Berikut adalah pendapat beberapa buku dan ulama tentang hadist shahih :
· Para ulama telah memberikan definisi hadits shahih yang telah diakui dan disepakati
kebenarannya oleh para ahli hadist.Pengertian hadits shahih adalah sebuah hadits yang
sanadnya bersambung sanadnya, yang diriwayatkan oleh rowi yang adil dan yang dhabit dari
rawi yang lain juga adil dan dhobit sampai akhir sanad, dan hadits itu tidak janggal serta tidak
mengandung cacat (illat).
· Hadits shahih merupakan sebuah hadits yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan
oleh rowi yang adil dan yang dhabit dari rawi yang lain (juga) adil dan dhobit sampai akhir
sanad, dan hadits itu tidak janggal serta tidak mengandung cacat (‘Illat). Sahih menurut
lughat adalah lawan dari “saqim”, artinya sehat lawan sakit, haq lawan batil.
· Menurut ahli hadits , hadits shahih adalah hadits yang sanandnya bersambung , dikutip
oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai berakhir pada Rasulullah Saw,
sahabat atau tabiin, bukan hadits yang syadz (kontriversi) dan terkena ‘illat yang
menyebabkan cacat dalam penerimaannya
· Sahih menurut bahasa “sehat “, kebalikan dari “sakit”. Sedang menurut istilah ialah
hadits yang muttasil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit,
tidak syadz dan tidak pula terdapat billat ( cacat ) yang merusak.
· Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Nukhbatul Fikar, yang dimaksud dengan hadits
shahih adalah adalah hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna
ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak ber’illat dan tidak janggal.
· Dalam kitab Muqaddimah At-Thariqah Al-Muhammadiyah disebutkan bahwa definisi
hadits shahih itu adalah hadits yang lafadznya selamat dari keburukan susunan dan maknanya
selamat dari menyalahi ayat Quran.
d. Tidak Ber-illat
Maksudnya ialah bahwa hadits yang bersangkutan terbebas dari cacat haditsnya. Yakni hadits
itu terbebas dari sifat-sifat samar yang membuatnya, meskipun tampak bahwa hadits itu tidak
menunjukan adanya cacat-cacat tersebut. Jadi hadits yang mengandung cacat itu bukan hadits
yang shahih.
Shahih li ghairihi, yaitu hadis hasan li dzatihi (tidak memenuhi secara sempurna
syarat-syarat tertinggi hadis maqbul),yang diriwayatkan melalui sanad yang lain yang
sama atau lebih kuat darinya, dinamakan hadis shahih li ghairihi karena predikat
keshahihannya diraih melalui sanad pendukung yang lain. Berikut contoh hadis shahih
li ghairihi yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi :
صلَّى َ َ ق، َ ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرة، َ ع َْن أَبِي َسلَ َمة، ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن َع ْم ٍرو، َ َح َّدثَنَا َع ْب َدةُ بْنُ ُسلَ ْي َمان، ب
َ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا: ال ٍ َح َّدثَنَا أَبُو ُك َر ْي
ِ ق َعلَى أُ َّمتِي ألَ َمرْ تُهُ ْم بِالس َِّو
َ اك ِع ْن َد ُك ِّل
صالة َّ لَوْ ال أَ ْن أَ ُش: هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم. ٍ
Hadis tersebut dinilai oleh muhaddisin sebagai hadis shahih li ghairihi sebagaimana
dijelaskan diatas. Pada sanad hadis tersebut, terdapat Muhammad bin ‘Amr yang dikenal
orang jujur, akan tetapi kedhabitannya kurang sempurna, sehingga hadis riwayatnya hanya
sampai ke tingkat hasan. Namun keshahihan hadis tersebut didukung oleh adanya hadis lain,
yang lebih tinggi derajatnya sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari A’raj
dari Abu Hurairah.
Dalam menyusun kitabnya ini, beliau bermaksud mengungkap fiqh hadits shahih dan
menggali berbagai kesimpulan hukum yang berfaidah. Beliau juga menjadikan kesimpulan
tersebut sebagai judul bab. Oleh karena itu, kadang-kadang beliau membuang seorang atau
lebih dari awal sanad. Al-Bukhari banyak mengulang-ulang hadits di beberapa tempat dalam
kitabnya yang ada hubungannya sesuai hasil penyimpulannya dalam hadits tersebut.
