PENDAHULUAN
َ ْف َوDص
ا ِء ْب ِنDDَ َع ْن َعط،لَي ٍْمDان ب ِْن ُس َ َع ْنD،ك ُ رْأD
ٍ Dِت َعلَى َمال َ Dَ ق:الD َ Dَ ق،َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى
و َمD ْ :الD
ْ Dَ ُل يD«ال ُغ ْس َ َ ق،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ هللا
ِ ُول َ َأ َّن َرس،ِّ َع ْن َأبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِري،ار ٍ يَ َس
اجبٌ َعلَى ُكلِّ ُمحْ تَلِ ٍم ِ ْال ُج ُم َع ِة َو
“telah mengabarkan kepadaku yahya bin yahya, ia berkata: aku membacakan kepada malik, dari
safwan bin sulaim, dari atha’ bin yasar, dari sa’id al-khudri, bahwasanya Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda: “mandi pada hari jum’at hukumnya wajib, yakni bagi yang telah
bermimpi (yang telah balig)” (HR. Muslim)
b. Hadis Shahih Li Ghairihi
Hadis shahih li ghairihi adalah hadis yang keshahihannya dibantu oleh adanya hadis lain.
Pada mulanya hadis ini memiliki kelemahan berupa periwayatan yang kurang dhabith, sehingga
dinilai tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai hadis shahih. Tetapi setelah diketahiu
ada hadis lain dengan kandungan matan yang sama dengan kualitas shahih maka hadis tersebut
naik menjadi hadis shahih, kata lain hadis shahih li ghairihi pada asalnya adalah hadis hasan
yang karena hadis ada hadis shahih dengan matan yang sama maka hadis hasan tersebut naik
menjadi hadis shahih.
Contoh hadis hasan menjadi shahih li ghirihi:
C. Hadits Hasan
ي ع َْن ُم َح َّم ٍد يَ ْعنِي ا ْبنَ َع ْم ٍرو قَا َل َح َّدثَنِي اب ُْن ٍّ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن ْال ُمثَنَّى َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن َأبِي َع ِد
صلَّىَ َت تُ ْستَ َحاضُ فَقَا َل لَهَا النَّبِ ُّي ْ ش َأنَّهَا َكان ٍ ت َأبِي ُحبَ ْي ِ اط َمةَ بِ ْن
ِ َالزبَي ِْر ع َْن ف ُّ ب ع َْن عُرْ َوةَ ْب ِن ٍ ِشهَا
َصاَل ِة فَِإ َذا َكان َأ
َّ ك فَ ْم ِس ِكي ع َِن ال َ ِف فَِإ َذا َكانَ َذل َأ
ُ ض ِة فَِإنَّهُ س َْو ُد يُ ْع َر ْ
َ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم ِإ َذا َكانَ َد ُم ال َح ْي
َّ
ٌ ْصلِّي فَِإنَّ َما هُ َو ِعر
ق َ ضِئي َو َّ اآْل خَ ُر فَت ََو
(Abu Dawud berkata) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsannaa (ia
berkata) telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi Adiy dari Muhammad, yaitu bin
‘Amr ia berkata: telah menceritakan kepadaku Ibnu Syihab dari Urwah bin az-Zubair dari
Fathimah bintu Abi Hubaisy bahwasanya ia mengalami istihadhah. Nabi shollallahu alaihi
wasallam bersabda: Darah haid itu kehitaman sudah dikenal. Jika darahnya seperti itu janganlah
melakukan sholat. Jika ciri darahnya tidak seperti itu, berwudhu’lah dan sholatlah karena itu
adalah urat (yang terluka) (H.R Abu Dawud, dihasankan oleh Ibnul Arobiy .
b. Hadis hasan li ghairihz
Yaitu hadis dha’if yang karena didukung oleh hadis lain yang shahih dengan matan yang
sama, sehingga naik menjadi hadis hasan li ghairihi. Hadis yang naik peringkatnya menjadi hadis
hasan hanyalah hadis dha’if yang tidak terlalu dha’if. Adapun hadis yang sangat lemah tidak
dapan menjadi hadis hasan meskipun terdapat hadis hadis dengan matan yang sama berkualitas
shahih.
