Anda di halaman 1dari 7

Klasifikasi hadits dari segi kualitas perawi

A. Pengertian, syarat, kehujjahan dan contoh hadits shahih


1. Pengertian
Secara etimologis shahih berarti sah, legal, benar, tepat atau sehat, selamat dan sempurna.
Adapun pengertian hadis shahîh secara istilah, adalah hadis yang sanadnya bersambung
oleh orang yang adil, cermat dari orang yang sama sampai berakhir pada Rasulullah saw,
atau kepada sahabatnya atai tabi’in, bukan hadis yang kontroversial dan terkena illat yang
menyebabkan cacat dalam penerimaannya.
Dari beberapa pengertian hadis shahih tersebut dapat simpulkan bahwa hadis
shahioh adalah hadis yang dalam periwayatannya dilakukan oleh perwi
yang adil, dhobit, sanad bersambung dan terhindar dari illat atau cacat.
2. Syarat
a. Sanadnya bersambung
Yang dimaksudsanad bersambung adalah tiap–tiap periwayatan dalam sanad
hadits menerima periwayat hadits dari periwayat terdekat sebelumnya, keadaan ini
berlangsung
demikian sampai akhir anad dari hadits itu.
b. Periwayatan bersifat adil
Adil di sini adalah periwayat seorang muslim yang baligh, berakal sehat, selalu
memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari perbuatan – perbuatan
maksiat.
c. Periwayatan bersifat dhabit
Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa yang telah didengarnya dan
mampu menyampaikan hafalannya kapan saja ia menghendakinya.
d. Tida Janggal atau Syadz
Adalah hadits yang tidak bertentangan dengan hadits lain yang sudahdiketahui
tinggi kualitas ke-shahih-annya.
e. Terhindar dari „illat (cacat)
Adalah hadits yang tidak memiliki cacat, yang disebabkan adanya hal – hal yang
tidak bak, yang kelihatannya samar – samar.
3. Kehujjahan
Para ulama termasuk ahli hadis dan ushul fiqh yang pendapatnya dapat dijadikan
pegangan, hadis shahih dapat dijadikan hujjah dan wajib diamalkan, baik rawinya
seorang diri, atau ada rawi lain yang meriwayatkan bersamanya, atau masyhur dengan
diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. Hadis
shahih wajib diamalkan dan dijadikan sebagai sumber hukum islam kedua setelah Al
Qur’an.
4. Contoh
Adapun contoh hadis yang shahih adalah;
ِ‫ْت َرسُوْ َل هللا‬ ْ ‫ب ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ُجبَي ِْر ب ِْن ُم‬
ُ ‫ط ِع ِم ع َْن َأبِ ْي ِه قَا َل َس ِمع‬ ٌ ِ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُدهللاِ بْنُ يُوْ سُفَ قَا َل َأ ْخبَ َرنَا َمال‬
ٍ ‫ك َع ِن ا ْب ِن ِشهَا‬
‫الطوْ ِر "(رواه البخاري‬ ُّ ِ‫ب ب‬ ِ ‫م قَ َرَأ فِي ْال َم ْغ ِر‬.‫ص‬
"Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah mengkhabarkan
kepada kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin math'ami dari
ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah saw membaca dalam shalat
maghrib surat at-thur" (HR. Bukhari, Kitab Adzan).
Analisis terhadap hadits tersebut:
1. Sanadnya bersambung karena semua rawi dari hadits tersebut mendengar
dari gurunya.
2. Semua rawi pada hadits tersebut dhobit, adapun sifat-sifat para rawi hadits
tersebut menurut para ulama al-jarhu wa ta'dil sebagai berikut :
a) Abdullah bin yusuf = tsiqat mutqin.
b) Malik bin Annas = imam hafidz
c) Ibnu Syihab Az-Zuhri = Ahli fiqih dan Hafidz
d) Muhammad bin Jubair = Tsiqat.
e) Jubair bin muth'im = Shahabat.
3. Tidak syadz karena tidak ada pertentangan dengan hadits yang lebih kuat
serta tidak cacat.
B. Pengertian, syarat, kehujjahan dan contoh hadits hasan
1. Pengertian
Arti Hasan Secara Bahasa:
Kata ُ‫الح َسن‬
َ – hasan – adalah isim musyabbahah dari ُ‫الح َسن‬
َ dengan makna ‫ ال َج َمال‬yang
artinya indah, bagus.
Definisi Hadits Hasan Secara Istilah
Secara istilah ilmu hadits, pengertian hadits hasan mencakup beberapa definisi seperti
berikut ini:
Menurut At-Tirmidzi, hadits hasan adalah:

ًّ ‫ وال يكون الحديث‬،‫كل حديث يُروى ال يكون في إسناده من يتَّهم بالكذب‬


‫ ويُروى من غير وجه نحو ذاك‬،‫شاذا‬

”Setiap hadits yang diriwayatkan dan tidak terdapat pada sanadnya perawi yang pendusta
dan hadits tersebut tidak syadz, serta diriwayatkan pula melalui jalan yang lain.”

