Anda di halaman 1dari 20

METODE DAN TEKNIK BERDAKWAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah

Dosen Pengampu :

DR. H. Syamsul Yakin, M.A

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Abigail Syavinlla Ardian 11220510000164

Alifia Azahra 11220510000166

SEMESTER 2

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya kepada kita, sehinga kami dapat
menyelesaikan tugas penyusunan Makalah mata kuliah Ilmu Dakwah dengan tema materi
“Metode dan Teknik Berdakwah”.

Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
mata kuliah Ilmu Dakwah, Bapak DR. H. Syamsul Yakin, MA yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung
kelancaran tugas, serta teman-teman sekelas yang senantiasa saling mendukung satu sama lain.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca atas saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas kami dalam menyusun makalah dimasa
yang akan datang. Kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami
maupun para pembaca. Aamiin.

Jakarta, 11 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang ............................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................... 5

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Pengertian Metode Dakwah ........................................................................ 6


B. Metode Hikmah .......................................................................................... 7
C. Metode Nasehat .......................................................................................... 9
D. Metode Perdebatan...................................................................................... 11
E. Metode Keteladanan ................................................................................... 11
F. Teknik Dakwah ........................................................................................... 12

BAB III (PENUTUP)

A. Kesimpulan ................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan aktivitas keagamaan yang memiliki banyak pengaruh terhadap
persebaran dan perkembangan ajaran islam di dunia. Melalui dakwah ini pula Nabi Muhammad
SAW berhasil mengajak kaum-kaum kafir di Mekkah untuk bertaubat dan menganut agama
Islam.

Mengutip Jurnal Suhuf: Konsep Dakwah Dalam Islam karya Budihardjo, dakwah
berasal dari kata da’a dan yad’u yang berarti “mengajak”, “menyeru”, “mengundang”, atau
“memanggil”.

Secara istilah, dakwah dapat diartikan sebagai usaha atau aktivitas para ulama dan
orang-orang yang memiliki ilmu agama dalam rangka mengajak atau menyadarkan manusia
terhadap urusan keagamaannya.

Dalam konteks Islam, dakwah merujuk kepada kegiatan penyebaran pesan-pesan


sekaligus dorongan agar manusia dapat secara sukarela tunduk dan beribadah hanya kepada
Allah SWT. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran Berikut.

"Dan hendaklah ada dari kamu satu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang
beruntung." (QS. Ali Imran:104).

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti “cara” atau
“jalan”. Dalam Kamus Ilmiah Popular, metode juga dapat berarti cara mengerjakan sesuatu
dengan sistematis dan teratur.

Berdasarkan pengertian tersebut, metode dakwah dapat dipahami sebagai suatu cara
atau jalan yang dipakai oleh juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah agar
tujuannya dapat tercapai secara efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Metode Dakwah?

2. Apa saja macam-macam dan teknik dalam berdakwah?

4
C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Metode Dakwah

2. Untuk mengetahui macam-macam dan teknik dalam berdakwah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian metode Dakwah

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan,
yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan
permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr
ma’ruf dan nahi munkar, mau’idhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah,
tarbiyah,at’lim dan khotbah. 1

Dalam al-Qur’an, istilah dakwah diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun


masdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk
mengajak kepada kebaikan yang diseertai dengan resiko masing-masing pilihan. Dalam
al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti
mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan.
Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks
yang berbeda.2

Secara terminology, dakwah telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Sayyid
Qutb memberi batasan dengan “mengajak” atau “menyeru” kepada orang lain masuk
ke dalam sabil Allah SWT, bukan untuk mengikuti da’i atau sekelompok orang. Ahmad
Ghusuli menjelaskan bahwa dakwah merupakan pekerjaan atau ucapan untuk
mempengaruhi manusia supaya mengikuti Islam 3. Syaikh Muhammad al-Razi
mendefinisika dakwah sebagai kaidah lengkap tentang tingkah laku manusia serta
pengakuan terhadap hak dan kewajiban. Syaikh Muhammad Khidr Husain
mendefinisikan dengan upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti
jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan
kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 4

1
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 17
2
Ibid., hlm.17

3
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), hlm.14
4
Achmad Satori Ismail, dkk, Islam Moderat, hlm 112

6
Dakwah dalam artian seruan terdapat dalam surah Al-Imran ayat 104 : “Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung”

Dakwah dalam artian permohonan terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 186 :

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkanpermohonan orang yang
berdoaapabila ia memohon kepada-Ku,maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.”