Contoh hadis dha’if yang menjadi hadis hasan li ghairihi:
صلَّى هللاُ َع َل ْي ِهَ ْن َع ِن ال َّن ِبى ٍ ْن ُح َسي ٍ ْن ال َه ْي َت ِم َح ّد َث َنا َعوفُ َعنْ َأ ِبي َر َجا ٍء َعنْ عِ م َْر
ِ ان ب ِ َح َّد َث َنا ع ُْث َمان ب
.ْت َأ ْك َث َر أهْ لِ َها ال ِّن َسا ُء
ُ ار َف َرَأي
ِ ت فِي ال َّن َ ْت َأ ْك َث َر َأهْ لِ َها ْالفُ َق َرا ُء َو
ُ ْاط َلع َ ت فِى ْال َج َّن ِة َف َرَأي َ : َو َس َلم َقا َل
ُ ْاط َلع ِ
)( رواه البخارى
Aku pergi ke surga dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah orang faqir dan aku pergi
ke neraka kudapati sebagian besar penghuninya adalah wanita. (HR BUKHARI)
Hadis yang diriwayatkan melalui jalur Bukhari menjadi dha’if karena adanya
Usman bin Haitam yang dinilai lemah, namun menjadi hasan li ghairihi karena adanya jalur lain
melalui Tirmizi yang bernilai hasan.
3. Kehujjahan Hadits Hasan
Adapun kehujjahan hadits hasan, para ulama’ bersepakat untuk mengatakan bahwa hadits
hasan sama dengan hadits shahih sekalipun tingkatannya tidak sama, bahkan ada sebagian ulama
yang memasukkan hadits hasan kedalam kelompok hadits shahih baik hasan li dzatihi maupun
hasan li ghairihi.
Maka dari itu, para ahli hukum banyak beramal menggunakan dasar dari hadits hasan,
sekalipun mereka tetap berpegang pada persyaratan keafsahan hasan li ghairihi sebagai hujjah,
yaitu:
a. Meminimalisir kekurangan-kekurangan yang ada.
b. Hadits tersebut tertutup oleh banyaknya periwayatan hadits lain, baik redaksinya sama atau
hamper sama.
D. Hadis Dha’if
A. Kesimpulan
Dalam menanggapi masalah apakah hadis shahih itu dapat dijadikan sebagai hujjah dalam
menetapkan hokum secara umum maka dalam hal ini para muhaddisin, sebagian ahli ushul dan
ahli fiqh bersepakat untuk menyatakan bahwa hadis shahih dapat dijadikan hujjah dan wajib
diamalkan.
Adapun kehujjahan hadits hasan, para ulama’ bersepakat untuk mengatakan bahwa hadits
hasan sama dengan hadits shahih sekalipun tingkatannya tidak sama, bahkan ada sebagian ulama
yang memasukkan hadits hasan kedalam kelompok hadits shahih baik hasan li dzatihi maupun
hasan li ghairihi.
Jika dalam satu hadis telah hilang satu syarat saja dari sekian syara-syarat hadis hasan, maka
hadis tersebut dinyatakan sebagai hadis dha’if. Apalagi yang hilang itu sambai dua atau tiga
syarat maka inilah yang dikatakan sebagai hadis dha’if dan status semua hadis dha’if adalah
mardud (tertolak) dan tidak bias dijadikan hujjah.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku manusia biasa
menyadari adanya beberapa kesalahan oleh karena itu kami mnegharapkan kritik maupun saran
khususnya dari Dosen Pengampu D.r. Akhmad Ikhwani yang bersifat membantu dan
membangun agar kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA