arti yang seluas-luasnya (amal ibadah/ muamalah);

d) Berakhlak mulia yang tolok ukurnya adalah akhlak Rasulullah Saw. (akhlak/ihsan).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dakwah adalah
mengajak segenap manusia keluar dari jalan kesesatan yang dimurkai, menuju jalan yang benar
yang diridhai Allah Swt.

5). Kepribadian yang bersifat rohaniah

Kriteria kepribadian yang baik sangat menentukan keberhasilan dakwah, karena pada
hakikatnya berdakwah tidak hanya menyampaikan teori, tapi juga harus memberikan teladan
bagi umat yang diseru. Keteladanan jauh lebih besar pengaruhnya daripada kata-kata, hal ini
sejalan dengan ungkapan hikmah “kenyataan itu lebih menjelaskan dari ucapan”. [6]

a. Beriman dan bertakwa kepada Allah Swt

Yaitu takwa dengan sebenar-benarnya taqwa, mengimani dan mengikuti aturan-aturan-


Nya, melaksanakan segala perinta-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Sifat dasar da’i ini dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an : Artinya: “Apakah kamu menyuruh
manusia berbuat kebaikan padahal kamu lupa terhadap dirimu sendiri sedangkan kamu sendiri
membaca kitab Tuhan. Apakah kamu tidak berpikir.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 44)

b. Ahli taubat

Sifat taubat dalam diri da’i, berarti ia harus mampu untuk lebih menjaga atau takut untuk
berbuat maksiat atau dosa dibandingkan orang-orang yang menjadi mad’u-nya. Jika ia merasa
telah melakukan dosa atau maksiat hendaklah ia bergegas untuk bertaubat dan menyesali atas
perbuatannya dengan mengikuti panggilan Ilahi.

c. Ahli Ibadah

Seorang da’i adalah mereka yang selalu beribadah kepada Allah dalam setiap gerakan,
perbuatan atau perkataan di mana pun dan kapan pun. Dan segala ibadahnya ditujukan dan
diperuntukkan hanya kepada Allah, dan bukan karena manusia (riya’).
d. Amanah dan Shidiq

Amanah (terpercaya) dan Shidiq (jujur) adalah sifat utama yang harus dimilki seorang
da’i sebelum sifat-sifat yang lain, karena ia merupakan sifat yang dimiliki oleh seluruh para nabi
dan rasul. Amanah dan shidq adalah dua sifat yang selalu ada bersama, karena amanah selalu
bersamaan dengan shidq (kejujuran), maka tidak ada manusia jujur yang tidak terpercaya, dan
tidak ada manusia terpercaya yang tidak jujur. Amanah dan shidq merupakan hiasan para nabi
dan orang-orang saleh, dan mestinya juga menjadi hiasan dalam pribadi da’i karena apabila
seorang da’i memiliki sifat dapat dipercaya dan jujur maka mad’u akan cepat percaya dan
menerima ajakan dakwahnya.

e. Pandai bersyukur

Orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang merasakan karunia Allah dalam
dirinya, sehingga perbuatan dan ungkapannya merupakan realisasi dari rasa kesyukuran tersebut.
Syukur dengan perbuatan berarti melakukan kebaikan, syukur dengan lisan berarti selalu
mengucapkan ungkapan-ungkapan yang baik (kalimat thayyibat). Syukur juga mempunyai dua
dimensi, syukur kepada Allah dan syukur kepada manusia. Seorang da’i yang baik adalah da’i
yang mampu menghargai nikmat-nikmat Allah dan menghargai kebaikan orang lain.

f. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan pribadi

Apa yang dilakukan seorang da’i merupakan bagian dari perhatiannya kepada umat, ia
menginginkan umat beriman dan selamat dunia akhirat.

g. Ramah dan penuh pengertian

Yaitu menunjukkan sikap hormat dan menghargai kepada siapapun.

h. Tawaddu (rendah hati)

Rendah hati bukanlah rendah diri (merasa terhina dibanding derajat dan martabat orang
lain), tawaddu (rendah hati) dalam hal ini adalah sopan dalam pergaulan, tidak sombong, tidak
suka menghina, dan mencela orang lain. Da’i yang mempunyai sifat tawaddu akan selalu
disenangi dan dihormati orang karena tidak sombong dan berbangga diri yang dapat menyakiti
perasaan orang lain.
i. Sederhana dan jujur

Kesederhanaan adalah merupakan pangkal keberhasilan dakwah, dalam kehidupan


sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhan. Sederhana di sini adalah tidak
bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sehingga dengan sifat sederhana seorang ini orang
tidak merasa segan dan takut kepadanya.

j. Tidak memiliki sifat egois

Ego adalah suatu watak yang menonjolkan keakuan, angkuh dalam pergaulan, merasa
diri paling hebat, terhormat, dan lain-lain. Sifat ini benar-benar harus dijauhi oleh da’i. Orang
yang mempunyai sifat ego hanya akan mementingkan dirinya sendiri, maka bagaimana mungkin
seorang da’i akan dapat bergaul dan memengaruhi orang lain jika ia sendiri tidak peduli dengan
orang lain.

k. Sabar dan tawakal

Yaitu sikap pasrah dan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha secara
maksimal.

l. Memiliki jiwa toleran

Toleransi dapat dipahami sebagai suatu sikap pengertian dan dapat mengadaptasi diri
secara positif (menguntungkan bagi diri sendiri maupun orang lain) bukan toleransi dalam arti
mengikuti jejak lingkungan. Salah satu contoh ayat yang menunjukkan sifat toleransi dalam surat
Al-Kafirun ayat 6 yang artinya “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”

j. Sifat terbuka (demokratis)

Seorang da’i adalah manusia biasa yang juga tidak luput dari salah dan lupa. Karena itu
agar dakwah dapat berhasil, da’i diharuskan memiliki sifat terbuka dalam arti bila ada kritikan
dan saran hendaklah diterima dengan gembira, bila ia mendapat kesulitan sanggup
bermusyawarah dan tidak berpegang teguh pada pendapat (ide) nya yang kurang baik

k. Tidak memiliki penyakit hati


Sombong, dengki, ujub, dan iri harus disingkirkan dari sanubari seorang da’i. Tanpa
membersihkan sanubari dari sifat-sifat tersebut, tidak mungkin tujuan dakwah akan tercapai.
Salah satu contoh penyakit hati bila seseorang merasa iri bila temannya mendapat kebahagiaan
dunia dan akhirat, sifat tersebut membuat seseorang tidak mungkin mengajak kepada kebaikan
bila dirinya sendiri iri melihat sasaran dakwah mendapat kebahagiaan.

l. Berakhlak mulia

Dalam kata lain, memiliki budi pekerti yang mulia dalam seluruh perkataan dan
perbuatannya. Rasulullah SAW sendiri diutus tidak lain untuk memperbaiki moralitas umat
manusia.

m. Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani

Menjadi teladan atau figur, kreatif inovatif, dan memotivasi secara positif.

n. Disiplin dan bijaksana

Menepati seluruh norma agama dan masyarakat dan melakukan sesuatu penuh pemikiran
dan pertimbangan yang matang.

o. Wara’ dan berwibawa

Sikap wara’ adalah menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan


mengindahkan amal shaleh, sikap ini dapat menimbulkan kewibawaan seorang da’i. Sebab
kewibawaan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk percaya menerima suatu
ajakan.

p. Berpengetahuan yang cukup

Dalam arti memiliki pengetahuan yang memadai mengenai segala hal yang berhubungan
dengan dakwahnya. Untuk menjadikan pesan dakwah sampai secara tepat kepada mad’u,
seorang da’i juga harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang semua hal yang
berhubungan dengan mad’u baik bahasa, tradisi, psikologis, budaya, dan temperamen
(emosional) mad’u.
6).Tujuan dan Sasaran Dakwah

Dalam melalukan dakwah, pastikan menerapkan minimal salah satu tujuan dakwah
sebagai berikut ini. Sebab, dengan menerapkan tujuan ini maka proses dakwah akan berjalan
dengan baik. Mengajak manusia untuk mengenal dan memperoleh kebahagiaan sejati di dunia
dan akhirat dengan mengajak manusia kepada tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah SWT.
Membimbing manusia agar mengenal dan memahami ajaran Islam dengan benar dan
menghindari cara pandang atau pemahaman yang kurang tepat mengenai Islam dan prinsip-
prinsip ketauhidan. Mendorong manusia untuk beramal shaleh dan menjauhi perbuatan maksiat
dengan mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, keadilan, dan toleransi. Menegakkan nilai-
nilai Islam di masyarakat, termasuk nilai-nilai sosial, moral, dan etika yang mencakup hubungan
dengan Allah SWT, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam.
Membangun umat Islam yang kuat dan mandiri melalui penguatan iman, pengembangan
kemampuan intelektual, dan peningkatan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi. Dalam dakwah,
tujuan utama adalah mengajak manusia kepada jalan yang diridhai oleh Allah SWT dan
mempersiapkan umat manusia untuk memasuki kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, tujuan
dakwah mencakup aspek-aspek spiritual, moral, sosial, dan ekonomi dalam kehidupan manusia.

Sejak zaman dulu (mulai Nabi Adam a.s sampai Nabi Muhammad Saw.), bahkan sampai
berakhirnya kehidupan, dakwah memiliki sasaran yang jelas dan tetap, yakni sebagai berikut:

a. Memberi semangat kepada manusia agar selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas amalnya,
dari baik menjadi terbaik, sudah banyak amalnya agar diperbanyak lagi, serta dari yang sekadar
mengejar formalitas menuju ke substansi, sehingga profil mukmin yang sejati menjadi nyata
adanya.

b. Mengubah jalan hidup yang tidak baik menjadi baik, serta yang menyimpang dari aturan Allah
Swt. agar kembali ke jalan-Nya (melalui taubatan nashuha).

Dengan begitu, derajat, harkat, dan martabat manusia yang sudah terpuruk dan jatuh ke lembah
nista dapat terangkat kembali, dan menjalani kehidupan secara benar.

7). Urgensi dan Instrumen dakwah


Dakwah memiliki urgensi penting dalam konteks agama Islam dan merujuk pada upaya
menyampaikan pesan agama kepada orang lain. Berikut adalah beberapa alasan urgensi dakwah
dan beberapa instrumen dakwah yang umum:

a. Urgensi Dakwah:

Penyebaran Ajaran Agama: Dakwah membantu menyebarkan ajaran Islam dan mengajak
orang untuk memahami prinsip-prinsip agama tersebut. Pertumbuhan Keimanan: Melalui
dakwah, diharapkan dapat memperkuat iman dan keyakinan umat Islam serta menginspirasi
mereka untuk mempraktikkan ajaran agama. Pedoman Etika dan Moral: Dakwah juga berperan
dalam memberikan pedoman etika dan moral yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, mendukung
pembentukan masyarakat yang bermoral. Pencegahan Maksiat: Dakwah berusaha mencegah
maksiat (perbuatan dosa) dan mengajak pada kebaikan, menciptakan masyarakat yang lebih baik
dan taat norma agama. Pengentasan Penderitaan: Dakwah tidak hanya terbatas pada aspek
spiritual, tetapi juga dapat mencakup upaya membantu masyarakat yang memerlukan, sehingga
menjadi instrumen kemanusiaan.

b. Macam-Macam Instrumen Dakwah

Instrumen atau alat dakwah menurut Imam Munawwir, secara umum diklasifikasi dalam
5(lima) kategori, yaitu:

1. Instrumen Lisan,

Salah satu instrument dakwah yang masih eksis dan efektif adalah melalui lisan atau yang
lebih popular disebut dakwah bi al-lisa>n. Melalui lisan dapat dilakukan kontak komuni-kasi
dalam bentuk diskusi, orasi (pidato), presentasi, memberikan informasi, nasihat (taushiyah),
debat, bertukar pikiran, seminar, memanfaat kan majlis bahtsul masail, majlis fatwa, majlis
ta’lim dan lain-lainnya. Namun, kesemuanya harus mampu menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada, baik kemampuan ilmu pengetahuan, hingga budaya dan gaya bahasa. Lihat
QS. Ibrahi>m: 4: yang artinya

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat
memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki dan Dia-lah Tuhan yang
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Karena dakwah melalui lisan hingga kini paling banyak digunakan, maka uraian bagaimana
seharusnya dilakukan melalui lisan, kaifiat (cara-cara) apa yang paling efektif, sehingga menjadi
mudah diterima oleh pihak sasaran, di sini isi dan porsi uraian tentang dakwah melalui lisan lebih
banyak.

2. Instrumen Amalan,

Dakwah ini adalah dakwah yang menunjukkan perilaku dan kebiasaan hidup yang islami,
yang mencerminkan sepenuhnya keindahan ajaran islam, yang ada dalam Qur’an karim , sunnah
Nabi Muhammad SAW, dan Hadis. Dakwah bil hal atau dakwah dengan amal nyata dan teladan,
penting untuk di tampilkan, di tunjukkan terutama di hadapan saudara saudara kita yang non
muslim, agar mereka mengenal islam dengan benar dan tertarik padanya. Karena mereka tidak
membaca Qur’an dan hadist, namun membaca orang islam, yakni memperhatikan perilaku dan
kebiasaan hidup orang islam, maka orang islam hendaklah menjadi duta islam yang baik.

3. Instrumen lukisan

Jika biasanya dakwah lebih banyak dilakukan dengan berceramah di masjid atau melalui
buku buku agama, sejumlah seniman lukis di kutai, Bali. Berdakwa melalui cara yang unik.
Dengan kemampuan lukis yang mereka miliki, para seniman yang juga penganut ajaran sufi ini
menyampaikan dakwa melalui lukisan kaligrafi. Para seniman ini berkumpul di sebua galeri
lukis bernama sufi Art Galery di jalan seminyak kuta, Bali. Selain melukis berbagai lukisan
absrak, seniman lukis sufi ini juga tgerketuk hatinya untuk melukis kaligrafi islam yang mereka
gunakan sebagai media untuk menyiarkan agama islam. Menurut Arif billah, sala seorang
seniman sufi, media dakwah bersifat universal dan bisa di lakukan dengan berbagai cara yang
positif. “ini Sebagian dari pengalaman saya, agama saya , akhirat saya, sekalian ini maksudnya
untuk dakwah, disampaikan walaupun bukan dengan lisan.” Ujar Arif billah, sembari
meneruskan guratan cat diatas kanvas.

4. Instrument Audio visual


Dakwah ini adala dakwah yang melalui media digital. Sekarang ini sedang marak banyak orang
yang melakukan dakwah dengan media digital. Cara dakwah ini nampaknya sangat menarik dan
cocok untuk generasi milenial.

5. Instrument Tulisan

Dakwah bil Risalah (dakwah dengan tulisan ) atau dakwah dengan media cetak, seperti
buku, majalah, tabloid, brosur, selebaran, dan koran. Dakwa bil risala juga di sebut dakwah bil
qolam dan dakwah bil kitabah.

8) . Materi dakwah ( akidah, syariah dan akhlak)

Agama Islam merupakan agama yang paling mulia dan sempurna dihadapan Allah SWT.
Proses perkembangan, pertumbuhan, serta penyebaran agama Islam diseluruh penjuru dunia
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu tidak terlepas dari perjuangan Nabi
Muhammad SAW. Sehingga, perkembangan agama Islam masih ada sampai sekarang dan
berkembang pesat. Namun, perkembangan itu berbanding terbalik dengan akhlaq. Penurunan
akhlaq disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang mendalam tentang Islam. Kehidupan
manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala pemberian-Nya manusia
dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi terkadang manusia
lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberi segala kenikmatan. Manusia harus mendapatkan
suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuaidengan bimbingan Allah
SWT. Oleh karena itu perlunya pemahaman tentang Kerangka Dasar Agama Islam yang meliputi
aqidah, syari’at, dan akhlaq. Sehingga kita bisa lebih mudah untuk memahami Islam lebih jauh.
Kerangka dasar ajaran Islam merupakan dasar-dasar pokok ajaran Islam yang membekali setiap
orang untuk bisa mempelajari Islam

1. Aqidah

Pengertian Aqidah Akidah berakar dari kata yang berarti tali pengikat sesuatu dengan
yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika masih dapat
dipisahkan berarti belum ada pengikat dan sekaligus berarti belum ada akidahnya. Dalam
pembahasan yang masyhur akidah diartikan sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan. Akidah
adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh. Manusia dalam hidup ini terpola kedalam ikatan dan
perjanjian baik dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan alam lainnya. Ruang
Lingkup kajian akidah berkaitan erat dengan rukun iman.

2. Syariah

Syariah Secara bahasa, syariah artinya jalan lurus menuju mata air digambarkan sebagi
sumber kehidupan. Syariah berarti jalan lurus menuju sumber kehidupan yang sebenarnya.
Sumber hidup manusia sebenarnya adalah Allah. Untuk menuju Allah Ta’ala, harus
menggunakan jalan yang dibuat oleh Allah tersebut (syariah). Syariah ini menjadi jalan lurus
yang harus di tempuh seorang muslim. Tidak ada jalan lain bagi orang muslim kecuali
menggunakan syariah Islam Allah Swt. Berfirman dalam QS. Al-Jaatsiyah [45]: 18;

Artinya : Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari
agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang
tidak mengetahui

Secara istilah, syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan Allah untuk mengatur
manusia baik hubungannya dengan Allah Swt., dengan sesama manusia

3. Akhlak

Akhlak Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak, yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti:

a) Tabiat, budi pekerti

b) Kebiasaan atau adat

c) Keperwiraankesatriaan kejantanan

Sedangkan secara istilah akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji
menurut pandangan akal dan hukum Islam disebut akhlak yang baik Jika perbuatan-perbuatan
yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk
Namun berdasarkan beberapa pendapat dari ulama, akhlak adalah sifat yang sudah tertanam
dalam jiwa yang mendorong perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi perilaku
kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji menurut akal dan agama
dinamakan akhlak baik (akhlak mahmudah) Sebaliknya, jika ia melahirkan tindakan yang jahat,
maka disebut akhlak buruk (akhlak mazmumah) Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang
melekat di dalam jiwa maka perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat yaitu
Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu dilakukan hanya sesekali saja, maka
tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu saat, orang yang jarang berderma tiba-tiba
memberikan uang kepada orang

9). Sumber materi dakwah

Keseluruhan materi dakwah, pada hakikatnya bersumber dari dua sumber, yaitu: al-
Qur‟an dan al-Hadits. Menurut Hasby al-Shiddiqiy, alQur‟an adalah kalam Allah SWT yang
merupakan mu‟jizat yang diturunkan atau di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan
membacanya merupakan suatu ibadah. Sedangkan al-Hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,pernyataan
(taqrir), dan sebagainya. Secara khusus, Al-Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang
diturunkan kepada Muhammad SAW. Dan sebutan Al-Qur’an tidak terbatas pada sebuah kitab
dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagian ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya. Maka
jika mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, maka dibenarkan mengatakan bahwa si
pembaca itu membaca Al-Qur’an. Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya
sesuatu yang baru – lawan dari al-Qadim (lama) – artinya yang berarti menunjukkan kepada
waktu yang dekat atau waktu yang singkat seperti (orang yang baru masuk/memeluk agama
islam). Hadis juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.Secara umum fungsi Hadis
adalah untuk menjelaskan makna kandungan Al-Qur’an yang sangat dalam dan global atau li al-
bayan (menjelaskan). Hanya penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai
bentuk penjelasan Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah, yakni al-
Qur‟an dan al-Hadits Rasulullah SAW. Dimana keduanya merupakan sumber utama ajaran
Islam. Oleh karenanya materi dakwah Islam tidaklah dapat dilepaskan dari dua sumber tersebut.
Bahkan bila tidak berstandar kepada keduanya (al-Qur’an dan al- Hadits) maka seluruh aktivitas
dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syari’at Islam

10). Metodologi dakwah

Peranan Metodologi Dakwah Dan Pengertian Peranan Metodologi Dakwah

Islam adalah agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif
melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat islam sangat bergantung dan
berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang di lakukannya Oleh karena itu Al-Qur’an
menyebutkan kegiatan dakwah dengan Absanu Qaula. Dengan kata lain biasa kita simpulkan
bahwa menempati posisi yang begitu tinggi dan mulia dalam kemajuan agama islam. Kita tidak
dapat membayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan. Seorang da’I atau
mubaligh dalam menentukan strategi dakwahnya sangat memerlukan pengetahuan di bidang
metodologi. Selain itu bila pola berpikir kita berangkat dari pendekatan system, dakwah
merupakan suatu system dan metodologi mempunyai peranan dan kedudukan yang sejajar
dengan unsure-unsur yang lain, sepertitujuan dakwah, sasaran dakwah, subjek dakwah, dan
sebagainya. Oleh sebab itu, agar dakwah mencapai sasara-sasara strategis jangka panjang, maka
di perlukan suatu sistem manejerial komunikasi baik dalam penataan, perkataan maupun
perbuatan yang banyak dalam hal sangat relevan dan terkait dengan nilai-nilai keislaman.
Dengan adanya kondisi seperti itu, maka para da’I harus mempunyai pemahaman yang
mendalam, bukan saja menganggap bahwa frame (Amal Ma’rup Nahi Mungkar) hanya sekedar
menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya: Mencari materi
yang cocok atau yang sesua dengan sikon, Mengetahui psikologi objek dakwah secara tepat,
Memilih metode yang representative, Menggunakan bahasa yang efektif dan bijak sana, Arti
Metode Dakwah Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu, “meta” (Melalui) dan
“hados” (Jalan Atau Cara). Dengan demikian dapat kita artikan bahwa metode dakwah adalah
cara atau jalan yang harus di lalui untuk menggapai suatu tujuan Sedangkan arti dakwa menurt
pandangngan beberapa pakar ilmuan sebagai berikut: Bakhial Khauli, dia menyatakan Dakwak
adalah suatu proses menghidupkan peraturan-perturan islam dengan maksud memindahkan umat
dari satu keadaan ke pada keadaan yang lain Syekh Ali Mahfudz dia menyatakan Dakwah adalah
mengajak manusia untuk mengerjakan kebaiakan dan mengikuti petujuk, menyuruh mereka
berbuat baik dan melarang mereka mengerjakan perbuatan jelek agar mereka memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat. Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa metode
dakwah adalah cara-cara tertentu yang di lakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u
untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini untuk mencapai tujuan
dakwah yang efektif dan efisien

Metode-metode Dakwah

Metode Ceramah (retorika dakwah)

Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak di warnai oleh cirri
karakteristik bicara seorang da’I pada suatu aktipitas dakwah. Ceramah dapat pula bersipat
propaganda, kampanye, berpidato, khidbah, sambutan, mengajar dan sebagainya. Istilah ceramah
dalam akhir-akhir ini sedang ramainya di pergunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta,
baij melalui radio, televiisi, maupun ceramah secara langsung. Pada ssebagian orang menamai
ceramah dengan berpidato atau retorika dakwah. Metode ceramah sebagai salah satu metode
yang sseriang di pakai oleh orang atau da’i-da’I atau para utsan allah dalam usaha
menyampaikan risalahnya Metode ceramah ini di pergunakan sebagai mana metode dakwah
efektif dan efisien bila mana objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak penceramah orang
yang ahli berceramah dan berbicara sebagai syaraat dan rukun ibadah (seperti shalat jum’at)
Metode yang di gunakan sesuai dengan sikon Dengan mengetahui dan memahami metode
ceramah dalam dakwah maka harus mempelajari karakteristik metode itu,berikut akan di bahas
kelebihan dan kekurangan metode ceramah Kelebihan Metode Dakwah

Metode ceramah memiliki beberapa keistimewahan atau kelebihan antara lain:

 Dalam waktu yang relative singkat dapat di sampaikan banyak bahan.

 Memungkinkan da’I menggunakan pengalamannya , keistimewahannay dan kebijakannya


sehingga mad’u mudah menerima ajaran yang di sam paikannya.

 Da’I lebih mudah mengusai seluruh mad’u.

 Bila di berikan dengan baik, dapat memberi stimulasi kepada mad’u untuk mempelajari yang
di sampaikan

 Dapat meningkatkan status da’i.


Metode ceramah ini lebih plesibel, artinya mudah di sesuaikan dengan sikon serta waktu
yang tersedia, jika waktu singkat bahan dapat di singkat dan jika waktu panjang dapat di
sampaikan bahan sebanyak-banyaknya.

Kekurangan Metode Dakwah

Metode cwramah selain memiliki beberapa kelebihan juga memiliki kekurangan atau
kelemahan antara lain:

 da’I sukar memahami mad’u terhadap bahan-bahan yang di sampaikannya.

 Metode ceramah hanya bersipat komunikasi satu arah.

 Sukar menjajaki pola fakir mad’u dan pusat perhatiannya.

 Da’I lebih cenderung bersifat otoriter

 Pabila da’I tidak mengetahui sikollgi mad’u maka ceramah akan melantur dan menjadi lebih
bosan

Metode Tanya-Jawab

Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong
sasarannya untuk menyatakan sesuatu masalah yang di rasa belum di mengerti dan da’I sebagai
penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
Sebab dengan bertanya orang berarti ingin mengetahuai lebih dalam dan mengamalkannya.
Harapan ini tak dapat di capai tampa adanya usaha seorang da’I untuh melatih didrinya
memahami maksut dari perrtanyaan orang lain, memiliki keterampilan bertanya dan sebagainya.
Metode dakwah ini bukan bukan saja cocok pada ruang Tanya jawab, akan tetapi cocok pula
untuk mrngimbangi dan memberi selingan ceramah. Ini sangat berguna untuk mengurangi
kesalah pahaman para pendengar, menjelaskan perbedaan pendapat, menerangkan hal-hal yang
belum dimengerti dan sebagainya. Metode ini sering di gunakan di saat Rasulllullah saw, dengan
para sahabat di saat tak mengerti tentang sesuatu agama (sahabat bertanya pada rasullullah).

Kelebihan Metode Tanya Jawab


Metode Tanya jawab juga memiliki kelebihan. Diantara kelebihan metode ini adalah: Tanya
jawab bias di jelaskan seperti Radio, Televisidan sebagainya.

 Dapat di jadikan komunikasi dua arah

 Bila ranya jawab sebagai selingan ceramah,maka audien dapat hidup atau aktif.

 Timnilnya perbedaan pendapat terjawab atau didiskusikan di porum tersebut.

 Mendorong audien lebih aktif dan bersungguh-sungguh memperhatikan.

11). Media dakwah

Pengertian Media Dakwah

Kata media berasal dari bahasa Latin median yang merupakan bentuk jamak dari
medium secara etimologi yang berarti alat perantara. Secara umum dipahami bahwa istilah
‘media’ mencakup sarana komunikasi seperti pers media penyiaran (broadcasting) dan sinema
Namun terdapat rentang media yang luas mencakup pelbagai jenis hiburan (entertainment) dan
informasi untuk audiens yang besarmajalah atau industri musik.Terdapat juga industri yang
mendukung pelbagai aktivitas media bahkan jika industri-industri tersebut tidak berkomunikasi
secara langsung dengan publik Press Association mensuplai berita, Screen Services membuat
ulasan untuk film Gallup menyediakan riset pasar Kemudian terdapat industri telekomunikasi
yang membawa materi untuk media-kabel atau satelit untuk maksud-maksud itu akan
diasumsikan bahwa media merujuk pada pelbagai institusi atau bisnis yang berkomunikasi
dengan para audiens terutama dalam menyediakan pengisi waktu luang Istilah ‘media’ berlaku
bagi produk-produk informasi dan hiburan dari industri-industri media bagitu juga contoh-
contoh telekomunikasi yang membantu membawakan produk-produk tersebut kepada kita.
Terdapat pelbagai ide tentang apakah sejarah media itu dan bagaimana mendekatinya untuk
memahami media (dan perkembangannya) kita perlu menggunakaan kata-kata kunci dan
memahami bagaimana mereka berkaitan dengan isu-isu tentang pengaruh dan konstruksi
mediaTerdapat pelbagai pendekatan kritis terhadap kajian media dalam perkembangan kritik
media Pendekatan-pendekatan ini secara bervariasi memberikan tekanan kepada pemahaman
terhadap bisnis dan produsen media, kepada teks-teks media dan konstruksinya dan kepada para
audiens media dan konteks sosialdalam perkembangan studi media, kritik telah beranjak dari
mempercayai bahwa media melakukan berbagi halkepadaorang orang ke mengamati apa yang
dilakukan orang-orang dengan media dan pada materi media yang sesungguhnya. Minat terhadap
efek-efek media telah menjadi faktor yang konstan ketika studi tentang media mengalami
kemajuan hal ini penting dalam kritik-kritik sosiologi terhadap media Media dibagi menjadi dua
yaitu

