Anda di halaman 1dari 12

Pembagian Hadits, Ditinjau Dari Segi Kualitasnya

Ditinjau dari segi kualitas sanad dan matan-nya, para pakar Hadits, membagiHadits menjadi 3
maccam:
1. Hadits Shahih
2. Hadits Hasan
3. Hadits Dhaif.
Ulama yang mula-mula mengenalkan pembagian Hdits menjadi shahih, hasan dan dhaif
adalahImam Al-Tirmidzi.

A. Hadits Shahih.
Hadits Shahih dibagi menjadi 2 macam :
1). Hadits shahih li dzatihi.
2). Hadits shahih li ghairihi.

1. Hadits shahih li dzatihi.


A. Pengertian .
Menurut Ibnu shalah (w.643 H) dan pakar Hadits lainnya, bahwa Hadits Shahih adalah hadits
musnad yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan dhabith
dari perawi yang adil dan dhabith pula sejak awal sampai akhir, serta tidak terdapat di
dalamnya suatu krjanggalan dan cacat.

Musnad : maksudnya Hadits yang dinisnbahkan kepada Rasulullah dengan sanad.

B. Syarat-syarat Hadits Shahih li Dzatihi.


1. Muttashil Sanadnya.
Perawi dalam sanad Hadits bersambung dan tidak ada yang gugur atau terputus satu
orangpun. Dengan demikian setiap perawi menerima Hadits secara langsung dari
gurunya.
2. Perawi yang Adil
Perawi yang meriwayatkan Hadits, haruslah orang yang lurus agamanya, baik akhlaknya,
dan menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, seperti syirik, kefasikan, bidah dhalalah dan
lainnya.
3. Perawi yang Dhabith.
Kemampuan seorang perawi dalam memahami dan menghafal (menjaga) Hadits dari
gurunya, sehingga dia mampu menyampaikan hafalan Hadits terrsebut kapan saja sesuai
dengan apa yang dia dengar dari gurunya.
Dhabith dibagi menjaddi 2 macam:
a. Dhabith Shadri, yaitu ingatan perawi benar-benar kuat yang tersimpan dalam dadanya
(pikirannya) dari apa yang dia dengar dari gurunya, serta dapat disampaikan kapan
dan dimana saja sesuai dengan apa yang dia dengar dai gurunya.
b. Dhabith Kitabi, yaitu terjaga buku catatan hadits yang dia tulis, sejak dia
menerimanya msih tetap terjaga dari kesalahan.
4. Tidak ada Syadz (tidak ada kejanggalan atau keraguan).
Hadits yangg diriwayatkan oleh seorang perawi tidak terdapat pertentangan dengan
Hadits dari perawi lain yang lebiih kuat darinya.
5. Tidak ada Illah (cacat atau penyakit)
Di dalam Hadits tidak terdapat cacat tersembunyi yang merusak ke-shahihan hadits,
seperti me-muttashifkan yang manqti, me-marfukan yang mauquf dan sejenisnya.

C. Contoh Hadits Shahih li Dzatihi.


Contohnya hadits riwayat Imam Bukhari :
: :
) (

Telah menceritakan kepadaku Abdullah Ibn Yusuf berkata : telah menceritakan kepadaku
malik dari Abi Zanad dari Araj dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw, bersabda
makanan orang dua sebaiknya cukup untuk orang tiga. (HR. Bukhari dalam kitab al-adam)

Maka hadis ini adalah muttasil sanadnya artinya bahwa Imam Buchari pernah mendengar
dari Abdullah hadis ini, dan Abdullah pernah mendengar hadis ini dari Malik, dan Malik
mendengar Hadis ini dari Abi Zanad, dan Zanad mendengar dari al-A'raj, dan dia mendengar
dari Abi Hurairah dan Abi Hurairah mendengar dari Rasulullah.
Sanad ini bisa menerapkan adanya rawi yang semasa dengan orang sebelumnya, dan orang
sebelumnya seperiode dengan orang atasnya, sehingga mungkin atas kenyataan mendengar
dan muttsasilnya.
Kedua: Rawi yang adil.
Hendaknya setiap rawi hadis dalam sanad adalah rawi yang adil.
Adil: rawi yang muslim, selamat dari fasiq dan melakukan sifat-sifat yang keji, orang kafir
fasiq, gila dan orang yang tidak dikenal, mereka itu adalah bukan "Adil". Lain halnya orang
perempuan, maka dia "Maqbul Riwayah" asal dia "Muslimah" tidak fasiqah dan terhindar dari
sifat-sifat keji.
Begitu pula hamba sahaya diterima riwayatnya bila dia muslim selamat dari fasiq dan
perbuatan keji.
Dan bisa kita katakan bahwasannya rawi yang adil itu artinya "bersih" lakunya dan
kehidupannya dan beretika, dan masih ada lagi syarat, "alim". Karena perawi tidak akan adil
saleh bertaqwa, kalau tidak tahu dan yakin atas periwayatannya, dan sebaliknya dengan arti
sifat tersebut tidak menetapkan adanya rawi tersebut mengetahui dan yakin dalam riwayatnya.
Kalau rawi tadi adil shalih dan bertaqwa oleh karena itu para ulama' mensyaratkan pada rawi
untuk dinyatakan dnegan sifat lain, yaitu rawi harus alim, yakind an menyatakan dalam
riwayatnya. Syarat tersebut yang oleh ulama ibaratkan degan sebutan "Tamam dabti" yang
sebagai syarat yang ketiga dari syarat hadis sahih.
Ketiga: sempurna kecermatannya, maksudnya adalah adanya rawi hadis di tingkat derajat
yang tinggi, seperti ia mendengar sesuatu di dalam hatinya, yang sekira mungkin menggugat
ketika ia menghendaki. Lain halnya orang yang sering lupa, banyak kesalahan dan lemah
kekuatan hafalannya.
Keempat: sunyi dari "syuduz" yaitu rawi yang "siqah" tidak menyalahi rawi yang lebih
"sahih" dari padanya.
Kelima: sunyi dari "illah" yaitu hendaknya dalam hadis tidak terdapat "illah". Adapun illah
adalah sifat yang samar yang bisa mencelahkan diterimanya hadis, dan lebih jelasnya adalah
selamat dari sifat tersebut.

2. Hadits Shahih li Ghairihi.


A. Pengertian.
Adalah Hadits hasan li ghairihi apabila diriwayatkan dari jalan lain yang setingkat atau lebih
kuat darinya.
Dinamakan Hadits shahih li ghairihi, karena keshahihannya tidak datang dari sanadnya
sendiri, tetapi karena ada riwayat dengan sanad lain yang setingkat ke-dhabitannya atau lebih
kuat daarinya (Hadits shahih li dzatihi).

B. Contoh Hadits shahih li ghairihi.


Diriwayatkan oleh alt-Tirmidzi

B. Hadits Hasan.
Terbagi 2 :
1. Hadits hasan li Dzatihi.
A. Pengertian.
Adalah Hadits yang memenuhi syarat sebagai Hadits shahih, hanya saja kualitas ke-
dhabitan sebagai seorang atau beberapa orang perawinya berada di bawah kualitas perawi
Hadits shahih.
Perbedaan Hadits shshih li dzatihi dengan hadits hasa li dzalihi adalah syarat kedhabitan
prawi. Hasan tingkat Dhabitnya berada di bawah kualitas perawi shahih (qalil al-dhabith).

B. Contoh Hadits Hasan.


.
Hadis Muhammad Ibn Amar Ibn Al-qamah dari Abi Salamah dari Abu Hurairah Ra.

Muhammad bin Amar adalah sudah terkenal terpercaya, tapi dia tidak kuat hafalannya.
Hukum Hadis Hasan :
Hukumnya sebagaimana hadis sahih untuk dibuat "Hujjah" (dasar) dan diamalkan,
meskipun lebih rendah kekuatannya dengan hadis shahih. Oleh karena itu apabila ada
pertentangan, hadis sahihlah yang harus didahulukan, karena lebih tinggi derajatnya dari
pada hadis hasan. Karena hadis hasan adalah berkurang dengan perawi hadis sahih dalam
hafalan dan dhabitnya. Adapun perawi hadis sahih adalah teguh dalam hafalan dan
dhabitnya.

2. Hadits hasan li Ghairihi.


A. Pengertian.
Adalah Hadits dhaif yang ringan kedlaifannya, lalu dikuatkan oleh Hadits yang serupa
atau yang lebih kuat darinya.
Dengan demikian, Hadits dhaif yang disebabkan cact kedhabitan perawi ( seperti buruk
hafalan, sering lupa, atau kerancuan hafalan), derajatnya dapat naik menjadi Hadits hasan
li ghairihi jika ada jalur lain yang menguatkannya.

3. Hukum Berhujjah dengan Hadits Hasan.


Ahli Hadits dan ahli fiqih mengatakan, Hadits hasan dapat dijadikan sebagai hujjah
(argumen), sebagaimana Hadits shahih, meskipun dai segi kekuatannya berbeda.

C. Hadits Dhaif.
Da'if menurut bahasa dari kata dibaca fatkah dan dhammah. Kata "daif" lawan kuat,
menurut istilah hadis daif adalah hadis yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan hadis sahih dan
hasan. Hadis ini bisa dikatakan hadis mardud.
Contoh :
: ( )
.

"Bahwasannya Rasulullah berwudhu dan mengusap kedua kaos kaki" ini hadis dha'if karena
diriwayatkan dari "Abi Qais al-Audi".

Pembangiannya
Para ulama' berselisih pendapat atas pembagiannya. Sebagian mereka ada yang mengatakan
delapan puluh satu bagian ada yang empat puluh sembilan dan empat puluh tiga bagian, tetapi
kesemuanya pembagian ini tdiak ada faidahnya. Imam Ibnu Hajar berkata :
Hanya saja mereka yang telah berselisih dalam pembagiannya tidak (memberikan/menerangkan)
nama kepada kita macam-macamnya hanya sedikit sekali dan mereka juga tidak mengkhususkan
nama khusus atau nama tertentu tentang keadaan-keadaan kelemahan.
Hukumnya :
Hadis da'if tidak boleh digunakan untuk masalah aqidah dan hukum, dan boleh dipergunakan dalam
"fada-ilil a'mal" Targhib dan Tarhib dan atau untuk menyebut sifat kebaikan. Tapi dengan syarat-
syarat yang terperinci.

HADIS MARFU'
Hadis yang disandarkan keapda Rasullah baik berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapan
dinamakan "marfu'" arena ketinggian derajatnya disandarkan kepada Rasulullah. Sama juga sanadnya
muttassil atau tidak.

. .
.
Apabila ada Sahabat berkata Rasulullah Saw bersabda begini atau melakukan begini, maka hadis ini
dinamakam marfu'. Begitu juga apabila tabiin atau tabi'i tabiin, atau orang sesudah mereka berkata,
maka hadis tersebut dinamakan marfu'.

Termasuk juga dalam definisi ini yaitu hadis muttassil dan musnad, dan hadits yang tidak terdapat
syarat muttassil, seperti "mady mursal, mu'dlal", kecuali mauquf dan ma'tuq.
Macam-macam Rafu' :
Rafu ada dua bagian :
Pertama: Marfu Tasrihi., hadis yang didalamnya terdapat kata-kata Rasulullah Saw bersabda atau dari
Rasulullah Saw. berbuat begini, sebagaimana keterangan yang sudah lewat di atas.
Kedua: Marfu hukmi, rawi tidak menjelaskan ucapannya, dengan menyebutkan Rasulullah Saw
bersabda. Marfu hukmi banyak macamnya. Antara lain seperti sahabat berkata : Termasuk sunnah
adalah begini. Hadis ini disebut hadis marfu.
Hukumnya :
Bahwasanya hadis "marfu'" itu terkadang shahih, dhaif dan terkadang hasan.

HADIS MUSNAD
Musnad (dibaca fathah nun) dikatakan untuk kitab yang didalamnya terdapat kumplan-kumpulan
hadis yang diriwayatkan oleh shabat dan dikatakan untuk hadis yang akan ta'rifnya.
Musnad adalah hadis yang muttassil dengan isnadnya dari rawi hingga sampai kepada Rasululah
sebagian pendapat mengatakan tidak demikian ta'rifnya menurut definisi ini, maka hadis mauquf,
ma'tuq, munqatiq, mu'allaq, mursal, mu'dal tidak termasuk "musnad".
Hukumnya :
Shahih, hasan, atau da'if menurut sifatnya.

HADIS MUTTASIL
Muttassil adalah: hadis yang bersambung-sambung sanadnya, atas pendengaran setiap rawi-rawi.
Rawi-rawi tersebut dari orang atasnya hingga habisnya sanad. Sama juga habisnya sampai kepada
Rasulullah atau kepada sahabat. Hadis muttasil dikatakan: "Mausul dan Muttasil".
Dengan uraian ini maka akan diketahui bahwasannya hadis musnad lebih "khas" dari pada hadis
muttasil. Maka setiap hadis musnad dinamakan muttasil, dan tidaklah setiap hadis muttasil dinamakan
musnad.
Hukumnya: sebagaimana hadis muttasil menurut ta'rif ini maka hadis mauquf dan ma'tuq keduanya
terkadang menjadi "muttasil".