Sedangkan dakwah yang berarti menyeru atau seruan yang ditugaskan oleh
Allah terdapat dalam surah Ibrahim ayat 44 :

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu
itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang- orang yang zalim: "Ya Tuhan
kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu
yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-
rasul." (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di
dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?”

Berdasarkan pada ayat-ayat Al-qur’an yang telah disebutkan di atas, dapat


disimpulkan bahwa dakwah berarti menyeru, memohon ataupun mengajak dalam ayat
tersebut bermaksud membawa manusia kepada jalan dan situasi yang baik atau dengan
kata lain memberi petunjuk serta hidayah. Dakwah dalam arti permohonan atau doa
kepada Allah dan dijanjikan akan dikabulkannya dengan syarat melakukan semua
perintah Allah dan beriman padanya, bermaksud untuk mengajari hamba berharap
kepada-Nya. Kemudian dakwah yang berarti mengajak kepada ma’ruf yang diridhai
Allah dan melarang berbuat mungkar, perbuatan yang dibenci oleh Allah, bertujuan
untuk menyebarkan kebaikan terhadap sesama manusia.

B. Metode Hikmah

Kata al-hikmah mempunyai banyak pengertian. Dalam beberapa kamus, kata


al-hikmah diartikan: al-adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), al-Nubuwah

7
(kenabian), al-ilm (ilmu pengetahuan), al-Quran, falsafah, kebijakan, pemikiran atau
pendapat yang baik, al-haqq (kebenaran), meletakan sesuatu pada tempatnya,
kebenaran sesuatu, mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling
utama.

Dalam kitab-kitab tafsir, al-hikmah dikemukakan sebagai berikut: Tafsir Al-


Quran Al-adzim karya Jalalain memberi makna bi al-hikmah dengan Al-Quran, Syekh
Muhammad Nawawi Al-Jawi memberi makna bi al-hikmah dengan hujjah
(argumentasi), akurat, dan berpaedah untuk penetapan akidah atau keyakinan. Al-
Zamakhsari memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan yang sudah pasti
benar, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau
kesamaran. Ia juga mengartikannya dengan al-Quran, yakni “serulah mereka untuk
mengikuti kitab yang memuat al-hikmah”. Wahbah al-Juhaili dalam karyanya tafsir al-
Munir memberi makna bi al-hikmah sebagai perkataan jelas dengan dalil yang terang,
yang dapat mengantarkan pada kebenaran dan menyingkap keraguan. Al-Maragi
memberi makna bi al-hikmah secara lebih luas, yaitu wahyu Allah yang telah diberikan
kepadamu.5

Menurut Quraish Shihab hikmah berarti yang paling utama dari segala sesuatu,
baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas
dari kesalahan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang digunakan
atau diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar serta
menghalangi terjadinya mudarat atau kesulitan yang besar atau yang lebih besar.

Hikmah diartikan suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga objek dakwah


mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemauannya sendiri, tanpa paksaan,
konflik maupun rasa tertekan. Dalam Bahasa komunikasi disebut juga sebagai frame of
reference, field of reference dan field of experience, yaitu situasi total yang
mempengaruhui sikap pihak komunikan.

Metode bil hikmah mengedepankan akal pikiran baik dari sisi pendakwah dan
mitra dakwah. Dalam menggunakan metode bil hikmah pesan dakwah lebih baik
disertai dengan bukti secara ilmiah karena metode ini relevan jika digunakan pada mitra

5
Asep Muhayidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2022),
cet I, hlmn 78

8
dakwah terdidik yang berfikiran kritis karena bisa saja dalam penyampaian dakwah bil
hikmah akan timbul pertanyaan atau pernyataan dari mitra dakwah.

Metode bil hikmah salah satu implementasinya berbentuk dakwah dengan


metode diskusi. Ali Aziz menyebutkan diskusi sebagai metode dakwah adalah bertukar
fikiran tentang suatu masalah keagamaan sebagai pesan dakwah antar beberapa orang
dalam tempat tertentu. Dalam diskusi tentunya tidak hanya sekedar bertanya tetapi juga
memberikan sanggahan atau usulan.6

Dalam menerapkan metode diskusi pendakwah harus menjaga wibawanya


dengan bersikap tenang, berhati-hati, cermat dan teliti dalam memberikan materi dan
memberikan jawaban atas sanggahan peserta, agar diskusi tidak dianggap sebagai
sarana saling menjatuhkan tapi sebagai wadah untuk menemukan kebenaran secara
bersama.

Fungsi dari metode diskusi ini yaitu pembinaan kepribadian individu-individu


muslim, karena menurut J.D Parera diskusi memiliki lima fungsi yaitu: Pelaksanaan
sikap demokrasi, pengujian sikap toleransi, pengembangan kebebasan pribadi, latihan
berfikir, penambahan pengetahuan dan pengalaman, kesempatan aktualisasi diri dalam
sikap inteligen dan kreatif.

C. Metode Nasehat

Mauiẓah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada


kebaikan. Mauidẓah hendaknya disampaikan dengan hasanah (baik).7 Al-mau’idẓah
al-hasanah atau nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasehat kepada
orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan
menggunakan Bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan di hati menyentuh perasaan,
lurus di fikiran, menghindari sikap kasar, tidak mencari atau menyebut kesalahan mad’u
sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti
ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah.

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,Vol.7 (Jakarta:Lentera Hati,
2002), hlmn. 384

7
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h.9

9
Metode Al-Mau’idzah al-Hasanah dalam penerapannya yaitu metode ceramah,
metode ceramah atau muhadlarah atau pidato ini telah dipakai oleh semua Rasul Allah
dalam menyampaikan ajaran Allah SWT, sampai sekrang pun masih menjadi metode
yang paling sering digunakan oleh pendakwah.
Pada umumnya ceramah diarahkan pada sebuah publik, lebih dari satu orang.
Sifat komunikasinya lebih banyak searah dari pendakwah ke audiens. Walaupun
terkadang terjadi komunikasi dua arah jika timbul pertanyaan dari audiens, namun
komunikasi dua arah ini hanya sebatas pertanyaan saja bukan usulan atau sanggahan.
Pesan-pesan dakwah yang disampaikan dengan ceramah bersifat ringan, informatif, dan
tidak mengundang perdebatan8.
Metode Ḥikmah menurut ar-Raghib ialah mengetahui perkara-perkara yang ada
dan mengerjakan hal-hal yang baik. Metode ini digunakan untuk berdakwah kepada
golongan dari cerdik cendikiawan yang cinta akan kebenaran dan dapat berpikir kritis.
Sedangkan metode Mauiẓah Ḥasanah menurut Sayyid Quthub ialah nasihat
yang masuk ke dalam hati dengan lembut. Metode ini digunakan untuk berdakwah
kepada golongan awam. Mauiẓah Ḥasanah sendiri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
Ahsan Qaul yang artinya bentuk komunikasi verbal dengan menggunakan pembicaraan
yang bernilai edukatif dan bersifat penyadaran serta memberikan pembelajaran yang
membekas di jiwa orang yang mendengar dan menerima isi dari pembicaraan tersebut.
9

8
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlmn.359
9
“Menelusuri Strategi Berdakwah dengan Hikmah, Mauziah Hasanah dan Mujadalah”, Portal Berita
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Menelusuri Strategi Berdakwah dengan Ḥikmah, Mauiẓah
Ḥasanah dan Mujādalah – BERITA UPI

10
D. Metode Perdebatan

Metode berdakwah melalui debat dengan cara yang paling baik ( yujadilu billati
hiya ahsan ). Berdebat tanpa bertindak zhalim terhadap lawan debat ataupun sikap
peremehan dan pencelaan terhadapnya. Sehingga jelas tujuan berdakwah bukanlah untuk
mengalahkan orang lain dalam debat, akan tetapi untuk menyadarkan dan menyampaikan
kebenaran kepadanya. Dengan argumen dan ide yang berbobot tentunya dapat melunakkan
pertentangan dalam perdebatan, menundukkan jiwa yang sombong tanpa meremehkan
lawan debat. Jadi, debat dalam dakwah bukanlah untuk menunjukkan siapa yang pandai
bersilat lidah, akan tetapi untuk mencapai tujuan dakwah yang utama, yaitu terbukanya
pikiran dan sampainya pengajaran.

Allah memerintahkan memberikan bantahan yang ahsan (terbaik). Karena sering


terjadi bantahan yang disampaikan disertai rasa bangga bahkan sombong dari orang yang
memberikan argument dan menghina mereka yang didebat. Dalam kondisi yang demikian,
hasil yang diinginkan malah sebaliknya. Mereka yang diajak kepada kebenaran bukan saja
menjadi benci kepada yang memberikan nasihat, bahkan boleh jadi malah membenci
kebenaran. Al-Quran mengajarkan umat islam agar membantah pandangan orang lain
dengan cara yang terbaik. Karena tujuan yang diinginkan adalah menarik dan menyeru
orang pada kebenaran, bukan berdebat dan adu mulut yang berujung pada semakin kuatnya
sikap keras kepala dan penentangan terhadap kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bukan
kelicikan, kebohongan dan penghinaan.

E. Metode Keteladanan

Metode dakwah dengan keteladanan yang baik (al-qudwah al-hasanah). Dalam Al-
Quran teladan disebut dengan “uswah” atau “qudwah” yang memiliki arti suatu keadaan
Ketika seorang manusia mengikuti manusia lain. Baik dalam hal keburukuan maupun
kebaikan. Namun, keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat
dijadikan sebagai alat Pendidikan islam atau metode dakwah islam, yaitu keteladanan yang
baik sesuai dengan pengertian “uswatun hasanah” dalam Q.S. AL-Ahzab ayat 21.

11
“sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.”

Metode keteladanan telah diterapkan oleh Rasulullah sejak awal mula agama islam
hadir. Dakwah islam menjadi lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti dengan adanya
suri tauladan dari Rasulullah. Metode keteladanan sendiri merupakan suatu cara atau jalan
yang ditempuh para pendakwah dengan perbuatan atau tingkah laku yang patut untuk
ditiru. Dengan tujuan keteladanan sebagai sarana dakwah islam. Keteladanan merupakan
bentuk perilaku individu yang bertanggung jawab yang bertumpu pada praktik secara
langsung. Dengan metode praktik secara langsung akan memberikan hasil lebih efektif dan
maksimal dalam proses dakwah.

Keteladanan menjadi alat untuk mencapai tujuan dakwah islam karena hakikat
dakwah islam adalah mencapai keridhaan Allah dan menjadikan pribadi manusia berakhlak
mulia dalam bermasyarakat sesuai ajaran agama. Selain itu, dakwah islam islam bertugas
membimbing masyarakat pada rancangan akhlak yang dibuat oleh Allah untuk manusia.
Sehingga menjadi pribadi manusia yang utuh sehat jasmani dan rohani, berinteraksi sosial
serta bertanggung jawab penuh terhadap tatanan hidup bermasyarakat dan beragama. 10

F. Teknik Dakwah

Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Teknik diartikan sebagai cara
(kepandaian) membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Teknik
sudah jelas bahwa Teknik adalah suatu kepandaian tersendiri yang sudah tertanam dalam
diri seseorang yang digunakan untuk bisa menggapai suatu yang diinginkan dengan baik.

Selain itu Teknik juga diartikan oleh Wina Sanjaya dalam bukunya yang dikutip
oleh Moh. Ali Aziz didalam bukunya yang menuliskan. Teknik adalah cara yang dilakukan

10
Nihyatul Husna “Metode Dakwah Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an, E Journal Selasar KPI, Vol.I No.1, 2021, hal 6-
7

12
seseorang dalam rangka mengimplesentasikan suatu metode.11 Sedangkan yang dinamakan
dakwah adalah sesuatu ajakan atau seruan yang bertujuan untuk berjalan dengan benar
dijalan Allah SWT, demi menggapai ridho sang pencipta. Secara umum Teknik dakwah
itu dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, lukisan, dan pertunjukan atau penampilan, serta
lainnya sesuai dengan perkembangan masa.12

Dengan uraian demikian dapat dipahami bahwa Teknik dakwah adalah cara yang
dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode dalam berbicara di
hadapan public, demi menggapai harapan menjadi baik seseorang dan diri sendiri dengan
berjalan dijalan kebenaran.

Teknik dalam berdakwah mempunyai beberapa hal yang harus diketahui,


diantaranya adalah Teknik persiapan, Teknik penyampaian, dan Teknik evaluasi.

Dengan demikian, yang dinamakan Teknik persiapan adalah suatu cara untuk
mempersiapkan diri sebelum menghadapi apa yang harus dihadapi dengan benar-benar
baik, diantaranya adalah :

a. Mempersiapkan mental yang ada dalam diri, guna untuk mempersiapkan kekurangan
yang ada dalam diri kita, atau menghadapi keraguan Ketika berhadapan dengan public
Ketika kita mau berpidato maupun ceramah.
b. Mempersiapkan naskah pidato untuk menjadikan kebaikan dalam isi pidato, dan
membuat pidato lebih terarahkan pada tujuan yang diinginkan, demi menggapai
lantunan kata yang baik dan terkesan untuk orang.
c. Mempersiapkan diri dalam artian Kesehatan jasmani maupun rohani. Bertujuan agar
Ketika berpidato tubuh benar-benar mendapatkan perhatian baik bagi pendengar.

Sedangkan untuk Teknik penyampaian adalah cara untuk menyampaikan suatu


gagasan atau pembicaraan dengan baik demi menggapai harapan penyampaian yang baik
dan benar-benar mendapatkan perhatian baik bagi pendengar.

Yang perlu diperhatikan dalam Teknik penyampaian (Pronuntiation). Pembicara


harus memperhatikan olah suara (vocis) dan Gerakan-gerakan anggota badan (gestus

11
Ali Aziz,M.Ag.,Ilmu Dakwah, Prenada Media Group: Jakarta, 2015, hal.358
12
Hamzah Tualeka Z.N, Pengantar Ilmu Dakwah (Surabaya: Alpha Mediatama), h.49

13
moderation cum venustate).13 Terkait dengan Teknik penyampaian ceramah, bahwa
terdapat Teknik untuk membuka ceramah, yaitu :

a. Langsung menyebutkan topik ceramah.


b. Melukiskan latar belakang masalah.
c. Menghubungkan dengan peristiwa hangat.
d. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
e. Menghubungkan dengan tempat atau lokasi ceramah.
f. Menghubungkan dengan suasana emosi yang menguasai khalayak.
g. Menghubungkan dengan sejarah masa lalu.
h. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar dan memberikan pujian pada
pendengar.
i. Pernyataan mengejutkan.
j. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan provokatif.
k. Menyatakan kutipan, baik dari kitab suci atau yang lainnya.
l. Menceritakan pengalaman pribadi.
m. Mengisahkan cerita factual ataupun fiktif.
n. Menyatakan teori
o. Memberikan humor.14

Menurut Nasrudin Razak yang dikutip oleh Syahroni A.J. untuk mengenai Teknik
evaluasi sesudah pidato dilaksanakan, sebenarnya bertumpu pada feedback dari pihak
pendengar. Dengan kata lain, sejauh manakah adanya perubahan pada mereka, data seperti
inlah yang dicari dan diperoleh dalam kegiatan evaluasi.15

Dengan adanya Teknik evaluasi, seseorang penceramah akan memudahkan dalam


mengerti seberapa manfaat isi kandungan pembawaan ceramah penceramah, apakah bisa
menjadikan perubahan yang baik untuk orang lain, dan mengetahui kekurangan dari
penceramah sendiri bahkan menjadikan semakin baik untuk memperbaiki kekurangan
penceramah.