Shahih Muslim
Kitab ini disusun oleh Imam Muslim bin Al-Hajjaj Al-Naisaburi. Beliau lahir di kota
Naisabur pasa 206 H dan Wafat di kota yang sama pada 261 H. Beliau adalah seorang
imam agung dan disegani. Beliau sangat antusias terhadap sunnah dan memeliharanya.
Beliau cukup lama berguru kepada dan senantiasa menyertai Al-Bukhari, dan oleh karenanya
beliau menghindari orang-orang yang berselisih pendapat dengan Al-Bukhari.
Kitab Musnal Al-Shahih dan disebut pula Al-Jami Al-Shahih disusun dengan metode
yang berbeda dengan metode yang dipakai oleh Al-Bukhari dalam menyusunnya kitab
shahihnya. Perbedaan metode penyusunan kitab ini adalah bahwa Muslim tidak bermaksud
untuk mengungkap fiqh hadits, melainkan ia bermaksud untukmengemukakan ilmu-ilmu
yang bersanad. Karena beliau meriwayatkan setiap hadits dengan di tempat yang paling
sesuai, serta menghimpun jalur-jalur dan sanad-sanadnya di tempat tersebut. Sedangkan Al-
Bukhari memotong-motong suatu hadits di beberapa tempat dan pada pada setiap tempat ia
sebutkan lagi sanadnya.
Permasalahan Hadits Shahih
Untuk mengetahui suatu hadits itu apakah shahih atau tidak, kita bisa melihat dari
beberapa syarat yang yang menerangkan hadits shahih. Apabila dalam syarat-syarat yang ada
pada hadits shahih tidak terpenuhi, maka secara otomatis tingkat hadits itu akan turun dengan
sendirinya. Semisal kita meneliti sebuah hadits, kemudian kita temukan salah satu dari perawi
hadits tersebut dalam kualitas intelektualnya tidak sempurna. Dalam artian tingkat dlabithnya
berada pada tingkat kedua, maka dengan sendirinya hadits itu masuk dalam kategori hadits
shahih lighoirihi. Dan apabila ada sebuah hadits yang setelah kita teliti kita tidak menemukan
satu kelemahanpun dan tingkatan para perawi hadits juga menempati posisi yang pertama ,
maka hadits itu dikatakan sebagai hadits shahih lidatihi.
Untuk hadits shahih lighoirihi kita bisa merujuk pada ketentuan-ketentuan yang
termuat dalam pengertian dan kriteria-kriteria hadits hasan lidatihi. Apabila hadits itu terdapat
beberapa jalur maka hadist itu akan naik derajatnya menjadi hadits shahih lighoirihi. Dengan
kata lain kita dapat menyimpulkan apabila ada hadits hasan akan tetapi hadits itu
diriwayatkan oleh beberapa rawi dan melalui beberapa jalur, maka dapat kita katakan hadits
tersebut adalah hadits shahih lighoirihi.
Adapun derajat hadist hasan sama dengan hadist shahih dalam segi kehujjahannya, sekalipun
dari sisi kekuatannya berada di bawah hadist shahih. Oleh karena itu mayoritas Fuqaha,
Muhaditsin dan Ushuliyyin (ahli Ushul) berpendapat bahwa hadist hasan tetap dijadikan
sebagai hujjah dan boleh mengamalkannya.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa Hadits shahih merupakan sebuah
hadits yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh rowi yang adil dan yang dhabit
dari rawi yang lain (juga) adil dan dhobit sampai akhir sanad, dan hadits itu tidak janggal
serta tidak mengandung cacat (‘Illat). Perbedaan antara hadist shahih Imam al-Bukhari dan
Imam Muslim terletak pada sanad,fiqih dan saat penulisan hadist tersebut. Dan kita dapat
mengetahui tentang makna,syarat – syarat dan bagaimana cara menguraikan bagian – bagian
dari hadits shahih lengkap dengan sanadnya serta bisa membedakan hadist yang tergolong
hadits shahih Imam al-Bukhari dan Imam Muslim.Dengan demikian kita dihapkan mampu
untuk menganalisis hadits secara lebih teliti serta dapat membedakan mana yang di sebut
hadist shahih maupun bukan
Di susun oleh :
Nama Kelompok :