HADIS MAUQUF
Hadis yang disandarkan kepada shahabat baik berupa perkataan, perbuatan dan sama juga
bersambung sanadnya atau terputus.
Mauquf qauli seperti :
.
Ibn Umar berkata begini atau Ibn Maud berkata begini.

Mauquf fi'li seperti :


.
Ibn Umar melaksanakan salat witir di atas kendaraan dalam bepergian atau selainnya.

Ibnu Umar shalat witir di atas kendaraan di waktu bepergian dan lainnya. Termasukd dalam ta'rif ini
adalah hadits muttasil, munqati, mu'dlal, kecuali hadis marfu' dan mursal.
Hukumnya: seperti hadis muttasil.

HADIS MAQTU'
Maq'tu' adalah hadis yang disandarkan kepada tabi'in baik berupa perkataan atau perbuatan. Sama
juga sanadnya bersambung atau tidak, dinamakan maqtu' karena terpusatnya hadis untuk sampai
kepada shahabat atau rasulullah. Termasuk dalam definisi ini hadis "muttasil, mu'dlal munqatiq,
kecuali hadis marfu', mauquf dan mursal".
Hadisnya: bahwasannya hadis maqtu' tidak boleh dibuat hujjah, kecuali apabila ada tanda-tanda yang
menunjukkan atas "rafu' yaitu hadis marfu' hukum atau ada tanda-tanda yang menunjukkan atas
"waqf" yaitu hadis mauquf: . Seperti perkataan rawi dari Tabi'i dalam arti
"majas" sebagian ulama mengitlakkan hadis di tempat hadis munqatiq, begitu pula sebaliknya "yaitu
mereka mengitlakkan hadis munqatiq di tempat hadis ma'tuq.

HADIS MUNQATI'
Hadis yang gugur dari sanadnya nama seorang rawi dengan syarat yang gugur tidak shahabat,
masuk dalam ta'rifmi hadis marfu', mursal-mauquf, kecuali "muttasil".
1.Sama juga rawi yang gugur tersebut di satu tepat atau lebih. Akan tetapi sekira yang gugur tadi tidak
melebihi di tiap-tiap tempat ada seorang. Maka hadis ini belum menjadi "munqati" pada dua tempat
atau tiga tempat atau lebih banyak.
2.Sama juga rawi yang gugur berada di permulaan sanad atau di tengah-tengah hadis munqati
termasuk macam-macamnya hadis dha'if.

HADIS MU'DAL
Mu'dal dengan bentuk isim mafu; menurut bahasa diambil dari perkataan mereka (Arab)
si fulan telah memahyakan orang lain, apabila perkaranya menjadikan payah orang
tersebut dinamakan hadis mu'dlal, karena muhaddis yang menceritakan/memberitakan dengan hadis
tersebut seakan-akan dia mempersulit dan memayahkannya. Sehingga orang yang meriwayatkannya
tidak bisa mengambil manfaa
Mu'dal: hadis yang sanadnya ada dua orang lebih yang telah gugur di tempat manapun berada, denagn
syarat tawaly (runtut) dan berturut-turut seperti gugurnya shahabat dari tabi'in dan tabi'in dan tabi'i-
tabi'i atau dua orang sebelum tabi'i dan tabi'in.
Adapun apabila ada salah seorang yang gugur diantara dua orang kemudian ada seorang lain yang
gugur pada tempat lain dalam, maka hadis tersebut dinamakan "munqatiq" di dua tempat,
sebagaimana penjelasan yang lampau dalam hadis munqatiq.
Contoh hadis mu'dlal :

: :
( )
.
Hadis riwayat Imam Malik dala kitab Muwatta bahwa dia berkata : telah sampai padaku berita dari
abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda : bagi hamba sahaya memiliki hak makanan dan
pakaian. Imam Malik meriwaytkan hadis ini dari Muhammad Ibn Ijlan dari ayahnya dari Abu
Hurairah, kemudian dia melihat bahwa ada dua rawi yang gugur.

Masuk dalam kategori pengertian hadis ini adalah hadis marfu mauquf dan munqati kecuali hadis
muttasil.

Huklumnya : bahwasannya hadis mu'dal termasuk macam-macam dari hadis daif.