13
Hands Handoko, Seni Pidato dan Mc, (Magelang, Damar Media Publishing, 2011), h.15
14
Ali Azis,M.Ag.,Ilmu Dakwah, Prenada Media Group: Jakarta, 2015. Hal 362-363
15
Syahroni A.J, Teknik Pidato, (Surabaya:Dakwah Digital Press, 2012), h.128

14
BAB III

PENUTUP

D. Kesimpulan

Dakwah merupakan seruan, ajakan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang
lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Dalam ajaran agama
Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada
pemeluknya untuk saling mengingatkan dan mengajak sesamanya dalam rangka
menegakkan kebenaran dan kesabaran

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan,
yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan
permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr
ma’ruf dan nahi munkar, mau’idhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah,at’lim
dan khotbah.

Untuk bisa mencapai target yang diharapkan dalam berdakwah, tentunya setiap
individu umat Islam harus mengetahui dan paham betul metode-metode yang harus
digunakan dalam berdakwah.

1. Metode Hikmah

Metode bil hikmah mengedepankan akal pikiran baik dari sisi pendakwah dan mitra
dakwah. Dalam menggunakan metode bil hikmah pesan dakwah lebih baik disertai dengan
bukti secara ilmiah karena metode ini relevan jika digunakan pada mitra dakwah terdidik
yang berfikiran kritis karena bisa saja dalam penyampaian dakwah bil hikmah akan timbul
pertanyaan atau pernyataan dari mitra dakwah.

2. Metode Nasehat

Al-mau’idẓah al-hasanah atau nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan


nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan
dengan menggunakan Bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan di hati menyentuh
perasaan, lurus di fikiran, menghindari sikap kasar, tidak mencari atau menyebut kesalahan

15
mad’u sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat
mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah.

3. Metode Perdebatan

Metode berdakwah melalui debat dengan cara yang paling baik ( yujadilu billati
hiya ahsan ). Berdebat tanpa bertindak zhalim terhadap lawan debat ataupun sikap
peremehan dan pencelaan terhadapnya. Sehingga jelas tujuan berdakwah bukanlah untuk
mengalahkan orang lain dalam debat, akan tetapi untuk menyadarkan dan menyampaikan
kebenaran kepadanya. Dengan argumen dan ide yang berbobot tentunya dapat melunakkan
pertentangan dalam perdebatan, menundukkan jiwa yang sombong tanpa meremehkan
lawan debat. Jadi, debat dalam dakwah bukanlah untuk menunjukkan siapa yang pandai
bersilat lidah, akan tetapi untuk mencapai tujuan dakwah yang utama, yaitu terbukanya
pikiran dan sampainya pengajaran.

4. Metode Keteladanan

Metode keteladanan telah diterapkan oleh Rasulullah sejak awal mula agama islam
hadir. Dakwah islam menjadi lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti dengan adanya
suri tauladan dari Rasulullah. Metode keteladanan sendiri merupakan suatu cara atau jalan
yang ditempuh para pendakwah dengan perbuatan atau tingkah laku yang patut untuk
ditiru. Dengan tujuan keteladanan sebagai sarana dakwah islam. Keteladanan merupakan
bentuk perilaku individu yang bertanggung jawab yang bertumpu pada praktik secara
langsung

Teknik dakwah adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka


mengimplementasikan suatu metode dalam berbicara di hadapan public, demi menggapai
harapan menjadi baik seseorang dan diri sendiri dengan berjalan dijalan kebenaran.

Teknik dalam berdakwah mempunyai beberapa hal yang harus diketahui,


diantaranya adalah Teknik persiapan, Teknik penyampaian, dan Teknik evaluasi.

Dengan demikian, yang dinamakan Teknik persiapan adalah suatu cara untuk
mempersiapkan diri sebelum menghadapi apa yang harus dihadapi dengan benar-benar
baik, diantaranya adalah:

16
a. Mempersiapkan mental yang ada dalam diri, guna untuk mempersiapkan
kekurangan yang ada dalam diri kita, atau menghadapi keraguan Ketika berhadapan
dengan public Ketika kita mau berpidato maupun ceramah.
b. Mempersiapkan naskah pidato untuk menjadikan kebaikan dalam isi pidato, dan
membuat pidato lebih terarahkan pada tujuan yang diinginkan, demi menggapai
lantunan kata yang baik dan terkesan untuk orang.
c. Mempersiapkan diri dalam artian Kesehatan jasmani maupun rohani. Bertujuan
agar Ketika berpidato tubuh benar-benar mendapatkan perhatian baik bagi
pendengar.

Sedangkan untuk Teknik penyampaian adalah cara untuk menyampaikan suatu


gagasan atau pembicaraan dengan baik demi menggapai harapan penyampaian yang baik
dan benar-benar mendapatkan perhatian baik bagi pendengar.

Yang perlu diperhatikan dalam Teknik penyampaian (Pronuntiation). Pembicara


harus memperhatikan olah suara (vocis) dan Gerakan-gerakan anggota badan (gestus
moderation cum venustate).16 Terkait dengan Teknik penyampaian ceramah, bahwa
terdapat Teknik untuk membuka ceramah, yaitu :

a. Langsung menyebutkan topik ceramah.


b. Melukiskan latar belakang masalah.
c. Menghubungkan dengan peristiwa hangat.
d. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
e. Menghubungkan dengan tempat atau lokasi ceramah.
f. Menghubungkan dengan suasana emosi yang menguasai khalayak.
g. Menghubungkan dengan sejarah masa lalu.
h. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar dan memberikan pujian
pada pendengar.
i. Pernyataan mengejutkan.
j. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan provokatif.
k. Menyatakan kutipan, baik dari kitab suci atau yang lainnya.

16
Hands Handoko, Seni Pidato dan Mc, (Magelang, Damar Media Publishing, 2011), h.15

17
l. Menceritakan pengalaman pribadi.
m. Mengisahkan cerita faktual ataupun fiktif.
n. Menyatakan teori
o. Memberikan humor

18
DAFTAR PUSAKA

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 17

Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), hlm.14

Achmad Satori Ismail, dkk, Islam Moderat, hlm 112

Asep Muhayidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2022),
cet I, hlmn 78

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,Vol.7 (Jakarta:Lentera Hati,
2002), hlmn. 384

Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h.9

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,Vol.7 (Jakarta:Lentera Hati,
2002), hlmn. 384

Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h.9

Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlmn.359

“Menelusuri Strategi Berdakwah dengan Hikmah, Mauziah Hasanah dan Mujadalah”, Portal Berita
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Menelusuri Strategi Berdakwah dengan Ḥikmah, Mauiẓah
Ḥasanah dan Mujādalah – BERITA UPI

Nihyatul Husna “Metode Dakwah Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an, E Journal Selasar KPI, Vol.I No.1,
2021, hal 6-7

Ali Aziz,M.Ag.,Ilmu Dakwah, Prenada Media Group: Jakarta, 2015, hal.358

19
Hamzah Tualeka Z.N, Pengantar Ilmu Dakwah (Surabaya: Alpha Mediatama), h.49

Hands Handoko, Seni Pidato dan Mc, (Magelang, Damar Media Publishing, 2011), h.15

Ali Azis,M.Ag.,Ilmu Dakwah, Prenada Media Group: Jakarta, 2015. Hal 362-363

Syahroni A.J, Teknik Pidato, (Surabaya:Dakwah Digital Press, 2012), h.128

Hands Handoko, Seni Pidato dan Mc, (Magelang, Damar Media Publishing, 2011), h.15

20

Anda mungkin juga menyukai