Definisi yang dianggap baik menurut Ath-Thahan adalah definisi yang dikemukakan oleh
Ibnu Hajar, yaitu sebagai berikut:
‫ من غير شذوذ وال علة‬،‫ عن مثله إلى منتهاه‬،‫هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه‬
”Hadits yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang adil, ringan
(kurang) ke dhabit-annya, dari perawi yang sama (kualitas) dengannya, sampai ke akhir
sanad, tidak syadz dan tidak ber-‘illat.”

Berdasarkan definisi-definisi di atas, para ulama hadits merumuskan bahwa


kriteria hadits hasan adalah sama dengan hadits shahih kecuali pada hadits hasan
terdapat perawi yang tingkat ke dhabit-annya kurang atau lebih rendah dari yang
dimiliki oleh perawi hadits shahih.
Oleh karenanya, Ibnu Hajar menegaskan bahwa hadits hasan adalah hadits shahih
yang perawinya memiliki sifat dhabith yang lebih rendah dari yang dimiliki oleh
perawi hadits shahih.
2. Syarat
a. Para perawinya yang adil,
b. Ke-Dhabith-an perawinya dibawah perawi Hadist
shahih,
c. Sanad-sanadnya bersambung,
d. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz,
e. Tidak mengandung „illat.
3. Kehujjahan
Sebagaimana Hadist Shahih, menurut para ulama ahli Hadist, bahwa Hadist
Hasan, baik Hasan Li-dzatihi maupun Hasan Li-Ghairihi, juga dapat dijadikan hujjah
untuk menetapkan suatu hukum, harus diamalkan. Hanya saja terdapat perbedaan
pandangan diantara mereka dalam soal penempatan Rutbah (urutannya), yang disebabkan
oleh kualitasnya masing-masing.
4. Contoh
Hadits hasan ada dua macam yaitu:
Hasan lidzatihi adalah hadits yang dilihat dari jalur periwayatannya sendiri hasan.
Hasan lighairihi adalah hadits yang dilihat dari sanadnya dha’if namun dikuatkan dari
jalur lainnya, tetap tidak mengandung syadz dan ‘illah.
‫•ر ب ِْن َأبِي‬
ِ ‫الض•بَ ِع ُّي ع َْن َأبِي ِع ْم• َرانَ ْال َج• وْ نِ ِّي ع َْن َأبِي بَ ْك‬ ُّ َ‫ َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَ•ةُ َح• َّدثَنَا َج ْعفَ• ُر بْنُ ُس•لَ ْي َمان‬:‫ما اخرجه الترمذي قال‬
‫اب ْال َجنَّ ِة تَحْ تَ ِظاَل ِل‬ َ •‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي• ِه َو َس•لَّ َم ِإ َّن َأ ْب‬
َ ‫•و‬ َ ِ ‫ْت َأبِي بِ َحضْ َر ِة ْال َع ُد ِّو يَقُو ُل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِّ ‫ُمو َسى اَأْل ْش َع ِر‬
ُ ‫ي قَال َس ِمع‬
‫ُوف‬
ِ ‫ال ُّسي‬

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dia berkata, ”Telah menceritakan kepada kami Qutaibah,
ia berkata,’ Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman Adh Dhuba’i dari Abu
Imran Al Jauni dari Abu Bakr bin Abu Musa Al Asy’ari ia berkata, ”Aku mendengar
ayahku berkata saat di hadapan musuh, ”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ”Sesungguhnya pintu-
pintu surga berada di bawah naungan pedang…”
Hadits ini dinyatakan hasan karena pada sanadnya terdapat Ja’far bin Sulaiman
adh-Dhuba’i yang menurut para ulama hadits, Ja’far ini berada pada kualitas
shaduq (tidak sempurna dhabith-nya), sehingga tidak mencapai tingkatan tsiqat
sebagai salah satu persyaratan hadits shahih.
Contoh Hadits Hasan Lighoirihi
Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dinyatakannya hasan,