HADIS MURSAL
Dengan bentuk isim maful: diambil dari kata artinya melepaskan, karena adanya "mursil"
yang telah mengucapkan hadis itu tidak mengkayati/mengikat seluruh perawi.
Mursal: hadis yang oleh tabi'i sandarkan kepada Rasulullah, yakni bahwasannya tabi'i berkata, berkata
Rasulullah terkecuali di dalam ta'rif ini hadis muttasil, manquf, maqtu dan masuk disalamnya hadis
mu'dlal dan munqati'.
Hukum hadis mursal: hukumnya sebagaimana hadis dha'if, menurut banyaknya muhaddisin termasuk
mereka yaitu Imam Syafi'i, adapun Imam Malik, bahwasannya dia berhujjah dengan hadis mursal,
dalam hukum dan lainnya. Berhujjah dengan hadis mursal ini qaul yang mashur baginya dan juga
Imam Ahmad bin Hanbal.
Di dalam masalah terdapat perselisihan antara para ulama yang tidak diperluas dalam kitab qaidah
pokok ini.
Contoh hadis mursal :


( ) .
Hadis riwayat Imam Malik dalam kitab Muwattanya dari Zaid Ibn Aslam dari Ata Ibn Yasar bahwa
Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya api neraka jahannam itu sangat panas. Al-hadis.

HADIS MU'ALLAQ
Mu'allaq, dibaca fathah lamnya dan di tasdid diambil dari
Mu'allaq yaitu hadis yang dibuang isnadnya baik yang dibuang itu seorang saja atupun banyak dengan
berurutan atau tidak, meskipun hingga akhirnya isnad. Hadis mu'allaq ini termasuk macam-macamnya
hadis dha'if.
Contoh :
, . ... .
Seorang rawi berkata. Berkata Rasulullah atas berkata Abu Hurairah, atas Zuhri berkata begini
tanpa menyebut sanad.

Padahal antara rawi dan Rasulullah shahabat dan tabiin lebih dari satu rawi.
Masuk di dalam ta'rif ini setiap hadis yang tidak muttasil kecuali hadis muttasil.

HADIS MUSALSAL
Musalsal dari kata menurut bahasa artinya berurutan, menurut istilah yaitu hadis yang
perwarinya menyebutkan satu persatu atas satu keadaan atau tingkah laku, atas satu sifat hadis
musalsal mempunyai macam-amcam termasuk

1. (
. ) (
1. Setiap ucapan rawi seperti sabda bani Saw kepada Muad Ibn Jabal : ya Muad sesungguhnya saya
sayang padamu bacalah setiap setelah salat, Ya Allah berilah pertolongan padaku untukselalu
mengingat pada-Mu dan bersyukur pada-Mu.

Setiap rawi-rawi hadis mengatakan kepada orang sesudahnya: ( ...) dan hadis
musalsal tersebut dinamakan "musalsal mahabbah"

2 . (
)
1. Setiap perbuatan rawi, seperti hadis Abu Hurairah bahwa Abu Qasim telah menepukkan di
tangannku. Kemudian beliau bersabda Allah menciptakan bumi pada hari sabtu.

Setiap rawi hadis ini menepukkan tangan dengan tangannya orang yang meriwayatkan darinya dan dia
sambil berkata si fulan telah menepukkan dengan tanganku dan dia berkata : ( ......)
hadis ini dinamakan "musalsal musyabakah"

3 . , : .
, .
Sifat-sifat tentang menerima hadis seperti mendengar setiap rawi berkata: saya mendengar si fulan
berkata: "saya mendengar si fulan Begini. Rawi menjelaskan musalsal itu di dalam musa
meriwayatkan hadis atas di suatu tempat dan lain-lain.

Hukum hadis musalsal: hadis musalsal jarang sekali selamat dari dha'if dalam tasasulnya. Adapun
asalnya matan itu terladang shahih akan tetapi sifat tasalsul isnadnya terkadang di dalamnya

HADIS MU'AN'AN
Hadis mu'an'an ialah: hadis yang diriwayatkan dengan memakai lafad "an" tanpa menerangkan
"takdis-ihbar-sama'".
Hukumnya: sahih, hasan dan da'if.

HADIS MUBHAM
Hadis mubham ialah hadis yang terdapat dalam sanadnya atau matannya seorang perawi laki-laki
atau perempuan yang tidak disebut namanya.
Contohnya: .
Hukumnya : apabila ibhamnya dalam sanad dan tidak diketahui maka hukumnya dha'if. Adpaun
apabila ibhamnya di dalam matan maka tidak membahayakan, karena tidak dikenalnya sahabat itu
tidak mempengaruhi.

HADIS MUDALLAS
Mudallas menurut bahasa diambil dari artinya: campurnya padam dengan cahaya.
Dinamakan hadis mudallas karena campurnya dalam kesamaran.
Hadis mudallas ialah: hadis yang oleh seorang perawi telah menyembunyikan di dalamnya dnegan
jalan tadlis.

