Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENDAKWAHKAN KERAMAHAN ISLAM

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Al-Qur'an Hadis

Guru pembimbing: Eka Nor Jannah M.Sos

Disusun oleh :
•Armijiah
•Riska Amilia
•Hartati
•Karina
•Nabila Putri

Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Selidah


Madrasah Aliyah Ulumul Qur'an
Barito Kuala
Tahun 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Al-Qur'an Hadis ini tepat pada waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada guru
pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya.Makalah ini kami buat
dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas Al-Qur'an Hadis. Tak hanya itu, kami juga
berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan.

Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah Al Qur'an Hadis ini bisa memberikan
informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Rantau Badauh, 19, Januari, 2024

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………….…………………………….…….……i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………….……………………………..1


A. Latar Belakang…….………………………………………………………….…….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...……..…….2
C. Tujuan..…………………………………………..…………………………………..2
D. Manfaat……….…………………………………………..………………….……. 2
E. Metode…………………………………………..………………………….………3

BAB II PEMBAHASAN….…………………………………………….….…………...…4
A. Pengertian Dakwah………….....………………………………….…….………….4
B. Kewajiban Dakwah…………..………………………………….…….……………4
1. Berdakwah Hukumnya Fardhu 'Ain………………………………………………...5
2. Berdakwah Hukumnya Fardhu Kifayah…………………………………….....……5
C. Fase-Fase Dakwah Zaman Rasulullah…………………..…………………..………6
1. Fase Dakwah secara sembunyi-sembunyi…………………………………………..6
2. Fase Dakwah secara terang-terangan……………………………………………….7
3. Fase Dakwah setelah Hijrah………………………………………………………...8
D. Hadis Tentang Keutamaan Dakwah………………………………………...….……9
E. Metode Dakwah yang ramah dalam islam………………………………………….9
1. Dakwah Bil Hikmah………………………………………………………………..10
2. Dakwah Al-Mau’idhah al Hasanah………………………………………………..,,11
3. Dakwah Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan……………………………………..11
BAB III PENUTUP…..…………………………………………..…………………………13
A. Kesimpulan…………………………………………...……………….….…………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..………….………….…….14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dakwah merupakan bagian yang sangat penting di dalam Islam, karena berkembang
tidaknya ajaran agama Islam dalam kehidupan masyarakat merupakan aktivitas dari berhasil
tidaknya dakwah yang dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut penyampaian dan
penyebaran. Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan misi risalah melalui
media dakwah, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan umat Islam, dengan
memperhatikan akidah, akhlak, dan ketentuan lainya yang intinya sesuai dengan konsep
Islam ( Saefudin, 1996 : 1 ).
Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beragam.Banyak para ahli
ilmu dakwah memberikan definisi menurut versi sudut pandang yang berbeda.
Amrullah Ahmad berpendapat sebagai berikut :
“Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu
sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara
teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada
dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam mengusahakan terwujudnya ajaran
Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tersebut ( amrullah, 1984: 2)”
Dalam proses dakwah perlu menggunakan metode, namun metode tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu dipertimbangkan metode yang akan
digunakan dan cara penerapannya, karena sukses dan tidaknya suatu program dakwah sering
dinilai dari segi metode yang dipergunakan. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi oleh
dakwah semakin berkembang dan kompleks, sehingga metode yang berhasil di suatu tempat
tidak dapat dijadikan tolak ukur daerah lain ( Abdullah, 1993 : 1 ).
Secara umum Allah telah memberikan pedoman tentang dasar metode dakwah, sebagaimana
tercantum dalam Al Qur‟an surat An – Nahl ayat 125 :
‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْعَلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْعَلُم‬
‫ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬

1
Artinya : “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia – lah yang
lebih mengetahui tentang siapa tersesat dari jalan –Nya dan Dia – lah yang lebih mengetahui
orang – orang yang mendapat petunjuk “ (Departemen Agama RI, 2005: 282).
Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al Qur‟an surat An – Nahl ayat 125 maka
jelaslah bahwa dakwah Islam tidak mengharuskan secepatnya berhasil dengan satu cara atau
metode saja, namun berbagai cara dapat dilakukan sesuai objek dakwah dan kemampuan
masing– masing pelaksanaan dakwah atau pimpinan dakwah.Materi dakwah maupun
metodenya yang tidak tepat, sering memberikan gambaran ( image ) dan persepsi yang keliru
tentang Islam.Demikian pula kesalahpahaman tentang makna dakwah, menyebabkan
kesalah langkahan dalam operasional dakwah. Sehingga dakwah sering tidak membawa
perubahan apa – apa, padahal tujuan dakwah adalah untuk mengubah masyarakat sasaran
dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah
( Hafiduddin, 1998 : 67 ).
Dalam melaksanakan dakwah itu tidak hanya dilakukan oleh perorangan saja, akan
tetapi dilaksanakan secara kerja sama atau dengan kata lain adalah dengan membentuk
organisasi dakwah Islam. Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai rangkaian aktifitas
menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah. Bagi segenap kegiatan usaha dakwah
organisasi inilah yang merupakan sesuatu kekuatan bagi umat Islam yang disusun dalam satu
kesatuan baik material, spiritual, maupun fisik material
B. Rumusan Masalah
1). Apakah kita wajib berdakwah?
2). Bagaimana proses dakwah di zaman Rasulullah?
3). Bagaimana metode dakwah dalam Islam ?
C. Tujuan
1). Mengetahui hukum dakwah
2). Mengetahui proses dakwah pada zaman Rasulullah
3). Mengetahui keutamaan berdakwah
4). Mengetahui metode dakwah yang ramah dalam islam
D.Manfaat
1).menambah pengetahuan tentang dakwah dan cara berdakwah menurut Islam
2).Menambah pengetahuan tentang bagaimana prosesnya dakwah pada masa Rasulullah

E.Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi pustaka, metode
deskriptif dalam menganalisis data, dan metode informal (naratif) dalam penyajian hasil
analisis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
Dakwah adalah suatu proses penyampaian, ajakan atau seruan kepada orang lain atau
kepada masyarakat agar mau memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama secara
sadar, sehingga membangkitkan dan mengembalikan potensi diri orang itu, dan dapat hidup
bahagia di dunia dan akhirat. Hakekat yang paling penting adalah adanya keyakinan atau
kepercayaan bahwa Allah hanya satu dan tiada satupun yang dapat menyamai-Nya, sehingga
mau melaksanakan perintah-Nya.
Hukum dakwah adalah wajib ain, dalam arti wajib bagi setiap muslim untuk berdakwah
sesuai dengan apa yang ia ketahui. Objek dakwah dengan urut urutan kepada diri sendiri,
keluarga, sanak keluarga dekat atau sanak famili, sebagian kelompok, kepada seluruh umat
manusia.Berdakwah perlu menggunakan metode, yaitu cara dakwah yang teratur dan
terprogram secara baik agar maksud mengajak melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam
dengan baik dan sempurna. Metode dakwahnya dengan Hikmah, Maw’izhah Hasanah,
Berdiskusi atau Tukar Fikiran Dengan Cara Yang Baik, menyam-paikan suatu kisah,
perumpamaan, tanya jawab, dan keteladanan yang baik.

B. Kewajiban Dakwah
Dalam ajaran Islam, berdakwah merupakan salah satu kewajiban bagi setiap umat
muslim. Kegiatan berdakwah sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Kegiatan berdakwah
ditujukan untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar atau mengajak umat manusia agar
melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan perbuatan buruk.Sebagaimana firman
Allah SWT dalam al Qur'an surah an-Nahl(16):125;
‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْعَلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلٖه َو ُه َو َاْعَلُم‬
‫ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬
Artinya : “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia – lah yang
lebih mengetahui tentang siapa tersesat dari jalan –Nya dan Dia – lah yang lebih mengetahui
orang – orang yang mendapat petunjuk”.

4
Allah SWT juga berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104:
‫ٰۤل‬
‫َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم ُاَّم ٌة َّيْدُع ْو َن ِاَلى اْلَخ ْيِر َو َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِرۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم ْفِلُحْو َن‬
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang
beruntung." (QS Ali-Imran: 104)

Sebagian ulama mengatakan berdakwah hukumnya wajib bagi setiap umat muslim (fardhu
'ain), tetapi sebagian yang lain mengatakan berdakwah hanya dibebankan kepada kelompok
tertentu (fardhu kifayah).

1. Berdakwah Hukumnya Fardhu 'Ain


Sebagian ulama lainnya juga memiliki pendapat mengenai berdakwah hukumnya
diwajibkan bagi setiap umat muslim. Kelompok ulama ini di antaranya diwakili oleh
Muhammad Abduh, al-Razi, Abu A'la al-Maududi, Sayyid Qutub, dan ulama lainnya.Sayyid
Qutub, salah satu dari ulama, mengungkapkan berdakwah hukumnya fardhu 'ain sebab
dengan kesiapannya berdakwah akan menjadi salah satu parameter keimanan seorang muslim
terhadap Allah SWT.Adapun hal yang melatar belakangi alasan para ulama berpendapat
bahwa berdakwa hukumnya fardhu 'ain atau wajib bagi setiap muslim, yaitu karena adanya
kalimat ‫( َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم‬waltakun minkum) di awal surat Ali Imran ayat 104 yang mengandung
perintah mutlak tanpa adanya persyaratan tertentu yang mengikat.

2. Berdakwah Hukumnya Fardhu Kifayah


Sebagian ulama lain memiliki pendapat bahwa berdakwah hanya diwajibkan kepada
kelompok tertentu. Al-Qurtubi menyatakan alasan berdakwah hanya menjadi kewajiban bagi
kelompok tertentu sebab masih banyak umat Islam yang belum memiliki keahlian dalam
menyebarkan dakwah.Selain itu, tidak semua kaum muslimin memahami seluk beluk agama.
Karena itulah kewajiban untuk berdakwah hanya ditujukan bagi mereka yang tergolong
ulama, sedangkan kelompok yang lain terlepas dari kewajiban melaksanakan
dakwah.Kemudian argumentasi rasional dalam konteks ini memandang dakwah bertujuan
untuk mengajarkan kebajikan kepada orang lain sehingga perlu pemahaman dan pengetahuan
tentang kebaikan itu sendiri.

5
Tentunya, dakwah dari orang yang tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang agama
Islam justru dapat menyesatkan.Oleh sebab itu, untuk menengahi kedua perbedaan pendapat
para ulama, Muhammad Abu Zahrah menyatukan keduanya, bahwa hukum berdakwah
adalah fardhu kifayah dan fardhu 'ain.
Menurut Muhammad Abu Zahrah, berdakwah diberi hukum fardhu 'ain jika dilakukan
secara personal atau individual sesuai kemampuannya. Sementara berdakwah hukumnya
menjadi fardhu kifayah apabila dilakukan dalam dakwah kolektif (al-Jama'at).Pendapat Abu
Zahrah tersebut didukung pula oleh beberapa ulama lainnya, di antaranya Ibrahim Imam,
Bassam al-Sibagh, dan Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuni.

C. Fase-Fase Dakwah Zaman Rasulullah


1. Fase Dakwah Nabi Muhammad secara Sembunyi Sembunyi
Sebagai tempat kelahiran dan pertumbuhannya, maka kota Mekkah dijadikan Rasulullah
‫ ﷺ‬sebagai titik tolak dakwahnya. Pada awalnya, metode dakwah yang dilakukan Rasulullah
‫ ﷺ‬bersifat sirriyyah (sembunyi-sembunyi), berlangsung selama tiga tahun pertama
dakwahnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS.asy-Syu'ara :214-216. ;

Lapisan masyarakat yang paling pertama beliau serukan ajaran Islam tentu saja adalah
keluarga dan kenalan dekatnya, itupun beliau pilih hanya kepada mereka yang ada tanda-
tanda kebaikan pada dirinya.Usaha beliau tidak sia sia. Pada hari hari pertama dakwahnya
terkumpul sejumlah orang yang menerima dakwahnya dengan penuh keyakinan dan
penghormatan terhadap Rasulullah ‫ﷺ‬. Merekalah yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai
as-Saabiquunal Awwaluun (Generasi Pertama yang Menerima Islam).

Orang terdepan dari kelompok ini adalah isterinya sendiri, Ummul Mu'minin, Khadijah
binti Khuwailid, kemudian budaknya: Zaid bin Haritsah, lalu sepupunya: Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu anhu yang saat itu masih belia dan dirawat oleh Rasulullah ‫ﷺ‬, kemudian sahabat
dekatnya, Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu anhu Abu Bakar as Shiddiq radhiyallahu anhu,
setelah masuk Islam, langsung turut serta berdakwah. Lewat usaha beliau ditambah
perangainya yang terpuji serta kedudukannya yang terhormat di tengah masyarakat,
dakwahnya cepat memberikan hasil.

