Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERSIAPAN DAKWAH (MENGEMAS MATERI DAKWAH)

Makalah Ini di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dakwah

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Akla, M.Pd

Kelompok : 8 (Kelas A)

Rizka Sarofah (2201011073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Persiapan
Dakwah (Mengemas Materi Dakwah)” ini dengan tepat waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan penulis
makalah itu sendiri.
Penulis berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Dakwah Prof.
Dr. Akla, M.Pd, yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah yang kami tulis jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Metro, 20 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Rumusan Masalah............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian dan Tujuan Dakwah..................................................................3


B. Mengemas Materi dakwah...........................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut definisi Islam, dakwah berarti mengajak manusia dengan
bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan duniawi. Singkatnya, ilmu dakwah adalah
bidang yang mempelajari bagaimana ajaran Islam disampaikan kepada
seseorang atau sekelompok orang, terutama bagaimana menarik perhatian
manusia untuk menerima dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah.
Pada hakikatnya, dakwah dapat dikatakan berhasil bilamana mencapai
tujuan yang telah digariskan. Tujuan ini pun harus dibuat lebih spesifik sesuai
dengan skala kegiatan dakwah yang dilakukan. Al-Qur’an sebagai kitab
dakwah hanya memberikan tujuan-tujuan yang bersifat umum yang berfungsi
sebagai payung pelaksanaaan dakwah, sebagai alat kontrol, fokus dan
orientasi. Di samping itu juga, dibuatkan skala pengukuran dalam bentuk
kriteria dan standar penilaian. Yang jelas kegiatan dakwah apapun yang
dilakukan, semuanya harus merujuk pada tujuan dakwah yang ditawarkan al-
Qur’an.
Kesuksesan dakwah diantaranya sangat ditentukan oleh bagaimana
dakwah itu dilaksanakan. Tata cara dalam berdakwah termasuk pengemasan
materi sikap dan cara penyampaian materi dakwah menjadi lebih penting dari
materi dakwahnya. walaupun materi dakwahnya kurang sempurna, bahan
sederhana dan isu-isu yang disampaikan kurang aktual, namun disajikan
dengan cara yang menarik dan menggugah maka akan menimbulkan kesan
yang menggembirakan.
Dakwah merupakan proses usaha yang dilakukan secara sengaja,
diperlukan organisasi, manajemen, sistem, metode, dan media yang tepat.
Usaha dakwah dilakukan dengan mengajak orang untuk beriman dan
mengikuti aturan Allah, amar maruf dan nahi munkar, yang berarti
membangun dan memperbaiki masyarakat. Dakwah dilakukan dengan tujuan
tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.1
1
Sya`roni Tohir, “Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat,” Al-Risalah Vol. 11, no. No. 2 (2020):
129.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan dari dakwah?
2. Bagaimana cara mengemas materi dakwah?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Memahami pengertian dan tujuan dakwah.
2. Mengetahui cara mengemas materi dakwah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Unsur Dakwah
Secara etimologis, kata dakwah berasal dari kata bahasa arab da`a– yad`u-
da`watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, mengundang. Kata dakwah
secara etimologis berarti mengajak kepada kebaikan yang pelakunya ialah Allah
swt., para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang telah beriman dan beramal
shaleh. Dan juga diartikan mengajak kepada keburukan yang pelakunya adalah
syaitan, orang-orang kafir,orang-orang munafik dan sebagainya.