Macam-macam Tadlis :
1.Tadlis isnad:
Yaitu seorang perawi menggugurkan, nama gurunya, dan naik ke guru-gurunya atau orang yang
lebih atas, yaitu orang yang si periode rawi tersebut. Maka seorang rawi tadi langsung mengisnadkan
hadis kepada guru-gurunya atau orag yang lebih atas dengan lafad yang tidak muttasil agar dia dusta.
Contohnya :
Di dalam sanad ini terdapat Zaid dari Umarus dari Khalid dari Muhammad. Zaid meriwayatkan hadis
dari gurunya yang bernama "Muzim" dari Khalid. Sedang Zaid adalah se periode dengan Khalid,
yakni Zaid mengetahui hidupnya Khalid kemudian Zaid membuang nama gurunya dari sanad lantas
Zaid berkata dari Khalid akan tetapi dia tidak mengatakan atau sehingga dia tidak terus
terang dusta dan ini boleh jadi juga Zaid telah benar-benar mendengar hadis dari Khalid, karena dia
mengetahui hidupnya Khalid dan seperiode.
Hukumnya: hadis yang diriwayatkan oleh "Mudallis" dengan menggunakan lafad yang ihtimal untuk
pendengaran seperti " "dari, maka hadis yang diriwayatkan Mudallis tadi tidak diterima. Dan bila
"Mudallis" menjelaskan di dalamnya dengan pendengaran seperti dan dan maka
hadis riwayat "Mudallis" itu maqbal. Apabila dia seorang "siqah".

2.Tadlis Syuyukh
Yaitu seorang rawi memberi nama gurunya yang ia meriwayatkan hadis darinya tanpa menyebut
namanya yang terkenal atau menyebut dengan sifat yang tidak mashur. Seperti kinayah lagat, nisbat,
kepada negara atau qabilah. Untuk mempersulit jalan kepada selain dia adakalanya karena seorang
guru tersebut memang dha'if atau karena seorangingin menang akan dirinya bahwasannya dialah
orang yang banyak gurunya atas karena memang seorang guru lebih muda umurnya dari pada rawai
dan lain-lain.
Contohnya :
Iman Bukhari, bahwasannya nama ini adalah sangat terkenal dan kebanyakan orang awam tidak
mengetahui bahwa namanya yang asli yaitu Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Muhira bin Bardiztas al-Buchari al-Ju'fy. Maka si rawi berkata: menceritakan kepadaku Abu Abdillah
Muhammad bin Ismalil Al-Habid Kisisik Ajengan Syekh.
Maka orang yang mendengar tidak mengira bahwasannya dia (Abu Abdilah) adalah Imam Bukhari,
padahal al-Buchari adalah sudah terkenal namanya laqobnya dan kinayahnya. Contohnya ini adalah
untuk mendekatkan kefahaman saji.

HADIS SYAD DAN MAHFUD


Syad ialah: hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang siqah dengan yang menyalahi
dalam matan atau sanad yaitu orang yang lebih siqah dari pada rawi siqoh dengan tambahan atau
mengurangi serta tidak mungkin memadukan.
Adapun apabila mungkin memadukan maka tidak menjadi hadis dan lawan hadis syad adalah mhfud.
Contoh Syad dalam Sanad
HR. Tirmidi Nasa'i Ibnu Majah dari Sufyan bin Umaiyah dari Amrin bin Dinar dari Ansajah Maula
Inbu Abbad -- dari Ibnu Abbas. Bahwasannya ada seorang laki-laki telah meninggal dunia pada masa
Rasulullah dan dia tidak meninggalkan Allah kecuali budak yang sudah ia merdekakan, kemudian
Rasulullah menyerahkan harta pusakanya itu kepada budak itu dan Ibnu Juraizi dan lainnya telah
menguatkan Ibnu Uyaimah atas sambungnya hadis. Tapi Hammad bin Zaid telah selisih dengan
emreka dia meriwayatkan hadis ini dari Awim bin Dinar dari Masydar Hammad tidak menyebutkan
atau Abbas akan tetapi dia meriwayatkan hadis ini dengan mursal.
Keterangan tadi jelaslah bahwasannya Hamad telah menyendiri dalam riwayatnya dengan mursal dan
dia menyelisih riwayatnya Ibn Uyaimah dan Ibnu Juraj dan lainnya. Yaitu riwayat yang sambung
maka riwayatnya Hamad adalah "syad" sedang riwayatnya Ibnu Uyaimah adalah "mahfud" padahal
keduanya Hamad dan Ibnu Uyaimah adalah siqah.
Contoh syudud dalam matan
HR. Muslim dari Nabisah al-Hudaly dia berkata. Bersabda Rasulullah :
.
(Hari Taysri adalah hari diperbolehkan makan dan minum)

Bahwa hadis ii menurut jalannya adalah berupa ini dan HR. Musa bin Ulayi (didashiskan) bin Rabah
dari ayahnya dari Uqbah bin Amir, tapi dengan tambahan ( ) maka hadisnya adalah
dinamakan syad karena selisih/menyalahi kepada golongan disebabkan adanya tambahan itu.
Hukumnya
Hukumnya dha'if lain dengan mahfud bisa diterima.

HADIS AL-MUNKAR DAN AL-MAKRUF


Hadis munkar adalah hadis yang diriwayatkan rawi yang lemah (dhaif) yang bertentangan dengan
rawi yang lebih terpercaya, kebalikan hadis munkar adalah hadis makruf, yaitu hadis yang
diriwayatkan rawi terpercaya yang bertentangan dengan rawi yang lemah.
Periwayatan hadi syang berasal dari rawi terpercaya adalah disebut hadis makruf, sedangkan riwayat
yang lemah adalah munkar. Pandangan ini termasuk pendapat yang masyhur, sebagaimana yang
ditarjih Ibn Hajar.
Contoh hadis Munkar dan Makruf
Hadis riwayat Ibn Abi Hatim dari Habib bin saudara Hamzah Al-Zayyad dari Abu Ishaq dari Izar Ibn
Hurais dari Ibn Abbas dari Nabi berabda :
.
Barangsiapa mendirikan salat, menunaikan zakat, menunaikan haji, berpuasa dan menjamu tamu,
maka dia akan masuk surga.

Abu Hatim berkata hadis ini munkar karena selain hadis ini yang diriwayatkan rawi terpercaya dari
Abu Ishaq secara manquf yaitu makruf. Habib termasuk rawi yang tidak terpercaya, bila ada hadis
yang rawinya kurang terpercaya, maka hadisnya munkar, sedangkan hadis riwayat yang terpercaya
adalah hadis makruf.
Hukumnya
Hadis munkar adalah lemah (dhaif) dan mardud, hadis ini bisa dibuat hujjah bila menjadi makruf.

HADIS AL-ALI DAN AL-NAZIL


Sanad yang nilainya tinggi dan rendah termasuk sifat-sifat sanad. Sanad yang tinggi adalah
perawinya sedikit, sedangkan sanad yang rendah adalah sanadnya banyak. Sanad tinggi (al-Ali) lebih
utama karena lebih dekan Nabi, atau lebih dekat dengan kitab, atau lebih dekat kepada imam yang
sambung dengan rawi. Hukumnya bisa sahih, hasan atau lemah (dhaif).

HADIS AL-MUDRAJ
Al-Mudraj berasal dari kata idraj berarti memasukkan, memperistilah mudraj ada dua; mudraj
matan dan mudraj isnad.
Mudraj matan adalah memasukkan redaksi tambahan ke dalam matan dengan syarat rawi sambung
dengan hadis tanpa adanya penjelasan, bahwa yang dia masukkan bukan bagian dari hadis seperti
contoh hadis Aisyah :
:
Nabi Saw, telah menyendiri (ibadah) di Gua Hiraberibadah--- beberapa malam.

Redaksi tambahan dari Aisyah adalah ini tambahan redaksi dalam hadis.
Sedangkan mudraj isnad memiliki beberapa macam yang banyak sebagaimana dijelaskan dalam kitab
ulumul hadis.
Hukumnya seperti hadis di atas bisa sahih, hasan atau dho'if.

HADIS AL-MUDABBAJ
Hadis yang diriwayatkan oleh setiap teman dari teman segenerasi yaitu saudara yang setara dalam
sanad, atau memperoleh dari para Syeikh dan juga dalam matan seperti riwayat Aisyah dari Abu
Hurairah begitu sebaliknya dari riwayat Abu Hurairah dari Aisyah.

HADIS AL-MUTTAFAQ DAN AL-MUFTARIQ


Hadis yang lafad dan tulisannya sama, tetapi berbeda maknanya, seperti terjadinya beberapa nama,
hadis ini lebih cenderung mustareh lafzi. Seperti contoh hadis al-Khalil Ibn Ahmad, nama ini dipakai
enam orang setiap orang juga menggunakan nama Khalil ibn Ahmad.