2. Fase Dakwah Nabi Muhammad secara terang-terangan


Sejarah dakwah Nabi Muhammad secara terang-terangan di Makkah dimulai setelah
beliau menerima wahyu pertama pada usia 40. Dakwah terang-terangan yang pertama kali
dilakukan oleh Nabi Muhammad terkait dengan perintah wahyu pertama yang beliau terima
di Gua Hira. Pada saat itu, Nabi Muhammad sedang beribadah dan tiba-tiba menerima wahyu
yang berisi ayat-ayat pertama dari Surah Al-'Alaq (96:1-5), yang menyuruh beliau untuk
membaca atau menyampaikan pesan Allah.

Setelah menerima wahyu ini, Nabi Muhammad mulai menyampaikan pesan Islam secara
terbuka kepada orang-orang terdekatnya. Tradisi menyebutkan bahwa salah satu peristiwa
awal dakwah terang-terangan terjadi di rumah Nabi Muhammad, di mana beliau
mengumpulkan keluarganya, termasuk istrinya Khadijah dan beberapa teman terdekat, dan
memberitahu mereka tentang wahyu yang baru saja diterimanya. Beliau menyampaikan
pesan tauhid, memperingatkan tentang bahaya penyembahan berhala, dan mengajak mereka
untuk berserah diri kepada Allah.

Inilah salah satu langkah awal dalam menyebarkan Islam secara terang-terangan di tengah-
tengah masyarakat Makkah. Dakwah ini kemudian berkembang menjadi usaha yang lebih
luas dan publik untuk menyampaikan pesan Islam kepada seluruh masyarakat. Dan Nabi
Muhammad menyampaikan pesan tauhid dan wahyu Allah kepada masyarakat Makkah.

Dalam fase ini, Nabi Muhammad dengan gigih mengajak masyarakat Makkah untuk
meninggalkan penyembahan berhala dan menerima ajaran tauhid. Meskipun dihadapi dengan
penindasan, penganiayaan, dan boikot ekonomi terhadap keluarganya, beliau terus
menyebarkan pesan Islam.

Fase ini berlangsung selama sekitar 13 tahun, di mana Nabi Muhammad dan pengikutnya
menghadapi tantangan besar. Akhirnya, pada tahun 622 Masehi, Nabi Muhammad hijrah ke
Madinah, menandai perubahan signifikan dalam sejarah Islam. Hijrah ini menjadi awal dari
periode baru dalam dakwah dan pembentukan masyarakat Islam di Madinah.

3. Fase Dakwah Nabi Muhammad setelah hijrah


Fase dakwah setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah menandai periode penting
dalam sejarah Islam. Setelah tiba di Madinah pada tahun 622 Masehi, beberapa peristiwa dan
perkembangan signifikan terjadi:
a. Pembentukan Masyarakat Islam: Nabi Muhammad bersama para pengikutnya
membangun sebuah masyarakat Islam di Madinah. Perjanjian Madinah (Constitution
of Medina) dibuat untuk mengatur hubungan antara suku-suku di Madinah, termasuk
kaum Muslimin dan non-Muslimin.
b. Perang Badar: Pada tahun 624 Masehi, pasukan Muslim menghadapi pasukan Quraisy
dalam Pertempuran Badar. Meskipun jumlah mereka lebih sedikit, Muslim meraih
kemenangan, yang dianggap sebagai pertanda kekuatan dan dukungan Allah terhadap
dakwah Islam.
c. Pentingnya Hukum Islam: Selama periode ini, Nabi Muhammad menerima wahyu
yang mengatur hukum dan tata cara hidup umat Islam. Surah-surah Al-Quran yang
turun di Madinah memberikan pedoman dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
hukum, ekonomi, dan sosial.
d. Perang Uhud: Pada tahun 625 Masehi, pasukan Muslim mengalami ujian dalam
Pertempuran Uhud. Meskipun pertempuran ini tidak berakhir dengan kemenangan
mutlak bagi Muslim, tetapi memberikan pelajaran penting tentang kepatuhan terhadap
perintah Allah.
e. Perjanjian Hudaibiyah: Pada tahun 628 Masehi, Nabi Muhammad mencapai
Perjanjian Hudaibiyah dengan Quraisy, yang memberikan masa damai dan membuka
pintu bagi penyebaran dakwah Islam ke seluruh wilayah Arab.
f. Penaklukan Mekkah: Pada tahun 630 Masehi, Nabi Muhammad memimpin pasukan
Muslim untuk menaklukkan Mekkah tanpa pertumpahan darah, menandai kembalinya
beliau ke kota kelahiran setelah beberapa tahun hijrah.

Selama fase ini, dasar-dasar sistem keislaman berkembang, dan dakwah Islam meraih
pertumbuhan pesat. Peristiwa-peristiwa tersebut menciptakan pondasi untuk pembentukan
negara dan masyarakat Islam yang kokoh di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad.

D. Hadits tentang keutamaan Dakwah


Nabi SAW memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari beliau seperti sabda
beliau:

‫ة عن عبد هللا بن عمرو أن النبي‬zz‫حدثنا أبو عاصم الضحاك بن مخلد أخبرنا األوزاعيحدثنا حسان بن عطية عن أبي كبش‬
‫ذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من‬z‫صلى هللا عليه وسلم قال بلغوا عني ولو آية وحدثوا عن بني إسرائيل وال حرج ومن ك‬
‫النار‬

Telah bercerita kepada kami Abu 'Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad telah mengabarkan
kepada kami Al Awza'iy telah bercerita kepada kami Hassan bin' Athiyyah dari Abi Kabsyah
dari 'Abdullah bin' Amru bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sampaikan
dariku satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra'il dan itu tidak apa
(dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja siap-siaplah di tempat duduknya di
neraka ”.

Hadis dari kitab shahih bukhari (hadits nomor 3202) di atas biasanya mengutip tidak
utuh, makanya saya cantumkan lengkap di atas. Hadis tersebut juga terlihat dalam Sunan Abi
Dawud, Hadits Nomor 3177; Sunan al-Tirmidzi, Hadits Nomor 2593; dan Musnad Ahmad,
Hadits Nomor 6198.

Kata hadis yang di atas sampaikanlah dariku walaupun satu ayat dan sudah banyak dai-
dai yang mengamalkan hadits diatas tadi dan juga ada hadis nabi yang menerangkan bahwa
akan Memperoleh pahala yang besar dan berlipat lipat ganda bagi orang yang menyampaikan
dakwah.

E. Metode dakwah yang ramah dalam islam

Dalam berdakwah ada beberapa metode agar apa yang ingin disyiarkan mudah diterima
oleh mitra dakwah. Metode yang dipilih harus benar, agar Islam dapat diterima dengan baik
dan menghasilkan pencitraan yang benar pula. Seperti beberapa dasar metode berdakwah
yang sudah dijelaskan dalam Al Quran surah An-Nahl ayat 125. Berikut beberapa metode
dakwah yang diajarkan Al-Qur’an:

1. Dakwah Bil Hikmah


Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknya kegiatan dakwah.
Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan, strata sosial dan latar
belakang budaya, para da’i memerlukan hikmah sehingga materi dakwah disampaikan
mampu masuk ke ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu para da’i
dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar
belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dapat dirasakan sebagai sesuatu yang
menyentuh dan menyejukkan kalbunya. Di samping itu, da’i juga akan berhadapan
dengan realitas perbedaan agama dalam masyarakat yang heterogen. Kemampuan da’i
untuk bersifat objektif terhadap umat lain, berbuat baik, dan bekerja sama dalam hal-
hal yang dibenarkan agama tanpa mengorbankan keyakinan yang ada pada dirinya
adalah bagian dari hikmah dalam dakwah.

Dengan demikian jika hikmah dikaitkan dengan dunia dakwah, maka ia merupakan
peringatan kepada para da’i untuk tidak menggunakan satu metode saja. Sebaliknya,
mereka harus menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang
dihadapi dan sikap masyarakat terhadap Islam. Sebab sudah jelas, dakwah tidak akan
berhasil jika metode dakwahnya monoton. Ada sekelompok orang yang memerlukan
iklim dakwah yang penuh gairah berapi-api, sementara kelompok yang lain
memerlukan iklim dakwah yang sejuk.

Hikmah merupakan pokok awal yang harus dimiliki oleh seorang da’i dalam
berdakwah. Karena dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan dalam menerapkan
langkah-langkah dakwah baik secara metodologis maupun praktis. Kesimpulannya
hikmah bukan hanya sebuah pendekatan satu metode, akan tetapi kumpulan beberapa
pendekatan dalam sebuah metode. Dalam dunia dakwah: hikmah bukan hanya berarti
“mengenal strata mad’u” akan tetapi juga “bila harus bicara, bila harus diam”.
Hikmah bukan hanya “mencari titik temu” tetapi juga “toleran yang tanpa kehilangan
sibghah”. Hikmah bukan hanya kontek “memilih kata yang tepat” tetapi juga “cara
berpisah”. Dan dapat disimpulkan bahwa hikmah adalah uswatun hasanah serta
lisanul hal.

10

2. Dakwah Al Mau’idhah Al-Hasanah


Metode mau’idhah hasanah atau ceramah adalah suatu teknik atau metode
dawah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i atau
mubaligh pada suatu aktifitas dakwah , ceramah dapat pula bersifat kempanye,
berceramah (retorika), khutbah, sambutan, mengajar, dan sebagainya.

Metode ceramah juga merupakan suatu teknik dakwah yang banyak diwarnai
oleh ciri-ciri karakteristik bicara oleh seseorang da’i pada suatu aktifitas dakwah.
Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi,
factor-faktor lain yang membuat pendegar merasa simpatik dengan ceramahnya.43

Istilah ceramah di zaman mutakhir ini sedang ramai-ramainya dipergunakan


instansi pemerintah ataupun swasta, organisasi (jam’iyah), baik melalui televisi, radio,
maupun ceramah secara langsung. Pada sebagian orang yang menanamkan ceramah-
ceramah ini dengan sebutan retorika dakwah, sehingga ada retorika dakwah, retorika
sambutan, peresmian dan sebagainya. Metode ceramah sebagai salah satu metode atau
teknik berdakwah yang sebagian besar digunakan oleh para da’i ataupun para utusan
Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya.

3. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan

Metode Mujadalah biasa disebut metode dakwah melalui tanya jawab adalah
metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai
sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi
dakwah, di samping itu juga merangsang perhatian penerima dakwah.

Metode tanya jawab merupakan suatu cara untuk menyajikan dakwah harus
dakwah digunakan dengan metode dakwah yang lainnya, seperti metode caramah.
Metode ini dipandang cukup efektif apabila ditempatkan dalam usaha dakwah, karena
objek dakwah dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum dikuasai oleh
mad’u sehingga akan terjadi hubungan timbal balik antara subjek dakwah dengan ojek
dakwah.

11
Metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitra dakwah berfikir dan
mengeluarkan pendapatya serta ikut menyumbangkan dalam suatu masalah agama
yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban. Abdul Kadir Munsyi
mengartikan diskusi dengan jalan pertukaran pendapat diantara beberapa orang.

Dapat disimpulkan bahwa metode dakwah melalui diskusi adalah berdakwah


dengan cara bertukar pikiran tentang suatu masalah keagamaan sebagai pesan dakwah
antar beberapa orang dalam tempat tertentu.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah adalah kewajiban bagi setiap umat Islam, karena dengan berdakwah kita bisa
saling mengingatkan satu sama lain tanpa kita bermaksud mendidik atau menggurui. Dalam
berdakwah ada banyak pelajaran yang bisa kita petik. Selain itu terdapat pula keutamaan atau
fadhilah dalam berdakwah. Seperti yang disebutkan dalam pembahasan diatas yaitu antara
lain, dakwah merupakan amal yang terbaik, ini merupakan lahan pahala yang dapat kita
maksimalkan karena kegiatan dakwah itu tidak hanya pada saat kita di suatu majelis.
Fadhilah yang lain yaitu kita bisa terhindar dari adzab Allah dan bisa menuju kehidupan yang
penuh berkah.

13
DAFTAR PUSTAKA
AOvVaw1kLpT9u8zyMzbQWVLLzVWn
https://chat.openai.com/c/eb79e1f1-7b42-4d7f-ae2f-4ed793ce018a
https://eprints.walisongo.ac.id/1094/2/071211017_Bab1.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwj-
qMS82_qDAxUbTGwGHVcWAS0QFnoECBQQAQ&usg=AOvVaw3WOEOVtmkMB9Cg
PGMKvFBC
https://islamdigest.republika.co.id/berita/s1kbwz430/fase-dakwah-nabi-muhammad-secara-
terangterangan&sa=U&ved=2ahUKEwjokaLT2_qDAxWVT2wGHWjRCAgQFnoECDgQA
Q&usg=
https://panrita-id.cdn.ampproject.org/v/s/panrita.id/2018/12/24/mengkaji-hadis
_qDAxUbTGwGHVcWAS0QFnoECBQQAQ&usg=AOvVaw3WOEOVtmkMB9CgPGMK
vFBC
w.google.com/url?q=https://quran.nu.or.id/asy-syu%27ara
%27/214&sa=U&ved=2ahUKEwip

14

Anda mungkin juga menyukai