Secara etimologis, kata dakwah berarti (1) Memanggil; (2) Menyeru; (3)
Menegaskan atau membela sesuatu; (4) Perbuatan dan Perkataan untuk menarik
manusia kepada sesuatu; dan (5) memohon dan meminta artinya proses
penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan, atau menyeru
mendorong seseorang supaya melakukan cita-cita tertentu. Dalam AL-Quran
surah Ali-Imran ayat 104 disebutkan bahwa dakwah adalah suatu pekerjaan mulia
yang hanya mampu dilaksanakan oleh orang-orang pilihan yang berutung
menyeru kepada kebajikan guna mendekatkan diri kepada Allah dan mencegah
dari kemunkaran yang dapat menjauhkan diri dari Allah.
Dengan demikian dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses mengajak
kepada orang lain untuk berbuat kebaikan yang dilakukan oleh perorangan
maupun kelompok dengan menggunakan metode atau cara yang baik disesuaikan
dengan kemampuan da’i dan kondisi mad’u (objek dakwah/seseorang atau
kelompok yang lazim disebut dengan jamaah yang sedang menuntut ajaran agama
dari seorang da`i).2
M. Bahri Ghazali, dengan berdasarkan pada aspek kelangsungan suatu
kegiatan dakwah, membagi tujuan dakwah kepada tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang. Yang pertama dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran dakwah. Yang kedua,
mengadakan perubahan sikap masyarakat itu sendiri. Dengan tujuan pertama
diharapkan pemahaman masyarakat tentang Islam, sehingga masyarakat akan
terhindar dari perbuatan munkar. Sedangkan dengan tujuan kedua, diharapkan

2
Tata Sukayat, Quantum Dakwah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).

3
terwujudnya perubahan sikap dan perbuatan masyarakat dari kecenderungan
berperilaku tidak terpuji menjadi masyarakat yang terbebas dari segala bentuk
kemaksiatan.3

Sedangkan tujuan dakwah menurut al- qur`an yaitu:


1. Mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang
benderang. Tujuan ini didasarkan pada firman Allah dalam Q.S. al-
Baqarah ayat 257, yang artinya: “Allah Pelindung orang-orang yang
beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada
cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindungnya
adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada
kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya.” Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa
seseorang yang ingkar pada Thagut dan beriman kepada Allah, maka ia
berpegang pada tali yang amat kuat dan tidak akan putus, tujuan
dakwah tersebut sangat sejalan dengan pengertian dakwah yang
dikemukakan oleh Bakhyul Khûlî dalam karyanya Tadzkirat al-Du’ât,
yaitu dakwah adalah memindahkan manusia dari suatu situasi ke
situasi yang lain.4 Tentunya dari situasi negatif ke situasi positif atau
dari yang positif kepada yang lebih positif lagi.
2. Menegakkan fitrah insaniyah. Landasan teologis tujuan ini adalah Q.S.
al-Rûm ayat 30 yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” Menurut Muhammad Asad, terma fithrah berarti
kecondongan alami, melukiskan kemampuan intuitif untuk
membedakan antara yang benar dan yang salah, yang haq dengan yang
bathil, hingga makna keesaan dan eksistensi Tuhan.5
3. Memotivasi untuk beriman. Dasar tujuan dakwah ini adalah firman
Allah dalam Q.S. al-Fath ayat 8-9 yang artinya:“Sesungguhnya Kami
mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi
3
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah,
(Jakarta: Pedoman Ilmu, 1997), h. 7.
4
Bakhyul Khuli, Tadzkirat al-Du`at, (Beirût: Dâr al-Kutub al-’Arabiyyah, t.t.), h. 17.
5
Muhammad Asad, The Message of the Qur’an (Gibraltar: Dâr al-Andalus, 1980), h. 621.

4
peringatan, supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-
Nya di waktu pagi dan petang.” Nilai dan aspek dakwah dalam ayat ini
terwakilkan dalam fungsi rasul sebagai pembawa berita gembira
(mubasysysiran) dan pemberi peringatan (nazîran). Sementara
ungkapan “litu’minû billâhi wa rasûlih” yang mencerminkan tujuan
dakwah yang akan dicapai, yaitu agar manusia mempercayai Tuhan
dan Rasul-Nya dengan iman yang baik, keimanan yang tegak di atas
keyakinan, tidak mengandung persangkaan dan keraguan.
4. Memotivasi untuk beribadah. Dakwah juga bertujuan untuk
mendorong dan memotivasi orang agar beribadah kepada Tuhannya.
Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah ayat 21
yang artinya: “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa.”
5. Memenangkan ilham takwa atas ilham fujur. Tujuan ini didasarkan
pada firman Allah dalam Q.S. al-Syams ayat 8-10, yang artinya: “dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” Dalam
banyak kasus, term nafs mempunyai cakupan makna yang sangat luas.
Pada ayat ini, ia didenotasikan diri atau kepribadian manusia sebagai
suatu keseluruhan, yakni sesuatu yang terdiri dari fisik dan jiwa. “al-
Fujûr” berarti melakukan perbuatan yang mendatangkan kerugian dan
kebinasaan pada diri seseorang, sedangkan “al-taqwâ” adalah
melakukan perbuatan yang dapat mencegah seseorang dari akibat
buruk atas sikap dan tindakannya.
6. Mendorong orang menjadi Muslim seutuhnya. Landasan skripturalnya
adalah Q.S. al-Baqarah ayat 208, yang artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah
kamu menuruti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan musuh
yang nyata bagimu.” Menurut M. Quraish Shihab, dalam ayat ini
orang beriman diminta untuk masuk ke dalam keislaman secara
totalitas, dalam artian melaksanakan seluruh ajaran Islam. Tidak hanya

5
percaya dan mengamalkan sebagian dan menolak atau mengabaikan
sebagian yang lain.6
7. Mendorong pencapaian takwa. Takwa termasuk satu tindakan
kesalehan yang diperintahkan untuk dicapai dan ia juga merupakan
bekal yang paling baik untuk menghadap ke hadirat Ilahi Q.S. al-
Baqarah ayat 197. Menurut M. Isa Anshari, takwa adalah tujuan
terakhir dari perjalanan spiritual umat Islam. Umat takwa ialah umat
yang senantiasa menjaga, memelihara, mengawasi dan mengendalikan
dirinya.7

B. Mengemas Materi Dakwah


Di antara komponen yang dianggap fital dalam dalam pengembangan
dakwah adalah materi dakwah yang berkaitan erat dengan seluruh persoalan
dakwah. Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang bersumber pada al-
Qur’an dan hadist dan seluruh kultur Islam yang bersumber dari kedua sumber
pokok ajaran Islam itu. Dalam proses transmisi pesan menurut teori dakwah
tidak bias terlepas dari dua hal pokok, yaitu:
1. Kemampuan jamaah dalam menerima pesan dakwah.
2. Tingkat berpikir penerimaan pesan dalam menganalisa dan
mengamalkan isi pesan.

Keberhasilan dalam menyampaikan pesan-pesannya sangat ditentukan


oleh upaya seorang uang berdakwah tersebut dalam menyeleksi materi
dakwah berdasarkan dua hal pokok di atas. Di samping itu, materi dakwah
juga terkait dengan dua hal penting, yaitu: pertama, sifat materi itu sendiri,
kedua, hal-hal yang menyangkut proses pengembangan materi selanjutnya.
Mengenai sifat materi dakwah, maka hendaknya diperhatikan beberapa hal di
bawah ini:

1. Materi itu harus bersumber kepada al-Qur’an dan hadist.


2. Materi harus mampu meliputi seluruh kebutuhan dan kemampuan
penerima dakwah.
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jilid I (Jakarta:
Lentera Hati, 2000), h. 420.
7
M. Isa Anshari, Mujahid Dakwah, cet. 3 (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 265.

6
3. Materi harus berpusat pada hidup dan kehidupan manusia.
4. Materi harus mampu memberikan tuntunan untuk mengalami
kehidupan duniawi secara Islami.