HADIS AL-MU'TALIF DAN AL-MUKHTALAF


Hadis yang sama dari segi tulisan, tetapi berbeda lafadnya seperti contoh :
-
HADIS AL-MAQLUB
Hadis yang ada perubahan dengan yang lain dalam hadis.
Macam-macamnya :
Ada dua, pertama: merubah dalam sanad seperti :
1.Mendahulukan dan mengakhirkan nama rawi seperti contoh pada asalnya nama Ka'ab bin Marrah,
tetapi suatu saat menjadi Ibn Ka'ab.
2.Hadis Masyhur dari seorang rawi, atau masyhur dengan sanad tertentu, tetapi diganti dengan yang
sama dalam derajatnya (tabaqatnya) seperti contoh hadis masyhur Salim ibn Abdullah Ibn Umar,
kemudian diganti dengan Nafi', padahal keduanya adalah tabi'in.
Yang kedua: merubah dalam matan :
Membuat kalimat hadis diletakkan bukan pada tempatnya yang sudah masyhur seperti contoh hadis
Abu Hurairah riwayat Muslim tentang tujuh orang yang mendapat lindungan Allah, yaitu

Seorang laki-laki yang bersadaqah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kanannya tidak
mengetahui kalau tangan kirinya memberikan sadaqah.

Hadis ini dibalik oleh salah satu rawi karena lupa, padahal sebenarnya adalah
karena tangan kanan adalah yang memberikan infaq.
Oleh karena itu hukumnya wajib mengembalikan keapda tempatnya yang semula. Begitu juga
mengamalkan hadis tersebut sesuai aslinya.

HADIS AL-MUTTARRAB
Hadis yang diriwayatkan dengan berbagai macam cara atas persamaan dalam perbedaan dari satu
rawi, seperti meriwayatkan hadis dengan satu arah disisi yang lain meriwayatkan dengan cara lain
yang berbeda dengan periwayatan pertama. Hadis ini tidak menjadi Muttarab kecuali bila periwayatan
yang berbeda tersebut sama dalam kesahihannya, sekiranya tidak bisa ditarjih dan dikompromikan.
Apabila mungkin ditarjih salah satu riwayatnya, karena rawinya lebih kuat hafalnya atau lebih lama
pergaulan dengan gurunya, maka hukum riwayat yang tarjih tersebut harus diterima secara pasti.
Hadis yang marjuh menjadi syad atau munkar dan tidak menjadi muttarab seperti contoh hadis
riwayat Tirmidzi dari Fatimah binti Qis secara marfu':

Sesungguhnya dalam harta itu ada hak selain zakat.
Dan riwayat Ibn Majah dari Aisyah secara marfu' dengan redaksi.

Sesungguhnya dalam harta tidak ada hak selain zakat.

Hukumnya
Hadis tersebut lemah (dho'if) karena kemashuran rawi yang kurang dhobid.

HADIS AL-MU'ALLAL
Hadis yangtelah diteliti oleh pakar hadis (al-Hafid) yang terdapat illat dalam kesahihannya,
padahal secara lahiriyah bebas dari cacat seperti mursal terhadap hadis mausul, muttasil terhadap
mursal, atau memasukkan dalam matan dan sanad. Atau waqaf terhadap marfu' atau sebaliknya.
Semuanya adalah ada illatnya yang tidak bisa dideteksi kecuali dengan penelitian, mengumpulkan
perawi dan pencermatan hadis ini termasuk lemah (dho'if).
HADIS AL-MATRUK
Hadis yang diriwayatkan satu rawi yang disepakati atas kelemahannya untuk mengetahui sifat-sifat
rawi yang matruk itu ada dua :
Pertama :Bahwa rawi yang disepakati kelemahannya adalah dugaan atas kebohongannya, atau karena
diketahui kebohongannya di selain hadis, maka dalam kondisi ini tidak boleh bohong dalam hadis,
atau karena diduga fasiq, pelupa atau banyak diduga.
Kedua :Hanya seorang diri dalam meriwayatkan hadis artinya tidak ada orang lain yang meriwayatkan
hadis kecuali dia.
Seperti contoh :
Hadis riwayat Amar Ibn Syamr dari Jabir, padahal Amar adalah hadisnya matruk.
Hukumnya :
Dianggap gugur, karena sangat lemah dan tidak bisa dibuat hujjah.

Tambahan :
http://huda-hudaazizahcaem.blogspot.co.id/2012/05/hadits-ditinjau-dari-kualitasnya.html
http://faisaldoanx.blogspot.co.id/2012/05/pembagian-hadis-ditinjau-dari-segi.html

Anda mungkin juga menyukai