a. Nonmedia Massa

1) Manusia utusan kurir dan lain-lain

2) Benda telepon surat dan lain-lain

b. Media Massa

1) Media massa manusia pertemuan, rapat umum seminar sekolah dan lain-lain

2) Media massa benda spanduk buku selebaran poster folder dan lain-lain

3) Media massa periodik–cetak dan elektronik visual audio dan audio visual (Darwanto
Sastro Subroto dalam Amin, 2009: 114)

Media dakwah pada zaman Rasulullah dan sahabat sangat terbatas yakni berkisar pada dakwah
qauliyah bi al-lisan dan dakwah fi’liyyah bi al-uswah ditambah dengan media penggunaan surat
(rasail) yang sanagt terbatas Satu abad kemudian dakwah menggunakan media yaitu qashash
(tukang cerita) dan muallafat (karangan tertulis) diperkenalkan Media yang disebut terakhir ini
berkembang cukup pesat dan dapat bertahan sampai saat ini. Pada abad ke-14 Hijriahkita
menyaksikan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat Di
samping pengaruh-pengaruhnya yang negatif terhadap dakwah tidak dapat dikesampingkan
adanya pengaruh positif yang dapat mendorong lajunya dakwah Dalam rangka inilahdakwah
dengan menggunakan media-media baru seperti surat kabar majalah cerpen, cergam piringan
hitam kaset film radio televisi stiker lukisan iklan pementasan di arena pertunjukan puisi
nyanyian musik dan media seni lainnyadapat mendorong dan membantu para pelaku dakwah
dalam menjalankan tugasnya (Ali Yafie, 1997 : 91-92)
Adapun yang dimaksud media dakwah, adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah Pada zaman modern seperti sekarang
ini seperti televisi video kaset rekaman majalah dan surat kabar (Wardi Bachtiar, 1997

12). Masyarakat sebagai objek dakwah

Di dalam al-Quran ditemukan ayat yang mengindikasikan bahwa objek dakwah Islam
adalah seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Saba: 28:

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui“.( QS. Saba: 28)

Ayat di atas tidak mengungkapkan secara jelas kepada manusia yang mana Rasulullah
menyampaikan dakwah. Manusia yang dimaksud bersifat global (umum) Artinya tidak tidak
dibedakan apakah manusia itu muslim atau non muslim siapa pun manusia itu dakwah Islam
mesti disampaikan Terserah ia mau menerima atau tidak. Sebab di dalam Islam tidak ada
paksaan dalam beragama sebagaimana yang terdapat di dalam firman Allah: Laa ikraha fiddiin
(tidak ada paksaan dalam beragama) Manusia bebas menentukan pilihan hidupnya dengan
segala konsekwensinya Ayat lain yang juga mendukung pernyataan bahwa objek dakwah adalah
seluruh umat manusia terdapat di dalam QS. Al-a’raaf:158: Artinya: Katakanlah: “Hai manusia
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain dia yang meng-hidupkan dan
mematikan Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya Nabi yang Ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia supaya kamu
mendapat petunjuk Penguatan yang diberikan ayat di atas memperjelas bahwa semua umat
manusia merupakan objek dakwah dengan keanekaragamannya dalam pelaksanaan dakwah
perlu dipelajari dengan sebaik-baiknya sasaran dakwah sebagai konsiderasi yang tepat baik
mengenai sosiologi cultural, strukr kelembagaan umur profesi mau pun dari segi sosial
ekonominya Secara garis besar sasaran dakwah dibagi menjadi dua kelompok yaitu orang yang
sudah beragama Islam dan yang belum beragama Islam Dakwah terhadap orang yang telah Islam
menitik beratkan pada pembinaan dan bimbingan dalam melaksanakan agama Adapun terhadap
orang yang belum Islam yaitu lebih ditekankan kepada pengenalan agama dan pembinaan aqidah
yang benar Pendapat lain mengatakan bahwa al-Quran memberi isyarat bahwa kelompok
manusia sebagai penerima dakwah ada tiga golongan yaitu: golongan orang mukmin, golongan
orang kafir dan orang munafik Penulis sepakat dengan pendapat ini karena dalam penelusuran
terhadap objek dakwah dalam al-Quran dan hadist penulis menemukan hal yang
mengindikasikan adanya tiga golongan ini. akan diperjelas dalam penjelasan selanjutnya. Di
dalam al-Quran ditemukan beberapa ayat yang menyebutkan harus menyampaikan dakwah
kepada siapa saja meski pun tidak secara jelas Ayat-ayat tersebut tersebar di dalam tiga belas
surat di dalam Al-Quran yaitu: QS.3: 21, 104, 110; QS. 4:114; QS.5: 63, 78, 79; QS.6: 70, QS.7:
157, 165, 199, QS.9: 67, 71, 112; QS.11:119; QS.16:90; QS.19:55, QS.24:21; QS.31:17; QS.
51:55; Qs.87:9. Ayat-ayat tersebut nampaknya menjelaskan siapa-siapa saja yang menjadi objek
dakwah meski pun tidak diungkapkan secara jelas. Sebab Dalam al-Quran, objek dakwah lebih
banyak di-mahzuf-kan (tidak diungkapkan secara jelas)

Dari penelusuran terhadap ayat-ayat yang memuat objek dakwah (termasuk yang sudah
disebutkan di atas), penulis menemukan kepada siapa saja dakwah itu disampaikan yaitu sebagai
berikut:

Keluarga, Untuk melakukan dakwah yang lebih luas yang perlu dilakukan terlebih dahulu
adalah menyampaikan dakwah kepada orang-orang terdekat seperti keluarga. Keluarga akan
membantu jalannya dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i. setidaknya, ketika da’i masuk ke
masyarakat luas kondisi keluarga yang belum terdakwahi tidak akan menjadi batu sandungan
dalam menjalankan dakwah. Sebab akan menjadi suatu pemandangan aneh bagi masyarakat jika
seorang da’i sudah gencar berdakwah sementara keluarganya sendiri dibiarkan begitu saja dalam
kesesatan dan keburukan. Kondisi yang demikian dapat mengganggu persepsi objek dakwah
terhadap da’i. sehingga proses tranformasi dakwah pun bisa terganggu atau bahkan terhambat.
Ayat yang mengindikasi dakwah kepada keluarga terdapat di dalam firman Allah QS: Luqman:
17 sebagai berikut:

Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
13). Syarat rukun khutbah senta standar durasi dakwah

Pengertian khutbah adalah menyampaikan nasihat dan pesan tentang takwa. Secara
umum pengertian khutbah adalah kegiatan berdakwah mengajak atau menyeru orang lain untuk
meningkatkan ketakwaan keimanan dan pesan keagamaan lainnya dengan rukun dan syarat
tertentu sementara secara bahasa pengertian khutbah adalah pidato atau ceramah Khutbah
berkaitan erat dengan ibadah salat atau ibadah lainnya Sebagai misal khutbah Jumat khutbah
Idul Fitri Idul Adha khutbah salat gerhana (Khusuf) khutbah nikah dan lain sebagainya Jenis-
jenis khutbah di atas memiliki ketentuannya masing-masing. Namun, yang selalu dilakukan
secara rutin dan setiap minggu adalah khutbah Jumat. Khatib adalah seseorang yang bertugas
menyampaikan khutbah saat menjalankan salat Menjadi khatib pada dasarnya merupakan
perwakilan yang hukumnya fardhu kifayah dan harus benar-benar mengerti dan memahami tata
cara khutbah sebelum naik ke atas mimbar

14. Ceramah trend dan aktual

"Pidato bertema diubah insecure jadi bersyukur"

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah Subhanahu
Wa Ta'ala yang telah melimpahkan taufiq, hidayah inayah, serta nikmat iman Islam dan
kesehatan bagi kita semua. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda kita
nabi besar Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Pada kesempatan kali ini saya akan
menyampaikan sebuah pidato yang berjudul "merubah insecure menjadi bersyukur". Setiap
orang pasti ingin mencapai kesempurnaan dalam hidupnya baik kesempurnaan dalam materi,
intelektual, maupun fisik. Tapi, seperti yang dilihat di era globalisasi atau digital pada saat ini
fisik seringkali menjadi masalah bagi seseorang. Jika tidak sesuai dengan apa yang menjadi
standar umum mengakibatkan ketidakpercayaan diri terus menguasai diri dan berakhir pada rasa
insecure. Bentuk tubuh, warna kulit, jodoh pekerjaan materi ataupun hal-hal lain yang
berhubungan dengan nilai dan pandangan masyarakat akan dikatakan buruk apabila tidak
mencapai standar umum oleh standar masyarakat pada era sekarang Nah, orang yang insecure itu
biasanya menghindari kontak dengan orang lain karena merasa dirinya paling rendah, paling
buruk dari orang lain. Hal itu terjadi karena keseringan membandingkan dirinya dengan orang
lain, dirinya fokus pada kekurangan yang dimiliki dalam dirinya tanpa melihat kelebihan potensi
atau keunikan-keunikan pada dirinya sendiri.

Nah, ada beberapa cara agar kita menyudahi rasa insecure itu;

Pertama, menerima diri sendiri dimana penerimaan diri sendiri adalah hal yang paling
utama agar kita tidak terus menerus dalam membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Yakinlah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala bahwa kita sudah diatur dan ada porsinya masing-
masing.Ketika seseorang sudah mencintai dirinya sendiri atau menerima kata-kata dari orang
baik atau buruk tidak akan berarti apa-apa. Kedua, yaitu memaksimalkan kelebihan dimana
setiap orang memiliki potensi dan kelebihan masing-masing. Dari pada fokus pada kekurangan
dan terus-menerus mengikuti standar masyarakat lebih baik itu dialihkan dengan melakukan
kegiatan yang lebih bermanfaat dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki. Karena
terlalu mengikuti standar masyarakat atau sesuai keinginan orang lain akan membuat kita
kehilangan jati diri.Ketiga, jangan suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Karena
masing-masing orang itu sudah diatur oleh Allah subhanahu wa ta'ala bagaimana bentuk dan
bagaimana pekerjaan yang akan dimiliki. Kita boleh melihat kelebihan orang lain sebagai
motivasi tapi jangan menjadikan seolah-olah itu menjadi kelemahan bagi diri sendiri. Karena
manusia mempunyai ciri khas dan keunikannya masing-masing. Keempat, jangan yaitu kufur
terhadap nikmat Allah Subhanahu wa ta'ala yang mana seperti firman Allah subhanahu wa ta'ala
dalam surat al-Hujurat ayat 13: “Dengan segala kuasanya Allah menciptakan manusia dari
berbagai macam suku dan warna kulit”.Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita tidak menjadikan
perbedaan sebagai ajang pembanting diri yang berujung pada rasa tidak percaya diri dan tidak
bersyukur.

Kelima atau yang terakhir perlu dipahami bahwa perbedaan adalah hal yang wajar. Oleh karena
itu, marilah kita bersama-sama bersyukur dengan segala nikmat dan karunia yang Allah berikan
kepada kita.

Sekian dari pidato yang dapat saya sampaikan semoga ini semua bermanfaat.