‫عن عاصم بن عبيد هللا قال سمعت عبد هللا بن عامر بن ربيعة عن أبيه أن امرأة من ب••ني ف••زارة ت••زوجت على نعلين‬
‫فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أرضيت من نفسك ومالك بنعلين قالت نعم قال فأجازه‬
Dari Syu’bah, dari ‘Ashim bin ‘Ubaidillah dari Abdullah bin ‘Amir bin Rabi’ah, dari
ayahnya, bahwa seorang wanita dari Bani Fazarah menikah dengan mahar sepasang
sandal. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ”Apakah engkau merelakan dirimu sedangkan
engkau hanya mendapat mahar sepasang sandal?” Wanita tersebut menjawab, ”Ya.”
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬membolehkannya.”
Pada hadits tersebut terdapat perawi yang bernama ‘Ashim. Dia dinilai oleh para
ulama hadits sebagai perawi yang dha’if karena buruk hafalannya. Tetapi At-
Tirmidzi menyatakan sebagai hadits hasan karena datangnya (dijumpai sanad lain
dari ) hadits tersebut melalui jalan lain.
C. Pengertian, syarat, kehujjahan dan contoh hadits dhaif
1. Pengertian
Menurut Imam At Tirmidzi, sebagaimana dikutip Ahmad Sutarmaji hadis dhaif adalah:
‫الضعيف ما لم يو جد فيه شروط الصحة وال شروط الحسن‬
“Hadis dhaif adalah yang tidak memenuhi syarat shahih dan juga tidak memenuhi syarat
hasan”.[6]
Pengertian hadis dhaif secara bahasa, hadis dhaif berarti hadis yang lemah. Para ulama
memiliki dugaan kecil bahwa hadis tersebut berasal dari Rasulullah saw. Dugaan kuat
mereka hadis tersebut tidak berasal dari Rasulullah saw. Adapun para ulama memberikan
batasan bagi hadis dhaif sebagai berikut : “ Hadis dhaif ialah hadis yang tidak memuat /
menghimpun sifat-sifat hadis shahih, dan tidak pula menghimpun sifat-sifat hadis hasan”.
Jadi dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud
dengan hadis dhaif adalah hadis yang lemah dari sisi periwayatan dan tidak
memenuhi kriteria seperti yang persyaratkan dalam hadis shahih dan hasan.
2. Syarat
1. tidak terlalu parah kedhaifanya.
2. hadits itu punya asal yang menaungi di bawahnya.
3. hadits itu hanya seputar masalah nasihat, kisah-kisah, atau anjuran amal tambahan.
Bukan dalam masalah aqidah dan sifat Allah, juga bukan masalah hukum.
3. Kehujjahan
Berbeda dengan hadis shahih dan hasan, hadis dhaif yang tingkat derajat keabsahannya
diragukan demikian pula tingkat kehujjahannya atau sebagai dalil hukum juga lemah.
Oleh karena mengutip pendapat dari Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa hadis
dhaif dapat digunakan sebagai dalil hukum atau sumber dengan beberapa syarat :
a) Tigkat kedhaifannya tidak parah
Menurut para ulama, masih ada di antara hadis dhaif yang bisa dijadikan hujjah,
asalkan bukan dalam perkara aqidah dan syariah (hukum halal haram). Hadis
yang level kedhaifannya tidak terlalu parah, boleh digunakan untuk perkara
fadailul a’mal (keutamaan amal).
b) Berada di bawah nash lain yang shahih.
Maksudnya hadis yang dhaif itu kalau mau dijadikan sebagai dasar dalam fadhailul
a’mal, harus ada hadis lain yang mendukung tersebut dan hadis lainnya itu harus
shahih. Tidak boleh hadis tersebut
c) Ketika mengamalkan tidak boleh meyakini ke-tsabit-annya.
Maksudnya, ketika kita mengamalkan hadis dhaif itu, kita tidak boleh meyakini
sepenuhnya bahwa ini merupakan sabda Rasululah SAW atau perbuatan beliau.
Namun hanya menduga atas kepastian datangnya informasi ini dari Rasulullah
saw.
4. Contoh
Diriwayatkan dari Musa bin Ubaidah, dari Abu Hurairah ra mengatakan Rasulullah
bersabda, “Segala sesuatu itu ada zakatnya. Zakat badan adalah puasa. Puasa itu separuh
kesabaran.”
Hadist di atas juga digolongkan sebagai hadits dhaif karena Musa bin Ubaidah
dinilai lemah oleh sekelompok ulama ahli hadits. Sebagaimana dijelaskan dalam
kitab Tahdibut Tahdzin, Musa dikisahkan adalah seorang yang soleh dan ahli
ibadah, namun lemah dalam periwayatan hadits.

https://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-dan-syarat-hadis-
shahih.html
https://pabrikjammasjid.com/hadits/hadits-hasan-dan-contohnya/
https://brainly.co.id/tugas/35068572
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/ath_thariq/article/download/1292/1095
http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-kehujjahan-hadis-sahih-hasan.html
https://www.republika.co.id/berita/qos1kw366/tigapendapat-para-ulama-tentang-
hadits-dhaif-part1
https://kumparan.com/berita-hari-ini/contoh-hadits-dhaif-beserta-tingkatan-sanad-
yang-perlu-diketahui-umat-muslim-1x0rimtMRUf/full

Anda mungkin juga menyukai