Dalam pandangan beberapa ahli dalam bidang ilmu dakwah, materi-materi


dakwah dimaksud meliputi persoalan-persoalan yang kompleks. Di antara
pendapat yang dikemukakan oleh ahli tersebut adalah:

1. Hamzah Ya’cub: Materi dakwah itu adalah ajaran Islam yang


meliputi aspek dunia dan akhirat, maka tentunya materi dakwah itu
luas sekali. Di sini perlu dikemukakan pokok-pokok materi dakwah
dalam ajaran Islam yaitu:
a. Akidah Islam, tauhid dan keimanan.
b. Pembentukan pribadi yang sempurna.
c. Pembangunan masyarakat yang adil dan Makmur.
d. Kemakmuran dan kesejahteraan dunia dan akhirat.
2. Asmuni Syukir: Pada dasarnya materi dakwah Islam itu tergantung
pada tujuan dakwan yang hendak dicapai, namun secara global
dikatakan bahwa materi dakwah itu dapat diklasifikasikan menjadi
3 hal pokok:
a. Masalah keimanan (akidah).
b. Masalah keislaman (syari’ah).
c. Masalah budi pekerti (Akhlakul Karimah).

Dari beberapa pendapat di atas mengenai materi yang harus disiapkan


Da`i dalam mengemas kesan dan pesan dakwahnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Seorang da`i harus menguasai Islam secara “kaffah” (total).


2. Memiliki totalitas yang intens terhadap kemajuan sins dan teknologi
sehingga tidak ketinggalan informasi.
3. Mempunyai akses terhadap berbagai disiplin ilmu komunikasi yang
mengacu kepada metode, mekanisme berdakwah.
4. Memahami perbedaan latar belakang sosial, perbedaan pemahaman
keagamaan, perbedaan suku dan lain-lain.
5. Terbuka dan memiliki integritas social yang baik serta telah mapan
secara akademis dan finansial (ekonomi).

7
Kriteria tersebut di atas secara niscaya harus dimiliki oleh seorang da`i,
mengingat tugas yang diembannya meliputi berbagai system social.
Seterusnya, seorang da`i tidak seharusnya pula mengabaikan pola-pola
berdakwah yang sudah dipopulerkan oleh da`i lain sebagai bahan
perbandingan.8

8
Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 1982), h. 94.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah bisa diartikan sebagai suatu proses mengajak kepada orang
lain untuk berbuat kebaikan yang dilakukan oleh perorangan maupun
kelompok dengan menggunakan metode atau cara yang baik disesuaikan
dengan kemampuan da’i dan kondisi mad’u (objek dakwah/seseorang atau
kelompok yang lazim disebut dengan jamaah yang sedang menuntut ajaran
agama dari seorang da`i).
Tujuan dakwah menurut M. Bahri Ghazali ada dua. Yang pertama
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada
masyarakat sasaran dakwah. Yang kedua, mengadakan perubahan sikap
masyarakat itu sendiri. Sedangkan tujuan dakwah menurut al-qur`an yaitu
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang,
menegakkan fitrah insaniyah, memotivasi untuk beribadah, memotivasi untuk
beriman, memenangkan ilham taqwa atas ilham fajur, mendorong seseorang
untuk menjadi muslim yang seutuhnya dan mendorong untuk mencapai taqwa.

Mengenai sifat materi dakwah, maka hendaknya diperhatikan beberapa hal


yaitu, materi itu harus bersumber kepada al-Qur’an dan hadist, materi harus
mampu meliputi seluruh kebutuhan dan kemampuan penerima dakwah, materi
harus berpusat pada hidup dan kehidupan manusia, materi harus mampu
memberikan tuntunan untuk mengalami kehidupan duniawi secara Islami.

9
DAFTAR PUSTAKA
Habib, M.S. 1982. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Widjaya.

M. Quraish Shihab, 200. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
jilid I Jakarta: Lentera Hati.
M. Isa Anshari, 1984. Mujahid Dakwah, cet. 3(Bandung: Diponegoro.
M. Bahri Ghazali, 1997. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu.
Bakhyul Khuli, Tadzkirat al-Du`at, (Beirût: Dâr al-Kutub al-’Arabiyyah, t.t.).
Muhammad Asad, 1980. The Message of the Qur’an. Gibraltar: Dâr al-Andalus.
Sukayat, Tata. Quantum Dakwah. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Sya`roni Tohir. “Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat.” Al-Risalah Vol. 11, no.
No. 2 (2020).

10

Anda mungkin juga menyukai