Saya ingin mengatakan yang terakhir kalinya manusia diciptakan untuk menjadi nyata
bukan sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Mari kita sama-sama berhenti untuk insecure dan rubah insecure itu menjadi bersyukur.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh .


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari sudut bahasa kata dakwah berasal dari bahasa Arab ‫ع ا‬ٙ ‫د‬ٙ yang berarti ‫ط لب‬ٙ menyeru,
meminta, menuntun, menggiring atau memanggil, mengajak orang lain supaya mengikuti,
bergabung, memahami untuk memiliki suatu tindakan dan tujuan yang sama yang diharapkan
oleh penyerunya

Sedangkan dari sudut istilah, ada beberapa pengertian diantaranya, dakwah (‫)الدعوة إلى هللا‬
dimaksudkan seruan untuk beriman kepada Allah, beriman kepada apa-apa yang dibawa oleh
para rasul-Nya, menyeru untuk mempercayai apa yang diberitakan oleh para rasul serta mentaati
apa-apa yang diperintahkan mereka, hal itu mencakup seruan untuk mengucapkan dua kalimah
syahadat, melaksanakan shalat, zakat, puasa bulan romadlan dan haji. Serta termasuk seruan
untuk beriman kepada Allah, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari kebangkitan, qadla
dan qadar, serta seruan agar hamba meyembah Tuhannya seakan dia melihat-Nya.[7] Dengan
singkat seperti yang diungkap oleh Abdul Karim Zaidan; yang dimaksud dakwah adalah
menyeru kepada Allah, dan maksudnya adalah menyeru kepada agama Allah yakni agama Islam.

Pengertian ilmu dakwah:

Menurut Ahmad Ghalwasy dakwah merupakan ilmu yang memperalajri berbagai


pembahasan teknis dan seni penyampaian agama Islam kepada ummat manusia yang mencakup
akidah, syariah dan akhlak.[12] Bagi Muhammad al-Ghazali ilmu dakwah adalah program
lengkap yang mencakup berbagai pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mengetahui
tujuan hidup mereka dan mengungkap rambu-rambu kehidupan orang-orang yang baik. Seperti
yang telah dijelaskan bahwa dakwah menurut agama Islam hukumnya adalah wajib, baik itu
fardhu ain atau fardhu kifayah berdakwah bagi seorang muslim merupakan suatu kewajiban.
Meskipun wajib, akan tetapi dalam berdakwah seorang dai perlu mengetahui ketentuan-
ketentuan dalam pelaksanaan dakwah. Seorang dai dapat berdakwah dengan dua cara yaitu lisan
atau perkataan (da’wah bil lisan) serta kedua perbuatan (da’wah bil hal).
Asas Kemampuan dan Keahlian achievement and profesional, yaitu azas yang lebih
menekankan pada kemampuan dan profesionalisme subjek dakwah dalam menjalankan misinya.
Latar belakang subjek dakwah akan dijadikan ukuran kepercayaan mad’u; 5. Asas Efektifitas dan
Efisiensi, yaitu asas yang menekankan usaha melaksanakan kegiatan dengan semaksimal
mungkin sesuai dengan planning yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam aktifitas dakwah
harus menyeimbangkan antara biaya dan waktu dengan tenaga yang dikeluarkan dengan
pencapaian hasilnya, bahkan kalau biaya, waktu dan tenaga yang sedikit dapat memperoleh hasil
yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu tetapi dapat
mencapai hasil yang maksimal atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya. Melihat asas-
asas strategi dakwah yang begitu luas dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya, maka
sebagai pelaku dakwah harus dapat menyikapi hal tersebut dengan memperkaya keilmuan dan
pengetahuan yang berkenaan dengan asas-asas tersebut. Seluruh asas yang dijelaskan di atas
termuat dalam metode dakwah yang harus dipahami oleh pelaku dakwah. Dimana Istilah metode
atau methodos Yunani diartikan sebagai rangkaian, sistematisasi dan rujukan tata cara yang
sudah dibina berdasarkan rencana yang matang, pasti dan logis. Kriteria kepribadian yang baik
sangat menentukan keberhasilan dakwah, karena pada hakikatnya berdakwah tidak hanya
menyampaikan teori, tapi juga harus memberikan teladan bagi umat yang diseru. Keteladanan
jauh lebih besar pengaruhnya daripada kata-kata, hal ini sejalan dengan ungkapan hikmah
“kenyataan itu lebih menjelaskan dari ucapan”. [6] Dari pembahasan di atas membahas tentang
dakwah, tujuan Pengertian definisi urgensi dakwah dll. Menurut kebanyakan ulama secara
Umum hukum dakwah adalah fardu kifayah Artinya apabila telah dilakukan oleh sekelompok
orang beban kewajiban itu gugur dari yang lain Menurut penulis hukum dakwah Adalah fardu
'ain agar setiap muslim berbuat menegakkan dan menyampaikan kebenaran

Dan hasil penelitiannya, hukum dakwah ada dua: wājib kifāyah, dan wājib 'ain
Ulama yang mengatakan hukum dakwah wajib kifayah adalah Al-Suyuti Al-Qurtubi dan Al-
Andalusi Fardhu kifāyah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada sebagian umat Islam jika
sudah ada kelompok yang berdakwah maka gugurlah bagi yang lain
B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini referensi yang digunakan sudah cukup namun apabila akan
menggunakan referensi yang lebih banyak lagi itu akan lebih baik. Waktu yang diberikan
tergolong singkat untuk pembuatan sebuah makalah sehingga untuk pembuatan makalah
selanjutnya disarankan untuk menggunakan referensi dan waktu yang lebih banyak.

Daftar Pustaka

✓ Sejarah Islam Nusantara Wikipedia

✓Gramedia Detik.com

Anda mungkin juga menyukai